Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Terjadinnya reaksi kimia disebabkan karena adannya tumbukan atau tabrakan antar
molekul – molekul pereaksi dengan arah yang tepat dan memiliki energy yang cukup untuk
mengatasi energy aktivasi molekul pereaksi. Molekul pereaksi yang menerima tumbukan
akan berubah menjadi molekul teraktivasi (Komplek transisi) dan segera berubah menjadi
produk (hasil reaksi). Senyawa pada keadaan kompleks teraktivasi ini bersifat tidak stabil.
Untuk mencapai keadaan kompleks teraktifasi,diperlukan energy yang disebut energy
aktivasi. Energy aktivasi adalah energy potensial yang harus dilampaui sebelum terjadi
reaksi kimia.

Kompleks teraktivasi merupakan tahap persimpangan ketika kenaikan mulus energy


potensial pada saat reaksi (reaktan) saling mendekati menjadi penurunan mulus ketika
molekul hasil reaksi (produk) memilsah. Ini berarti,tidak semua pasangan yang bereaksi
menghasilkan reaksi. Hanya pasangan yang memiliki energy kinetic cukup dapat
melonggarkan ikatannya dan menata ulang ato-atomnya sewaktu mencapai keadaan transisi
yang memisahkan preaksi dari hasil reaksi. Jika halangan ini terlalu tinggi,hampir semua
pasangan molekul reaksi yang bertumbukan berpisah satu sama lain tanpa reaksi.

1.2 TUJUAN

Terbentuknya gagasan makalah ini dikarenakan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah dasar “Kimia Fisika”. Namun, besar harapan penulis bahwa
makalah ini memberikan manfaat yang aplikastif di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi Kinetika Kimia

Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan mekanisme
reaksi. Berdasarkan penelitian yang mula – mula dilakukan oleh Wilhelmy terhadap
kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi /
tekanan zat – zat yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau
tekanan dari produk atau reaktan terhadap waktu.

Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :

a. Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.


Contoh : N2O5 → N2O4 + ½ O2
b. Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2HI → H2 + I2
c. Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2NO + O2 → 2NO2
Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :
a. Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan)
b. Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi
Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu jumlah dari
eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi.

2.2.Penetapan Hukum-hukum Laju atau Tetapan Laju

Suatu persamaan yang memerikan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi
disebut persaman laju atau hukum laju. Tetapan kesebandingan k dirujuk sebagai tetapan laju
untuk suatu reaksi tertentu. Karena konsentrasi pereaksi berkurang dengan berlangsungnya
reaksi. Tetapi tetapan laju k tetap tak berubah sepanjang perjalanan reaksi. Jadi laju reaksi
memberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi kecepatan reaksi. Makin cepat reaksi
makin besar harga k, makin lambat reaksi, makin kecil harga k itu.

Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atupun produk dalam
satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer,
millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi.

2.3 Orde Reaksi

Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam persamaan
laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan (pereaksi)
terhadap laju reaksi.Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi
dari hanya satu pereaksi.

Laju = k [A]

Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian N2O5
merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan
pangkat dua suatu pereaksi, atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua
pereaksi.

Laju = k[A]2

Laju = k [A][B]

Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap masing-
masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu adalah orde pertama dalam A dan
orde dalam B, atau orde kedua secara keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau
mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam reaksi yang
rumit, laju itu mungkin berorde pecahan, misalnya orde pertama dalam A dan orde 0,5 dalam
B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.

Suatu reaksi dapat tak tergantung pada konsentrasi suatu pereaksi. Perhatikan reaksi
umum, yang ternyata berorde pertama dalam A. Jika kenaikan konsentrasi B tidak
menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu disebut orde nol terhadap B. Ini bisa diungkapkan
sebagai :

Laju = k[A][B]0 = k[A]

Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam persamaan
berimbangnya. Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk pereaksi dalam masing-
masing persamaan berimbang adalah 2 tetapi reaksi pertama bersifat orde pertama dalam
N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO2. Seperti dilukiskan oleh contoh.

Contoh: Perhatikan reaksi umum 2A + 2B → 2AB

2.4 Menentukan Orde Reaksi

a. Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang berjalan
lambat. Contoh : reaksi 4HBr + O2 -> 2H2O + 2Br2

Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :

1.HBr + O2 -> HBr2O (lambat)

2.HBr + HBr2O -> 2HBrO (cepat)

3.2HBr + 2HBr -> 2H2O + 2Br2 (cepat)

Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V = [HBr] [O 2]. Orde
reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.

b. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen, kosentrasi
salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.

2.5 Berbagai Orde Reaksi

A. Reaksi Orde Satu

Reaksi tingkat satu unimolekuler dapat dituliskan ebagai berikut.

A → produk
bentuk persamaan kinetiknya :

-VA =  d  A = k1[A] (7.1)


dt

k1 = tetapan kecepatan reaksi

-VA = kecepatan reaksi

[A] konsentrasi A pada saat t

Untuk memperoleh hubungan [A] dengan t (waktu) persamaan di atas harus diintegrasi

[ A] t

- 
[ A]
d [ A] = k1 
0
dt

[ A]

[ A]o
in [ A] (7.2)

Didefinisikan:

XA = [ A]o  [ A](7.3)
[ A]o

Maka dengan cara mensubstitusikan persamaan 7.3 ke persamaan 7.2 diperoleh:

in1 = k1 t (7.4)
(1  XA)

[A]o = konsentrasi awal pada t = o

[A] = konsentrasi A setiap saat

A = derajat konversi A

Untuk mengevaluasi bahwa suatu reaksi tingkat (berorde) satu atau bukan ditempuh salah
satu dari tiga cara ini
 Membuat tabulasi

 Membuat grafik

 Menganalisis waku paruh

Waktu paruh adalah waktu yang digunakan untuk bereaksi sehinga konsentrasinya menjadi
separuh

Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu.

Contoh reaksi tingkat Satu

Suatu zat bereaksi mengikuti reaksi tingkat satu dengan harga k1 (tetapan kecepatan reaksi)
untuk reaksi = 1 x 10-2 detik-1. Jika konsentrai awal preaksi [A] = 0,1 M

Hitung :

Kecepatan reaksi awal

penyelesaian :

VA = k1 x [A]

= 1 x 10-2 x 1,0

= 1 x 10-2 mol x I-1 . det-1

Penggunaan Reaksi Tingkat Satu

Reaksi tingkat satu dapat digunakan untuk penguraian hydrogen peroksida (H2O2)
dan hidroksis metil asetat

 Peruraian Hydrogen Peroksida

Hydrogen peroksida terurai menjadi air dan oksigen dengan permasaan reaksi :

H2O2 → H2O + ½ O

Reaksi terjadi dua fasa yaitu fasa uap dan fasa larutan.
 Hidrolisis Metil Asetat

Hidrolisi metil asetat dilakukan dengan bantuan asam sebagai katalisator

CH3 – COOCH3 + H2 → CH3COOH + CH3O

B. Reaksi Orde Dua

Pada reaksi tingkat dua, jika reaksi adalh berbanding lurus dengan hasil dari dua konsentrasi
peraksi. Hail ini memberikan dua kemungkinan konsentrasi, yaitu :

 Dua konsentrasi awal pereaksi yang sama.

 Dua konsentrasi awal pereaksi yang tak sama.

Konsentrasi awal pereaksi sama

Bentuk umum persamaan reaksi adalah

2A → produk

Persamaan kinetiknya adalah

-VA = = k2 [A]2

Atau
 d [ A]
[A]2 = k2 dt

Untuk menentukan suatu reaksi tingkat dua dapat dilakukan seperti menentukan reaksi
tingkat satu, yaitu dengan cara :

 Tabulasi

 Grafik
 Waktu paruh

Contoh Reaksi Tingkat Dua

Reaksi termal asetaldehid

Asetaldehid terurai menjadi metana dan gas CO mengikuti persamaan

CH3-CHO →CH4 + CO

Reaksi ini merupakan reaksi tingkat dua terhadap asetaldehiddalam fasa gas. Jumlah
asetaldehid yang terurai (x) dibuktikan dengan kenaikan pada volume tetap.

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi
merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.

C. Reaksi Orde Tiga

3A → produk

Persamaan reaksi tangka tiga adalah:

-VA = = k3 [A]3 (5.17)

Persamaan ini diintegrasikan

= k3

Maka persamaannya menjadi:


1 1
K3t = - 2
2[ A] 2 2
[ A] 0
Beberapa Contoh Reaksi Tingkat Tiga:

 Reduksi feerri klorida dengan stanno klorida

2FCCl3 + SnCl2 → 2FeCl2 + SnCl4

 Perlakuan natrium format pada perak asetat

2CH3COOAg + HCOONa → 2Ag + CO2 + CH3COOH + CH3COONa

 Pembentukan Nitrogen Peroksida

O3 + 2NO → 2NO2

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

a. Sifat dasar pereaksi

Zat-zat berbeda dalam mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi
secara meledak, bahkan dalam temperatur kamar menghasilkan molekul hidrogen fluorida.

H2(g) + F2(g) -→ 2HF(g) (sangat cepat pada temperatur kamar)

Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat, sehingga tak
nampak sesuatu perubahan kimia.

2H2(g) + O2(g) → 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar)

b. Temperatur

Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya kenaikan
sebesar 100C akan melipatkan dua atau tiga laju reaksi antara molekul-molekul. Molekul
harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk bereaksi. Makin tinggi suhu, maka
energi kinetik molekul makin tinggi sehingga tumbukan makin sering, laju reaksi makin
tinggi.

Pada beberapa reaksi yang umum, laju reaksi makin besar (waktu reaksi makin singkat) 2
kali setiap kenaikan suhu 10oC, sehingga didapatkan rumus:

v = laju reaksi pada suhu t


Vo = laju reaksi pada suhu awal

ta = suhu akhir

to = suhu awal

DV = perubahan laju reaksi

c. Penambahan Katalis

Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi (energi minimum yang
diperlukan agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung. Penambahan katalis akan
mempercepat reaksi. Alasan mengapa katalis dapat mempermudah dan mempercepat reaksi
disajikan dalam grafik antara energi potensial terhadap koordinat reaksi dari persamaan
reaksi: A + B→ C

Katalisator adalah zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi, tetapi zat tersebut
tidak mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi katalisator tidak mempengaruhi harga
∆G = 0, berarti tidak juga berpengaruh terhadap harga tetapan kesetimbangan K. pada
umumnya kenaikan konsentrasi katalisator. Juga menaikkan kecepatan reaksi.

 Katalisator homogen

Katalisator homogen adalah katalisator yang mempunyai fasa sama dengan pereaksi.

 Katalisator homogen larutan

Katalisator jenis ini banyak dijumpai, seperti Ag+,I-,C2H50-, asam, basa, dan asam
atau basa umum menurut BrOnsted. Reaksi dengan katalisator asam, konsentrasi asam juga
berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.

Contoh :

H2O2 → H2O + ½ O2

 Katalisator heterogen

Katalisator Heterogen merupakan katalisator yang mempunyai fasa berbeda dengan pereaksi,
katalisator ini sangat penting digunakan dalam industry, Karena terjadi kontak antara
pereaksi terhadap permukaan katalisator, sehingga menimbulkan reaksi lebih cepat.
Beberapa contoh katalisator heterogen

Katalisator heterogen dengan pereaksi gas

contohnya, adalah reaksi penggabungan gas SO2 dan O2 dengan menggunakan


katalisator logam Pt atau vanadium penta oksida (V2O5)

 Katalisator heterogen dengan pereaksi cairan

Contohnya, penguraian larutan encer H2), diberi katalisator MnO2 atau Pt dalam
bentuk koloid

Katalisator heterogen dengan pereaksi zat padat

Contohnya, KClO3 diberi katalisator mangan dioksida

Katalisator Reaksi Berkatalis

Meskipun ada beberapa tipe reaksi katalisator, dibawah ini diberikan kriteria katalisator
(katalisator) yang digunakan secara umum

 Katalisator tidak akan mengalami perubahan massadan komposisi kimia pada akhir
reaksi, meskipun katalisator dapat mengalami perubahan bentuk, misalnyadari bentuk
batang menjadi serbuk

 Sejumlah kecil katalisator diperluksn untuk menghasilkanreaksi yang tidak terbata

 Katalisator memberikan reaksi yang lebih efektif biladitambahkan ke dalam suatu reaksi

 Katalisator memberikan perlauan yang spesifik untuk satu reaksi , sebagai contoh etanol
membentuk etana, bila etanol dialirkan melalui alumunium oksida (Al2O3)

Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis
akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.

Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi)


dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap
reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi
dapat berlangsung lebih cepat.

Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan:

1. Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen)

2. Dengan adsorpsi (katalisis heterogen)

Pembentukan senyawa antara (katalisis homogen). Terdapat banyak contoh reaksi homogen
dalam larutan yang laju reaksinnya ditingkatkan dengan adannya zat katalitik.

d. Pelarut

Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut baik
terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat
solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam
pembentukan counter ion.

e. Konsentrasi

Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi
mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak
tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan.

f. Radiasi Elektromagnetik dan Intensitas Cahaya

Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi. Molekul-
molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau
meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul.

g. Pengadukan

Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem


heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair seperti
melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan cepat
berjalan.

2.7 Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Bidang Pangan

Penentuan umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung vitamin
C dengan Model Arrhenius ini berdasarkan pada menurunnya kandungan vitamin C selama
penyimpanan (Andarwulan dan Koswara, 1992) dengan menggunakan metoda iodimetri
dalam menganalisa kandungan vitamin C. Hal ini berdasarkan sifat vitamin C yang dapat
bereaksi dengan iodin dengan indikator amilum. Akhir dari titrasi ini ditandai dengan
terbentuknya warna biru dari iod-amilum. Umur simpan pada produk minuman kemasan
yang mengandung vitamin C, ditentukan dengan mengetahui penurunan kandungan vitamin
C-nya pada suhu 40oC, 50oC dan 60oC.

Pada dasarnya diketahui bahwa laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu. Dalam
model Arrhenius suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu
produk pangan. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi pula laju reaksi, dengan kata
lain semakin tinggi T maka akan semakin tinggi pula nilai k. Hubungan ini berdasarkan pada
teori aktivasi, bahwa suatu reaksi perubahan akan mulai berlangsung jika diberikan sejumlah
energi minimum yang disebut sebagai energi aktivasi (Ea) (Hariyadi2, 2004).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan
mekanisme reaksi.

2. Laju reaksii memberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi kecepatan reaksi. Makin
cepat reaksi makin besar harga k, makin lambat reaksi, makin kecil harga k itu.

3. Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam persamaan laju.

4. Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang berjalan
lambat. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen,
kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.

5. Berbagai orde reaksi adalah orde reaksi nol, satu dan dua.

6. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat dasar pereaksi, temperatur,
penambahan katalis, pelarut, konsentrasi, radiasi elektromagnetik dan intensitas cahaya, dan
pengadukan.

7. Aplikasi kinetika reaksi dalam bidang pangan adalah untuk mengukur mutu pada suatu
produk pangan.

Daftar Pustaka

Ramdhani, Indra. 2010. Makalah Kinetika Kimia. http://indaramadani.blogspot.com. Diakses


: 19 Desember 2014

Wiguna, Prayoga. 2012. Makalah Kinetika Kimia. http://www.chayoy.com. Diakses : 19


Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai