Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang ”Pedoman Rekredensial”.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalam nya masih
terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1
BAB II LATAR BELAKANG ............................................................................................................................... 2
BAB III TUJUAN .............................................................................................................................................. 4
3.1. Tujuan Umum ................................................................................................................................ 4
3.2. Tujuan Khusus ............................................................................................................................... 4
BAB IV MEKANISME REKREDENSIAL.............................................................................................................. 5
4.1. Tahapan Rekredensial ................................................................................................................... 5
4.2. Rekomendasi Hasil Rekredensial................................................................................................... 6
BAB V PENUTUP ............................................................................................................................................ 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk menjaga
keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar dan komptetensi para staf medis yang akan
berhadapan langsung dengan pasien di rumah sakit. Upaya ini dilakukan dengan cara mengatur agar
setiap pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh staf medis yang benar-
benar kompeten. Kompetensi ini meliputi dua aspek, aspek kompetensi medis yang terdiri dari
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku profesiaonal, serta kompetensi fisik dan mental.

Walaupun seorang staf medis telah mendapatkan brevet spesialisasi dari kolegium ilmu kedokteran
yang bersangkutan, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali keabsahan bukti kompetensi
seorang staf medis dan menetapkan kewenangan klinis untuk melakukan pelayanan medis dalam lingkup
spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan istilah credentialing.

Setelah seorang staf medis dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial, rumah sakit
menerbitkan izin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian pelayanan medis tertentu di
rumah sakit, dikenal sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis
tersebut, seorang staf medis tidak diperkenankan untuk melakukan pelayanan medis di rumah sakit.

Kewajiban rumah sakit untuk menetapkan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut telah
diatur dengan tegas dalam peraturan perundang-undangan tentang perumahsakitan bahwa setiap rumah
sakit wajib menyusun dan melaksanakan hospital bylaws, yang dalam penjelasan peraturan perundang-
undangan tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan tata kelola klinis yang baik
(good clinical governance). Hal ini harus dirumuskan oleh setiap rumah sakit (medical staff bylaw) antara
lain diatur kewenangan klinis (clinical privilege).

Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan menimbulkan tanggung jawab
hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan pelayanan medis. Setiap rumah sakit wajib
melindungi pasiennya dari segala pelayanan medis yang dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit
etrsebut, hal ini dikenal sebagai the duty of due care. Tanggung jawab rumah sakit tersebut berlaku tidak
hanya terhadap tindakan yang dilakukan oleh staf medis pegawai rumah sakit saja, tetapi juga setiap staf
medis yang bukan berstatus pegawai (staf medis tamu). Rumah sakit wajib mengetahui dan menjaga
keamanan setiap pelayanan medis yang dilakukan dalam lingkungannya demi keselamatan semua pasien
yang dilayaninya sebagai bagian dari the duty of due care.

1
BAB II
LATAR BELAKANG

Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan menimbulkan tanggung jawab
hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan pelayanan medis. Setiap rumah sakit wajib
melindungi pasiennya dari segala pelayanan medis yang dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit
etrsebut, hal ini dikenal sebagai the duty of due care. Tanggung jawab rumah sakit tersebut berlaku tidak
hanya terhadap tindakan yang dilakukan oleh staf medis pegawai rumah sakit saja, tetapi juga setiap staf
medis yang bukan berstatus pegawai (staf medis tamu). Rumah sakit wajib mengetahui dan menjaga
keamanan setiap pelayanan medis yang dilakukan dalam lingkungannya demi keselamatan semua pasien
yang dilayaninya
Proses credentialing ini dilakukan dengan dua alasan utama. Alasan pertama, banyak faktor yang
mempengaruhi kompetensi setelah seseorang mendapatkan sertifikat kompetensi dari kolegium.
Perkembangan ilmu di bidang kedokteran untuk suatu pelayanan medis tertentu sangat pesat, sehingga
kompetensi yang diperoleh saat menerima sertifikat kompetensi bisa kedaluarsa, bahkan dapat dianggap
sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien. Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu
senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak diajarkan pada
penerima brevet pada periode tertentu, dapat saja belakangan diajarkan pada periode selanjutnya,
bahkan dianggap merupakan suatu kemampuan yang standar. Hal ini mengakibatkan bahwa sekelompok
staf medis yang menyandang sertifikat kompetensi tertentu dapat saja memiliki lingkup kompetensi yang
berbeda-beda.

Alasan kedua, keadaan kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit tertentu atau
bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan pelayanan medis yang dilakukannya. Kompetensi
fisik dan mental dinilai melalui uji kelaikan kesehatan baik fisik maupun mental. Tindakan verifikasi
kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut sebagai mekanisme credentialing, dan hal ini
dilakukan demi keselamatan pasien. Tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain
untuk keamanan kliennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa
secara teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbang.

Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical previlege) seseorang dokter spesialis/dokter gigi
spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam spesialisasi yang sama, tergantung pada ketetapan
komite medik tentang kompetensi untuk melakukan tiap pelayanan medis oleh yang bersangkutan
berdasarkan hasil proses kredensial. Dalam hal pelayanan medis seorang staf medis membahayakan
pasien maka kewenangan klinis (clinical previlege) seorang staf medis dapat saja dicabut sehingga tidak
diperkenankan untuk melakukan pelayanan medis tertentu di lingkungan rumah sakit tersebut.

Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment) habis masa
berlakunya atau dicabut oleh direktur rumah sakit. Surat penugasan klinis untuk setiap staf medis memiliki
masa berlaku untuk periode tertentu, dalam hal ini di RSIA Cempaka Az-Zahra adalah untuk dua (2) tahun.
Pada akhir masa berlakunya surat penugasan klinis tersebut rumah sakit harus melakukan rekredensial

2
terhadap staf medis yang bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan
proses kredensial awal karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap staf medis tersebut.

3
BAB III
TUJUAN

3.1. Tujuan Umum


Untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf medis yang kredibel yang
dapat melakukan pelayanan medis di RSIA Cemapa Az-Zahra.

3.2. Tujuan Khusus


1. Mendapatkan dan memastikan staf medis yang profesional dan akuntabel bagi pelayanan di rumah
sakit.
2. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap staf medis yang melakukan
pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu kedokteran/kedokteran gigi yang
ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran/Kedokteran Gigi Indonesia.
3. Dasar bagi direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis (clinical appoinment) bagi
setiap staf medis untuk melakukan pelayanan medis di rumah sakit.
4. Terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit di hadapan pasien,
penyandang dana kepentingan (stakeholders) rumah sakit lainnya.
5. Evaluasi kinerja para staf medis sesuai kompetensinya.

4
BAB IV
MEKANISME REKREDENSIAL

Direktur rumah sakit menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi staf medis untuk
memperoleh ijin praktek dengan berpedoman pada peraturan internal staf medis (medical staff bylaws).
Selain itu direktur rumah sakit bertanggungjawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara. Untuk melaksanakan rekredensial dibutuhkan
beberapa instrumen, antara lain rincian kewenangan klinis, daftar dokter di RSIA Cempaka Az-Zahra yang
merepresentasikan tiap spesialisasi (Peer Group) dan formulir rekredensial.

Rekredensial dilaksanakan oleh subkomite kredensial dengan melibatkan panitia adhoc yang
diambil dari tim mitra bestari.

4.1. Tahapan Rekredensial


1. Staf medis yang belum habis masa berlaku surat penugasan klinisnya tetapi ingin
menambah kewenangan klinisnya, maka mengajukan permohonan rekredensial secara
tertulis kepada direktur rumah sakit, dengan melampirkan data pendukung yang lengkap.
2. Staf medis yang sudah habis masa berlakunya maka pihak/bagian HRD menyampaikan informasi
kepada staf medis bahwa surat penugasan klinisnya hampir selesai masa berlakunya (satu bulan
sebelumnya).
3. Ketua komite medik menugaskan subkomite kredensial untuk melaksanakan rekredensial terhadap
staf medis tersebut.
4. Subkomite kredensial melaksanakan rekredensial dengan tahapan sebagai berikut:
a. Subkomite kredensial meminta hasil evaluasi kinerja tahunan staf medis pemohon dari Tim
Evaluasi Kinerja Profesi Staf Medis yang dipimpin oleh Ketua Subkomite Mutu Profesi.
b. Subkomite kredensial dengan panitia adhoc yang melibatkan mitra bestari melakukan
pengkajian rincian kewenangan klinis dan pengkajian elemen kompetensi staf medis pemohon
(kompetensi standar, kompetensi fisik, kompetensi mental/perilaku dan perilaku etis).
c. Hasil dari pengkajian rincian kewenangan klinis dan kompetensi digabung dengan hasil
evaluasi kinerja profesi staf medis menjadi dasar keputusan rekredensial.
d. Hasil keputusan rekredensial ditulis dalam berita acara rekredensial.
5. Subkomite kredensial menyampaikan hasil rekredensial kepada ketua komite medik.
6. Ketua komite medik membuat surat rekomendasi rincian kewenangan klinis yang baru kepada
direktur rumah sakit dengan beberapa catatan jika diperlukan.
7. Direktur rumah sakit mengeluarkan perpanjangan surat penugasan klinis/surat penugasan ulang
dan rincian kewenangan klinis.
8. Surat penugasan ulang beserta rincian kewenangan klinis diumumkan ke semua unit pelayanan di
RSIA Cempaka Az-Zahra.

5
Pada proses rekredensial untuk penerbitan surat penugasan ulang, perlu digali informasi tentang area
kompetensi umum dari staf medis sebagai berikut:
1. Asuhan pasien, staf medis memberikan asuhan pasien dengan kasih, tepat dan efektif
untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit dan pelayanan
sampai akhir hayat.
2. Pengetahuan medis/klinis, dalam ilmu-ilmu biomedis, klinis dan sosial serta penerapan
pengetahuan ke dalam asuhan pasien.
3. Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktik, menggunakan bukti dan metode ilmiah untuk
investigasi, evaluasi dan meningkatkan praktik asuhan pasien.
4. Ketrampilan hubungan antar manusia/interpersonal dan komunikasi, yang akan memampukan
dan menjaga hubungan profesional dengan pasien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain.
5. Profesionalisme, terpancar dalam komitmen untuk secara terus menerus mengembangkan
professionalitas, praktik-praktik etika, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman dan sikap
tanggungjawab terhadap pasien, profesinya dan masyarakat.
6. Praktik berbasis sistem, melalui pemahaman terhadap konteks dan sistem dimana pelayanan
kesehatan diberikan.

4.2. Rekomendasi Hasil Rekredensial Bisa Berupa:


1. Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan.
2. Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah.
3. Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi.
4. Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu.
5. Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi.
6. Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.

6
BAB V
PENUTUP

Pemilihan staf medis yang kredibel merupakan tujuan dari proses kredensial yang dilakukan oleh
sub komite kredensial untuk melindungi keselamatan pasien RSIA Cempaka Az-Zahra

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk menjaga
standar dan kompetensi para staf medis yang akan berhadapan langsung dengan para pasien di rumah
sakit. Upaya ini dilakukan dengan cara mengatur agar setiap pelayanan medis yang dilakukan terhadap
pasien hanya dilaukan oleh staf medis yang benar-benar kompeten.

Anda mungkin juga menyukai