Anda di halaman 1dari 44

TUGAS KOMUNITAS III

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ISPA

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Mei Nur Fatimah (10215003)
2. Desy Enggar Pravita (10215004)
3. Selviana Hanif Mubthalifah (10215012)
4. Oktavia Eka Puspitasari (10215013)
5. Titik Pusparini (10215021)
6. M. Perdana Sigo Pradikda (10215024)
7. Abdul Chafid Muzaki (10215033)
8. Fatin Afizah Sari (10215034)
9. Ayu Rahma Widhiya Anita (10215043)
10. Rinda Dinarti (10215044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan
kuasanya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Komunitas III dengan judul
”Asuhan Keperawatan Keluarga dengan ISPA” sadar bahwa dalam penulisan ini

i
tidak sedikit masalah yang dihadapi, namun berkat kerja keras serta bantuan dari
pihak, semua masalah tadi bisa teratasi dengan baik. Oleh karena itu, kami banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis sadar bahwa ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat sebagai
tambahan wawasan pengetahuan.

Kediri, 15 Oktober 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi, tipe, struktur, tahap keluarga........................................... 5
B. Definisi ISPA................................................................................. 9
C. Klasifikasi ISPA............................................................................. 10
D. Etiologi ISPA................................................................................. 10
E. Patofisiologi ISPA.......................................................................... 11
F. Manifestasi Klinis ISPA................................................................. 12
G. Pemeriksaan Penunjang ISPA........................................................ 12
H. Komplikasi ISPA........................................................................... 13
I. Penatalaksanaan ISPA.................................................................... 13
J. Pathways........................................................................................ 18
K. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan ISPA................................ 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 44
A. Saran.............................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 45

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sering terjadi pada anak. WHO memperkirakan insiden ISPA di negara
berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15-20% pertahun pada golongan usia balita.
Menurut WHO kurang lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal
setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara
berkembang, dimana ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun
(Rudianto, 2013). Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta, China
21 juta, Pakistan 10 juta dan Bangladesh, Indonesia, masing-masing 6
juta episode.
Dari semua kasus yang terjadi dimasyarakat, 7-13% kasus berat
dan memerlukan perawatan rumah sakit. ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan
rumah sakit (15%-30%) (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL, 2011). Di Indonesia kasus
ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian bayi.
Sebanyak 36,4% kematian bayi pada tahun 2008 (32,1%) pada tahun
2009 (18,2%) pada tahun 2010 dan38,8%pada tahun 2011 disebabkan
karena ISPA. Selain itu, ISPA sering berada pada daftar sepuluh
penyakit terbanyak penderitanya di rumah sakit. Berdasarkan data dari
P2 program ISPA tahun 2009, cakupan penderita ISPA melampaui
target 13,4%, hasil yang diperoleh 18.749 penderita. Survei mortalitas
yang dilakukan Subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA sebagai
penyebab terbesar kematian bayi di Indonesia dengan persentase 22,30%
dari seluruh kematian balita (Depkes RI, 2012). Dari hasil survei yang
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Semarang pada 37 Puskesmas,
diketahui jumlah penderita ISPA usia 0-4 tahun sebanyak 5.881 anak
pada tahun 2002.

1
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa salah satu penyebab
terjadinya ISPA pada balita bukan hanya faktor lingkungan fisik
rumah akan tetapi diperoleh fakta bahwa rata-rata lama pemberian ASI
secara ekslusif terdapat hubungan yang yang signifikan Antara lama
pemberian ASI secara ekslusif dengan frekuensi kejadian ISPA dalam
1 bulan (p<0,05). Arah hubungan adalah negativ yang berarti semakin
lama pemberian ASI secara ekslusif maka frekuensi kejadian ISPA dalam
1 bulan terakhir akan semakin kecil (Prameswari, 2009). Hasil
peneltiain lain dikatakan bahwa tersebut terlihat bahwa penderita ISPA
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Erlien, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi, tipe, struktur, tahap keluarga ?
2. Apa definisi ISPA ?
3. Apa klasifikasi dari ISPA ?
4. Apa etiologi ISPA ?
5. Bagaimana patofisiologi dari ISPA ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari ISPA ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari ISPA ?
8. Bagaimana komplikasi dari ISPA ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan dari ISPA ?
10. Bagaimana pathways ISPA ?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga dengan ISPA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi, tipe, struktur, tahap keluarga.
2. Untuk mengetahui apa definisi dari ISPA.
3. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari ISPA.
4. Untuk mengetahui apa etiologi ISPA.
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari ISPA.
6. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari ISPA.
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari ISPA.
8. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari ISPA.
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari ISPA.
10. Untuk mengetahui bagaimana pathways ISPA.
11. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan
ISPA.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke tergantungan
(Nasrul Effendi, 1998 : 33 ).
Hal ini dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan suatu sistem
yang saling berinteraksi satu sama lainnya dalam memenuhi kebutuhan
termasuk kesehatan, sehingga keluarga mempunyai peran penting
dalam mengembangkan, mencegah dan mengatasi atau memperbaiki
masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Keluarga juga dipandang
sebagai instansi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani
(Amanui, 2007).
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan
mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan

3
serta mempertahankan kebudayaan ( S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya
1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-
masing.
h. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39).
2. Tipe keluarga terdiri dari
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakandan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama–sama.
f. Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu

4
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan
samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama
berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah

5
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan

6
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
dunia atau keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
B. Definisi ISPA
Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA adalah penyakit infeksi
saluran pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga
hidung sampai dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk,
pilek, infeksi telinga (otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis).
Menurut Anonim (2008), ISPA adalah penyakit ringan yang akan
sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu,
tetapi penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika
dibiarkan dan tidak segera ditangani.

C. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan
golongannya umur yaitu :
1. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya :
a. Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli).

7
b. Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold),
radang tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga
(otitis media).
2. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan
berdasarkan golongan umur yaitu :
a. Untuk anak usia 2-59 bulan :
- Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50
kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali
permenit untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada
dinding dada.
- Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan
sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan
dan frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit
untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
- Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast
breathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah
dalam (servere chest indrawing).
b. Untuk anak usia kurang dari dua bulan :
- Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60
kali permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.
- Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60
kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada
tanpa nafas cepat.

D. Etiologi ISPA
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.
Osganisme gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous,
dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui
transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai
penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur

8
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia
(CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
(Reeves, 2001 dalam Sari, 2013).

Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis


bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus
streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus,
adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung .
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko
serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi
terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan,
status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).
Faktor Resiko Menurut Dewi (2011), faktor resiko
meningkatkan resiko penularan pneumokokus diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Anak berusia di bawah lima tahun (balita).
2. Anak ada di tempat penitipan anak / playgroup, sehingga ia dapat
tertular oleh penderita batuk lain.
3. Anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok.
4. Bayi tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI tetapi tidak
memadai, kurang gizi, imunisasi tidak lengkap.
5. Anak tinggal di hunian padat atau di lingkungan yang tidak sehat.
6. Sedang terjadi pergantian cuaca, sehingga menyebabkan
terhirupnya asap / debu secara berulang-ulang.
7. Sedang terjadi musim hujan.

9
8. Anak merupakan penderita penyakit kronis seperti asma, HIV,
penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
E. Patofisiologi ISPA
Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau Mycoplasma
pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik melalui saluran nafas
atas atau aliran darah. Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi
inflamasi yang terbatas pada dinding alveolar. Pada pneumonia bakterial,
mukus yang statis terjadi sebagai akibat dari pembengkakan vaskular.
Debris sel berkumpul dalam ruang alveolar. Ekspansi yang sedikit
berlebihan dengan udara yang terjebak mengikuti. Inflamasi alveoli
menyebabkan atelektasis, sehingga pertukaran gas menjadi terganggu.
Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah pneumonia viral atau
aspirasi dan memerlukan penanganan antibiotik (Kyle, Terri. 2015).

10
F. Manifestasi Klinis ISPA
Tanda dan gejala menurut Departemen Kesehatan RI 2002 adalah :
1. ISPA ringan: Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan
gejala batuk pilek dan sesak.
2. ISPA sedang : ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas,
suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila bernapas mengeluarkan suara
seperti mengorok. Selain itu :
- Pernafasan cepat.
Umur < 1 tahun : 50 kali / menit atau lebih.
Umur 1-4 tahun : 40 kali / menit atau lebih.
- Wheezing (nafas menciut-ciut).
- Sakit/keluar cairan dari telinga.
- Bercak kemerahan (campak).
- Tenggorokan berwarna merah.
3. ISPA berat : Gajalanya meliputi kesadaran menurun, nadi cepat atau
tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru
(sianosis) dan gelisah. Selain itu gejala sedang/ringan ditambah satu
atau lebih gejala berikut :
- Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
- Kesadaran menurun.
- Bibir / kulit pucat kebiruan.
- Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.
- Adanya selaput membran difteri. Lubang hidung kembang kempis
(dengan cukup lebar) pada waktu bernapas.
G. Pemeriksaan Penunjang ISPA
Sebelum dilakukan penatalaksanaan ISPA terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan test diagnostistik menurut sandra M.Nettina (2000) yaitu:
1. Pemeriksaaan darah lengkap yaitu Hb, leukosit, hematokrit, dan
trombosit.
2. Foto rontgent : thorax.

H. Komplikasi ISPA
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan
penyebaran infeksi.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada
bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum

11
tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri
tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses
sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah
dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang
disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang
terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun
bilateral. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan
antibiotik.
2. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi
dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan
menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak
kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia)
kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat
nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang
nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya
dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya
ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare.
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah
seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia. Selain
itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis
purulenta (Adelle, 2002).

I. Penatalaksanaan ISPA
Berikut ini adalah pengobatan ISPA berdasarkan klasifikasinya yakni :
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
3. Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang

12
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar
getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama
10 hari.
Sedangkan untuk perawatan di rumah antara lain :
1. Mengatasi demam
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulang ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit
yang diderita.
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika
pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.

13
J. Pathways ISPA
Faktor resiko Etiologi
Tinggal dilingkungan polusi & Bakteri
perokok
Imunisasi tidak lengkap Virus
Kepadatan tempat tinggal
Jamur
Kurang gizi
Anak balita usia dibawah 2 tahun protozoa
Penurunan imun
Peningkatan suhu Masuk ke paru-paru
MK : tubuh melalui jalan nafas
Hipertermi Peningkatan
metabolisme Merusak epitel bersilia,
sel goblet
MK : Mual ,
muntah Kuman patogen mencapai
Resiko anoreksia bronchioli terminalis
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Infeksi

MK : Alveoli berisi kuman


Ketidakefektifan pneumokokus
bersihan jalan nafas
Konsolidasi paru

Ekspansi paru
Kurang
Infeksi berlanjut, leukosit informasi menurun
dan Pernafasan
fibrin lisis memenuhi MK :
Defisit meningkat,
alveoli dyspnea
pengetahuan
MK :
Gangguan MK :
pertukaran gas Ketidakefektifan
pola nafas
14
K. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan ISPA

CONTOH KASUS
Tn. U (alm) (80 th) suami dari Ny. R (alm) (70 th) mempunyai anak
satu atau tunggal yaitu Tn. A (50 th) yang menikah dengan Ny. S (45 th).
Tn. D (alm) (85 th) mempunyai istri Ny. H (70 th) mempunyai anak
perempuan Ny. S (45 th) dan anak laki-laki Tn. I (30 th).
Tn. A dan Ny. S mempunyai dua orang anak An. Z (13 th) seorang
laki-laki bersekolah di SMP dan anak kedua, An. D (6 th) laki-laki,
bersekolah di SD. Dalam keluarga Tn. A salah satu anggota keluarga, yaitu
Ny. S istri Tn. A menderita penyakit ISPA. Apabila pasien kambuh nampak
sesak dan mengeluh badannya panas. Dua bulan yang lalu pasien pernah
MRS karena batuk, pilek, suhu tubuh tinggi dan sesak, oleh dokter di
diagnosa penyakit ISPA.
Untuk mengatasi masalah tersebut, keluarga Tn. A hanya
membawanya ke puskesmas saja karena menurutnya masih bisa di tangani
di puskesmas, terkadang keluarga juga hanya merawatnya di rumah sendiri
dengan berbekal pengetahuan seadanya. Keluarga hanya membantu dalam
memenuhi aktifitas sehari-hari Ny. S, keluarga Tn. A termasuk keluarga
yang kurang memperhatikan kesehatan, meskipun mereka mengaku pernah
ke dokter tetapi jika hanya ada keadaan yang sangat berbahaya.
Keluarga Tn. A juga jarang memeriksakan perkembangan kesehatan
Ny. S meskipun pernah ada riwayat MRS karena hipertensi sebelumnya.
Sedangkan Tn. A hanyalah pedangang roti keliling yang uangnya hanya
cukup untuk sang istri berobat, dan keadaan rumahnya yang sederhana,
ventilasi rumahnya mencukupi namun ada beberapa jendela yang tidak
bisa dibuka. Rumah Tn. A pinggir jalan raya dan juga tidak terlalu jauh
dengan puskesmas, atau hanya berjarak 2 meter dari rumahnya.

15
Fasilitas Yankes Puskemas/Dokter No. Registrasi -
Nama perawat yang mengkaji Ns. K Tanggal Pengkajian 06 Oktober 2017
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


1. Data Keluarga

Nama Kepala Keluarga Tn. A Bahasa Sehari-hari Jawa


Alamat Rumah & Telp Jl. A No 39 Kediri Jarak Yankes terdekat Puskesmas dengan jarak 2 m

081*********
Agama dan Suku Islam & Jawa Alat transportasi Motor

2. Data Anggota Keluarga

16
Status TTV Status Alat
Pendidikan Pekerjaan Saat
No Nama Hub dgn KK Umur JK Suku Gizi (TB, (TD, N, Imunisa Bantu /
terakhir ini
BB, BMI) S, RR) si Dasar Protesa

1. Tn. A Kepala Keluarga 50 L Jawa SMA Pedagang Roti Baik Normal  -


Ibu Ny. S/Mertua
2. Ny. H 70 P Jawa SMP Tidak bekerja Baik Normal  -
Tn. A
Ibu Rumah Tidak
3. Ny. S Istri 45 P Jawa SMA Kurang  -
Tangga Normal

4. An. Z Anak Pertama 13 L Jawa SMP Tidak bekerja Baik Normal  -

5. An. D Anak Kedua 6 L Jawa SD Tidak bekerja Baik Normal  -

3. Lanjutan

17
Riwayat Penyakit / Analisis Masalah Kesehatan
No Nama Penampilan Umum Status Kesehatan Saat ini
Alergi INDIVIDU

1. Tn. A Baik Sehat - -

2. Ny. H Baik Sehat - -

3. Ny. S Baik Sakit - Lemas, pusing

4. An. Z Baik Sehat - -

5. An. D Baik Sehat - -

18
4. Genogram

70

50
45

13 6

Ket :

: : Laki-laki : Perempuan : Meninggal

: Meninggal : Sakit : Yang tinggal dalam 1 rumah

5. Type Keluarga :
a. Jenis Type Keluarga : Keluarga ekstendet
b. Masalah yang terjadi dengan type tersebut adalah : Ny. S (istri Tn.
A) mengalami lemas dan pusing karena penyakit hipertensi.
6. Suku Bangsa :
a. Asal suku bangsa : Jawa
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : -
7. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam
8. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. A
b. Penghasilan : Rp 3.000.000
c. Upaya lain : -
d. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) : motor, radio,
televisi.
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : ±1.500.000
9. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga sesekali mengajak anak-anaknya untuk menonton tv bersama di
rumah dan itu sudah dianggap berekreasi.

19
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
:
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
memasuki masa sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tugas keluarga yang belum terpenuhi tidak ada.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny. S mengeluh lemas dan pusing karena adanya penyakit
hipertensi yang di derita, keluarga hanya merawat dengan
berbekal pengetahuan yang seadanya dan akan membawa ke
dokter apabila keadaan berbahaya. Padahal jarak puskemas
dengan rumah Tn. A tidak terlalu jauh.
2) Riwayat penyakit keturunan :
Adanya penyakit keturunan dari keluarga Ny. S yaitu dari nenek
Ny. S, yang pernah mempunyai riwayat hipertensi namun nenek
dari Ny. S sudah meninggal.
3) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :
Keluarga Tn. A biasanya membawa Ny. S ke dokter ataupun
puskesmas terdekat. Namun, Tn. A hanya membawa Ny. S pada
saat mengalami keadaan yang berbahaya.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Nenek dari Ny. S mempunyai riwayat penyakit hipertensi.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


Data Penunjang Keluarga

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga

Kondisi Rumah : Jika ada Ibu nifas, Persalinan ditolong oleh


tenaga kesehatan :
Baik
-
Ventilasi :
Jika ada bayi, Memberi ASI eksklusif :
Cukup / Kurang*

20
Ventilasi ruangan baik -

Pencahayaan rumah : Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan -

Baik / Tidak* Menggunakan air bersih untuk makan &


minum :
Pencahayaan dalam ruangan sudah cukup
terang. Ya / Tidak*

Saluran Buang Limbah : Kondisi air jernih, tidak berbau, tidak berasa.

Baik/Cukup/Kurang* Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :

Keluarga mempunyai fasilitas pembuangan Ya / Tidak*


limbah berupa saptic tank
Jika tangan terlalu kotor keluarga mencuci
Sumber Air Bersih : tangan dengan sabun

Sehat / Tidak Sehat * Melakukan pembuangan sampah pada


tempatnya :
Sumber air bersih, dari sumur bersanyo
Ya / Tidak*
Jamban Memenuhi Syarat :
Keluarga membuang sampah pada tempatnya
Ya / Tidak * jamban berada di dalam rumah
keadaan bersih Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :

Tempat Sampah : Ya / Tidak*

Ya / Tidak * keluarga memiliki tempat Ny. S menyapu rumah dan halamannya.


pembuangan sampah sendiri di belakang
Mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari :
rumah
Ya / Tidak*
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah
Anggota Keluarga 8m2/orang : Keluarga mengkonsumsi tempe/ tahu/ telur
sebagai lauk.
Ya / Tidak* keluarga memiliki luas tanah yang
cukup luas yaitu 75 m2 dengan jumlah anggota Menggunakan jamban sehat :

keluarga sebanyak 5 orang Ya / Tidak*

Jamban berada di dalam rumah keadaan


bersih

21
Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu :

Ya / Tidak*

Jentik jentik dirumah diberantas saat keadaan


penampung air mulai kotor

Makan buah dan sayur setiap hari : Ya /


Tidak*

Hanya sayur yang selalu ada. Keluarga jarang


makan buah

Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya /


Tidak*

Keluarga jarang melakukan olah raga pagi.

Tidak merokok di dalam rumah : Ya / Tidak*

Tn. A merokok di dalam rumah maupun


diluar rumah tanpa menghiraukan anggota
keluarga yang lain

1) Karakteristik Rumah
Keluarga Tn. A dikelurahan Lirboyo Kediri, dengan luas tanah ± 110
m2. Rumah milik sendiri, bangunan permanen, tembok disemen,
lantai sebagian ubin sebagian plester, ada 3 kamar tidur, ruang tamu,
dapur, kamar mandi. Kondisi dalam rumah bersih dan teratur. Semua
ruang terdapat jendela tetapi beberapa jendela dibuka kadang-kadang
saja. Sumber mata air menggunakan sumur sanyo. Septic tank berada
di samping rumah, jarak dengan sumber air lebih dari 10 m. Kondisi
air jernih, tidak berbau, tidak berasa. Keluarga Tn. A memiliki gentong
sebagai penampung air untuk keperluan memasak. Sampah ditampung
di tempat sampah di belakang rumah, yang akan dibakar jika sudah
kering. Keluarga Tn. A mengetahui jika ada lingkungan yang kotor

22
seperti sampah yang berserakan, air yang menggenang itu semua
dapat menimbulkan penyakit. Dalam keluarga Tn. A kebiasaan
membersihkan rumah setiap hari berupa menyapu lantai.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn. A tinggal berdekatan
dengan tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup baik.
Kebanyakan tetangga bermata pencaharian sebagai Wiraswasta.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Tn. A bersama keluarga menempati rumahnya sudah 10 tahun. Letak
rumah tepat di dekat jalan raya kampung, alat transportasi umum yang
ada yaitu angkutan umum dan ojek. Sedang untuk mobilitas, keluarga
menggunakan sepeda motor. Jarak rumah ke puskesmas 2 km.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. A biasa berkumpul pada sore hari, sepulang kerja. Di
lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti pengajian ibu-ibu,
pertemuan RT, pos kampling dan kebersihan lingkungan. Kadang-
kadang Tn. A ikut pertemuan RT. Anak Tn. A biasanya bermain
dengan tetangga sekitar sepulang sekolah. Keamanan lingkungan
terjaga, hubungan antar tetangga baik. Keluarga Tn. A menyadari
pentingnya puskesmas untuk memantau kesehatan. Tetapi kendalanya
Tn. A masih belum menyadari bahwa fasilitas kesehatan sangat
penting dan tidak hanya dibutuhkan pada saat keadaan yang sudah
parah maupun berbahaya. Dan kurang memperhatikan kesehatan.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Tn. A dan anggota keluarga yang lain membantu merawat Ny. S yang
sakit, terkadang jika Ny. S sakit Tn. A dan anggota keluarga yang lain
membantu dalam memenuhi aktifitas sehari-hari Ny. S dan
membawanya ke dokter apabila sudah parah.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga

23
Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn. A yaitu komunikasi
terbuka, jika ada masalah maka akan dirembuk bersama. Komunikasi
dilakukan dengan sangat terbuka oleh Tn. A.
b. Struktur Kekuatan Keluarga.
Keluarga merupakan keluarga ekstendet yang terdiri dari ibu mertua,
suami, istri, dan dua anak yang memasuki masa sekolah.
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
a. Ny. H (Ibu mertua Ny. S) tidak bekerja.
b. Tn. A berperan sebagai kepala keluarga masih aktif bekerja
mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
d. Ny. S hanya seorang ibu rumah tangga yang bertanggungjawab
mengurus rumah, ibunya (Ny. H) dan kedua anaknya yang masih
bersekolah. Untuk biaya kehidupan keluarga hanya mengandalkan
penghasilan Tn. A sebagai penjual roti.
e. Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga Tn. A menekankan etika dan sopan santun dalam
bergaul dengan orang lain, saling menghormati dan menghargai, serta
berani karena benar dan sesuai dengan budaya jawa.

V. FUNGSI KELUARGA
Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan
Anggota Keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya / Tidak
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : Ya / Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya : Ya / Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya : Ya / Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya bila tidak diobati / dirawat : Ya / Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : Keluarga / Tetangga / Kader / Tenaga kesehatan

24
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya / Perlu berobat ke fasilitas
yankes / Tidak terpikir
Keluarga membawa Ny. S ke dokter setelah mendapati kondisi Ny. S sudah parah
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota
keluarganya secara aktif : Ya / Tidak, jelaskan
Tn. A hanya menangani dengan pengetahuan yang seadanya dan akan membawa ke
fasilitas kesehatan apabila anggota keluarga yang sakit mengalami keadaan yang
berbahaya
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang
dialaminya yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
Tn. A hanya menangani dengan pengetahuan yang seadanya
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang dialaminya : Ya / Tidak, jelaskan
Keluarga belum menyadari bahwa fasilitas kesehatan sangat penting dan tidak hanya
dibutuhkan pada saat keadaan yang sudah parah maupun berbahaya, namun hanya
merawat Ny. S dengan pengetahuan yang seadanya
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : Ya / Tidak,
Keluarga belum mampu melakukan pencegahan masalah kesehatan karena masih
belum menyadari penyebab dari penyakit hipertensi dan cara menanganinya, keluarga
hanya mengandalkan pengetahuan yang seadanya untuk merawat Ny. S
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya / Tidak, jelaskan
Keluarga hanya membawa ke fasilitas kesehatan apabila sudah mengalami keadaan
berbahaya dan masih belum menyadari kebiasaan yang dapat merugikan bagi anggota
keluarga lain, contohnya merokok di dekat orang yang menderita hipertensi
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
Terkadang saat anggota keluarga keluarga sakit dan sudah tidak dapat diobati dengan
obat dari toko, keluarga membawa anggota yang sakit ke puskesmas atau dokter.

a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. A termasuk keluarga harmonis, interaksi dalam keluarga
terjalin baik. Antar anggota keluarga saling memperhatikan,
menghormati, dan menyayangi sehingga tidak ada istilah pilih kasih.
b. Fungsi sosialisasi

25
Dalam keluarga Tn. A ditanamkan kedisiplinan. Hubungan dengan
tetangga baik, Tn. A juga anggota keluarga yang lain selalu berusaha
melakukan sosialisasi dengan lingkungan jika ada waktu senggang.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Dalam keluarga Tn. A dapat mengidentifiksi penyakit Ny. S meskipun
secara awam, saat Ny. S kelelahan atau saat hipertensinya kambuh.
Keluarga mengambil keputusan dengan cepat ketika Ny.S sakit tetapi
masih belum mampu meningkatkan status kesehatan keluarga.
d. Fungsi reproduksi :
Tn. A dan Ny. S tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah
bersyukur mempunyai dua orang anak yang baik-baik, Ny.S masih
mengikuti program KB dikarenakan masih haid dan melakukan
hubungan suami istri. Mereka sepakat untuk membesarkan anaknya
dengan baik dan memberi pendidikan yang baik.
e. Fungsi ekonomi
kondisi keluarga Tn. A tetap stabil meskipun Ny. S sakit dan memenuhi
kebutuhan keluarganya.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


- Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Keluarga khawatir dengan keadaan Ny. S yang tiba-tiba hipertensinya
kambuh
- Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor
Keluarga Tn. A mampu membawa Ny. S ke dokter atau puskemas.
- Strategi Koping Konstruktif Yang Digunakan
Keluarga Tn. A membawa Ny. S ke dokter karena diyakini dapat
membantu menyembuhkan sakit dari Ny. S
- Strategi Adaptasi Fungsional
Di keluarga Tn. A tidak ada yang bersifat kekerasan di dalam membina
rumah tangganya.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


- Pemenuhan gizi :
Makanan yang biasa dikonsumsi tahu, tempe, kangkung, bayam, jarang
makan daging, ikan laut dan buah.
- Upaya lain
Biasanya mendapat beras dari pemerintah.

VIII. HASIL PEMBINAAN BERDASARKAN TINGKAT


KEMANDIRIAN KELUARGA

26
Kunjungan Pertama (K-1) : Kunjungan Keempat (K-3) :
c. Keluarga sudah masuk tingkat d. Keluarga sudah masuk tingkat
kemandirian 1 kemandirian 3
Perawat : Ns. K - Perawat : Ns. K

Kunjungan Kedua (K-2) : Kunjungan Kelima (K-4) :


e. Keluarga sudah masuk tingkat - Keluarga sudah masuk tingkat
kemandirian 4
kemandirian 2
- Keluarga memiliki perubahan pada
Perawat : Ns. K
tahap perkembangannya.

Perawat : Ns. K

X. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT DALAM KELUARGA

Nama Individu yang sakit : Ny. S Diagnosa medik : Hipertensi


Sumber dana kesehatan : Pemerintah Rujukan dokter / rumah sakit : -

a. Keadaan Umum
Kurus, terlihat pucat, terganggung aktivitas.
b. Sirkulasi / Cairan
Normal
c. Sistem Perkemihan
Normal
d. Sistem Pernapasan
Normal
e. Sistem Pencernaan
Jarang mengalami gangguan
f. Sistem Muskuloskeletal
Normal
g. Sistem Neurosensori
Jarang mengalami gangguan
h. Kulit
Sawo matang
i. Tidur dan Istirahat
Cukup baik
j. Mental
Tidak ada gangguan
k. Komunikasi dan Budaya
Ny. S berkomunikasi dengan baik kepada anggota keluarga
l. Kebersihan Diri
Ny. S mandi satu hari dua kali, sikat gigi setiap mandi, memakai sabun
mandi setiap mandi dan mandi menggunakan air bersih. Mencuci
tangan sebelum makan.
m. Perawatan Diri Sehari-hari
Ny. S mandi satu hari dua kali. Ganti baju satu hari dua kali.

27
28
A. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Ny. S mengatakan mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun. Ketidakmampuan keluarga Ketidakseimbangan nutrisi kurang
DO : memberikan perawatan dari kebutuhan tubuh
1. Ny.S terlihat lemas
2. Ny.S makan 1 x/hari habis ½ porsi dengan bantuan, dan kadang tidak
makan.
3. Mukosa bibir kering
4. BB sebelum sakit 45 kg, sesudah sakit 40 kg.
2. DS : Ketidakmampuan keluarga Defisiensi Pengetahuan
1. Tn. A mengatakan Ny. S hanya dirawat dirumah dengan bekal memodifikasi lingkungan
pengetahuan seadanya.
2. Keluarga Tn. A termasuk keluarga yang kurang memperhatikan
kesehatan, meskipun mereka mengaku pernah ke dokter tetapi jika
hanya ada keadaan yang sangat berbahaya.
3. Keluarga Tn. A juga mengatakan jarang memeriksakan tekanan darah
Ny. S meskipun pernah ada riwayat MRS karena hipertensi
sebelumnya.
DO :
1. Ny.S tampak cemas dan tegang.
2. Keluarga tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
3. TD : 160/100mmH, N : 100x/m, S : 360C, RR : 20x/m

29
B. Perumusan Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan.
2. Defisiensi Pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.

C. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan

No.
Diagnosis Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
Kep.

30
1. Sifat masalah :
Skala :
3
Masalah adalah keadaan yang sudah terjadi dan perlu
- Aktual 2 1 3/3 x 1= 1
- Resiko 1 di lakukan tindakan segera.
- Potensial

Kemungkinan masalah Sumber-sumber yang ada dan tindakan untuk me-


dapat diubah : mecahkan masalah dapat dijangkau keluarga.
Skala : 2
1 2 1/2 x 2 = 1
- Mudah
0
- Sebagian
- Tidak dapat

Potensial masalah untuk 1 3/3 x 1 = 1 Masalah dapat dicegah untuk tidak memper-buruk
dicegah : keadaan dapat dilakukan Ny.S dan keluarga dengan
Skala : 3 memperbaiki perilaku hidup sehat.
2
- Tinggi
1
- Cukup
- Rendah

31
Menonjolnya masalah : Keluarga menyadari adanya masalah tetapi tidak
Skala : didukung dengan pemahaman yang ade-kuat tentang
2 1 2/2 x 1 = 1
- Segera karakteristik penyakit.
1
- Tidak perlu
0
- Tidak dirasakan
Total Skor 4

No.
Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
Diagnosa
2. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1 Adanya ancaman kesehatan tetapi tidak perlu
Skala : ditangani segera.
3 1
- Aktual 2
- Resiko 1
Potensial
Kemungkinan masalah dapat 1 1/2 x 2 = 1 Membawa Ny.S ke pelayanan kesehatan untuk
diubah : mendapatkan pengobatan dan perawatan.
Skala : 2
1
- Mudah
0
- Sebagian
- Tidak dapat

32
Potensial masalah untuk dicegah : 2/3 x 1 = 2/3 Pencegahan biasanya dilakukan dengan menjaga pola
Skala : hidup dan pola makan.
1
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = 1 Tn. A dan Ny. S bisa menerima keadaan mereka saat
2
Skala : ini meskipun belum stabil.
1 1
- Segera 0
- Tidak perlu
- Tidak dirasakan
Total Skor 3 2/3

n. Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
4
keluarga memberikan perawatan.
2. Defisiensi Pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. 3 2/3

33
o. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Tujuan Kriteria Evaluasi


Dx Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standart

34
Ketidakseimbangan Setelah Setelah dilakukan 1 x Respon Verbal 1. Mengetahui 1.1 Memberitahu pasien dan kelua
nutrisi kurang dari dilakukan kunjungan selama 30 tentang betapa pentingnya untuk te
( Pasien dan
kebutuhan tubuh b.d kunjungan menit, diharapkan pentingnya nutrisi menjaga kebutuhan nutrisi wa
keluarga bisa
ketidakmampuan diharapkan keluarga mampu : bagi tubuh. saat sakit.
memahami materi 2. Megetahui 1.2 Memberitahu keluarga dan pas
keluarga memberikan kebutuhan
1. Memberikan yang di berikan) komposisi nutrisi tentang komposisi nutrisi y
perawatan. nutrisi pasien
perawatan yang seimbang. seimbang.
dapat
kepada Ny. S. 1.3 Memberitahu keluarga sup
terpenuhi
lebih aktif dalam membantu Ny
secara
dalam pemenuhan kebutu
seimbang
nutrisinyanya secara pars
perlahan-lahan sambil mela
pasien agar mam
melaksanakannya secara mandir

35
Setelah dilakukan 1 x Respon Psikomotor 1. Makan 3x sehari 2.1 Menjelaskan bagaim
kunjungan selama 30 porsi habis tanpa pentingnya nutrisi bagi tub
(Pasien mampu
menit, diharapkan bantuan. dan sebagai penunj
makan dan minum 2. Minum air putih 8
keluarga mampu : kesembuhan penyakit.
secara seimbang) gelas perhari 2.2 Memotivasi Ny. S un
2. Mampu tanpa bantuan melakukan aktifitas tersebut.
memodifikasi 2.3 Membantu keluarga sup
lingkungan. lebih aktif dalam membantu
S dalam pemenuhan kebutu
3. Mampu
nutrisinya secara parsial, sam
memanfaatkan
tujuan terpenuhi.
fasilitas
kesehatan.

36
2. Defisiensi Setelah Setelah dilakukan 1 x Respon Afektif Keputusan yang 1.1 Mendiskusikan alternatif un
Pengetahuan b.d dilakukan kunjungan selama 30 dibuat keluarga dan mengatasi masalah yaitu :
( Pasien a. Pentinya berobat teratur
ketidakmampuan kunjungan menit, diharapkan Ny. S sendiri
memperhatikan sarana kesehatan.
keluarga keperawatan, keluarga mampu :
dengan baik) b. Pentingnya kerjasa
memodifikasi keadaan
1. Mampu dengan petugas kesehatan
lingkungan. penyakit Ny. S c. Manfaat istirahat dan o
memodifikasi
berangsur raga teratur.
lingkungan. 1.2 Berikan dorongan kep
membaik.
keluarga dan Ny. S un
memperbaiki pola hidup seha
1.3 Beri pujian terhadap pola hid
yang baik dan benar, sebalik
beri koreksi atas pola hid
yang keliru.

37
Setelah dilakukan 1 x Respon Psikomotor 1. Mengunjungi 2.1 Berikan edukasi menge
kunjungan selama 30 pelayanan pentingnya pelaya
(Pasien
menit, diharapkan kesehatan dengan kesehatan.
melaksanakan apa 2.2 Motivasi keluarga un
keluarga mampu : rutin walaupun
yang sudah di berkunjung ke pelaya
tidak mengalami
2. Mampu ajarkan dan mampu kesehatan.
sakit parah.
memanfaatkan memanfaatkan 2. Makan teratur,
fasilitas pelayanan kesehatan meluangkan waktu
kesehatan. dengan baik) untuk istirahat dan
refreshing serta
berolahraga.

38
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke tergantungan (Nasrul
Effendi, 1998 : 33 ).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di
negara-negara maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertansi
masih rendah presentasinya.Walaupun demikian bukan berarti ancaman
penyakit hipertensi diabaikan begitu saja. Bagi masyarakaat golongan atas
hipertensi benar-benar menjadi momok yang menakutkan (Sri Rahayu :
2000).
B. Saran
Asuhan keperawatan keluarga ini dapat menjadi kontribusi atau
sumber pengetahuan bagi penderita hipertensi khususnya di lingkup
keluarga yang masih mempunyai pengetahuan kurang mengenai penyakit
hipertensi.
Lakukan pengkajian lebih mendalam tentang asuahan keperawatan
keluarga dengan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

39
Anonim, 2008. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Diakses : 18 Oktober
2008.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta :
Depkes RI Jakarta.
Depkes RI. (2002). Pedoman pemberantasan penyalit saluran pernafasan
akut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat 2010.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2002:40.
Dewi, Ratna Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL)., 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran
pernapasan Akut. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Indeks.
Khaidirmuhaj, 2008. Pengertian ISPA dan Pneumonia. Diakses : 10 Januari
2009. http://www.google.co.id/search?
hl=id&q=Menurut+Khaidirmuhaj+2008+I
SPA+dapat+dikelompokkan+ISPA+berdasarkan+golongan+umur&
meta=
Klinikita, 2007. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Bumi Aksara.
Kyle, Terri & Carman, Susan. 2015. Buku Praktik Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Nettina, Sandra M. 2001 Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa
Setyawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC.
Pilliteri, Adele.2002.Buku Saku Keperawatan.Jakarta :EGC.
Prabu, Putra. (2009). Faktor Resiko ISPA Pada Balita.Diperoleh pada
tanggal 15 Oktober 2013 dari
http://www.putraprabu.wordpress.com.
Prameswari, G.N. 2009. Hubungan Lama Pemberian Asi Secara Ekslusif
Dengan Frekuensi Kejadian ISPA. Universitas Negeri
Semarang, Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(1): 30.
Rudianto. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu

40
Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013.
Skripsi. FKIK Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sari, Kartika Wijayaningsih. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta:
Anggota IKAPI.
Sari, Kartika Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan.
Jakarta : Trans Info Media.

41

Anda mungkin juga menyukai