Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN TETAP KIMIA FISIKA

DIAGRAM TERNER

Disusun Oleh :
Kelompok I (Satu)
Nama Anggota :
ALFIAH NURFAIZAH 0618 3040 0289
AZIZIL TASYA BIGHOIRI 0618 3040 0291
DELIKA AMARASULI 0618 3040 0292
DONI PRANATA 0618 3040 0292
FELISIA HANURA 0618 3040 0294
Kelas : 2 KB
Instruktur : MEILIANTI, S.T.,M.T.

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2019
DIAGRAM TERNER
( KELARUTAN ZAT )

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:

1. Dapat mengetahui dan menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu zat
terlarut.
2. Dapat menggambarkan phase diagram tiga komponen
3. Dapat mengaplikasikan dalam menentukan komposisi kadar minyak
pengering dalam zat.

II. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN


Alat-alat yang digunakan :
1. Erlenmeyer 100 ml
2. Buret 50 ml
3. Alumunium Foil
4. Gelas kimia 250 ml
5. Pipet ukur 10 ml, 25 ml
6. Bola karet
7. Pipet tetes
8. Corong gelas
9. Pengaduk
10. Spatula
11. Statif dan penjepit buret
12. Botol aquadest
Bahan Kimia yang digunakan :
1. Asam Asetat Glasial
2. Kloroform
3. Larutan standar NaOH
4. Air Aquadest
5. Indikator pp

III. DASAR TEORI


Sistem tiga komponen aturan fase menghasilkan v = 5 - p. Bila terdapat satu
fase,maka v = 4, oleh karenanya penggambaran secara geometrik yang
lengkap memerlukan ruang berdimensi empat. Bila tekanan tetap, ruang tiga
dimensi dapat digunakan. Bila suhu maupuntekanan tetap, maka v = 3 - P dan
sistem dapat digambarkan dalam ruang dua dimensi: P = 1,v = 2. Bivarian, P
= 2, v = 1. Unvarian; P = 3, v = 0, invarian.
Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang
bebas, sebutsaja X2 dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen
dapat dialurkan dalam koordinatcartes dengan X2 pada salah satu sumbunya,
dan X3 pada sumbu yang lain yang dibatasi olehgaris X2+X3=1. karena X itu
tidak simetris terhadap ketiga komponen, biasanya, komposisidialurkan pada
suatu segitiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya menggambarkan suatu
komponen murni, bagi suatu segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang
titik didalamsegitiga ketiga sisinya sama dengan tinggi segitiga tersebut.
Jarak antara setiap sudut ketengah-tengah sisi yang berhadapan dibagi 100
bagian sesuai dengan komposisi dalam persen.Untuk memperoleh suatu titik
tertentu dengan mengukur jarak terdekat ketiga sisi segitiga.
Zat cair yang hanya sebagian larut dalam cairan lainya, dapat dinaikan
kelarutannyadengan menambahkan suatu zat cair yang berlainan dengan
kedua zat cair yang lebih dahuludicairkan. Bila zat cair yang ketiga ini hanya
larut dalam suatu zat cair yang terdahulu, maka biasanya kelarutan dari kedua
zat cair yang terdahulu itu akan menjadi lebih kecil. Tetapi bilazat cair yang
ketiga itu larut dalam kedua zat cair yang terdahulu, maka kelarutan dari
keduazat cair yang terdahulu akan menjadi besar. Gejala ini dapat terlihat
pada sistem kloroform-asam asetat- air.Bila asam asetat ditambahkan
kedalam suatu campuran heterogen kloroform dan air pada suhu tertentu,
kelarutan kloroform dalam air akan bertambah, sehingga pada suatu
ketikaakan menjadi homogen. Jumlah asam asetat yang harus ditambahkan
untuk mencapai titik homogen (pada suhu tertentu tadi), tergantung dari
komposisi campuran kloroform dalam air.
Gejala serupa akan terjadi bila sir ditambahkan kedalam campuran
kholoroform dan asam asetat yang homogen, karena saling melarut. Pada
penambahan jumlah air tertentu campuran yang tadinya homogen, akan
menjadi heterogen, tergantung dari komposisi khloroform – asam asetat.

Diagram Tiga Sudut


Diagram tiga sudut atau diagram segitiga berbentuk segitiga sama sisi
dimana setiapsudutnya ditempati komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam
ukuran yang menyatakan bagian 100% zat yang berada pada setiap sudutnya.
Untuk menentukan letak titik dalamdiagram segitiga yang menggambarkan
jumlah kadar dari masing-masing komponen dilakukan sebagai berikut.
Pada salah satu sisinya ditentukan dua titik yang menggambarkan jumlah
kadar zatdari masing-masing zat yang menduduki sudut pada kedua ujung sisi
itu. Dari kedua titik ituditarik garis sejajar dengan sisi dihadapnya, titik
dimana kedua garis itu menyilang,menggambarkan kadar masing-masing.
Tentukanlah titik yang menggambarkan jumlah kadar masing-masing
komponen dari campuran 15,1% khlroform, 50. 2% asam asetat dan 34,7%
air dalam segitiga.
Pada sisi khloroform asam asetat ditentukan titik 15,1 kadar khloroform dan
titik 50,2% (kadar asam asetat). Dari titik 15,1 ditarik garis yang sejajar
dengan sisi asam asetat air dan dari titik 50,2 ditarik sejajar dengan
khloroform air. Titik silang dari kedua garis iniyaitu titik x menunjukkan
jumlah kadar masing- masing kimponen campuran khloroform- asam asetat-
air.
Contoh yang lain :
Titik 0 menyatakan komposisi 50% berat asam asetat, 10% berat vinil asetat
dan 40% berat air campuran tersebut dua pasang sama sekali dapat bercampur
dan satu pasang cairan sama sekali tidak dapat bercampur.
Bila air ditambahkan ke vinil asetat sepanjang garis bc, air mula-mula akan
larut, dan terbentuk suatu larutan yang homogen. Namun begitu air
ditambahkan, terjadi keadaan jenuh pada komposisi x, dan akan terjadi dua
phase cair yaitu vini lasetat yang jenuh dengan air dan sedikit air yang jenuh
oleh vini lasetat, yang komposisi z tidak berasosiasi, asosiasi terjadi karena
terbentuknya ikatan – ikatan hidrogen.

IV. Langkah kerja

A. Pengumpulan data percobaan


1. Membuat grafik kloroform dan asam asetat glasial dengan perbnadingan
volume 10 ml sampai 20 ml.
2. Memasukkan 2 gram khloroform(menghitung volumenya) dan 18 gram
asam asetat glasial kedalam erlenmeyer dengan menggunakan buret 50
ml sebagai alat pengukurnya (diperoleh campuran 10% berat/berat
khloroform dalam asetat glasial).
3. Mentitrasi dengan menambahkan indikator pp terlebih dahulu, dititrasi
secara perlahan-lahan dengan air sampai permulaan timbulnya
kekeruhan.
4. Mencatat berapa banyak air yang digunakan serta suhu kamarnya.
5. Mengulangi percobaan pada nomor 2, 3 dan 4 pada konsenterasi
khloroform 20 ; 30 ; 40 ; 50 ; 60 ; 70 dan 80% (w/w).

B. Memeriksa Kebenaran Data


1. Memasukkan 2 gram campuran kloroform yang kira-kira sama
komposisinya ke dalam corong pemisah dengan salah satu hasil pada
nomor A.5
2. Mengocok corong pemisah yang campuran dengan baik dan benar,
kemudian dibiarkan campuran cairan tersebut beberapa saat agar terbentuk
dua lapisan cairan.
3. Menimbang Erlenmeyer agar diketahui berat isinya.
4. Masing-masing larutan dititrasi dengan larutan standar naoh setelah
dilakukan penambahan indikator phenolphatalin 3-4 tetes.

C. Menghitung dari data percobaan


Hasil pada tahap B harus sama dengan hasil pengamatan tahap A

V. Data Pengamatan

Penentuan kurva Pencampuran

Konsentrasi Khloroform Asam asetat glasial


(gram/ml) (Gram/ml)

% gram ml x Gram Ml X

10 2 1,358 0, 0374 18 17,14 0,3929


20 4 2,717 0, 0770 16 15,23 0,3605
8
30 6 4,076 0,1225 14 13,3 0,3347
40 8 5,43 0,1693 12 11,42 0,2970
85
50 10 6,793 0,2858 10 9,523 0,3346
60 12 8,154 0,4502 8 7,619 0,3508
70 14 9,51 0,5448 6 5,71 0,2743
80 16 10,869 0,6667 4 3,86 0,1950
5

Konsentrasi Air
(ml)

% gram ml x

10 4,6 4,6 0,5696


20 4,4 4,4 0,5623
30 4 4 0,5426
40 3,8 3,8 0,5336
50 2 2 0,3794
60 0,8 0,8 0,1989
70 0,7 0,7 0,1809
80 0,5 0,5 0,1383

Vll. Perhitungan
A.KhIoroform
𝜌 = 1,48
Menentukan voIume
𝑚
1. V= 𝜌
2𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=1,35 mI
𝑚
2. V= 𝜌
4𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=2,7 mI

𝑚
3. V= 𝜌
6𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=4,0 mI

𝑚
4. V= 𝜌
8𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=5,4 mI

𝑚
5. V= 𝜌
10𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=6,79 mI

𝑚
6. V= 𝜌
12𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=8,15 mI

𝑚
7. V= 𝜌
14𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=9,51 mI

𝑚
8. V=
𝜌
16𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=10,86 mI

B. Asam Asetat Anhidrat


𝜌 = 1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
𝑚
1. V= 𝜌
18 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=16,7 mI
𝑚
2. V= 𝜌
16 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=14,8 mI
𝑚
3. V= 𝜌
14 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=13 mI
𝑚
4. V= 𝜌
12 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=11,1 mI
𝑚
5. V= 𝜌
10 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=9,2 mI
𝑚
6. V= 𝜌
8 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=7,4 mI
𝑚
7. V= 𝜌
6 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=5,5 mI
𝑚
8. V= 𝜌
4 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼

=3,7 mI
C. Aquadest
𝜌 = 1𝑔𝑟/𝑚𝐼
1. Gr =Vxρ
= 18 ml x 1gr/ml
= 18 gr
2. Gr =Vxρ
= 12,5 ml x 1gr/ml
= 12,5 gr
3. Gr =Vxρ
= 9,4 ml x 1gr/ml
= 9,4 gr
4. Gr =Vxρ
= 6,2 ml x 1gr/ml
= 3,8 gr
5. Gr =Vxρ
= 3,4 ml x 1gr/ml
= 3,4 gr
6. Gr =Vxρ
= 2,4 ml x 1gr/ml
= 2,4 gr
7. Gr =Vxρ
= 1ml x 1gr/ml
= 1 gr
8. Gr = 1V x ρ
= 0,2 ml x 1gr/ml
= 0,2 gr

Mnentuka % Berat
1. % berat untuk komposisi 10 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 2 gr / 37,93 . 100%
=5,27%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 16 gr / 37,93 . 100%
=42,18%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 18 gr / 37,93 . 100%
=47%
2. % berat untuk komposisi 20 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 24gr / 32,4511 . 100%
=12,33%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 16gr / 32,4511. 100%
=12,3262%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 12,5gr / 32,4511 . 100%
=38,52%
3. % berat untuk komposisi 30 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 6gr / 29,4 . 100%
=20,4%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 14 gr / 29,4 . 100%
=47,7%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
=9,4 gr / 29,4 . 100%
=31,9%
4. % berat untuk komposisi 40 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 8 gr / 26,18 . 100%
=30,6%

- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 12 gr / 26,75 . 100%
=30,56%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 6,17gr / 26,74 . 100%
=13,6%
5. % berat untuk komposisi 50 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 10 gr / 23,4. 100%
=42,8%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 10r / 23,4 . 100%
=42,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 3,4gr / 23,4 . 100%
=14,48%
6. % berat untuk komposisi 60 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 12gr / 22,4 . 100%
=53,6%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 8gr /22,4 . 100%
=35,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 2,4gr / 22,4 . 100%
=8,9%
7. % berat untuk komposisi 70 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 14 gr / 21 . 100%
=66,7%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 6 gr / 20,1 . 100%
= 28,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 1gr / 20,1 . 100%
=4,7%
8. % berat untuk komposisi 80 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 16gr / 20,2 . 100%
=79,2%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 4gr / 20,2 . 100%
=19,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 1gr / 20,2 . 100%
= 0,98%

VIII. Analisa Data


Pada percobaan ini dilakukan percobaan mengenai diagram terner sistem zat
cair tiga komponen dengan metode titrasi. Dalam percobaan ini cairan yang
dipergunakan adalah kloroform, aquadest, dan asam asetat anhidrat. Prinsip
dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran dengan ekstraksi
yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna.
Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan kloroform dan asam asetat
anhidrat yang saling melarut dan kemudian dititrasi dengan aquadest.
Dari percobaan, kloroform dan asam asetat mampu melarut dengan baik. Hal
ini dikarenakan antara kloroform dan asam asetat dapat saling berikatan.
Dimana kloroform dapat berikatan disekitar gugus alkil dari asam asetat yang
bersifat non polar pada gugus CH3 nya.
Ketika titrasi dengan aquadest dilakukan, terjadi pemisahan antara campuran
kloroform dengan asam asetat. Hal ini dikarenakan asam asetat membentuk
ikatan hydrogen yang lebih kuat dengan molekul air pada bagian –OH dari
gugus COOH asam asetatnya. Oleh karena itu, asam asetat yang awalnya
berikatan dnegan kloroform akan terpisah dan berikatan dengan air. Hal ini
disebabkan karena sifat kloroform yang tidak melarut dalam air sehingga
kloroform yang mulanya berikatan dengan asam asetat akan terlepas dan
terpisah membentuk dua larutan ternen terkonyugasi yang ditandai dengan
terbentuk larutan keruh. Karena kemapuannya yang dapat melarut dengan air
dan juga kloroform, maka asam asetat anhidrat dikenal sebagai pelarut yang
bersifat semi-polar.

IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
- Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran
dengan ekstraksi dua komponen cair yang saling melarut dengan sempurna.
- Asam asetat glasia adalah pelarut yang bersifat semi polar karena
kemampuannya yang dapat melarut dengan kloroform dan air.
- Semakin banyak asam asetat galsial yang dicampurkan dengan
kloroform maka seamakin banyak pula air yang dibutuhkan untuk mencapai
titik ekivalen.

X. Pertanyaan
1) Bagaimana cara untuk memperoleh kurva perbedaan (perubahan)
kelarutan terhadap temperatur ?
Caranya dengan melengkapi data pengamatan berupa berat
masing-masing komponen dan suhunya. Dari berat komponen dapat
diperoleh persentase beratnya tersebut dapat digambarkan kurvanya.

2) Apa yang dimaksud dengan phase diagram tiga komponen ?


Diagram yang berbentuk segitiga sama sisi dimana sudut-
sudutnya ditempati oleh komponen zat.

3) Bagaimana menentukan Tie-Line ?


Dengan cara salah satu sisinya ditentukan dua titik yang
menggambarkan jumlah kadar zat dari masing-masing zat yang
diduduki sudut pada kedua ujung sisi itu. Dari dua titik ini, ditarik garis
sejajar dengan sisi yang dihadapinya. Titik dimana kedua garis itu
menyilang menggambarkan jumlah kadar masing-masing.

XI. Daftar Pustaka


Kasie lab . 2019 . penuntun praktikum kimia fisika . palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya
http://wahyusisillia.blogspot.com/2015/10/laporan-diagram-terner.html
Gambar Alat

Gelas Kimia Buret

Pipet Ukur
Erlenmeyer

Bola Karet Pipet Tetes


Corong Botol Aquadest

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM


KIMIA FISIKA
PANAS PELARUTAN (∆Hs)

DISUSUN OLEH:

ALFIA NURFAIZA
(061830400289)
AZIZIL TASYA BIGHOIRI
(061830400291)
DELIKA AMARASULI
(061830400292)
DONI PRANATA
(061830400293)
FELISIA HANURA
(061830400294)

KELOMPOK : 1 (SATU)
KELAS : 2 KB
INSTRUKTUR : MEILIANTI, S.T.,M.T

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019
PANAS PELARUTAN (∆Hs)

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat menentukan panas pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4.
2. Dapat menghitung panas reaksi dengan menggunakan Hukum
HESS.

II. ALAT DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN


1. Alat-alat yang digunakan :
- Kalorimeter 1
- Mortar 1
- Thermometer 0-100℃ 2
- Gelas kimia 100ml 1
- Heater 1
- Stopwatch 1
- Oven 1
- Gelas ukur 100ml 1
- Kaca arloji / kertas timbang 1
- Neraca analitik 1
- Botol aquadest 1

2. Bahan Kimia yang digunakan :


- CuSO4.5H2O 5 gram
- CuSO4 anhidrat 5 gram
- Aquadest

III. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

IV. DASAR TEORI

Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa


disebut panas pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas
hidrasi yang menyertai pencampuran secara kimia, energy ionisasi bila
senyawa yang dilarutkan mengalami peristiwa ionisasi. Pada umumnya
panas pelarutan untuk garam-garam netral dan tidak mengalami
dissosiasi adalah positif, sehingga reaksinya isotermis atau larutan akan
menjadi dingin dan proses pelarutan berlangsung sacara adiabatis.
Panas hidrasi, khususnya dalam system berair, biasanya negative dan
relative besar. Perubahan entalpi pada pelarutan suatu senyawa
tergantung pada jumlah, sifat zat terlarut dan pelarutnya, temperature
dan konsentrasi awal dan akhir dari larutannya.

Jadi panas pelarut standar didefinisikan sebagai perubahan


entalpi yang terjadi pada suatu system apabila 1 mol zat terlarut
dilarutkan dalam n1 mol pelarut pada temperature 25 C dan tekanan 1
atmosfer.

Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang


mengandung 1 mol zat terlarut, relative terhadap zat terlarut atau
pelarut murni pada suhu dan tekanan sama. Entalpi suatu larutan pada
suhu T relative terhadap pelarut dan zat terlarut murni pada suhu T0
dinyatakan sebagai :

H = n1H1 + n2H2 + n2∆Hs2

Dimana :
H = entalpi dari n1 + n2 mol larutan dari komponen 1 dan 2 pada suhu T
relative terhadap temperature T0.
∆Hs2 = panas pelarutan integral dari komponen 2 pada suhu T.

Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan


mencari panas pelarutan dua senyawa yaitu tembaga (III) sulfat.5H2O
dan tembaga (II) sulfat anhidrat. Dengan menggunakan Hukum HESS
dapat dihitung panas reaksi :
CuSO4 (s) + aq CuSO4.5H2O
Menurut hukum HESS bahwa perubahan entalpi suatu reaksi
kimia tidak bergantung pada jalannya reaksi, tetapi hanya tergantung
kepada keadaan awal dan akhir dari suatu reaksi.

Sebagai contoh penggunaan Hukum HESS :


CuSO4 (s) + aq CuSO4 (aq) ∆𝐻° = a kj
CuSO4.5H2O (s) + aq CuSO4 (aq) + 5H2O (aq) ∆𝐻° = b
kj
Sehingga : CuSO4 (s) + 5H2O (aq) CuSO4.5H2O (s) ∆𝐻° =
(a - b) kj.

PANAS PELARUTAN

Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses


penambahan sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada
suhu dan tekanan tetap. Terdapat dua macam entalpi pelarutan yaitu
entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan diferensial. Entalpi
pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut
dilarutkan ke dalam n mol pelarut. Jika pelarut yang digunakan adalah
air, maka persamaan reaksi pelarutnya dituliskan sebagai berikut:

X + n H2 O X. nH2O ΔHr = ........kJ

Persamaan tersebut menyatakan bahwa satu mol zat x dilarutkan


ke dalam n mol air. Sebagai contoh entalpi pelarutan integral dalam
percobaan kita kali ini adalah CuSO4:

CuSO4 + 5 H2O CuSO4. 5 H2O ΔHr = ........kJ

Pelarut yang kita gunakan dalam hal ini adalah air. Karena air
mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai
kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut
yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua zat), tetai dapat
melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan
anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa
yang polaritasnya rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air.

Salah satu sebab mengapa air itu dapat melarutkan zat-zat ionik
ialah karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga
ion-ion itu dapat terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini
disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrika yang dimiliki air. Tetapan
dielektrik adalah suatu tetapan yang menunjukkan kemampuan molekul
mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan listrik
yang tedapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat
mengarah pada menetralkan muatan-muatan listrik yang terdapat di
sekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik menarik muatan yang
belawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai tetapan
dielektrik besar.

Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa


yaitu CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat. Biasanya panas reaksi senyawa
sangat sulit untuk ditentukan, tetapi dengan menggunakan hukum Hess
panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak langsung. Hukum Hess
menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi
untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak
bergantung pada lintasan, tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan
akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau
lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor
tahapan reaksinya. Oleh karena itu hukum Hess disebut juga hukum
penjumlahan kalor.
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti
reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika (pelarutan, peleburan dsb
)
satuan tenaga panas = kalori ; joule (1 joule = 0.24 kal);KJ ; Kkal
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi-reaksi
kimia dipakai calorimeter
Besarnya panas reaksi bisa dunyatakan pada :
• tekanan tetap ; qp = H
• volume tetap ; qv =  U
Hubungan  H dan U : H =  U+P V
H
= + maka panas diserap, reaksi endoterm
U

H
= - maka panas dilepaskan, reaksi eksoterm
U
Panas reaksi dipengaruhi oleh :
- jumlah zat yang bereaksi
- Keadaan fisika
- Temperatur
- Tekanan
- Jenis reaksi (P tetap atau V tetap)

Dalam menuliskan reaksi kimia harus dituliskan wujud, koefisien


dan kondisi percobaan.
Misalnya :
reaksi pebentukan CO2 pada 1 atm dan 298 K
C(grafit)+ 2O2(g) à CO2 (g) +393,515 kj
perubahan energi dilakukan pada tekanan tetap (tekanan atmosfir)
sehingga berlaku :
 H = qp

Tinjau Reaksi : aA + bB cC + dD + x kJ
jika entalpi pereaksi = H1
entalpi hasil reaksi = H2
Maka :
H1 = H2 + x kJ
H2-H1 = -x kJ
H = -x kJ
Hukum Hess : Entalpi merupakan fungsi keadaan, karena itu
perubahannya tidak tergantung pada jalannya proses, tetapi hanya
tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir
Reaksi:
C + O2 CO H1
CO + O2 CO2 H2

C + O2 CO2 H3

Berdasarkan hukum Hess maka :

 H3 =  H1+  H2
Macam-macam Panas /Perub entalpi :
Panas atomisasi : Panas yang diperlukan untuk menghasilkan 1 mol
zat dalam bentuk gas dari keadaan yang paling stabil pada keadaan
standar . Contoh :
C grafit C(g)  H = 716,68 Kj
Panas penguapan standar : panas yang diperlukan untuk
menguapkan 1 mol zat cair menjadi upanya pada keadaan standar
contoh :
H2O(l) H2O(g)  H=44,01 Kj

Panas peleburan standar : panas yang diperlukan atau dilepas pada


peleburan .
Contoh :
H2O(s) H2O(l)  H = 6,0 Kj

Panas pelarutan integral: Panas yang timbul atau diserap pada


pelarutan suatu zat dalam suatu pelarut. Besarnya tergantung jumlah zat
pelarut dan zat terlarut.
Panas pengenceran integral : panas yang timbul atau diserap jika
suatu larutan dengan konsentrasi tertentu diencerkan lebih lanjut
dengan menambahkan pelarut

Panas pelarutan diferensial = panas yang timbul atau diserap jika 1


molzat terlarut ditambahkan ke dalam sejumlah besar larutan tanpa me-
ngubah konsentrasi larutan.

Panas Pengenceran diferensial : Panas yang timbul atau diserap jika


1 mol pelarut ditambahkan ke dalam sejumlah larutan tanpa mengubah
konsentrasi larutan tersebut.

Panas netralisasi : panas yang diserap atau dilepaskan jika 1 mol


ekivalen asam kuat tepat dinetralkan oleh 1 mol ekivalen basa kuat.

Panas Hidrasi : panas yang timbul atau diperlukan pada


pembentukan hidrat.
Contoh :
CaCl2 (s) + 2H2O (l) CaCl2 .2H2O (s)  H = -7960 kal

V. CARA KERJA
A. Menentukan tetapan harga kalorimeter
1. Memasukkan aquadest ke dalam calorimeter sebanyak 50ml.
2. Mengukur dan mencatat suhu air dalam calorimeter (t1).
3. Memanaskan air sebanyak 50ml ke dalam gelas kimia 100ml
10℃ di atas temperature kamar (t2).
4. Menuangkan air yang telah dipanaskan ke dalam calorimeter.
5. Mengaduk dan mencatat suhu campuran yang merupakan suhu
tertinggi (t3).

B. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi


1. Memasukkan aquades ke dalam calorimeter sebanyak 100ml
dan mengaduknya.
2. Suhu mula-mula dicatat dan setiap 30 detik sampai suhu tidak
berubah.
3. Menambahkan 5 gram CuSO4 ke dalam calorimeter dan
mengaduknya.
4. Mencatat perubahan suhu setiap 30 detik selama 5 menit.
5. Mengulangi langkah a sampai dengan d dengan menggunakan
serbuk CuSO4 anhidrat.

Catatan :
Serbuk CuSO4 penta hidrat dihaluskan pada mortar.
Serbuk CuSO4 anhidrat diperoleh dengan jalan memanaskan CuSO4
penta hidrat sampai warnanya berubah dari biru menjadi putih. Simpan
dalam desikator sampai dingin dan selanjutnya ditimbang.
VI. KESELAMATAN KERJA
Dalam menjaga keselamatan kerja usahakan dalam bekerja hati-
hati dan menggunakan jas lab dan kaca pelindung. Jika anggota tubuh
kena bahan kimia uang digunakan cuci dengan air yang mengalir.

VII. DATA PENGAMATAN


1. Menentukan harga kalorimeter
Suhu air mula-mula
(t1) = 28℃
(t2) = 38℃
(t3) = 34.5℃

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi

Waktu Penambahan CuSO4 Penambahan CuSO4


(s) hidrat (℃) anhidrat (℃)
0,5 28 30,5
1,0 28 30,5
1,5 28 30,5
2,0 28 30,5
2,5 28 30,5
3,0 28 30,5
3,5 28 30,5
4,0 28 30,5
4,5 28 30,5
5,0 28 30,5
5,5 28 30,5
6,5 28 30,5

Serbuk CuSO4 penta hidrat = 5,0004 gram’


Serbuk CuSo4 anhidrat = 5,0009 gram
Temperature mula-mula = 28,5 ̊C
VIII. PERHITUNGAN
a. Menentukan tetapan calorimeter

V air= 50 ml

p air = 1 gr/ml

m air = 50 ml x 1 gr/ml

= 50 gr

Cp= 4,2 J/gr ℃

X= m.cp.(t3-t1)

X= 50 gr. 4,2 J/gr ℃ . (34,5-28)℃

X= 1365 Joule

Y= m. cp. (t2-t3)

Y= 50 gr. 4,2 J/gr ℃ . (38-34,5)℃

Y= 735 Joule

Harga calorimeter

𝑦−𝑥 (1365−735)𝐽
= (34,5−28)℃
(𝑡3−𝑡1)

630 𝐽
= 6,5 ℃

= 96,92 J/℃
b. Menentukan panas pelarutan
 CuSO4.5H2O
𝑔𝑟
N= 𝐵𝑀𝐶𝑢𝑆𝑂4.5𝐻2𝑂
5,0004 𝑔𝑟
N=249,68 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

N= 0,0200 mol

Panas pelarutan

Q= m.cp.dT + k.dT
= 5 gr. 4,2 J/gr ℃ . (28-28,5)℃ + 196,9230 J/℃ (28-38,5) ℃
= -10,50084 J – 48,4615 J
=-58,96234 J

Untuk 1 mol CuSO4.5H2O


𝑄
∆𝑯CuSO4.5H2O = - 𝑛
−58,96234 𝐽
=- 𝑥 1 𝑚𝑜𝑙
0,0200 𝑚𝑜𝑙

= -2948,117 J
= =2,948117 KJ

 CuSO4
𝑔𝑟
N= 𝐵𝑀 𝐶𝑢𝑆𝑂4
5,0009 𝑔𝑟
N= 159,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
N= 0,031353605 mol

Panas pelarutan
Q= m.cp.dT+ k.dT
= 5 gr. 4,2 J/gr ℃ . (30,5-28,5)℃ + 196,9230 J/℃ (30,5-28,5) ℃
= 42,00756 J + 193,846 J
= 235,85356 J

Untuk 1 mol CuSO4


𝑄
∆𝑯CuSO4 = - 𝑛 x 1 mol
235,85356𝐽
=- x 1 mol
0,031353605 𝑚𝑜𝑙

= 7522,37454 J
= 7,52237454 KJ

o Panas reaksi
1. CuSO4 + aq CuSO4∆𝐻° = 7,52237454 kj
2. CuSO4.5H2O CuSO4 + 5H2O ∆𝐻° = -2,948117 kj
Maka :
CuSO4 + aq CuSO4∆𝐻° = 7,52237454 kj
5H2O + CuSO4 CuSO4.5H2O + aq ∆𝐻°= 2,948117 kj +
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O ∆𝐻° = 10,47049154kj
IX. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum ini, telah dilakukan percobaan yaitu mengenai “Panas


Pelarutan”. Praktikum ini bertujuan agar dapat menentukan panas pelarutan dari
CuSO4.5H2O dan CuSO4, serta dapat menghitung panas reaksi dengan
menggunakan hukum Hess. Panas pelarutan adalah perubahan entalpi yang
menyerupai dan menyertai pelarutan suatu senyawa. Panas pelarutan ini dapat
meliputi panas hiddrasi yang menyertai pencampuran secara kimia. Pada
praktikum ini digunakan dua bahan kimia yaitu CuSO4.5 H2O sebagai pentahidrat
dan CuSO4 sebagai anhidrat.

Pada percobaan ini, hal pertama yang dilakukan adalah menetukan harga
kalorimeter dengan aquadest biasa dan aquadest yang telah dipansakan.
Selanjutnya menetukan panas pelarutan, dengan aquadest dan sample pertama
yaituCuSO4.5H2O setela direaksikan dengan air suhu air mengalami kenaikan
karena disini sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga suhu mengalami
kenaikan. Naiknya suhu larutanini disebabkan karena pada CuSO4, anhidrat tidak
mengandung air seperti pada CuSO4.5H2O sehingga pada saat CuSO4, anhidrat
dimasukkan antara air dan CuSO4, anhidrat mengalami tarik menarik yang
mengakibatkan naiknya suhu dari larutan. Adapun perbedaan antara CuSO4
anhidrat adalah pada CuSO4.5H2O mengandung air dan pada CuSO4 anhidrat
Dalam praktikum ini panas pelarut CuSO4.5H2O adalah -58,96234 J,
sedangkan panas pelarutan CuSO4 anhidrat adalah 235,85356 J. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa panas pelarutan CuSO4 anhidrat lebih tinggi dari pana
pelarutan CuSO4.5H2O. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain
massa CuSO4 murni lebih banyak CuSO4 anhidrat dari pada CuSO4.5H2O murni,
karena kalor berbanding lurus dengan massa, maka zat yang massanya lebih besar
CuSO4 anhidrat mengasilkan kalor yang lebih besar

X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Panas pelarutan merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada suatu
sistem apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam 1 mol pelarut pada
termometer.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi entalpi yaitu : jumlah zat,
temperatur, sifat zat terlarut dan pelarutnya, konsentrasi awal dan akhir
larutan.
 Panas pelarutan :
 CuSO4anhidrat = 235,85356 J
 CuSO4.5H2O = -58,96234 J
XI. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Palembang:
POLSRI
Supadi. 2012. Panas Pelarutan. http://www-supadi.blogspot.com.
Diakses pada 01 Juli 2014.
XII. GAMBAR ALAT

kalorimeter mortar gelas kimia


termometer gelas ukur heater

Stopwatch kaca arloji


Botol aquadest

CAMPURAN BINER II
(KESETIMBANGAN UAP-CAIR PADA SISTEM BINER)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
1. Dapat menentukan sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur
versus komposisi
2. Dapat menentukan indeks bias campuran

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan
1. Seperangkat alat destilasi keseimbangan
2. Termometer
3. Labu leher 100 ml atau 250 ml
4. Erlenmeyer 100 ml
5. Pipet ukur 10 ml, 25 ml
6. Bola karet
7. Botol aquadest

Bahan yang digunakan


1. Aseton
2. Kloroform

III. DASAR TEORI


Suatu larutan dikatakan sebagai larutan ideal bila :
1. Homogen pada seluruh sisitem mulai dari mol fraksi 0-1
2. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur
membentuk larutan (Hbercampuran = 0)
3. Tidak ada beda pencampuran artinya volume larutan = jumlah volume
komponen yang dicampurkan ( Vpencampuran = 0)
4. Memenuhi hukum Roult :
P1 = X1 . P0
Dimana :
P1 = tekanan uap larutan X1 = mol fraksi larutan
P0 = tekanan uap pelarut murni

Dalam larutan ideal sifat larutan komponen yang satu akan mempengaruhi
sifat komponen yang lain, sehingga sifat komponennya. Contoh : sistem benzena
– toluena. Sedangkan larutan non ideal adalah larutan yang tidak memiliki sifat-
sifat diatas, larutan ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
 Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi.
Dimana akan menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran
itu.
Contoh : sistem aseton – karbon disulfida dan sisitem HCl – air.
 Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume konstraksi
dimana akan menghasilkan titik didih minimum pada sisitem campuran.
Contoh : sistem benzena – etanol dan sisitem aseton – kloroform.

Dalam percobaan ini komposisi larutan merupakan harga mol fraksi


larutan. untuk membuat diagram T-X maka harga x tdak dihitung pada tiap-tiap
titik didih tetapi dengan larutan. Kemudian dibuat dahulu grafik standard
komposisi versus indeks bias. Komposisi dapat dihitung sebagai berikut :
misalnya mencampurkan a ml dengan massa jenis ρ1, dengan b ml kloroform
dengan massa jenis ρ2, maka komposisinya adalah :
a ρ1 /m2
X1 =
a ρ2/m2 + b ρ2/m2

M1 = massa molekul aseton = 48


M2 = massa molekul CHCl3 = 119,5

Larutan ideal HCl-Air Aseton-Cs2


=Dasar Teori Tambahan
 Sifat-sifat Aseton
 Sifat-sifat kimia dari Aseton :
- Dapat direduksi dengan LiAlH4 menjadi alkohol
- Bersifat polar
- Merupakan basa Lewis dengan mereaksikannya dengan asam kuat
- Tahan terhadap oksidasi atau tidak dapat dioksidasi, kecuali dalam
keadaan tertentu
- Larut dalam air
 Sifat-sifat fisika dari Aseton :
- Berat jenis 0,787 gr/ml
- Titik didih 56°C
- Titik beku -95°C
- Tidak berwarna
- Baunya sengit
- Memiliki berat molekul 58 gr/mol

 Sifat-sifat Kloroform
 Sifat-sifat kimia dari Kloroform :
- Rumus molekul CHCl3
- Massa molar 119,38 gr/mol
- Cairan yang tak berwarna
- Berat jenis 1,48 gr/mol
- Titik leleh -63,5°C
- Titik didih 61,2°C
- Peracun
- Berbentuk cairan
 Sifat-sifat fisika dari Kloroform :
- Tidak bercampur dengan air
- Larut dalam eter dan alkohol
- Merupakan asam lemah
- Tidak mudah terbakar

IV. KESELAMATAN KERJA


Dalam melakukan percobaan ini digunakan jas praktikum dan kaca mata,
sarung tangan dan masker pelindung. jangan menghirup cat yang digunakan.
Dalam memakai refraktometer sebelum dan sesudah dipakai dibersihkan lendanya
dengan zat cair sebagai pembersih.
V. CARA KERJA

1. Mencatat massa jenis zat yang digunakan dari tabel atau melakukan dengan
aerometer
2. Menentukan indeks bias aseton murni dan kloroform murni menggunakan
refraktometer
3. Selanjutnya menentukan indeks bias campuran dengan perbandingan sebagai
berikut :

Aseton 100 ml 80 ml 60 ml 40 ml 20 ml 0 ml
Kloroform 0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 80 ml 100 ml

4. Untuk setiap campuran yang didestilasi, dicatat tititk didihnya dan titik
uapnya masing-masing larutan. Destilat diambil dengan pipet dilihat indeks
biasnya kemudian residunya juga ditentukan indeks biasnya.

Catatan :
Jumlah campuran boleh lebih dari 10 ml dengan menggunakan alat yang micro
(volume 25 ml). Pengamatan titik didih dua kali pada titik didih larutan dan
temperatur setelah destilat.

VI. DATA PENGAMATAN


1.Tabel Fraksi Mol
% Kloroform Aseton
ml gram Fraksi mol ml gram Fraksi mol
10% 8 11,84 0,0924 72 56,5704 0,9076
20% 16 23,68 0,1865 64 50,2848 0,8135
40% 32 43,36 0,3794 48 37,7196 0,6206
60% 48 71,04 0,5790 32 25,1424 0,4210
80% 64 94,72 0,7858 16 12,5712 0,2142
90% 72 106,56 0,8913 8 6,2856 0,1081

2.Penentuan Indeks Bias


-Aseton Murni = 1,360
-Kloroform Murni = 1,464
Fraksi Mol Kloroform Indeks Bias
Sebelum Destilasi Sesudah Destilasi
0,0924 1,365 1,362
0,1865 1,375 1,371
0,3794 1,386 1,385
0,5790 1,405 1,402
0,7858 1,408 1,409
0,8913 1,428 1,427

3.Penentuan Titik Didih dan Titik Uap


Titik didih kloroform murni = 61,2oC
Titik didih aseton murni = 5,64oC
Fraksi mol kloroform Titik Didih (oC) Titik Uap (oC)
0 56,4 56,4
0,0924 60 53
0,1865 62 59
0,3794 62 60
0,5790 62 62
0,7858 62 59
0,8913 61 58,5
1 61,2 61,2

VII. PERHITUNGAN
1.Konsentrasi 10% kloroform dalam 80ml
Kloroform 8ml

m = p.v
= 1,48 gr/ml x 8ml
= 11,84 gr
Mol = gr
BM
= 11,84 gr
119,32 gr/mol
= 0,0992 mol

Aseton 72ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 64ml
= 50,2848 gr
Mol = gr
BM
= 56,5704 gr
58,08 gr/mol
= 0,9740 mol
Mol total = 0,0992 mol + 0,9740 mol
X kloroform = 0,0992 mol
1,0732 mol
= 0,0924
X aseton = 0,9740 mol
1,0732 mol
= 0,9076
2. Konsentrasi 20% kloroform dalam 80ml
Kloroform 16ml

m = p.v
= 1,48 gr/ml x 16ml
= 23,68 gr
Mol = gr
BM
= 23,68 gr
119,32 gr/mol
= 0,1985 mol

Aseton 64ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 64ml
= 50,2848 gr
Mol = gr
BM
= 50,2848gr
58,08 gr/mol
= 0,8658 mol
Mol total = 0,1985 mol+ 0,8658 mol
= 1,0643 mol
X kloroform = 0,1865
X aseton = 0,8135

3. Konsentrasi 40% kloroform dalam 80ml


Kloroform 32ml

m = p.v
= 1,48 gr/ml x 32ml
= 47,36 gr
Mol = gr
BM
= 47,36 gr
119,32 gr/mol
= 0,3969 mol
Aseton 48ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 48ml
= 37,7136 gr
Mol = gr
BM
= 37,7136gr
58,08 gr/mol
= 0,6493 mol
Mol total = 0,3969 mol+ 0,6493 mol
= 1,0462 mol
X kloroform = 0,3794
X aseton = 0,6206

4. Konsentrasi 60% kloroform dalam 80ml


Kloroform 48ml

m = p.v
= 1,48 gr/ml x 48ml
= 71,04 gr
Mol = gr
BM
= 71,04 gr
119,32 gr/mol
= 0,5953 mol

Aseton 32ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 32ml
= 25,1424 gr
Mol = gr
BM
= 25,1424 gr
58,08 gr/mol
= 0,4328 mol
Mol total = 0,5953 mol+ 0,4328 mol
= 1,0281 mol
X kloroform = 0,5790
X aseton = 0,4210

5. Konsentrasi 80% kloroform dalam 80ml


Kloroform 64ml

m = p.v
= 1,48 gr/ml x 64ml
= 94,72 gr
Mol = gr
BM
= 94,72 gr
119,32 gr/mol
= 0,7938 mol

Aseton 16ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 16ml
= 12,5712 gr
Mol = gr
BM
= 12,5712 gr
58,08 gr/mol
= 0,2164 mol
Mol total = 1,0102 mol
X kloroform = 0,7858
X aseton = 0,2142

6. Konsentrasi 90% kloroform dalam 80ml


Kloroform 72ml

m = p.v
= 1,48 gr/ml x 72ml
= 106,56 gr
Mol = gr
BM
= 106,56 gr
119,32 gr/mol
= 0,8930 mol

Aseton 8ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 8ml
= 6,2856 gr
Mol = gr
BM
= 6,2856 gr
58,08 gr/mol
= 0,1082 mol
Mol total = 1,0012 mol
X kloroform = 0,8919
X aseton = 0,1081

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Pada percobaan kali ini yaitu percobaan Campuran Biner II.Campuran
biner merupakan campuran yang terdiri dari dua zat yang dapat bercampur atau
saling melarut.Dimana sample yang digunakan yaitu aseton dan
kloroform.Dimana pada proses destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih.Zat
yang memiliki titik didih lebih rendah akan lebih cepat menguap.Perbandingan
komposisi 10-20-40-60-80-90 mol % masing-masing sebanyak 80ml.Selanjutnya
indeks bias campuran sebelum destilasi yaitu
1,365;1,375;1,386;1,405;1,408;1,428.
Percobaan ini menggunakan sistem campuran azeotropik (aseton-
kloroform) yang didestilasi.Jenis destilasi untuk pemisah aseton dan kloroform
termasuk destilasi fraksional.Hal ini dikarenakan dua zat tersebut memiliki
perbedaan titik didih yang rendah.Campuran tersebut memiliki titik didih yang
berdekatan yaitu 56,4oC dan 61,2oC sehingga disebut campuran azeotropik.
Campuran azeotropik merupakan campuran dua atau lebih komponen pada
komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah melalui destilasi
biasa.Pada proses destilasi campuran yang pertama keluar sebagai destilat adalah
aseton.Karena aseton memiliki titik didih yang lebih rendah.Setelah
destilasi,destilat yang dihasilkan diukur indeks bias
(1,362;1,371;1,385;1,402;1,409;1,427).
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Campuran biner merupakan campuran dari dua zat yang dapat bercampur
atau saling melarutkan.
2. Semakin besar komposisi dari larutan campuran, maka semakin rendah
titik didih dan titik uapnya.
3. Campuran Azeotropik adalah campuran dua atau lebih komponen yang
mempunyai komposisi tertentu dimana komposisin tersebut tidak bisa
berubah hanya bila melalui sistem destilasi biasa, titik didih dua zat cair
saling menunjukkan adanya titik didih maksimum.

X. DAFTAR PUSTAKA
 Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang : 2019

GAMBAR ALAT

Kaca Bola
Arloji Karet
Corong Gelas
Gelas Kimia

Pipet Labu
Tetes Ukur

Botol Batang
Aquadest Pengaduk

Spatula Kacamata
Pipet
Masker
Ukur

Sarung
Tangan
LAPORAN TETAP KIMIA FISIKA
ISOTERM FREUNLICH
(ISOTERM ADSORBSI FREUNLICH)

Disusun Oleh :
Kelompok I (Satu)
Nama Anggota :
ALFIAH NURFAIZAH 0618 3040 0289
AZIZIL TASYA BIGHOIRI 0618 3040 0291
DELIKA AMARASULI 0618 3040 0292
DONI PRANATA 0618 3040 0292
FELISIA HANURA 0618 3040 0294
Kelas : 2 KB
Instruktur : MEILIANTI, S.T.,M.T.

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2019
ISOTERM FREUNLICH
(ISOTERM ADSORBSI FREUNLICH)

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan:
1. Mempelajari proses adsorbs karbon aktif dengan larutan asam organik.
2. Menentukan besarnya Tetapan Isoterm Adsorbsi Freunlich.

II. ALAT DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN


- Alat yang digunakan:
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Gelas ukur 100 ml
3. Buret 50 ml
4. Labu ukur 100 ml, 250 ml
5. Gelas kimia 250 ml
6. Pipet ukur 10 ml, 25 ml
7. Bola karet
8. Corong gelas
9. Spatula
10. Pengaduk
11. Kaca arloji

- Bahan kimia yang digunakan:


1. Asam oksalat 1N dan asam asetat 1N
2. Larutan NaOH 0,1N
3. Karbon Aktif
III. DASAR TEORI
Adsorbsi adalah gejala mengumpulan molekul-molekul suatu zat (gas,
cair) pada permukaan zat lain (padatan, cair) akibat adanya kesetimbangan
gaya. Zat yang mengadsorbsi disebut adsorben dan zat yang teradsorbsi disebut
adsorbat.

Adsorben umumnya adalah padatan adsorbat umumnya adalah padatan


sedangkan adsorAbatnya adalah cairan atau gas.

Proses adsorbsi merupakan proses kesetimbangan baik adsorbsi gas


maupun cairan. Contoh proses adsorbs yang digunakan sehari-hari misalnya:
penyerapan air oleh zat pengering, penghilang warna dalam industry tekstil.
1. Pengeringan udara / pengambilan uap air dengan silikagel di
laboratorium.
2. Penghilang zat warna, bau.
3. Penghilang zat warna pada pabrik gula.

Proses adsorbsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:


1. Konsentrasi, makin besar konsentrasi adsorbat maka jumlah yang
teradsorbsi makin banyak begitu juga luas permukaan kontak.
Makin halus atau makin besar luas permukaan kontak, maka jumlah
adsorbsi makin banyak.

2. Temperature, makin besar temperature maka adsorbsi makin kecil


karena proses adsorbsi merupakan proses yang isothermal.

3. Sifat adsorben dan adsorbat.


Proses adsorbsi dibagi menjadi 2 bagian:
a. Proses adsorbs kimia, yaitu proses adsorbsi yang disertai dengan
reaksi kimia. Pada adsorbs ini terjadi pembentukan senyawa kimia
dan umumnya terjadi pada adsorbs yang multilapisan.
Contoh:
CO2(s) + NaOH(p) Na2CO3 + H2O
H2O(l) + CaCl2(p) Ca(OH)2 + HCl

b. Proses adsorbsi fisika, yaitu proses adsorbsi yang tidak disertai


reaksi kimia. Ikatan yang terjadi pada proses ini adalah ikatan Van
Der Waals yang relative lemah. Ppada adsorbs ini panas yang
dilepaskan relative kecil dan umumnya terjadi pada satu lapis
(monolayer).
Contoh:
 Adsorbsi uap air CaCl2 atas silica gel.
 Adsorbsi asam asetat, asam oksalat oleh karbon aktif

4. Efektifitas adsorbsi makin tinggi jika kedua zat adsorbat dan adsorben
mempunyai polaritas yang sama.

Beberapa persamaan isotherm adsorbsi:


1. Isoterm adsorbsi Freunlich
2. Isotherm adsorbs Langmuir
3. Isotherm BET (Brunauer, Emmet, Teller)

Add 1. Isoterm Freunlich


1
X
= K Cn (cair-padat) ……………… (1)
m

Dimana:
x = jumlah zat (gr, mol) yang teradsorbsi oleh m gr, adsorben
C = konsentrasi zat terlarut yang bebas
k dan n = tetapan Isoterm Freunlich
Persamaan ini berlaku untuk gas dan cair
1
V = K Pn

Dimana:
V = jumlah gas teradsorbsi persatuan massa adsorben pada tekanan P
k dan n = tetapan Isoterm Freunlich

Add 2. Isoterm Langmuir


P P 1
= +
V Vm a.Vm

Dimana:
Vm = volume gas yang dibutuhkan
V = volume gas yang sebenarnya menutupi satu satuan massa adsorben
pada tekanan

Add 3. Isoterm BET


P 1 (C − 1) P
= = .
V(P0 − P) Vm + C Vm. C P0

Dimana:
P0 = tekanan uap jenuh
Vm = kapasitas volume monolayer
C = tekanan isotherm Langmuir
GAMBAR ALAT

IV. KESELAMATAN KERJA


- Dari percobaan ini yang harus diperhatikan adalah pengenceran asam
oksalat atau asam aetat dari pekat ke konsentrasi yang diinginkan.
- Juga pembuatan NaOH 0,1N harus menggunakan kaca mata dan sarung
tangan karena berbahaya terhadap mata dan kulit.

V. CARA KERJA
1. Menyiapkan 5 buah Erlenmeyer 250 ml
2. Memasukkan masing-masing 0,5 gram karbon aktif. Sebelumnya
dipanaskan selama ± 15 menit pada suhu 60oC.
3. Pada tiap Erlenmeyer dimasukkan 20 ml asam oksalat atau asam asetat
untuk masing-masing komponen.
4. Mengocok campuran tersebut selama 10 menit kemudian didiamkan
selama 1 jam.
5. Dikocok lagi selama 1 menit.
6. Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring, mengukur volume
filtrate.
7. Menitrasi filtrate dengan larutan NaOH 0,1N (boleh alikot saja, misalnya
10 ml) dan ditambahkan indicator pp (phenolphtalin) sampai terjadi
perubahan warna (jumlah filtrate yang dititrasi sebaiknya tidak sama
antara konsentrasi asam tertinggi dan yang terendah).
PERHITUNGAN
Pembuatan larutan
- NaOH 0,1 N dalam 500 ml
Dik : N = 0,1 N
V = 500 ml
BM 40 gr/mol
BE = = = 40 gr/ek
n 1
Dit : m …?
Jawab :
N . V . BE 0,1 N . 200 ml . 40 gr/ek
m= = = 2 gr
1000 1000
- Asam Asetat
Dik : % = 100 % = 1
P = 1,05 gr/l
BM = 60,05 gr/mol
Dit : M1 …?
Jawab :
p . % . 1000 1,05 gr/l .1 .1000
M1 = = = 17,4854 mol/l
BM 60,05 gr/mol

Menghitung berat zat yang teradsorbsi oleh adsorben (x)


1. konsentrasi awal asam asetat 1N
x = C.V.BE
= (1N - 0,0986N) × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,9014 ek/L × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,0109 gram
2. Konsentrasi awal asam asetat 0,8 N
x = C.V.BE
=(0,8N - 0,0896N) × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,7104 ek/L × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,00853 gram
3. Konsentrasi awal asam asetat 0,6 N
x = C.V.BE
=(0,6N - 0,0875N) × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,5125 ek/L × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,00615 gram
4. Konsentrasi awal asam asetet 0,4 N
x = C.V.BE
= (0,4N - 0,08 N) × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,32 ek/L × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,00384 gram
5. Konsentradi awal asam asetat 0,2 L
= (0,2N - 0,0602N) × 0,0002 L × 60,05 g/ek
=0,1398 ek/L × 0,0002 L × 60,05 g/ek
= 0,00168 gr

Konsentrasi Setelah Titrasi


Ket : V1 = Volume awal
N1 = Konsentrasi awal (N)
- Konsentrasi pada asam asetat 1 N
Dik : V1 = 10mL
V2= 106,8 mL
N1= 1N
Dit : N2?
Jawab : V1.N1 = V2.N2
10mL. 1N = 106,8mL. N2
N2= 0,0936 N
-Konsentrasi asam asetat 0,8 N
Dik : V1 = 10mL
V2 = 89,3 mL
N1= 0,8 N
Dit : N2?
Jawab : V1.N1 = V2.N2
10mL. 0,8 N = 89,3 mL. N2
N2= 0,0896 N
-Konsentrasi asam asetat 0,6 N
Dik : V1 = 10mL
V2 = 68,6 mL
N1= 0,6 N
Dit : N2?
Jawab : V1.N1 = V2.N2
10mL. 0,6N = 68,6 mL. N2
N2= 0,0875 N
- Konsentrasi asam asetat 0,4 N
Dik : V1 = 10mL
V2 = 50 mL
N1= 0,4 N
Dit : N2?
Jawab : V1.N1 = V2.N2
10mL. 0,4 N = 50 mL. N2
N2= 0,08 N
-Konsentrasi pada asam asetat 0,2 N
Dik : V1 = 10mL
V2 = 32,2 mL
N1= 0,2 N
Dit : N2?
Jawab : V1.N1 = V2.N2
10mL. 0,2N = 32,2 mL. N2
N2= 0,0602 N
Pengenceran asam asetat
a. Asam asetat 1N
Dik: V2: 50mL
N2 : 1N
N1 : 1N
Dit : V1?
Jawab : V1.N1=V2.N2
V1.1N = 50 mL . 1N
V1 = 50mL

2. Asam asetat 0,8 N


Dik : V2 : 50mL
N2 : 0,8 N
N1 = 1 N
Dit : V1 ?
Jawab : V1.N1 = V2. N2
V1. 1 N = 50mL . 0,8 N
V1 = 40 mL

3. Asam asetat 0,6 N


Dik : V2 : 50mL
N2 : 0,6 N
N1 = 1 N
Dit : V1 ?
Jawab : V1.N1 = V2. N2
V1. 1 N = 50mL . 0,6 N
V1 = 30 mL

4. Asam asetat 0,4N


Dik : V2 : 50mL
N2 : 0,4 N
N1 = 1 N
Dit : V1 ?
Jawab : V1.N1 = V2. N2
V1. 1 N = 50mL . 0,4 N
V1 = 20 mL

5. Asam asetat 0,2 N


Dik : V2 : 50mL
N2 : 0,2 N
N1 = 1 N
Dit : V1 ?
Jawab : V1.N1 = V2. N2
V1. 1 N = 50mL . 0,2 N
V1 = 10 mL
● Perhitungan slope dan intersept secara manual

No. Log C Log (x/m) XY X2


(X) (Y)
1 - 0,04268 -1,60154 0,0709 0,0082

2 - 0,1485 -1,76802 0,2625 0,02205

3 -0,29031 -1,90939 0,5543 0,08427

4 - 0,4985 -2,11464 1,0464 0,22487

5 -0,85545 -2,47366 2,1137 0,73015

Jumlah - 1,83083 -9,92725 4,0479 1,08318

Slope = = (-10,7531)-(-
n  xy  -  x  y  7,41104) / (5,41596) - (3,351924)
n  x  -  x 
2
= -3,34201 / 2,0640

= 5(4,0479)-(-1,8308)(- =-1,6192

9,92725) / 5(1,08318)-(-1,8308)2 Y = 1,0003x -1,8192

= (20,23961)-
918,17507) / (5,415926)-(3,351924) ● Perhitungan nilai x dan n

=2,0645 / 2,0640 berdasarkan grafik persamaannya :

=1,0003 Y = 1,0003x -1,8192


Y= Slope x + intersept atau y = mx

Intersept = +c

 x  y   xy  x 
2
Log (x/m) =
l
log l + log k
n  x    x 
2 2 n
Maka :
= (1,08318)(-
Y= log (x/m)
9,9275)-(4,0479)(-1,8308) /
Intersept = log k
(5,415926)-(3,351924)\
l
Slope =
n
X = log x
Penyelesaian :
• log k = intersept
log k = -1,6192 = 0,0240
l
• Slope =
n
l
1,0003x=
n
n = 1 / 1,0003
n = 0,9997
Jadi k = 0,0240
= 0,9997
VI. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan ini, yang bertujuan untuk menentukan isoterm adsorbsi menurut
Freundlich bagi proses adsorbsi asam asetat pada arang. Isoterm adsorbsi menurut
Freundlinch adalah hubungan antara banyak zat terlarut pada temperatur tertentu dalam
proses adsorbsi asam asetat pada arang dapat dilihat dengan persamaan Freundlinch yaitu log
(x/m) dan log c .
Adsorbsi yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang bervariasi.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap daya serap (adsorbsi) akan
meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsobat, karbon aktif yang telah dicampur
dengan asam asetat dipolang palingkan beberapa menit. Hal ini bertujuan untuk mencapai
keseimbangan adsorbsi , oleh karena itu dilakukan hal tersebut untuk mempercepat terjadinya
adsorbsi. Selanjutnya campuran larutan, disaring untuk memisahkan filtrat dengan karbon.
Filtarat kemudian ditambahkan indikator PP yang berfungsi untuk mengetahui titik ekivalen
dari titrasi. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna menjadi
merah muda . Ada pun reaksi yang terjadi :
CH3OOH + NaOH → CH3OOH + H2O
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana semakin besar konsentrasi asan
asetat maka volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen titrasi semakin
banyak.

VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Isoterm adsorbsi menurut Freundlinch bagi adsorbsi asam asetat pada karbon
aktif yaitu semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin besar pula yang
teradsorbsi oleh karbon aktif
2. Karbon aktif dapat berfungsi sebagai adsorben
3. Warna yang dihasilkan dari proses adsorbsi adalah warna merah muda
4. Data yang didapatkan :
 k = 0,0240

 n = 0,9997

DAFTAR PUSTAKA
- Tim Penyusun, 2016.”Penuntun Praktikum Kimia Fisika”. Politeknik
Negeri Sriwijaya : Palembang.
- Tony Bird. ”Kimia Fisika untuk Universitas”, P.T.Gramedia, edisi
halaman 90-92.
- N.Glinka. “General Chemistry”, Peace Publisher Moscow, hal 400-407.
Anonim, www.scribd.com

GAMBAR ALAT
Erlenmeyer Gelas Kimia Labu Ukur

Corong Pipet Ukur Buret

Gelas Ukur Corong Bola Karet


LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
KONSTANTA KECEPATAN REAKSI

DISUSUN OLEH :

Nama:
ALFIA NURFAIZA (061830400289)
AZIZIL TASYA BIGHOIRI (061830400291)
DELIKA AMARASULI (061830400292)
DONI PRANATA (061830400293)
FELISIA HANURA (061830400294)

Kelas : 2 KB
Jurusan : Teknik Kimia
Prodi : Teknik Kimia (D3)
Instruktur : Yuniar, S.T., M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


2018/2019
KONSTANTA KECEPATAN REAKSI

1. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :


- Menggunakan salah satu manfaat metode titrasi, yakni untuk penentuan konstanta
kecepatan reaksi.
- Mencampur larutan KI dan K2S2O8 pada interval waktu tertentu
- Mentitrasi campuran tersebut dengan Na2S2O3

2. ALAT DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN

 Alat yang digunakan :


  Buret 50 ml
  Gelas kimia 250 ml
 Labu Erlenmeyer 25ml
 Thermometer 1000C
  Stopwatch
 Pipet ukur 10 ml
  Bola karet
 Spatula
 Kaca arloji

Bahan kimia yang digunakan :


 Larutan jenuh K2S2O8
 Larutan 0,4 M KI
 Larutan 0,01 N Na2S2O3

3. DASAR TEORI

Kecepatan reaksi kimia berbanding lurus dengan konsentrasi dari reaktan dan
biasannya di nyataka dalam bentuk konsentrasi dari salah satu reaktan atau salah satu
produk.
Dimana :

𝑑𝐶 𝑑𝑥
− atau
𝑑𝑡 𝑑𝑡

C = Konsentrasi salah satu reaktan

X = Konsentrasi salah satu produk

T = Waktu

Secara Umum :
A+B+C Produk

Persamaan kecepatan Reaksi dinyatakan dalam bentuk :

𝑑𝐶
= K(A)n1 (B)n2(C)n3...........................................................................(1)
𝑑𝑡

Dimana :
K = Konstanta kecepatan reaksi

4. = Orde reaksi, yakni jumlah pangkat dalam persamaan kecepatan reaksi

n= n1 + n2 + n3 + …

Untuk reaksi tingkat dua, misalnya oksidasi iodide dengan persulfat :

2I- + S2O32- I2 + 2 SO42-

Persamaan reaksiya dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑑𝑥
= K2 ( a – x ) ( b – 2x )..............................................................................(2)
𝑑𝑡

Dimana :
 = Konsentrasi mula-mula persulfat

 = Konsentrasi mula-mula Iodida

Jika salah satu dari reaktan sangat berlebih, maka konsentrasinya dianggap tetap
selama berlangsungnya reaksi, maka reaksi akan mengikuti orde tingkat satu. Misal
konsentrasi dari iodida pada reaksi diatas besar, maka selama terjadi reaksi
konsentrasi ini dianggap tetap (tidak berubah ).

Persamaan (2) akan berubah menjadi :

𝑑𝑥
= K2 ( a – x ) b..........................................................................(3)
𝑑𝑡

Hasil integral dengan batas – batas t = 0 dan x = 0 , akan diperoleh :

1 𝑎
Bk2 = 1𝑛
𝑡 𝑎−𝑥

Atau 1n (a-x) = 1n a – k′t


Dimana :
K′ = Bk2
4. DATA PENGAMATAN

Waktu Titrasi Titrasi (a–x) Log ( a – x )


(menit) ( x ml )
(n ml)
3 3,4 9 5,6 0,7482
8 5 9,5 4,5 0,6532
15 6,2 10 3,8 0,5798
20 7,3 10,4 3,1 0,4914
30 8,6 11,7 3,1 0,4914
40 9,4 12,3 2,9 0,4624
50 11,6 13,4 1,8 0,2553
60 13,8 14,9 1,1 0,0414

5. PERHITUNGAN
1) Pembuatan Larutan
a) Larutan kl 0,4 M : 100 ml
gr = M x V x BM
= 0,4 gr/mol x 0,1 L x 166 mol/k
= 6,64 gr
b) Larutan Ha2S2O3 0,01 M : 250 mL
gr = M x V x BM
= 0,01 gr / mol x 0,25 L x 243,21 mol/L
= 6,20525 gr
c) Larutan Kanji 3 % =100 ml

gr = % berat x V
= 0,03 x 100 ml
= 3 gr
2) Penentuan Nilai Konstanta (k)
y = mx + c
y = 0,0105 x + o,763

Ln (a-x) = Ln a- k’t
Ln (a-x) = -k’t + Ln a
K1 = slope
K1 = -(-0,0105)
= 0,0105
0,0105
K =
0,9145

K =0,0115 mol / menit


K1 = bk2
Dimana :
b= konsen
21 → I2 + 2e
I2 = 0,4 m
K
K2 =
b
0,115 mol/menit
=
0,4 mol/liter

= 0,02875 1/menit
grafik konstanta kecepatan reaksi
0.8

0.7

0.6

0.5
log(a-x)

0.4
log(a-x)

0.3 Linear (log(a-x))


y = -0.0105x + 0.763
0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu
6. ANALISA PERCOBAAN

Pada percobaan kali ini adalah konstanta kecepatan reaksi yang bertujuan
untuk menentukan kecepatan reaksi. Kecepatan suatu reaksi kimia berbanding lurus
terhadap konsentrasi reaktan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk reaksi. Larutan
yang digunakan adalah kalium iodide dan kalium peroxide sulfat kecepatan reaksi
adalah laju perubahan konstanta pereaksi atau produk dalam satuan waktu. Kecepatan
reaksi dipengaruhi beberapa factor, yaitu konsentrasi, suhu,luas permukaan dan
katalisator. Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konstanta yang berarti
kecepatan reaksi sebanding dengan perubahan konstanta kecepatan reaksi.
Pada percobaan kali ini digunakan 4 larutan KI 0,4 M Na2S2O3 0,01 M ,
K2S2O6 jenuh dan indicator kanji. Larutan KI dibuat lebih pekat karena kuantitas
iodidanya yang diikat oleh natrium kosulfat harus lebih banyak dari pada ion-ion lain.
Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan sebuah warna biru yang lebih jelas.
Larutan KI digunakan sebagai reaktan. Kalium peroxide sulfat digunakan sebagai
oksida kuat sehingga mengoksidasi dalam membebaskan iod dan KI namun sulfat
berfungsi sebagai reaktan sehingga dijadikan titran.

7. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Kecepatan rekasi dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu, luas permukaan, dan
katalisator
2. kecepatan berbanding lurus dengan konstanta, sehingga semakin besar konstanta
maka semakin besar pula kecepatan reaksi, begitu juga sebaliknya.
3. Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak volume yang dibutuhkan
4. Semakin besar volume yang dibutuhkan maka konsentrasi yang didapat semakin
besar
5. Nilai konstanta kecepatan reaksi dan hasil percobaan adalah 0,02875 1/menit.

8. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet “ Kimia Fisika”. Politeknik Negeri Sriwijaya. 2019. Palembang


GAMBAR ALAT
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU TERHADAP KECEPATAN
REAKSI

DISUSUN OLEH :

Nama:
ALFIA NURFAIZA (061830400289)
AZIZIL TASYA BIGHOIRI (061830400291)
DELIKA AMARASULI (061830400292)
DONI PRANATA (061830400293)
FELISIA HANURA (061830400294)

Kelas : 2 KB
Jurusan : Teknik Kimia
Prodi : Teknik Kimia (D3)
Instruktur : Yuniar, S.T., M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


2018/2019
PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU

PADA KECEPATAN REAKSI

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan:

- Mahasiswa dapat menentukan order reaksi dari pengaruh suhu dan konsentrasi
terhadap kecepatan reaksi.

II. ALAT YANG DIGUNAKAN

- Gelas ukur 50ml - Labu takar 50ml,250ml

- Water batch - Batang pengaduk gelas

- Termometer 0-100°c - Pipet tetes

- Gelas kimia 100ml,250ml - Kaca arloji

- Magnetic stirrer - Spatula

- Stopwatch - Pipet ukur 5ml,10ml,25ml

- Bola karet

BAHAN YANG DIGUNAKAN

- Sodium tiosulfat (Na2S2O3)

- HCl

- Aquadest
III. DASAR TEORI

Kinetika kimia membahas tentang laju reaksi dan mekanisme terjadinya reaksi,
dipelajari perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi terjadinya pereaksi,
hasil reaksi dan katalis. keterangan yang penting dapat pula diperoleh dai study tentang
pengaruh suhu,tekanan,pelarut,konsentrasi atau komposisi terhadap laju reaksi.

Persamaan laju reaksi memberikan ketergantungan laju pada konsentrasi pereaksi,


hasil reaksi dan katalis. Bila volume campuran reaksi tetap dan konsentrasi zat antara
diabaikan, maka kecepatan berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi pangkat bilangan
bulat:

𝑑 (𝐴1)
= k (A1)m . A(2)n
𝑑𝑡

Bila m=1,reaksi dikatakan orde satu terhadap A dan Bila m=2,reaksi dikatakan berorde
dua trehadap A. untuk persamaan laju dalam bentuk yang sederhana ini, orde reaksi
keseluruhan adalah jumlah dari pangkat-pangkatnya. faktor perbandingan k merupakan
tetapan laju yang berdasarkan persamaan diatas mempunyai satuan c3-(m-n) . waktu bila reaksi
berorde satu, biasanya k dinyatakan dalam detik-1,atau menit-1. bila reaksi berorde dua secara
keseluruhan k dinyatakan dalam liter,mol-1,detik-1,cm.mol-1,atau cm3.detik-1.

Reaksi orde satu:

A k produk

persamaan laju untuk reaksi berorde satu:

dimana:

(A) = konsentrasi A pada waktu t

K = konstanta kecepatan reaksi

untuk batasan (A) = (A°) pada waktu t = 0 dan

(A) = (A) pada waktu t = t , maka didapat

dari persamaan tersebut terlihat bahwa umtuk menetukan tetapan kecepatan reaksi orde satu
hanya diperlukan penentuan perbandingan konsentrasi pada dua waktu. besaran lain yang
berbanding lurus dengan konsentrasi dapat digunakan sebagai konsentrasi dalam persamaan
ini, karena tetapan perbandingannya akan saling menghapuskan.

Pengaruh suhu pada kecepatan reaksi :

Bila range suhu tidak terlalu besar, ketergantungan tetapan kecepatan reaksi pada
suhu biasanya dapat dinyatakan dengan persamaan empiris yang diusulkan oleh arthenius:

k = A.e-Ea/RT

dimana:

A = faktor pre exponensial

Ea = energi aktifasi

R = konstanta gas

k = konstanta laju reaksi

T = suhu mutlak

Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk logaritma sebagai berikut:

log k = log A – Ea /2,303 R.T

Berdasarkan persamaan ini, di peroleh garis lurus untuk grafik log vs I/T (suhu
mutlak), dimana harga EA/2,303 R merupakan slope dan log A sebagai intercept.

IV. LANGKAH KERJA

1. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,25 M

- Menimbang 31gr Na2S2O3.5H2O kristal

- Melarutkan dengan aquadest hingga volume 500ml

2. Pembuatan HCL 1M

- Mengencerkan HCL (pa) dengan berat jenis 37% atau konsentrasi 13,06 M dengan
volume tertentu

- Melarutkan dengan aquadest hingga dicapai konsentrasi 1M


3. Langkah percobaan

- Menempatkan 50ml Na2S2O3 0,25 M dalam gelas kimia

- Menempatkan gelas kimia tersebut diatas sehelai kertas putih yang diberi tanda silang

-Menambahkan 2 ml HCL 1M dan tepat ketika penambahan dilakukan stpowatch dan


stirrer

- Mengamati larutan dari atas dan catat waktu yang diperlukan sampai terjadinya
endapaan (tanda silang pada kertas tidak kelihatan)

- Mencatat suhu larutan

- Mengulangi langkah tersebut dengan komposisi larutan seperti pada tabel.

4. Langkah Percobaan

- Memasukkan 10ml Na2S2O3 0,25M kedalam gelas kimia,mengencerkan hingga volume


50ml

- Mengukur 2ml HCL 1M lalu memasukkan ke dalam gelas kimia

- Menempatkan gelas kimia tersebut ke dalam termostat pada suhu 30°C agar setimbang

- Menambahkan HCL kedalam gelas kimia dan pada saat bersamaan nyalakan stopwatch.
mengaduk larutan dan mencatat waktu yang diperlukan sampai terjadinya endapan.

- Mengulangi langkah diatas untuk variasi suhu 10°C

V. DATA PENGAMATAN

 Tabel C

No Konsentrasi relatif Waktu 1/waktu


Na2S2O3 (detik) (detik-1)
1 0,25 24 0,0417
2 0,20 31 0,0323
3 0,15 39 0,0256
4 0,10 45 0,0222
5 0,05 139 0,0072
6 0,025 258 0,0039

 Tabel D

NO Suhu (⁰C) Suhu (K) Waktu 1/waktu


(detik) (detik)
1 30 303 123 0,0081
2 40 313 118 0,0085
3 50 323 98 0,0102
4 60 333 85 0,0118
5 70 343 76 0,0132

Vi. PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan
- Larutan Na2S2O3 0,25 M 500 ml
Gr = M x V x BM
𝑔𝑟
= 0,25 M x 0,5 l x 248,13 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 31 gr
- Larutan HCL 1 M 100 ml
𝑔𝑟
% 𝑥 𝜌 𝑥 1000 0,37 𝑥 1,19 ⁄𝑚𝑙 𝑥 1000
M1 = = 𝑔𝑟 = 12,0630 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
𝐵𝑀 36,5 ⁄𝑚𝑜𝑙

M1 x V1 = M2 x V2
12,0630 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 𝑥 𝑉1 = 1 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 0,1 L
𝑉1 = 8,2898 𝑚𝑙

2. Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi


- Menentukan Konsentrasi Na2S2O3 Pada Campuran
 50 ml Na2S2O3 , 0 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 50 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,25 M

 50 ml Na2S2O3 , 10 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 40 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,2 M

 50 ml Na2S2O3 , 20 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 30 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,15 M

 50 ml Na2S2O3 , 30 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 20 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,1 M

 50 ml Na2S2O3 , 40 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 10 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,05 M

 50 ml Na2S2O3 , 45 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 5 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,025 M

- Menghitung Harga V ( Laju Reaksi )


 Saat t = 24 detik

1 1
𝑉= = = 0,05277 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 24

 Saat t = 31 detik
1 1
𝑉= = = 0,0323 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 31

 Saat t = 39 detik
1 1
𝑉= = = 0,0256 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 39

 Saat t = 45 detik
1 1
𝑉= = = 0,0222 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 45

 Saat t = 139 detik


1 1
𝑉= = = 0,0072 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 139

 Saat t = 258 detik


1 1
𝑉= = = 0,0039 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 258

- Menghitung Orde Reaksi (Na2S2O3 )

[ HCl ] [Na2S2O3 ]
V= 1 / waktu
(M) Pada campuran ( M )
1 0,25 0,0417
1 0,2 0,0323
1 0,15 0,0256
1 0,1 0,0222
1 0,05 0,0072
1 0,025 0,0039

Untuk perhitungan orde reaksi diambil dari data 1 dan 2, maka


𝑉1 𝐾 [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ]𝑥 [ 𝐇𝐂𝐥 ]𝑦
=
𝑉5 𝐾 [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ]𝑥 [ 𝐇𝐂𝐥 ]𝑦
0,0417 𝐾 [𝟎,𝟐𝟓 ]𝑥 [ 𝟏 ]𝑦
=
0,0323 𝐾 [𝟎,𝟐𝟎 ]𝑥 [ 𝟏 ]𝑦
1,2910 = 1,25𝑥
𝐿𝑜𝑔 1,2910 = 𝑥 𝐿𝑜𝑔 1,25𝑥
𝐿𝑜𝑔 1,2910 = 𝑥 .0,0969
0,1109
𝑥 =
0,0969
𝑋 = 1,1445

Maka diperoleh orde reaksi [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ] yaitu 1,1445

3. Pengaruh Suhu Terhadap laju Reaksi


- Menghitung harga V
 Saat suhu 30 ⁰ C
1 1
𝑉= = = 0,0081 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 123

Log V = -2,0915
 Saat suhu 40 ⁰ C
1 1
𝑉= = = 0,0085 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 118

Log V = -2,0706
 Saat suhu 50 ⁰ C
1 1
𝑉= = = 0,0102 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 98

Log V = -1,9281
 Saat suhu 70 ⁰ C
1 1
𝑉= = = 0,0132 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 76

Log V = -1,8794

- Perhitungan 1/suhu (suhu akhir)


 t = 27 ⁰C = 300 K
1 1
= = 0,0033
𝑡 300

 t = 35 ⁰C = 308 K
1 1
= = 0,0032
𝑡 308

 t = 47 ⁰C = 320 K
1 1
= = 0,003125
𝑡 320

 t = 56 ⁰C = 329 K
1 1
= = 0,0030
𝑡 329

 t = 60 ⁰C = 341 K
1 1
= = 0,0029
𝑡 341

Laju reaksi Suhu awal Suhu akhir Log laju 1/suhu


(detik) (⁰C) (K) reaksi (k)
0,0081 30 300 -2,0915 0,0033
0,0085 40 308 -2,0706 0,0032
0,0102 50 320 -1,9914 0,003125
0,0118 60 329 -1,9281 0,0030
0,0132 70 341 -1,8794 0,0029
- Menghitung Harga K dan Log K
𝑉
𝐾=
[𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ 𝐇𝐂𝐥 ]

𝑉 0,0081
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0324
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]

Log K = -1,4895
𝑉 0,0085
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0434
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]

Log K = -1,4685
𝑉 0,0102
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0408
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]

Log K = -1,3893
𝑉 0,0118
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0472
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]

Log K = -1,3261
𝑉 0,0132
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0528
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]

Log K = -1,2774
Gambar Alat

Erlenmeyer Bola Karet Botol Aquadest

pipet ukur Gelas Kimia pipet tetes

Corong kaca arloji labu takar


Thermometer spatula
ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini yaitu pengaruh konsentrasi dan suhu pada kecepatan reaksi
bertujuan untuk mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi dan suhu pada laju reaksi.
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, digunakan konsentrasi dengan melarutkan Natrium
tiosulfat bermacam-macam yaitu 50, 40, 30, 20, 10, dan 5 ml dan setiap larutan ditambah
H2O yang bervariasi pula yaitu 0, 10, 20, 30, 40, 45 ml. Untuk mengetahui pengaruh suhu
digunakan suhu yang bervariasi pula yaitu 30⁰C, 40⁰C, 50⁰C, 60⁰C, dan 70⁰C yang diambil
tiap suhu 10 ml larutan Natrium tiosulfat (Na2S2O3) lalu ditambahkan dengan aquadest
hingga diencerkan sampai 50 ml, selanjutnya dicampur dengan HCl sebanyak 2 ml. Pada saat
mencampurkan HCl, bersamaan dengan menghidupkan stopwatch. Larutan yang telah
dicampur tadi diaduk sampai larutan mengendap.

Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan larutan Natrium tiosulfat yang


sebelumnya telah diencerkan menjadi 0,25 M kemudian ditempatkan pada kertas putih yang
diberi tanda silang. Lalu menambahkan 2 ml HCl dan ketika penambahan menyalakan
stopwatch dan hidupkan stirrer pada hotplate sampai tanda silang tidak terlihat lagi.

Teori yang menyatakan bahwa laju reaksi dapat dipercepat atau diperlambat dengan
mengubah suhunya adalah benar. Karena ketika suhu dinaikkan maka laju reaksi akan
meningkat pula. Teori yang menyatakan jika konsentrasi zat semakin besar maka laju
reaksinya semakin besar pula, begitupun sebaliknya. Selain itu juga kecepatan pengadukan
juga berpengaruh pada kecepatan reaksi pada praktikum ini,

KESIMPULAN

Dari percobaan maka dapat disimpulkan bahwa:

- Semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat laju reaksi

- Semakin tinggi suhu maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk bereaksi

- Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah suhu, konsntrasi dan pengadukan.

- Orde reaksi Natrium tiosulfat berdasarkan perhitungan adalah 1,1445

DAFTAR PUSTAKA
- Jobsheet “Kimia Fisika”. Politeknik Negeri Sriwijaya. 2019.

Anda mungkin juga menyukai