Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERKEMIHAN : CHORNIC KIDNEY DISEASE

Donna vionna somalay


18170000176

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2017
A. Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis adalah kerusakan
pada struktur ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR)(Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi ginjal yang mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Smeltzer, 2009).

B. Anatomi fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih). Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada
dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),
jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal
kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki
– laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal
yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan
tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler
terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang
terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar)
berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus)
yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel
berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah
antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut
korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan
tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian
menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa
Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari
tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).

1) Kulit Ginjal (Korteks)


Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung
kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus.
Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara
glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah
terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat –
zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini
maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan
kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.
3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua
atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine
masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam
kandung kemih (vesikula urinaria).

b. Fungsi Ginjal:
1) Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2) Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam
atau basa.

c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal


Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di
tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan
glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman,
didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan
simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar
suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang
menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi
pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika
umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian
ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).

4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki terdiri dari :
a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita
terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus
dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada
wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini
hanya sebagai saluran ekskresi

C. Penyebab
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit
vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris
sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges,
1999; 626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara
lain:
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda
dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala
pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,
panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

E. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)
normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration
Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen
mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat
melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration
rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada
tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat
mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

F. Pathway (Terlampir)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan Laboratorium
- Laboratorium darah: BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hemotologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
- Pemeriksaan urin: warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG: untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
pericarditis, aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG: menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi: Renogram, intravenous pyelography, retrograde
pyelography, renal aretriografi dan venografi, CT Scan, MRI, renal biopsy,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.

H. Penatalaksanaan
- Dialisis (cuci darah)
- Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid (membantu berkemih)
- Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
- Transfusi darah
- Transplantasi ginjal

I. Fokus pengkajian keperawatan


Fokus Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tanggal masuk RS :
Tanggal pengkajian :
DX Medis :
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
C. Pengkajian
1. Keluhan utama :
2. Riwayat penyakit sekarang :
3. Riwayat Penyakit dahulu :
4. Riwayat penyakit keluarga :
5. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
6. Riwayat Alergi
7. Pengkajian Sistem Tubuh
a. Sistem Pernapasan
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.Aspirasi
irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
b. Sistem Kardiovaskuler
Adanya riwayat penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia,
CHF, polisitemia dan hipertensi arterial.
c. Sistem Persyarafan
d. Sistem Perkemihan
e. Sistem Pencernaan
f. Sistem Muskuloskeletal
g. Sistem Endokrin
h. Sistem Sensori Persepsi/Pengideraan
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur,dyspalopia, lapang pandang menyempit.Hilangnya
daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas
dankadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
i. Sistem Integument
j. Sistem Imun dan Hematologi
k. Sistem Reproduksi
8. Pengkajian Fungsional
a. Oksigenasi
b. Cairan dan Elektrolit
c. Nutrisi
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia
d. Aman dan Nyaman
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi. Tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
e. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine,
anuria,distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
f. Aktivitas dan Istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa,paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
g. Psikososial
Gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi
h. Komunikasi
i. Seksual
j. Nilai dan Keyakinan
k. Belajar
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium
b. Pemeriksaan Diagnostik
J. Focus intervensi keperawatan
TUJUAN INTERVENSI
NO DIAGNOSA
(NOC) (NIC)
1 Penurunan curah jantung NOC:  Auskultasi bunyi
berhubungan dengan  Penurunan curah jantung dan paru
perubahan preload (beban jantung tidak terjadi  Kaji adanya hipertensi
jantung yang meningkat) Kriteria Hasil  Selidiki keluhan nyeri
 Mempertahankan curah dada, perhatikan
jantung lokasi, rediasi,
 Tekanan distole dan sistole beratnya (skala 0-10)
dalam rentang yang  Kaji tingkat aktivitas,
diharapkan respon terhadap
 nadi perifer kuat dan sama aktivitas
dengan waktu pengisian
kapiler

2  NOC :
Kelebihan volume cairan  Awasi denyut jantung
berhubungan  Mempertahankan berat tubuh
dengan TD dan CVP.
penurunan fungsi ginjal. ideal tampa kelebihan cairan.  Catat pemasukan dan
Kriteria Hasil: pengeluaran akurat..
 Haluaran urine tepat  Awasi berat jenis
dengan berat jenis/hasil lab urine.
mendekati normal.  Timbang BB tiap hari
 BB stabil. dengan alat ukur dan
 TTV dalam batas normal. pakaian yang sama.
 Tidak ada edema.  Batasi pemasukan
 cairan.
 Kaji kulit, area
tergantung edema,
evaluasi derajat
edema.
 Kaji tingkat
kesadaran, selidiki
perubahan mental,
adanya gelisah.
 kaloborasi
pemeriksaan
laboratorium :
Kreatinin, ureum
HB/Ht, kalium dan
natrium serum.
 Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi :
Diuretik, anti
hipertensif
3 Ketidakefektifan  NOC :
pola  Monitor TTV Klien
nafas berhubungan  Respiratory status:  Auskultasi bunyi
dengan hiperventilasi Ventilation nafas, catat adanya
 Respiratory status: Airway crakles
patency  Ajarkan pasien batuk
Kriteria Hasil: efektif dan nafas
 Tidak sesak napas lagi dalam
 Pernapasan kembali normal  Atur posisi senyaman
16-20 kali per menit mungkin yaitu posisi
 Menunjukan jalan nafas semi fowler
yang paten  Batasi untuk
 TTV dalam retang normal beraktivitas
  Monitor frekuensi
 dan irama pernapasan
 Ciptakan lingkungan
yang tenag dan batasi
pengunjung
 Berikan terapi O2
tambahan dengan
kanula nasal/ masker
sesuai indikasi
 Pantau laboratorium
analisa gas darah
berkelanjutan

4 Intoleransi  NOC:
aktivitas  Kaji faktor yang
berhubungan  Berpartisipasi dalam aktivitas
dengan menimbulkan
oksigenasi jaringan yang yang dapat ditoleransi keletihan
tidak adekuat, keletihan Kriteria hasil :  Tingkatkan
 Meningkatkan rasa kemandirian dalam
sejahtera, aktivitas perawatan
 Dapat berpartisipasi diri yang dapat
dalam aktivitas ditoleransi, bantu jika
perawatan mandiri yang keletihan terjadi
dipilih  Anjurkan aktivitas
 alternative sambil
istirahat
 Anjurkan untuk
beristirahat setelah
dialysis
 Pertahankan status
nutrisi yang adekuat

 Kaloborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
K. Daftar pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


UntukPerancanaandan PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)


Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
prosesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
Pathways

Anda mungkin juga menyukai