Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.I.1 Zat aktif
Asam retinoat adalah sebuah retinoid aktif turunan vitamin A
dalam bentuk asam yang dibentuk dari all-trans retinol (retinoid dalam
bentuk alkohol). Asam retinoat juga dikenal dengan sebutan tretinoin (all-
trans-retinoic acid) yang digunakan dalam terapi jerawat (Combs, GF.
2008).
II.I.2 Farmakologi Retinoid
Asam retinoat merupakan sebuah retinoat aktif turunan vitamin A
yang juga dikenal sebagai tretinoin. Asam retioat dapat meningkatkan
jumlah protein NGAL (Neutrophil Gelatinose Associated Lipocalin) yang
mengakibatkan matinya sel kelenjar sebasea (sel penghasil sebum
minyak), yang kemudian akan mengurangi produksi sebum sehingga
mampu mengurangi jerawat (BPOM, 2011).
II.I.3 Dosis
Tretinoin merupakan bentuk retinoid topikal pertama yang dikembangkan
untuk pengobatan akne. Sediaannya berupa krim 0,025%, 0,05%, dan
0,1%, gel 0,01% dan 0,025%, dan larutan 0,05%. Krim 0,025% memiliki
paling sedikit dan larutan 0,05% paling besar potensi iritasi. Gel tretinoin
mikroenkapsulasi dan gel poliolprepolimer paling tidak iritatif
dibandingkan tretinoin lainnya (Combs, GF. 2008).
II.I.4 Bentuk sediaan
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Dirjen
POM,1979).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(Dirjen POM, 1995).
II.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Krim
Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah menyebar rata.
2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A
(minyak dalam air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7. Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada
bayi, pada fase A/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup
tinggi.
10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim
kuku, dan deodorant.
11. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam
minyak) karena terganggu system campuran terutama disebabkan
karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2
tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
4. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik.
II.1.6 Preformulasi zat aktif
Penggunaan atau penambahan emulgator merupakan factor
yang sangat kritis dalam formulasi sediaan krim yang berbasis emulsi.
Pada pembuatan krim perlu ditambahkan pengawet karena
mengandung fase air yang merupakan media yang paling baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme.
Anti oksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh
untuk menetralisis radikal bebas dan mencegah kerusakan yang di
timbulkan olehnya.
Penetralit enhancer atau peningkat penetrasi adalah baan
yang dapat meningkatkan permeabilitas kulit ataupun mengurangi
impermeabilitas kulit.
Pendapar berfungsi untuk menstabilkan zat aktif,
meningkatkan hidroafabilitas yang maksismum.
Penambah peningkat viskositas adalah untuk mencegah
kerusakan sediaan krim.
Penambah zat emolien atau pelembut pada kosmetik
sangatlah penting. Emolien digunkan untuk menngktkan dehidrasi
pada kulit serta mempertahankan struktur dan fungsi kulit.
Penambah zat tambahan lainnya seperti pewarna maupun
pewangi juga sangat penting karena berpengaruh pada nilai
aseptabilitas sediaan.
Penambah basis yang diperlukan karena untuk dapat
berefek. Bahan obat harus terlebih dahulu terlepas dari basis. Selain
itu, pelepasan obat dari basis yang berpengaruh pada sifat fisik dan
aktivias antibakteri satu sediaan.

Combs, GF. 2008. The Vitamin: Fundamental Aspects in Nutrition and health.
Third edition. Elsevier Academic Press. USA.
Badan POM RI, 2011, Mewaspadai Asam Retinoat dalam Kosmetik. . Jakarta :
BPOM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia
Edisi III . Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia


Edisi IV . Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai