3. Berak Hijau
Penyebab penyakit ini beum diketahui dengan pasti, demikian pula dengan
pengobatannya. Selama ini penyakit disebabkan oleh bakteri sejenis Salmonella
Pullorum, penularan berak hijau sangat mudah yaitu melalui kontak langsung
termasuk saat jantan mengawini betina dan juga melalu makanan dan minuman
yang terkontaminasi ternak yang sakit. Pengaruh penyakit ini bisa sampai kepada
DOC keturunan ternak yang sakit. gejala yang ditimbulkan:
Jengger berwarna biru , mata lesu
nafsu makan menurun
sekitar pantat terlihat warna hijau dan lengket
Upaya pencegahan merupakan hal yang utama antara lain dengan menjaga
sanitasi kandang, memisahkan ayam yang sakit dan memberikan pakan yang baik.
Jika ayam terinfeksi mengalami kematian, lebih baik ayam itu dibakar yang
bertujuan agar bakteri itu ikut mati dan tidak menular ke ayam lainnya.
4. Kolera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella Gallinarum dan Pasteurella
Multocida. Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini
menyerang ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut
atau kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan produktivitas
bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.
Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung,pakan, minuman,
peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat
terjadi secara tiba-tiba. Pada serangan kronis memiliki ciri seperti ini:
Nafsu makan berkurang
sesak nafas, mencret
kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan berbau busuk
Jengger dan pial bengkak serta kepala berwarna kebiru-biruan
Ayam suka menggelengkan kepala
Persendian kaki dan sayap bengkak disertai dengan kelumpuhan
Lesi yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian pada kolera akut
antara lain adalah:
a. Pendarahan pintpoint pada membran mokosa dan serosa atau pada lemak
abdominal
b. Inflamasi pada 1/3 atas usus kecil
c. Gambaran "parboiled" pada hati
d. pembesaran dan pembengkakan limpa
e. Didapatkan material berbentuk cream atau solid pada persendian
Diagnosis secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas, gejala dan
lesi postmortem. Sedangkan diagnosis detinitive didapatkan pada isolasi dan
identifikasi organisme ini. Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan antara
lain menjaga litter tetap kering, mengurangi kepadatan kandang, menjaga
kebersihan peralatan kandang dan memberikan vitamin dan pakan yang cukup
agar stamina ayam tetap terjaga.
Pengobatan kolera dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfat atau
antibiotik seperti noxal, ampisol atau inequil.
5. Chronic Respiratory Disease (CRD) atau Ngorok atau Air Sac atau
Sinusitis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Galisepticum . Biasanya
menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penularan terjadi melalui kontak
langsung, peralatan kandang, tempat makan dan minuman, manusia, telur tetas
atau DOC yang terinfeksi.
Gejala CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza yaitu:
Batuk-batuk terdengar suara ngorok
keluar cairan dari lobang hidung
nafsu makan menurun dan bisa sampai hilang sama sekali
Ayam suka menggelengkan kepalanya
Produksi telur menurun
warna bulu pucat,kusam dan bulu dekat kloaka lengket
Terjadi Inkoordinasi saraf
Tinja cair dan berwarna putih
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
sanitasi kandang dan bio security yang ketat. Pengobatan yang dapat dilakukan
bila ayam terkena penyakit ini adalah dengan cara memberikan Baytrit 10%
peroral, mycomas dengan dosis 0,5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau
Bacytracyn yang diberikan pada air minum.
6. Colibacillosis
Penyebab penyakit ini adalah Escherichia Coli. Problem yang ditimbulkan
dapat di infeksi akut berat dengan kematian yang tiba-tiba dan angka kematian
yang tinggi hingga infeksi ringan dengan angka kesakitan dan kematian yang
rendah. Infeksi dapat terjadi pada saluran pernapasan, septicemia atau enteritis
karena infeksi pada gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau di ikuti
oleh infeksi sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit ini Mycoplasma
Gallisepticum. Semua umur dapat terkena penyakit ini, namun yang paling
banyak adalah ayam usia muda.
Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini disebabkan oleh toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri akibat pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi primer
terjadi pada system pernapasan dan system gastrointestinal. Omphalitis atau
infeksi pada anak ayam terjadi karena penutupan tali pusat yang kurang baik atau
karena invasi bakteri melalui cangkang telur saat inkubasi.
Berikut ini gejala yang timbul karena penyakit ini adalah:
Nafsu makan menurun
Ayam lesu dan tidak bergairah
Bulu kasar, sesak nafas
Kotoran banyak menempel di anus
Diare, Batuk
Pada Septicemia akut dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba. Pada
pembedahan akan didapatkan:
Dehidrasi
bengkak dan kongesti pada hati, limpa dan ginjal
Pendarahan pinpoint pada organ Viscera
Eksudat Fibrinous pada kantung udara, kantung jantung dan permukaan
jantung, hati dan paru (sangat karakteristik)
Usus menipis dan inflamasi serta mengandung mucous area perdarahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang seperti
menjaga ventilasi udara, litter yang terjaga kebersihannya, secara teratur
melakukan desinfeksi terhadap peralatan dan fasilitas lainnya. Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah menjaga kualitas pakan dan air minum, kepadatan
kandang harus diperhatikan, penanganan mesin penetas telur dan mejauhkan ayam
dari stress yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Pengobatan Colibasillosis dapat dilakukan dengan obat-obat sulfa,
neomisin, streptomisin, dan tetrasiklin. Meskipun demikian biasanya pengobatan
ini cenderung susah dan tidak menentu.
7. Anthrax
Nama lain dari penyakit Anthrax adalah : radang limpa. Anthrax
merupakan penyakit menular yang akut/ perakut, dapat menyerang semua jenis
ternak berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan angka
kematian tinggi.
1.Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax dapat
membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap
kondisi lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu,
hewan yang mati karena menderita Anthrax dilarang melakukan pembedahan
pada bangkainya agar tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk
spora. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis.
2.Penularan
Infeksi pada hewan dapat berasal dari tanah yang tercemar organisme/
kuman Anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka, terhirup bersama udara
atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan perantaraan luka,
dapat pula melalui pernafasan para pekerja penyeleksi bulu domba atau melalui
saluran pencernaan bagi orang yang memakan daging hewan penderita Anthrax
yang dimasak tidak sempurna.
3.Tanda tanda penyakit
Tanda tanda penderita Anthraxadalah sebagai berikut:
a.Kematian mendadak dan adanya perdarahan di lubang-lubang kumlah (lubang
hidung, lubang anus, pori pori kulit).
b.Hewan mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi, gemetar, berjalan
sempoyongan, kondisi lemah, ambruk dan kematian secara cepat.
c.Pada babi dan kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan kebengkakan
pada tenggorokan.
d.Pada manusia dapat terjadi tukak/ luka pada kulit dan kematian mendadak.
4.Pencegahan
a.Vaksinasi yang teratur tiap tahun di daerah wabah.
b.Pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas/ keluar masuknya ternak.
c.Mengasingkan ternak yang sakit/ diduga sakit.
d.Bangkai ternak yang sakit/ diduga sakit tidak boleh dibuka, tetapi harus dibakar
atau dikubur dalam-dalam.
5.Pengobatan
a.Pemberian antibiotika berspektrum luas.
Procain penisilin G, dosis untuk ruminansia besar (sapi, kerbau): 6.000 –
20.000 IU/Kg berat badan , sedang untuk ruminansia kecil (kambing, domba) :
20.000 – 40.000 IU/Kg berat badan. Streptomycin, dosis untuk ruminansia besar:
5 – 10 mg/Kg BB, sedang untuk ruminansia kecil : 50 – 100 mg/Kg BB.
Kombinasi antara Procain Penisilin G dengan Streptomycin Oksitetrasiklin, untuk
ruminansia besar: 50 mg/10 Kg BB, sedang untuk ruminansia kecil: 50 mg/5 Kg
BB.
b.Pemberian antiserum yang tinggi titernya ( 100 – 150 ml )
8. Brucellosis
Brucellosis merupakan penyakit menular yang menyerang beberapa jenis
hewan terutama sapi serta dapat juga menyerang manusia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar akibat terjadinya keguguran
(keluron). Pada sapi, keluron biasanya terjadi pada kebuntingan berumur 7 bulan.
Anak yang dilahirkan lemah kemudian mati. Dapat terjadi gangguan alat alat
reproduksi, sehingga hewan menjadi mandul (majir) temporer atau permanen.
Pada sapi perah produksi air susunya menurun.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah bakteri/ kuman Brucella. Beberapa spesies
yang sering menimbulkan masalah bagi ternak ruminansia adalah Brucella
melitensis yang menyerang kambing dan Brucella abortusyang menyerang sapi.
2. Penularan
Infeksi terjadi melalui saluran makanan, saluran kelamin, selaput lendir
atau kulit yang luka. Penularan juga dapat melalui inseminasi buatan (IB) akibat
penggunaan semen yang tercemar oleh kuman Brucella. Brucella melitensis dapat
menginfeksi sapi sewaktu digembalakan pada padang penggembalaan bersama
sama dengan domba/ kambing yang terinfeksi.
3. Tanda tanda penyakit
Tanda tanda yang ditemukan pada penderita adalah sebagai berikut:
♦Terjadi keguguran/ keluron pada kebuntingan 5 – 8 bulan.
♦Sapi mengalami keguguran/ keluron 1 sampai 3 kali, kemudian kelahiran normal
dan kelihatan sehat.
♦Kemajiran/ kemandulan temporer atau permanen.
♦Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu.
♦Cairan janin yang keluar kelihatan keruh.
♦Pada hewan jantan terjadi peradangan pada buah pelir dan saluran sperma.
♦Kadang kadang ditemukan kebengkakan pada persendian lutut.
4. Pencegahan
Usaha pencegahan terutama ditujukan pada tindakan sanitasi dan tata laksana.
Tindakan sanitasi dilakukan sebagai berikut :
a.Sisa abortus disucihamakan, fetus dan plasenta harus dibakar, vagina bila
mengeluarkan cairan harus diirigasi selama satu minggu.
b.Hindari perkawinan antar pejantan dengan betina yang mengalami keguguran/
keluron.
c.Anak anak hewan yang lahir dari induk yang menderita Brucellosis sebaiknya
diberi susu dari hewan yang bebas penyakit.
d. Kandang kandang hewan penderita dan peralatan yang tercemar oleh penderita
harus disucihamakan dengan desinfektansia. Desinfektansia yang dapat
dipergunakan: Phenol, Kresol, Ammonium Kwartener, Biocid, Lysol dan lain
lain.
5. Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif.
9. Septichaemia Epizootica ( SE )
Nama lain : Penyakit Ngorok, Septicemia Hemorrhagica, Hemorrhagic
Septicemia, Barbone.
Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau.
Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita
yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas.
1. Penyebab
Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida.
2. Penularan
Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman
pada ternak merupakan pr
edisposisi untuk terjangkitnya penyakit. Sapi atau kerbau yang terlalu bayak
dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang yang penuh dan
berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan dan keadaan
anemia dapat memicu terjadinya infeksi.
3. Tanda tanda penyakit
Penderita penyakit SE ditandai antara lain :
♦Kondisi tubuh lesu dan lemah.
♦Suhu tubuh meningkat dengan cepat diatas 41 º C.
♦Tubuh gemetar, mata sayu dan berair.
♦Selaput lendir mata hiperemik.
♦Nafsu makan, memamah biak, gerak rumen dan usus menurun sampai hilang
disertai konstipasi.
♦Pada bentuk busung, terjadi busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian
bawah, gelambir dan kadang kadang pada kaki muka. Derajad kematian bentuk ini
dapat mencapai 90 % dan berlangsung cepat (3 hari – 1 minggu). Sebelum mati,
hewan terlihat mengalami gangguan pernapasan, sesak napas (dyspneu), suara
ngorok dengan gigi gemeretak.
♦Pada bentuk pektoral, tanda tanda brhoncopnemoni lebih menonjol. Mula mula
bentuk kering dan nyeri diikuti keluarnya ingus, pernapasan cepat dan susah. Pada
bentuk ini proses penyakit berlangsung lebih lama (1 – 3 minggu).
♦Penyakit yang berjalan kronis, hewan menjadi kurus dan sering batuk, nafsu
makan terganggu dan terus menerus mengeluarkan air mata, suhu badan normal
tetapi terjadi mencret bercampur darah.
4. Pencegahan
♦Pada daerah bebas SE perlu peraturan yang ketat terhadap pemasukan ternak
kedaerah tersebut.
♦Bagi daerah tertular, dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat dengan
vaksin oil adjuvant. Sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml secara
intramuskuler. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada kejadian penyakit.
5. Pengobatan
Pengobatan penyakit SE dapat diberikan antibiotika sebagai berikut :
♦Oxytetracycline dengan dosis 50 mg/10 Kg BB (sapi, kerbau), 50 mg/5 Kg BB
(kambing, domba).
♦Streptomycin dengan dosis 5 –10 mg/Kg BB (sapi, kerbau), 50 – 100 mg/Kg BB
(kambing, domba}.
♦Sulphadimidine (Sulphamezathine):2 gram/30 Kg BB.