Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

I. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, (Fitria 2012).
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. (Prabowo 2014).
Harga diri rendah yaitu individu cendrung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain, (Direja 2011).
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupan sendiri serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.

2. Tanda dan gejala harga diri rendah


a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakaian tidak rapih.
h. Selera makan kurang
i. Tidak berani menatap lawan bicara.
j. Lebih banyak menunduk.
k. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
(Direja, 2011)
3. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Kerancuan identitas Depersonalisasi

Gambar 1.1 : Rentang respon Harga Diri Rendah (Sumber Keliat 1999 dalam Fitria 2012)

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketidak dia tidak mampu lagi
menyelesaikan maslah yang dihadapi.

1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Kerancuan identitas adalah identitass diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian yang kurang
sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lai n secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain (Yosep,
2009).

4. Faktor-faktor
a. Faktor predisposisi
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua yang tidakrealistis
3) Kegagalan yang berulang kali
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5) Ketergantungan kepada orang lain
6) Ideal diri tidak realistis
b. Faktor presipitasi
1) Citra tubuh yang tidak sesuai
2) Keluhan fisik
3) Ketegangan peran yang dirasakan
4) Perasaan tidak mampu
5) Penolakan terhadap kemampuan personal
6) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

5. Penatalaksanaan
1. Psikofarmaka
a. Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg
1) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya nilai norma social dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam
fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
2) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem
ekstra piramidal.
3) Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan
obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS Depresi.
4) Efek samping
a) Sedasi
b) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering,
kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
c) Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindrom Parkinson
tremor, bradikinesia rigiditas).
d) Gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti).
e) Metabolik (Jaundice)
f) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang
b. Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia,
pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai anti psikosis
kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan
sindrom paranoid.Di samping itu haloperidol juga mempunyai daya anti emetic
yaitu dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian
oral haloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak dalam plasma
dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol ditimbun dalam
hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama
urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontraindikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif
terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi
ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi
gangguan percernaan dan perubahan hematologikringan, akatsia, dystosia,
takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensiortostatik, gangguan fungsi hati,
reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia,
gangguan akomodasi.
c. Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstrapiramidal berkaitan
dengan obat-obatan antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan keduan
eurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat
asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan
asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptorasetilkolin disekat pada sinaps
untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau anti kolonergik lain, glaukoma, ulkus
peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di
bawah 3 tahun, kolitisul seratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur,
disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia,
sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi,
takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada
gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distress epigastrik,
konstipasi, dilatasikolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan
seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau
mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan
paranoid.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2009)
3. Therapy KejangListrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis,
2009)
4. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social. Kemampuan
memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif / persepsi, therapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapy aktivitas
kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2009). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapy
aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2009).
III. POHON MASALAH

Resiko tinggi prilaku kekerasan

Effect Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial

Core Problem Harga diri rendah Kronis

Causa Koping individu tidak efektif

Gambar 2.1 : Pohon Masalah Harga Diri Rendah (Sumber Keliat 2009 dalam Fitria 2012)
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat. Masalah utama
adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya,
masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah
salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah
ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat
adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari
masalah utama.

IV. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Data Subjektif
a) Klien mengatakan ingin diakui jati dirinya.
b) Klien mengatakan tidak ada lagi yang peduli dengannya.
c) Klien mengatakan tidak bisa apa-apa.
d) Klien mengatakan dirinya tidak berguna.
e) Klien mengkritik dirinya sendiri.
f) Klien mengatakan enggan berbicara duluan dengan orang lain.
Data Objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Menarik diri dari hubungan sosial
c) Tampak mudah tersinggung
d) Suara pelan dan tidak jelas.
e) Kurang energy
f) Kurang spontan
g) Apatis (Acuh terhadap lingkungan)

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl No. Dx. Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Harga Diri TUM :
Rendah. Klien memiliki konsep diri yang 1. Setelah 2x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
positif. menunjukkan ekspresi menggunakan prinsip komunikasi
wajah bersahabat, terapeutik :
TUK 1 : menunjukkan rasa senang,  Sapa klien dengan ramah, baik verbal
Klien dapat membina hubungan ada kontak mata, mau maupun non verbal.
saling percaya dengan perawat. berjabat tangan, mau  Perkenalkan diri dengan sopan.
menyebutkan nama, mau  Tanyakan nama lengkap dan nama
menjawab salam, klien panggilan kesukaan klien.
mau duduk berdampingan  Jelaskan tujuan pertemuan.
dengan perawat, mau  Jujur dan menepati janji.
mengutarakan masalah  Tunjukkan sikap empati dan menerima
yang dihadapi. klien apa adanya.
 Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x interaksi klien 2.1 Diskusikan dengan klien tentang :
Klien dapat mengidentifikasi aspek menyebutkan :  Aspek positif yang dimiliki klien,
positif dan kemampuan yang keluarga, lingkungan.
dimiliki.  Kemampuan yang dimiliki klien
 Aspek positif dan 2.2 Bersama klien buat daftar tentang :
kemampuan yang  Aspek positif klien, keluarga dan
dimiliki klien. lingkungan.
 Aspek positif  Kemampuan yang dimiliki klien.
keluarga. 2.3 Beri pujian yang realistis, hindarkan
 Aspek positif memberi penilaian negatif.
lingkungan klien.

TUK 3 : 3. Setelah …x interaksi klien 3.1 Diskusikan dengan klien kemampuan


Klien dapat menilai kemampuan menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.
yang dimiliki untuk dilaksanakan. yang dapat dilaksanakan. 3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya.

TUK 4 : 4. Setelah …x interaksi klien, 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang
Klien dapat merencanakan kegiatan membuat rencana kegiatan dapat dilakukan setiap hari sesuai
sesuai dengan kemampuan yang harian. kemampuan klien :
dimiliki.  Kegiatan mandiri.
 Kegiatan dengan bantuan.
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien lakukan.
TUK 5 : 5. Setelah …x interaksi klien 5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan
Klien dapat melakukan kegiatan melakukan kegiatan sesuai kegiatan yang telah direncanakan.
sesuai rencana yang dibuat. jadwal yang dibuat. 5.2 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan
klien.
5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
TUK 6 : 6. Setelah …x interaksi klien 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
Klien dapat memanfaatkan sistem memanfaatkan sistem tentang cara merawat klien dengan harga
pendukung yang ada. pendukung yang ada di diri rendah.
keluarga. 6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah.
VII. Implementasi
Pasien Keluarga
SP 1. SP 1.
1. Mengidentifikasi kemampuan positif yang 1. Mengidentifikasi masalah yang
dimiliki. dirasakan dalam merawat pasien.
a. Mendiskusikan bahwa pasien masih 2. Menjelaskan proses terjadinya HDR.
memiliki sejumlah kemampuan dan 3. Menjelaskan tentang cara merawat
aspek positif seperti kegiatan pasien di pasien.
rumah adanya keluarga dan 4. Memainkan peran dalam merawat
lingkungan terdekat pasien. pasien HDR.
b. Memberi pujian yang realistis dan 5. Menyusun RTL keluarga / jadwal
hindarkan setiap kali bertemu dengan keluarga untuk merawat pasien.
pasien penilaian yang negatif.
2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan
saat ini.
a. Mendiskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih digunakan
saat ini.
b. Membantu pasien menyebutkannya
dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
c. Memperlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
3. Meilih kemampuan yang akan dilatih.
4. Mendiskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
5. Membantu pasien menetapkan aktivitas
mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri.
a. Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga.
b. Aktivitas apa saja yang perlu bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien.
c. Memberi contoh cara pelaksanaan
aktifitas yang dapat dilakukan pasien.
d. Menyusun bersama pasien aktifitas
atau kegiatan sehari-hari pasien.
6. Menilai kemampuan pertama yang telah
dipilih.
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
b. Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa kegiatan
yang akan dilakukan pasien.
c. Memberikan dukungan atau pujian
yang nyata sesuai kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
7. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien.
a. Memberi kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan.
b. Memberi pujian atas aktifitas /
kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari.
c. Meningkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi dan perubahan sikap.
d. Menyusun daftar aktivitas yang sudah
dilatihkan bersama pasien dan
keluarga.
e. Memberikan kesempatan
mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan. Meyakinkan
bahwa keluarga mendukung setiap
aktifitas yang dilakukan pasien.
SP 2. SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1). 1. Mengevaluasi kemampuan SP 1.
2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat 2. Melatih keluarga langsung ke pasien.
dilakukan. 3. Menyusun RTL keluarga / jadwal
3. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien. keluarga untuk merawat pasien.
SP 3. SP 3.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1. Mengevaluasi kemampuan keluarga.
2). 2. Mengevaluasi kemampuan pasien.
2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat 3. RTL keluarga.
dilakukan. a. Follow Up.
3. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien. b. Rujukan.

VIII. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat,dkk 2009)
Evaluasi dibagi 2:
1. Evaluasi proses (formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan harga diri rendah yaitu:
1. Dapat menunjukkan peningkatan harga diri
c. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
d. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
e. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.
f. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
g. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
h. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
DAFTAR PUSAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asujan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk tujuh Diagnosa Keperawatan Jiwa
Berat bagi Profesi S1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakartaa
Stuart dan Sundeen. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC: Jakarta.
Towsend. (2009). Buku Saku diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Gunansa

Anda mungkin juga menyukai