Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

“ Ukuran Epidemiologi dan Konsep Pencegahan Penyakit “


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kesehatan Masyarakat Semester 3

Disusun oleh :

Neng Ani

Nisa Afra Meidina

Nopita Sari

Novi Indriani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH

PALEMBANG

2015
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan karya makalah ini. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad saw.
Semoga kita termasuk ummatnya yang mendapat syafaat-Nya di hari kemudian kelas. Amiin.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat
dengan judul Ukuran Epidemiologi dan Konsep Pencegahan Penyakit.

Makalah ini kami buat dengan masih banyak kekurangan, untuk itu kami sangat
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.

Palembang, 20 Oktober 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan
dan diselenggarakannya pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) yang sebaik-
baiknya.

Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan


kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat.Ukuran
dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate (angka), Rasio dan Proporsi. Ketiga
bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan,
kematian, dan nilai statistik vital lainnya.

Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat,
karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Selama epidemiologi
kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan
terasa bahwa epidemiologi hanya menangani masalah penyakit menular. Karena itu,
epidemiologi hampir selalu dikaitkan dan dianggap epidemiologi penyakit menular dan tidak
menular.hal ini tidak dapat disangkal dari sejarah perkembangan nya epidemiologi berlatar
belakang penyakit menular.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalahnya adalah menjelaskan tentang ukuran epidemiologi dan konsep


pencegahan penyakit
1.3 Tujuan

a ) Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kesehatan Masyarakat

b ) Tujuan khusus

Agar mahasiswa dapat mengetahui macam – macam, cara dan tujuan pengukuran sumber
kesehatan secara epidemiologi serta konsep dasar dari pencegahan penyakit
BAB II
PEMBAHASAN

Di dalam uraian terlebih dahulu telah diuraikan bagian dari epidemiologi yang bertujuan
melihat bagaimana penyebaran kesakitan dan kematian menurut sifat-sifat orang, tempat dan
waktu. Di dalam uraian ini akan diuraikan ukuran kesakian dan kematian yang lazim dipakai
dalam survei atau penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasar yang akan dibicarakan
di sini adalah rate. Secara umum ukuran-ukuran dalam Epidemiologi dapat dibedakan atas
mordibitas dan mortalitas :

A. UNTUK MENGUKUR MASALAH PENYAKIT ( ANGKA KESAKITAN / MORBIDITAS)


Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai
penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan di dalam istilah
tunggal : MORBIDITAS.
 MORBIDITAS/KESAKITAN merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu
populasi.
 MORBIDITAS juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau
keberadaan suatu kondisi sakit.
 MORBIDITAS juga mengacu pada angka kesakitan yaitu ; jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat atau kelompok yang beresiko.
Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah : Angka Insidensi & Prevalensi dan
berbagai Ukuran Turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi
gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan Angka Insidensi dan Angka Prevalensi.

a. INSIDENSI
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi
suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :
 Data tentang jumlah penderita baru.
 Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru( Population at Risk ).

Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Incidence Rate atau angka insiden Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terke na penyakit baru tersebut pada pertengahan
jangka waktu yang bersangkutan.

Rumus yang dipergunakan :
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐚𝐫𝐮
Incidence rate = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚 x 100%(1000)
𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧

Contoh :
Di kelurahan Pasar Minggu dengan jumlah penduduk tanggal 1 juli 2014 sebanyak 200.000
orang yang kesemuanya rentan terhadap penyakit gastro enteritis, ditemukan laporan
penderita baru dari puskesmas kecamatan pasar minggu sebagai berikut : bulan januari 25 ora
ng, maret 50 orang, juni 75 orang, September 5 orang dan desember 45 orang, maka angka
insiden nya adalah.

(𝟐𝟓+𝟓𝟎+𝟕𝟓+𝟓+𝟒𝟓)
Incidence rate = x 100%= 0,1%
𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Manfaat Incidence Rate adalah :
 Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
 Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
 Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.

b. Attack Rate atau angka serangan Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.

Manfaat Attack Rate adalah :


 Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
 Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit
tersebut.

Rumus yang digunakan :

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐫𝐮 𝐝𝐥𝐦 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐒𝐚𝐚𝐭


Attack rate = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐱 𝟏𝟎𝟎%(𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚

Contoh :
Dari 200 orang siswa sekolah perawat kesehatan YPDR Jakarta, secara tiba-tiba 20 orang
diantaranya menderita gastro enteritis (muntah berak), setelah jajan bakso dipinggir kali.

𝟐𝟎
Attack rate = 𝐱 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎%
𝟐𝟎𝟎
c. Secondary Attack Rate atau angka serangan sekunder adalah Jumlah penderita baru
suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah
penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan
pertama. Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang
kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ).

Rumus yang digunakan :

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐚𝐫𝐮


𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐚
Secondary attack rate = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤−𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚 𝐬𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚

Contoh :
Berkaitan dengan contoh soal b. jika 3 hari kemudian 40 orang siswa lain terkena muntah
berak, maka angka serangan sekundernya adalah.

𝟒𝟎
SAR = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟐, 𝟐𝟐%
𝟐𝟎𝟎−𝟐𝟎

b. PREVALENSI
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi,
digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau
Penduduk dengan Resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka
Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak
mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.
Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Period Prevalen Rate yaitu Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat
munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

Rumus yang digunakan :

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒎𝒂


PeriodPR = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉𝒂𝒏

Contoh :
Didaerah Serengseh Sawah jumlah penduduk tanggal 1 juli 2014 100.000 orang,
menurut laporan puskesmas Kecamatan Pasar Minggu jumlah penderita penyakit TBC
sebagai berikut : januari 50 kasus lama, 100 kasus baru, maret 75 kasus, juli 25 kasus
lama, dan 75 kasus baru, September 50 kasus lama dan 50 kasus baru dan desember
200 kasus lama dan 200 kasus baru.

(𝟓𝟎+𝟏𝟎𝟎)+(𝟕𝟓+𝟕𝟓)+(𝟐𝟓+𝟕𝟓)+(𝟓𝟎+𝟓𝟎)+(𝟐𝟎𝟎+𝟐𝟎𝟎)
PeriodPR= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟎, 𝟗%
𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

b. Point Prevalen Rate adalah Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu
saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.
Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.

Rumus yang digunakan:

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒂𝒕


PointPR = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒊𝒕𝒖
Contoh :
Di taman kanak-kanak Al Hidayah dengan murid 100 orang, kemarin 5 orang menderita
penyakit demam berdarah, dan hari ini 5 orang lagi terserang demam berdarah.

𝟏𝟎
PointPR = x 100% = 10%
𝟏𝟎𝟎

HUBUNGAN ANTARA INSIDENSI DAN PREVALENSI


Prevalensi = Semua Angka Prevalensi dipengaruhi oleh Tingginya Insidensi dan Lamanya
Sakit/Durasi Penyakit. Lamanya Sakit/Durasi Penyakit adalah Periode mulai
didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu : sembuh, mati
ataupun kronis.
Hubungan ketiga hal tersebut dabat dinyatakan dengan rumus
 P=IxD
 P = Prevalensi
 I = Insidensi
 D = Lamanya Sakit
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2 syarat,
yaitu :
a. Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan : Tidak menunjukkan
perubahan yang mencolok.
b. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan perubahan
yang terlalu mencolok.

UNTUK MENGUKUR MASALAH KEMATIAN ( ANGKA KEMATIAN / MORTALITAS )


Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukurankesehatan
masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam menelusuri
penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran terhadap berbagai faktor yang
mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik dilakukan dengan menggunakan
ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang hasilnya kemudian juga disajikan dalam
tampilan yang distandardisasi.

Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian.
Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu :
a) Degenerasi Organ Vital & Kondisi terkait,
b) Status penyakit,
c) Kematian akibat Lingkungan atau Masyarakat ( Bunuh diri, Kecelakaan, Pembunuhan,
Bencana Alam, dsb.)

Macam – macam / Jenis Angka Kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio) dalam


Epidemiologi antara lain :
1. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
2. Angka Kematian Perinatal ( Perinatal Mortality Rate )
3. Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( Neonatal Mortality Rate )
4. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortalaity Rate )
5. Angka Kematian Balita ( Under Five Mortalaty Rate )
6. Angka Kematian Pasca-Neonatal(Postneonatal Mortality Rate)
7. Angka Lahir Mati / Angka Kematian Janin(Fetal Death Rate )
8. Angka Kematian Ibu( Maternal Mortality Rate )
9. Angka Kematian Spesifik Menurut Umur (Age Specific Death Rate)
10. Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
11. Case Fatality rate ( CFR )

1. CRUDE DEATH RATE (CDR) = ANGKA KEMATIAN KASAR (AKK)


Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu (umumnya 1
tahun )dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan.
Istilah Crude = Kasar digunakan karena setiap aspek kematian tidak memperhitungkan usia,
jenis kelamin, atau variable lain.

Rumus yang digunakan :


𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧
AKK = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡𝐚𝐧

Contoh :
Di Desa Jati dilaporkan 60 orang yang meninggal dunia akibat menderita berbagai penyakit.
Sedang jumlah penduduk desa tersebut pada tanggal 1 juli 2015 adalah 3000 orang maka angka
kematian kasarnya adalah.

𝟔𝟎
AKK = 𝐱 𝟏𝟎𝟎% = 𝟎, 𝟐%
𝟑𝟎𝟎𝟎

2. PERINATAL MORTALITY RATE (PMR) = ANGKA KEMATIAN PERINATAL


Periode yang paling besar resiko kematiannya bagi umat manusia adalah periode
perinatal dan periode setelah usia 60 tahun. Di dalam kedokteran klinis, evaluasi terhadap
kematian anak dalam beberapa hari atau beberapa jam bahkan beberapa menit setelah lahir
merupakan hal yan penting agar kematian dan kesakitan yang seharusnya tidak perlu terjadi
dalam periode tersebut bisa dicegah. )
PMR Adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih
ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hariyang dicatat selama 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. ( WHO, 1981 )

Manfaat PMR :
 Untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil
dan bayi.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :
 Banyaknya Bayi BBLR
 Status gizi ibu dan bayi
 Keadaan social ekonomi
 Penyakit infeksi, terutama ISPA
 Pertolongan persalinan

Rumus yang digunakan :

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐚 𝟏 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧


PMR/AKP = 𝐱 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚

3. NEONATAL MORTALITY RATE (NMR) = ANGKA KEMATIAN NEONATAL (AKN)


Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :


 Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal
 Program imunisasi
 Pertolongan persalinan
 Penyakit infeksi, terutama Saluran Napas Bagian Atas.

Rumus yang digunakan :

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒚𝒊 𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝟐𝟖 𝒉𝒂𝒓𝒊


NMR/AKN = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂
4. INFANT MORTALITY RATE (IMR) = ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)
Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Manfaat : sebagai indicator yg sensitive terhadap derajat kesehatan


masyarakat.

Rumus yang digunakan:

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒚𝒊 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝟎−𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏


𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
IMR/AKB = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂

5. UNDER FIVE MORTALITY RATE (UFMR) = ANGKA KEMATIAN BALITA


Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk balita pada
tahun yang sama.
Manfaat : Untuk mengukur status kesehatan bayi.

Rumusyang digunakan :

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒚𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒄𝒂𝒕𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏


UFMR = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒃𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂

6. ANGKA KEMATIAN PASCA NEONATAL ( POST NEONATAL MORTALITY RATE )


Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di Negara belum
berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya akibat
malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit infeksi.
Postneonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari sampai 1 tahun per
1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.
Rumus yang digunakan :

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒚𝒊 𝒖𝒔𝒊𝒂𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝟐𝟖 𝒉𝒂𝒓𝒊


AKN = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂

7. ANGKA KEMATIAN JANIN/ANGKA LAHIR MATI (FETAL DEATH RATE)


Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati.
Kematian janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya janin dari rahim,
terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda –
tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda –tanda kehidupan biasanya
ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung, Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter.
Angka Kematian Janin adalah Proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan dengan jumlah
kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun.

Rumus yang digunakan :

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮 ( 𝟏 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 )


AKJ = 𝐱 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧+𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚

8. MATERNAL MORTALITY RATE (MMR) = ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)


Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan dan
masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :
 Social ekonomi
 Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
 Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
 Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.
Rumus yang digunakan :

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮 𝐡𝐚𝐦𝐢𝐥,𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐥𝐢𝐧𝐚𝐧,𝐧𝐢𝐟𝐚𝐬 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝟏 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧


MMR = 𝐱 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚

9. AGE SPESIFIC MORTALITY RATE ( ASMR/ASDR )


Manfaat ASMR/ASDR adalah :
 Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur.
 Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.
 Untuk menghitung rata-rata harapan hidup

Rumus yang digunakan :

ASMR/ASDR =

10. CAUSE SPRSIFIC MORTALITY RATE (CSMR )


Yaitu Jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu jangka waktu tertentu ( 1
tahun) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut.

Rumus yang digunakan :

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐛 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮


CSMR = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚 𝐱 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧

11. CASE FATALITY RATE ( CFR )


Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab penyakit tertentu
dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.
Digunakan untuk mengetahui penyakit –penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.

Rumus yang digunakan :

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮


CFR = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐱 𝟏𝟎𝟎% (𝟏𝟎𝟎𝟎)

SUMBER PENGUKURAN DALAM KESALAHAN


Dalam mengukur frekuensi masalah kesehatan dapat terjadi kesalahan-kesalahan yang berasal
dari 2 sumber, yaitu :

1. Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai :


Menggunakan sumber data yang tidak representative :
 Hanya data dari pelayanan kesehatan saja, padahal diketahui bahwa cakupan pelayanan
kesehatan sangat terbatas dan tidak semua masyarakat datang berobat ke fasilitas
pelayanan tersebut.
 Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang pengambilan respondennya tidak
secara acak. ( tidak memenuhi syarat Randomisasi )
 Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang sebagian respondenya tidak
memberikan jawaban ( drop out )
2. Kesalahan karena factor BIAS
 BIAS adalah adanya perbedaan antaraa hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya.
 Sumber BIAS :
a) Dari pengumpulan data:
 Menggunakan alat ukur yang berbeda-beda/tidak standar
 Menggunakan teknik pengukaran yang berbeda
b) Dari masyarakat :
 Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap penyakit yang
ditanyakan
 Adanya perbedaan respom terhaap alat / test uang dipergunakan
KONSEP PENCEGAHAN PENYAKIT

A. Pengertian Pencegahan
Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum
kejadian, dengan didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan / penelitian epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan
merupakan komponen yang paling penting dari berbagai aspek kebijakan publik (sebagai
contoh pencegahan kejahatan, pencegahan penyalahgunaan anak, keselamatan berkendara),
banyak juga yang berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung untuk kesehatan.
Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public Health Partnership,
2006).

B. Tingkat Pencegahan
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk
dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui
perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase,
dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga
penyakit itu dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan
dapat disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di
bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Ada empat tingkat utama dalam pencegahan penyakit, yaitu :
1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
 Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
 Promosi kesehatan (health promotion)
 Pencegahan khusus
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
 Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
 Pembatasan kecacatan (disability limitation)

4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)


 Rehabilitasi (rehabilitation).

Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada
dalam keadaan pathogenesis atau penyakit sudah tampak.

Tingkat Pencegahan Dan Kelompok Targetnya Menurut Fase Penyakit


Tingkat pencegahan Fase penyakit Kelompok target
Populasi total dan kelompok
Primordial Kondisi normal kesehatan
terpilih
Keterpaparan factor Populasi total dan kelompok
Primary
penyebab khusus terpilih dan individu sehat
Secondary Fase patogenesitas awal Pasien
Fase lanjut (pengobatan dan
Tertiary Pasien
rehabilitasi)
Sumber : Beoglehole, WHO 1993
Hubungan Kedudukan Riwayat Perjalanan Penyakit, Tingkat Pencegahan Dan Upaya
Pencegahan
Riwayat penyakit
Tingkat pencegahan Upaya pencegahan Upaya pencegahan
Underlying condition
Primordial prevention
Pre-patogenesis Health promotion
Primary prevention
Specific protection
Secondary prevention Early diagnosis and prompt
treatment
Patogenesis
Disability limitation
Tertiary prevention Rehabilitation
Sumber : Beoglehole, WHO 1993

Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit
dikenal dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya
Preventive Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan
dalam proses pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Fase sebelum sakit
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan primer (primary
prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara agent (kuman penyakit/
penyebab), host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
2) Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut pencegahan sekunder
(secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary prevention). Fase ini dimulai dari
pertama kali seorang terkena sakit yang pada akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau
mati.
Tingkat pencegahan penyakit:
1. Pencegahan tingkat Dasar (Primordial Prevention)
Pencegahan tingkat dasar merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau
mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup
social-ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit . upaya ini terutama
sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung
menunjukan peningkatannya.
Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola
hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap
penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau
mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara
umum. Contohnya seperti memelihara cara makan, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan
lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat risiko yang rendah terhadap berbagai penyakit
tidak menular.
Selain itu pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha mencegah
timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh
untuk tidak melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai
penyakit seperti kebiasaan merokok, minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran pencegahan
tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja dengan tidak
mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan
masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau
factor risiko dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Factor-faktor itu tampaknya
banyak bersifat social atau berhubungan dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal
terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi
kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan
yang sudah baik.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan primordial ini sering kali
disadari pentingnya apabila sudah terlambat. Oleh karena itu, epidemiologi sangat penting
dalam upaya pencegahan penyakit.

2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Eko budiarto, 2001).
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) dilakukan dengan dua cara : (1) menjauhkan
agen agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan kepekaan penjamu.
Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu
penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran pencegahan tingkat pertama ini
digalakan. Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul yang secara
epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih berbahaya kalau
tumbuldalam bentuk KLB.
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui
usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang
sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta
usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama
adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor
determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara
pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian
penyakit.
 Pejamu (host) : perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian
imunisasi.
 Penyebab (agent) :menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti dengan
penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida yang
dapat memutus rantai penularan.
 Lingkungan (environment) : perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan
air bersih, sanaitasi lingkungan dan perumahan.
Usaha pencegahan penyakit tingkat pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam
usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha pencegahan khusus. Usaha peningkatan
derajat kesehatan (health promotion) atau pencegahan umum yakni meningkatkan derajat
kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab dan
derajat risiko serta meningkatkan lingkungan yang sehat secara optimal. contohnya makan
makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk
mencegah terjadinya penyakit misalnya, menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman
penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk
Aedes atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotic untuk
membunuh kuman.
Adapun usaha pencegahan khusus (specific protection) merupakan usaha yang ter-
utama ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab untuk meningkatkan daya tahan
maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu. Contohnya yaitu imunisasi atau
proteksi bahan industry berbahaya dan bising, melakukan kegiatan kumur-kumur dengan
larutan Flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit
misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptic sebelum operasi untuk mencegah infeksi,
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Terdapat dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan primer, yakni : (1) strategi
dengan sasaran populasi secara keseluruhan dan (2) strategi dengan sasaran hanya terbatas
pada kelompok risiko tinggi. Strategi pertama memiliki sasaran lebih luas sehingga lebih bersifat
radikal, memiliki potensi yang besar pada populasi dan sangat sesuai untuk sasaran perilaku.
Sedangkan pada strategi kedua, sangat mudah diterapkan secara individual, motivasi subjek
dan pelaksana cukup tinggi serta rasio antara manfaat dan tingkat risiko cukup baik.
Pencegahan pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa :
 Penyuluhan kesehatan yang intensif.
 Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
 Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya anak-anak, dan
remaja pada umumnya.
 Perbaikan perumahan sehat.
 Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan
kesehatan mental maupu sosial.
 Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
 Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu
penyakit.
 Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh sakit dan ini
adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat modern.

3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya
serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua
ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses
penyakit lebih lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan
penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan
segera (early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan segera adalah untuk
mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara
aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi : (1) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi
tertentu seperti pegawai negeri, buruh/ pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah dan
mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa,
calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan
kesehatan untuk kepentingan tertentu ; (2) penyaringan (screening) yakni pencarian penderita
secara dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk secara umum
atau pada kelompok risiko tinggi ; (3) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan
pelaporan sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses
penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau
pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk
mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu.

4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya
adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau
mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah
proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing
manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat
maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal
mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan protese), rehabilitasi
mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi
anggota masyarakat yang produktif dan berdaya guna.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit
itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai
dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :
· Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
· Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
· Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
· Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
penanggulangan penyakit menular (control) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit
menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan
bagi masyarakat tersebut. Penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan pada
tiga kelompok sesuai dengan sasaran utamanya yang meliputi: sasaran langsung melawan
sumber penularan atau reservoir, sasaran ditunjukan pada cara penularan penyakit, dan
sasaran yang ditunjukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan pejamu.

B. Saran
Untuk mencegah penyakit, diharapkan kepada setiap orang untuk meningkatkan kualitas
kesehatan dalam hidupnya, sehingga kita bisa mencegah tanda-tanda timbulnya penyakit pada
diri kita.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate (angka), rasio dan
proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa
kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital lainnya.

A. ANGKA/RATE/PURATA

Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa yang akan diukur,
biasanya untuk analisis statistik di bidang kesehatan, sebagai hasilnya akan didapatkan ukuran
yang objektif dengan mengetahui jumlah bilangan atau angka mutlak suatu kasus atau
kematian.

3.2 Saran

Kami sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari materi
tentang epidemiologi.

Dan harapan kami makalah ini tidak hanya berguna bagi kami tetapi juga berguna bagi semua
pembaca. Terakhir dari kami walaupun makalah ini kurang sempurna kami mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

  • Nama Cabang
    Nama Cabang
    Dokumen2 halaman
    Nama Cabang
    ppi
    Belum ada peringkat
  • B Indo 12
    B Indo 12
    Dokumen6 halaman
    B Indo 12
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Hamil
    Surat Keterangan Hamil
    Dokumen1 halaman
    Surat Keterangan Hamil
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • 92 Uu 010
    92 Uu 010
    Dokumen9 halaman
    92 Uu 010
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • Tugas Tembaga
    Tugas Tembaga
    Dokumen8 halaman
    Tugas Tembaga
    Budy Mulya Razali Usman
    Belum ada peringkat
  • Makalah Flu Burung
    Makalah Flu Burung
    Dokumen25 halaman
    Makalah Flu Burung
    herasetioko
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen2 halaman
    MAKALAH
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Hami1 1
    Surat Keterangan Hami1 1
    Dokumen1 halaman
    Surat Keterangan Hami1 1
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • 92 Uu 010
    92 Uu 010
    Dokumen24 halaman
    92 Uu 010
    DA Lianq
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • Berlian Ganteng
    Berlian Ganteng
    Dokumen8 halaman
    Berlian Ganteng
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen2 halaman
    MAKALAH
    aji maulana
    Belum ada peringkat
  • Isi KT
    Isi KT
    Dokumen45 halaman
    Isi KT
    aji maulana
    100% (1)