DIAGRAM TERNER
Disusun Oleh :
Kelompok I (Satu)
Nama Anggota :
ALFIAH NURFAIZAH 0618 3040 0289
AZIZIL TASYA BIGHOIRI 0618 3040 0291
DELIKA AMARASULI 0618 3040 0292
DONI PRANATA 0618 3040 0292
FELISIA HANURA 0618 3040 0294
Kelas : 2 KB
Instruktur : MEILIANTI, S.T.,M.T.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Dapat mengetahui dan menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu zat
terlarut.
2. Dapat menggambarkan phase diagram tiga komponen
3. Dapat mengaplikasikan dalam menentukan komposisi kadar minyak
pengering dalam zat.
V. Data Pengamatan
% gram ml x Gram Ml X
Konsentrasi Air
(ml)
% gram ml x
Vll. Perhitungan
A.KhIoroform
𝜌 = 1,48
Menentukan voIume
𝑚
1. V= 𝜌
2𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=1,35 mI
𝑚
2. V= 𝜌
4𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=2,7 mI
𝑚
3. V= 𝜌
6𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=4,0 mI
𝑚
4. V= 𝜌
8𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=5,4 mI
𝑚
5. V= 𝜌
10𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=6,79 mI
𝑚
6. V= 𝜌
12𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=8,15 mI
𝑚
7. V= 𝜌
14𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=9,51 mI
𝑚
8. V=
𝜌
16𝑔𝑟
=1,48𝑔𝑟/𝑚𝐼
=10,86 mI
=16,7 mI
𝑚
2. V= 𝜌
16 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
=14,8 mI
𝑚
3. V= 𝜌
14 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
=13 mI
𝑚
4. V= 𝜌
12 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
=11,1 mI
𝑚
5. V= 𝜌
10 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
=9,2 mI
𝑚
6. V= 𝜌
8 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
=7,4 mI
𝑚
7. V= 𝜌
6 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
=5,5 mI
𝑚
8. V= 𝜌
4 𝑔𝑟
=1,08 𝑔𝑟/𝑚𝐼
=3,7 mI
C. Aquadest
𝜌 = 1𝑔𝑟/𝑚𝐼
1. Gr =Vxρ
= 18 ml x 1gr/ml
= 18 gr
2. Gr =Vxρ
= 12,5 ml x 1gr/ml
= 12,5 gr
3. Gr =Vxρ
= 9,4 ml x 1gr/ml
= 9,4 gr
4. Gr =Vxρ
= 6,2 ml x 1gr/ml
= 3,8 gr
5. Gr =Vxρ
= 3,4 ml x 1gr/ml
= 3,4 gr
6. Gr =Vxρ
= 2,4 ml x 1gr/ml
= 2,4 gr
7. Gr =Vxρ
= 1ml x 1gr/ml
= 1 gr
8. Gr = 1V x ρ
= 0,2 ml x 1gr/ml
= 0,2 gr
Mnentuka % Berat
1. % berat untuk komposisi 10 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 2 gr / 37,93 . 100%
=5,27%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 16 gr / 37,93 . 100%
=42,18%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 18 gr / 37,93 . 100%
=47%
2. % berat untuk komposisi 20 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 24gr / 32,4511 . 100%
=12,33%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 16gr / 32,4511. 100%
=12,3262%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 12,5gr / 32,4511 . 100%
=38,52%
3. % berat untuk komposisi 30 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 6gr / 29,4 . 100%
=20,4%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 14 gr / 29,4 . 100%
=47,7%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
=9,4 gr / 29,4 . 100%
=31,9%
4. % berat untuk komposisi 40 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 8 gr / 26,18 . 100%
=30,6%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 12 gr / 26,75 . 100%
=30,56%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 6,17gr / 26,74 . 100%
=13,6%
5. % berat untuk komposisi 50 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 10 gr / 23,4. 100%
=42,8%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 10r / 23,4 . 100%
=42,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 3,4gr / 23,4 . 100%
=14,48%
6. % berat untuk komposisi 60 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 12gr / 22,4 . 100%
=53,6%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 8gr /22,4 . 100%
=35,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 2,4gr / 22,4 . 100%
=8,9%
7. % berat untuk komposisi 70 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 14 gr / 21 . 100%
=66,7%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 6 gr / 20,1 . 100%
= 28,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 1gr / 20,1 . 100%
=4,7%
8. % berat untuk komposisi 80 %
- Kloroform
% berat = m kloroform / m total
= 16gr / 20,2 . 100%
=79,2%
- Asam Asetat
% berat = m asam asetat / m total
= 4gr / 20,2 . 100%
=19,8%
-Aquadest
% berat = m aquadest / m total
= 1gr / 20,2 . 100%
= 0,98%
IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
- Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran
dengan ekstraksi dua komponen cair yang saling melarut dengan sempurna.
- Asam asetat glasia adalah pelarut yang bersifat semi polar karena
kemampuannya yang dapat melarut dengan kloroform dan air.
- Semakin banyak asam asetat galsial yang dicampurkan dengan
kloroform maka seamakin banyak pula air yang dibutuhkan untuk mencapai
titik ekivalen.
X. Pertanyaan
1) Bagaimana cara untuk memperoleh kurva perbedaan (perubahan)
kelarutan terhadap temperatur ?
Caranya dengan melengkapi data pengamatan berupa berat
masing-masing komponen dan suhunya. Dari berat komponen dapat
diperoleh persentase beratnya tersebut dapat digambarkan kurvanya.
Pipet Ukur
Erlenmeyer
DISUSUN OLEH:
ALFIA NURFAIZA
(061830400289)
AZIZIL TASYA BIGHOIRI
(061830400291)
DELIKA AMARASULI
(061830400292)
DONI PRANATA
(061830400293)
FELISIA HANURA
(061830400294)
KELOMPOK : 1 (SATU)
KELAS : 2 KB
INSTRUKTUR : MEILIANTI, S.T.,M.T
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat menentukan panas pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4.
2. Dapat menghitung panas reaksi dengan menggunakan Hukum
HESS.
Dimana :
H = entalpi dari n1 + n2 mol larutan dari komponen 1 dan 2 pada suhu T
relative terhadap temperature T0.
∆Hs2 = panas pelarutan integral dari komponen 2 pada suhu T.
PANAS PELARUTAN
Pelarut yang kita gunakan dalam hal ini adalah air. Karena air
mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai
kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut
yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua zat), tetai dapat
melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan
anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa
yang polaritasnya rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air.
Salah satu sebab mengapa air itu dapat melarutkan zat-zat ionik
ialah karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga
ion-ion itu dapat terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini
disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrika yang dimiliki air. Tetapan
dielektrik adalah suatu tetapan yang menunjukkan kemampuan molekul
mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan listrik
yang tedapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat
mengarah pada menetralkan muatan-muatan listrik yang terdapat di
sekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik menarik muatan yang
belawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai tetapan
dielektrik besar.
H
= - maka panas dilepaskan, reaksi eksoterm
U
Panas reaksi dipengaruhi oleh :
- jumlah zat yang bereaksi
- Keadaan fisika
- Temperatur
- Tekanan
- Jenis reaksi (P tetap atau V tetap)
Tinjau Reaksi : aA + bB cC + dD + x kJ
jika entalpi pereaksi = H1
entalpi hasil reaksi = H2
Maka :
H1 = H2 + x kJ
H2-H1 = -x kJ
H = -x kJ
Hukum Hess : Entalpi merupakan fungsi keadaan, karena itu
perubahannya tidak tergantung pada jalannya proses, tetapi hanya
tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir
Reaksi:
C + O2 CO H1
CO + O2 CO2 H2
C + O2 CO2 H3
H3 = H1+ H2
Macam-macam Panas /Perub entalpi :
Panas atomisasi : Panas yang diperlukan untuk menghasilkan 1 mol
zat dalam bentuk gas dari keadaan yang paling stabil pada keadaan
standar . Contoh :
C grafit C(g) H = 716,68 Kj
Panas penguapan standar : panas yang diperlukan untuk
menguapkan 1 mol zat cair menjadi upanya pada keadaan standar
contoh :
H2O(l) H2O(g) H=44,01 Kj
V. CARA KERJA
A. Menentukan tetapan harga kalorimeter
1. Memasukkan aquadest ke dalam calorimeter sebanyak 50ml.
2. Mengukur dan mencatat suhu air dalam calorimeter (t1).
3. Memanaskan air sebanyak 50ml ke dalam gelas kimia 100ml
10℃ di atas temperature kamar (t2).
4. Menuangkan air yang telah dipanaskan ke dalam calorimeter.
5. Mengaduk dan mencatat suhu campuran yang merupakan suhu
tertinggi (t3).
Catatan :
Serbuk CuSO4 penta hidrat dihaluskan pada mortar.
Serbuk CuSO4 anhidrat diperoleh dengan jalan memanaskan CuSO4
penta hidrat sampai warnanya berubah dari biru menjadi putih. Simpan
dalam desikator sampai dingin dan selanjutnya ditimbang.
VI. KESELAMATAN KERJA
Dalam menjaga keselamatan kerja usahakan dalam bekerja hati-
hati dan menggunakan jas lab dan kaca pelindung. Jika anggota tubuh
kena bahan kimia uang digunakan cuci dengan air yang mengalir.
V air= 50 ml
p air = 1 gr/ml
m air = 50 ml x 1 gr/ml
= 50 gr
X= m.cp.(t3-t1)
X= 1365 Joule
Y= m. cp. (t2-t3)
Y= 735 Joule
Harga calorimeter
𝑦−𝑥 (1365−735)𝐽
= (34,5−28)℃
(𝑡3−𝑡1)
630 𝐽
= 6,5 ℃
= 96,92 J/℃
b. Menentukan panas pelarutan
CuSO4.5H2O
𝑔𝑟
N= 𝐵𝑀𝐶𝑢𝑆𝑂4.5𝐻2𝑂
5,0004 𝑔𝑟
N=249,68 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
N= 0,0200 mol
Panas pelarutan
Q= m.cp.dT + k.dT
= 5 gr. 4,2 J/gr ℃ . (28-28,5)℃ + 196,9230 J/℃ (28-38,5) ℃
= -10,50084 J – 48,4615 J
=-58,96234 J
= -2948,117 J
= =2,948117 KJ
CuSO4
𝑔𝑟
N= 𝐵𝑀 𝐶𝑢𝑆𝑂4
5,0009 𝑔𝑟
N= 159,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
N= 0,031353605 mol
Panas pelarutan
Q= m.cp.dT+ k.dT
= 5 gr. 4,2 J/gr ℃ . (30,5-28,5)℃ + 196,9230 J/℃ (30,5-28,5) ℃
= 42,00756 J + 193,846 J
= 235,85356 J
= 7522,37454 J
= 7,52237454 KJ
o Panas reaksi
1. CuSO4 + aq CuSO4∆𝐻° = 7,52237454 kj
2. CuSO4.5H2O CuSO4 + 5H2O ∆𝐻° = -2,948117 kj
Maka :
CuSO4 + aq CuSO4∆𝐻° = 7,52237454 kj
5H2O + CuSO4 CuSO4.5H2O + aq ∆𝐻°= 2,948117 kj +
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O ∆𝐻° = 10,47049154kj
IX. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan ini, hal pertama yang dilakukan adalah menetukan harga
kalorimeter dengan aquadest biasa dan aquadest yang telah dipansakan.
Selanjutnya menetukan panas pelarutan, dengan aquadest dan sample pertama
yaituCuSO4.5H2O setela direaksikan dengan air suhu air mengalami kenaikan
karena disini sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga suhu mengalami
kenaikan. Naiknya suhu larutanini disebabkan karena pada CuSO4, anhidrat tidak
mengandung air seperti pada CuSO4.5H2O sehingga pada saat CuSO4, anhidrat
dimasukkan antara air dan CuSO4, anhidrat mengalami tarik menarik yang
mengakibatkan naiknya suhu dari larutan. Adapun perbedaan antara CuSO4
anhidrat adalah pada CuSO4.5H2O mengandung air dan pada CuSO4 anhidrat
Dalam praktikum ini panas pelarut CuSO4.5H2O adalah -58,96234 J,
sedangkan panas pelarutan CuSO4 anhidrat adalah 235,85356 J. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa panas pelarutan CuSO4 anhidrat lebih tinggi dari pana
pelarutan CuSO4.5H2O. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain
massa CuSO4 murni lebih banyak CuSO4 anhidrat dari pada CuSO4.5H2O murni,
karena kalor berbanding lurus dengan massa, maka zat yang massanya lebih besar
CuSO4 anhidrat mengasilkan kalor yang lebih besar
X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Panas pelarutan merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada suatu
sistem apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam 1 mol pelarut pada
termometer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi entalpi yaitu : jumlah zat,
temperatur, sifat zat terlarut dan pelarutnya, konsentrasi awal dan akhir
larutan.
Panas pelarutan :
CuSO4anhidrat = 235,85356 J
CuSO4.5H2O = -58,96234 J
XI. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Palembang:
POLSRI
Supadi. 2012. Panas Pelarutan. http://www-supadi.blogspot.com.
Diakses pada 01 Juli 2014.
XII. GAMBAR ALAT
CAMPURAN BINER II
(KESETIMBANGAN UAP-CAIR PADA SISTEM BINER)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
1. Dapat menentukan sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur
versus komposisi
2. Dapat menentukan indeks bias campuran
Dalam larutan ideal sifat larutan komponen yang satu akan mempengaruhi
sifat komponen yang lain, sehingga sifat komponennya. Contoh : sistem benzena
– toluena. Sedangkan larutan non ideal adalah larutan yang tidak memiliki sifat-
sifat diatas, larutan ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi.
Dimana akan menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran
itu.
Contoh : sistem aseton – karbon disulfida dan sisitem HCl – air.
Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume konstraksi
dimana akan menghasilkan titik didih minimum pada sisitem campuran.
Contoh : sistem benzena – etanol dan sisitem aseton – kloroform.
Sifat-sifat Kloroform
Sifat-sifat kimia dari Kloroform :
- Rumus molekul CHCl3
- Massa molar 119,38 gr/mol
- Cairan yang tak berwarna
- Berat jenis 1,48 gr/mol
- Titik leleh -63,5°C
- Titik didih 61,2°C
- Peracun
- Berbentuk cairan
Sifat-sifat fisika dari Kloroform :
- Tidak bercampur dengan air
- Larut dalam eter dan alkohol
- Merupakan asam lemah
- Tidak mudah terbakar
1. Mencatat massa jenis zat yang digunakan dari tabel atau melakukan dengan
aerometer
2. Menentukan indeks bias aseton murni dan kloroform murni menggunakan
refraktometer
3. Selanjutnya menentukan indeks bias campuran dengan perbandingan sebagai
berikut :
Aseton 100 ml 80 ml 60 ml 40 ml 20 ml 0 ml
Kloroform 0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 80 ml 100 ml
4. Untuk setiap campuran yang didestilasi, dicatat tititk didihnya dan titik
uapnya masing-masing larutan. Destilat diambil dengan pipet dilihat indeks
biasnya kemudian residunya juga ditentukan indeks biasnya.
Catatan :
Jumlah campuran boleh lebih dari 10 ml dengan menggunakan alat yang micro
(volume 25 ml). Pengamatan titik didih dua kali pada titik didih larutan dan
temperatur setelah destilat.
VII. PERHITUNGAN
1.Konsentrasi 10% kloroform dalam 80ml
Kloroform 8ml
m = p.v
= 1,48 gr/ml x 8ml
= 11,84 gr
Mol = gr
BM
= 11,84 gr
119,32 gr/mol
= 0,0992 mol
Aseton 72ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 64ml
= 50,2848 gr
Mol = gr
BM
= 56,5704 gr
58,08 gr/mol
= 0,9740 mol
Mol total = 0,0992 mol + 0,9740 mol
X kloroform = 0,0992 mol
1,0732 mol
= 0,0924
X aseton = 0,9740 mol
1,0732 mol
= 0,9076
2. Konsentrasi 20% kloroform dalam 80ml
Kloroform 16ml
m = p.v
= 1,48 gr/ml x 16ml
= 23,68 gr
Mol = gr
BM
= 23,68 gr
119,32 gr/mol
= 0,1985 mol
Aseton 64ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 64ml
= 50,2848 gr
Mol = gr
BM
= 50,2848gr
58,08 gr/mol
= 0,8658 mol
Mol total = 0,1985 mol+ 0,8658 mol
= 1,0643 mol
X kloroform = 0,1865
X aseton = 0,8135
m = p.v
= 1,48 gr/ml x 32ml
= 47,36 gr
Mol = gr
BM
= 47,36 gr
119,32 gr/mol
= 0,3969 mol
Aseton 48ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 48ml
= 37,7136 gr
Mol = gr
BM
= 37,7136gr
58,08 gr/mol
= 0,6493 mol
Mol total = 0,3969 mol+ 0,6493 mol
= 1,0462 mol
X kloroform = 0,3794
X aseton = 0,6206
m = p.v
= 1,48 gr/ml x 48ml
= 71,04 gr
Mol = gr
BM
= 71,04 gr
119,32 gr/mol
= 0,5953 mol
Aseton 32ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 32ml
= 25,1424 gr
Mol = gr
BM
= 25,1424 gr
58,08 gr/mol
= 0,4328 mol
Mol total = 0,5953 mol+ 0,4328 mol
= 1,0281 mol
X kloroform = 0,5790
X aseton = 0,4210
m = p.v
= 1,48 gr/ml x 64ml
= 94,72 gr
Mol = gr
BM
= 94,72 gr
119,32 gr/mol
= 0,7938 mol
Aseton 16ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 16ml
= 12,5712 gr
Mol = gr
BM
= 12,5712 gr
58,08 gr/mol
= 0,2164 mol
Mol total = 1,0102 mol
X kloroform = 0,7858
X aseton = 0,2142
m = p.v
= 1,48 gr/ml x 72ml
= 106,56 gr
Mol = gr
BM
= 106,56 gr
119,32 gr/mol
= 0,8930 mol
Aseton 8ml
m = p.v
= 0,7857 gr/ml x 8ml
= 6,2856 gr
Mol = gr
BM
= 6,2856 gr
58,08 gr/mol
= 0,1082 mol
Mol total = 1,0012 mol
X kloroform = 0,8919
X aseton = 0,1081
X. DAFTAR PUSTAKA
Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang : 2019
GAMBAR ALAT
Kaca Bola
Arloji Karet
Corong Gelas
Gelas Kimia
Pipet Labu
Tetes Ukur
Botol Batang
Aquadest Pengaduk
Spatula Kacamata
Pipet
Masker
Ukur
Sarung
Tangan
LAPORAN TETAP KIMIA FISIKA
ISOTERM FREUNLICH
(ISOTERM ADSORBSI FREUNLICH)
Disusun Oleh :
Kelompok I (Satu)
Nama Anggota :
ALFIAH NURFAIZAH 0618 3040 0289
AZIZIL TASYA BIGHOIRI 0618 3040 0291
DELIKA AMARASULI 0618 3040 0292
DONI PRANATA 0618 3040 0292
FELISIA HANURA 0618 3040 0294
Kelas : 2 KB
Instruktur : MEILIANTI, S.T.,M.T.
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan:
1. Mempelajari proses adsorbs karbon aktif dengan larutan asam organik.
2. Menentukan besarnya Tetapan Isoterm Adsorbsi Freunlich.
4. Efektifitas adsorbsi makin tinggi jika kedua zat adsorbat dan adsorben
mempunyai polaritas yang sama.
Dimana:
x = jumlah zat (gr, mol) yang teradsorbsi oleh m gr, adsorben
C = konsentrasi zat terlarut yang bebas
k dan n = tetapan Isoterm Freunlich
Persamaan ini berlaku untuk gas dan cair
1
V = K Pn
Dimana:
V = jumlah gas teradsorbsi persatuan massa adsorben pada tekanan P
k dan n = tetapan Isoterm Freunlich
Dimana:
Vm = volume gas yang dibutuhkan
V = volume gas yang sebenarnya menutupi satu satuan massa adsorben
pada tekanan
Dimana:
P0 = tekanan uap jenuh
Vm = kapasitas volume monolayer
C = tekanan isotherm Langmuir
GAMBAR ALAT
V. CARA KERJA
1. Menyiapkan 5 buah Erlenmeyer 250 ml
2. Memasukkan masing-masing 0,5 gram karbon aktif. Sebelumnya
dipanaskan selama ± 15 menit pada suhu 60oC.
3. Pada tiap Erlenmeyer dimasukkan 20 ml asam oksalat atau asam asetat
untuk masing-masing komponen.
4. Mengocok campuran tersebut selama 10 menit kemudian didiamkan
selama 1 jam.
5. Dikocok lagi selama 1 menit.
6. Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring, mengukur volume
filtrate.
7. Menitrasi filtrate dengan larutan NaOH 0,1N (boleh alikot saja, misalnya
10 ml) dan ditambahkan indicator pp (phenolphtalin) sampai terjadi
perubahan warna (jumlah filtrate yang dititrasi sebaiknya tidak sama
antara konsentrasi asam tertinggi dan yang terendah).
PERHITUNGAN
Pembuatan larutan
- NaOH 0,1 N dalam 500 ml
Dik : N = 0,1 N
V = 500 ml
BM 40 gr/mol
BE = = = 40 gr/ek
n 1
Dit : m …?
Jawab :
N . V . BE 0,1 N . 200 ml . 40 gr/ek
m= = = 2 gr
1000 1000
- Asam Asetat
Dik : % = 100 % = 1
P = 1,05 gr/l
BM = 60,05 gr/mol
Dit : M1 …?
Jawab :
p . % . 1000 1,05 gr/l .1 .1000
M1 = = = 17,4854 mol/l
BM 60,05 gr/mol
Slope = = (-10,7531)-(-
n xy - x y 7,41104) / (5,41596) - (3,351924)
n x - x
2
= -3,34201 / 2,0640
= 5(4,0479)-(-1,8308)(- =-1,6192
= (20,23961)-
918,17507) / (5,415926)-(3,351924) ● Perhitungan nilai x dan n
Intersept = +c
x y xy x
2
Log (x/m) =
l
log l + log k
n x x
2 2 n
Maka :
= (1,08318)(-
Y= log (x/m)
9,9275)-(4,0479)(-1,8308) /
Intersept = log k
(5,415926)-(3,351924)\
l
Slope =
n
X = log x
Penyelesaian :
• log k = intersept
log k = -1,6192 = 0,0240
l
• Slope =
n
l
1,0003x=
n
n = 1 / 1,0003
n = 0,9997
Jadi k = 0,0240
= 0,9997
VI. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan ini, yang bertujuan untuk menentukan isoterm adsorbsi menurut
Freundlich bagi proses adsorbsi asam asetat pada arang. Isoterm adsorbsi menurut
Freundlinch adalah hubungan antara banyak zat terlarut pada temperatur tertentu dalam
proses adsorbsi asam asetat pada arang dapat dilihat dengan persamaan Freundlinch yaitu log
(x/m) dan log c .
Adsorbsi yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang bervariasi.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap daya serap (adsorbsi) akan
meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsobat, karbon aktif yang telah dicampur
dengan asam asetat dipolang palingkan beberapa menit. Hal ini bertujuan untuk mencapai
keseimbangan adsorbsi , oleh karena itu dilakukan hal tersebut untuk mempercepat terjadinya
adsorbsi. Selanjutnya campuran larutan, disaring untuk memisahkan filtrat dengan karbon.
Filtarat kemudian ditambahkan indikator PP yang berfungsi untuk mengetahui titik ekivalen
dari titrasi. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna menjadi
merah muda . Ada pun reaksi yang terjadi :
CH3OOH + NaOH → CH3OOH + H2O
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana semakin besar konsentrasi asan
asetat maka volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen titrasi semakin
banyak.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Isoterm adsorbsi menurut Freundlinch bagi adsorbsi asam asetat pada karbon
aktif yaitu semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin besar pula yang
teradsorbsi oleh karbon aktif
2. Karbon aktif dapat berfungsi sebagai adsorben
3. Warna yang dihasilkan dari proses adsorbsi adalah warna merah muda
4. Data yang didapatkan :
k = 0,0240
n = 0,9997
DAFTAR PUSTAKA
- Tim Penyusun, 2016.”Penuntun Praktikum Kimia Fisika”. Politeknik
Negeri Sriwijaya : Palembang.
- Tony Bird. ”Kimia Fisika untuk Universitas”, P.T.Gramedia, edisi
halaman 90-92.
- N.Glinka. “General Chemistry”, Peace Publisher Moscow, hal 400-407.
Anonim, www.scribd.com
GAMBAR ALAT
Erlenmeyer Gelas Kimia Labu Ukur
DISUSUN OLEH :
Nama:
ALFIA NURFAIZA (061830400289)
AZIZIL TASYA BIGHOIRI (061830400291)
DELIKA AMARASULI (061830400292)
DONI PRANATA (061830400293)
FELISIA HANURA (061830400294)
Kelas : 2 KB
Jurusan : Teknik Kimia
Prodi : Teknik Kimia (D3)
Instruktur : Yuniar, S.T., M.Si.
1. TUJUAN PERCOBAAN
3. DASAR TEORI
Kecepatan reaksi kimia berbanding lurus dengan konsentrasi dari reaktan dan
biasannya di nyataka dalam bentuk konsentrasi dari salah satu reaktan atau salah satu
produk.
Dimana :
𝑑𝐶 𝑑𝑥
− atau
𝑑𝑡 𝑑𝑡
T = Waktu
Secara Umum :
A+B+C Produk
𝑑𝐶
= K(A)n1 (B)n2(C)n3...........................................................................(1)
𝑑𝑡
Dimana :
K = Konstanta kecepatan reaksi
n= n1 + n2 + n3 + …
𝑑𝑥
= K2 ( a – x ) ( b – 2x )..............................................................................(2)
𝑑𝑡
Dimana :
= Konsentrasi mula-mula persulfat
Jika salah satu dari reaktan sangat berlebih, maka konsentrasinya dianggap tetap
selama berlangsungnya reaksi, maka reaksi akan mengikuti orde tingkat satu. Misal
konsentrasi dari iodida pada reaksi diatas besar, maka selama terjadi reaksi
konsentrasi ini dianggap tetap (tidak berubah ).
𝑑𝑥
= K2 ( a – x ) b..........................................................................(3)
𝑑𝑡
1 𝑎
Bk2 = 1𝑛
𝑡 𝑎−𝑥
5. PERHITUNGAN
1) Pembuatan Larutan
a) Larutan kl 0,4 M : 100 ml
gr = M x V x BM
= 0,4 gr/mol x 0,1 L x 166 mol/k
= 6,64 gr
b) Larutan Ha2S2O3 0,01 M : 250 mL
gr = M x V x BM
= 0,01 gr / mol x 0,25 L x 243,21 mol/L
= 6,20525 gr
c) Larutan Kanji 3 % =100 ml
gr = % berat x V
= 0,03 x 100 ml
= 3 gr
2) Penentuan Nilai Konstanta (k)
y = mx + c
y = 0,0105 x + o,763
Ln (a-x) = Ln a- k’t
Ln (a-x) = -k’t + Ln a
K1 = slope
K1 = -(-0,0105)
= 0,0105
0,0105
K =
0,9145
= 0,02875 1/menit
grafik konstanta kecepatan reaksi
0.8
0.7
0.6
0.5
log(a-x)
0.4
log(a-x)
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu
6. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan kali ini adalah konstanta kecepatan reaksi yang bertujuan
untuk menentukan kecepatan reaksi. Kecepatan suatu reaksi kimia berbanding lurus
terhadap konsentrasi reaktan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk reaksi. Larutan
yang digunakan adalah kalium iodide dan kalium peroxide sulfat kecepatan reaksi
adalah laju perubahan konstanta pereaksi atau produk dalam satuan waktu. Kecepatan
reaksi dipengaruhi beberapa factor, yaitu konsentrasi, suhu,luas permukaan dan
katalisator. Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konstanta yang berarti
kecepatan reaksi sebanding dengan perubahan konstanta kecepatan reaksi.
Pada percobaan kali ini digunakan 4 larutan KI 0,4 M Na2S2O3 0,01 M ,
K2S2O6 jenuh dan indicator kanji. Larutan KI dibuat lebih pekat karena kuantitas
iodidanya yang diikat oleh natrium kosulfat harus lebih banyak dari pada ion-ion lain.
Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan sebuah warna biru yang lebih jelas.
Larutan KI digunakan sebagai reaktan. Kalium peroxide sulfat digunakan sebagai
oksida kuat sehingga mengoksidasi dalam membebaskan iod dan KI namun sulfat
berfungsi sebagai reaktan sehingga dijadikan titran.
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
Nama:
ALFIA NURFAIZA (061830400289)
AZIZIL TASYA BIGHOIRI (061830400291)
DELIKA AMARASULI (061830400292)
DONI PRANATA (061830400293)
FELISIA HANURA (061830400294)
Kelas : 2 KB
Jurusan : Teknik Kimia
Prodi : Teknik Kimia (D3)
Instruktur : Yuniar, S.T., M.Si.
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa dapat menentukan order reaksi dari pengaruh suhu dan konsentrasi
terhadap kecepatan reaksi.
- Bola karet
- HCl
- Aquadest
III. DASAR TEORI
Kinetika kimia membahas tentang laju reaksi dan mekanisme terjadinya reaksi,
dipelajari perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi terjadinya pereaksi,
hasil reaksi dan katalis. keterangan yang penting dapat pula diperoleh dai study tentang
pengaruh suhu,tekanan,pelarut,konsentrasi atau komposisi terhadap laju reaksi.
𝑑 (𝐴1)
= k (A1)m . A(2)n
𝑑𝑡
Bila m=1,reaksi dikatakan orde satu terhadap A dan Bila m=2,reaksi dikatakan berorde
dua trehadap A. untuk persamaan laju dalam bentuk yang sederhana ini, orde reaksi
keseluruhan adalah jumlah dari pangkat-pangkatnya. faktor perbandingan k merupakan
tetapan laju yang berdasarkan persamaan diatas mempunyai satuan c3-(m-n) . waktu bila reaksi
berorde satu, biasanya k dinyatakan dalam detik-1,atau menit-1. bila reaksi berorde dua secara
keseluruhan k dinyatakan dalam liter,mol-1,detik-1,cm.mol-1,atau cm3.detik-1.
A k produk
dimana:
dari persamaan tersebut terlihat bahwa umtuk menetukan tetapan kecepatan reaksi orde satu
hanya diperlukan penentuan perbandingan konsentrasi pada dua waktu. besaran lain yang
berbanding lurus dengan konsentrasi dapat digunakan sebagai konsentrasi dalam persamaan
ini, karena tetapan perbandingannya akan saling menghapuskan.
Bila range suhu tidak terlalu besar, ketergantungan tetapan kecepatan reaksi pada
suhu biasanya dapat dinyatakan dengan persamaan empiris yang diusulkan oleh arthenius:
k = A.e-Ea/RT
dimana:
Ea = energi aktifasi
R = konstanta gas
T = suhu mutlak
Berdasarkan persamaan ini, di peroleh garis lurus untuk grafik log vs I/T (suhu
mutlak), dimana harga EA/2,303 R merupakan slope dan log A sebagai intercept.
2. Pembuatan HCL 1M
- Mengencerkan HCL (pa) dengan berat jenis 37% atau konsentrasi 13,06 M dengan
volume tertentu
- Menempatkan gelas kimia tersebut diatas sehelai kertas putih yang diberi tanda silang
- Mengamati larutan dari atas dan catat waktu yang diperlukan sampai terjadinya
endapaan (tanda silang pada kertas tidak kelihatan)
4. Langkah Percobaan
- Menempatkan gelas kimia tersebut ke dalam termostat pada suhu 30°C agar setimbang
- Menambahkan HCL kedalam gelas kimia dan pada saat bersamaan nyalakan stopwatch.
mengaduk larutan dan mencatat waktu yang diperlukan sampai terjadinya endapan.
V. DATA PENGAMATAN
Tabel C
Tabel D
Vi. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan
- Larutan Na2S2O3 0,25 M 500 ml
Gr = M x V x BM
𝑔𝑟
= 0,25 M x 0,5 l x 248,13 ⁄𝑚𝑜𝑙
= 31 gr
- Larutan HCL 1 M 100 ml
𝑔𝑟
% 𝑥 𝜌 𝑥 1000 0,37 𝑥 1,19 ⁄𝑚𝑙 𝑥 1000
M1 = = 𝑔𝑟 = 12,0630 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
𝐵𝑀 36,5 ⁄𝑚𝑜𝑙
M1 x V1 = M2 x V2
12,0630 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 𝑥 𝑉1 = 1 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 0,1 L
𝑉1 = 8,2898 𝑚𝑙
50 ml Na2S2O3 , 10 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 40 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,2 M
50 ml Na2S2O3 , 20 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 30 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,15 M
50 ml Na2S2O3 , 30 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 20 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,1 M
50 ml Na2S2O3 , 40 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 10 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,05 M
50 ml Na2S2O3 , 45 ml H2O
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 5 ml = M2 x 50 ml
M2 = 0,025 M
1 1
𝑉= = = 0,05277 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 24
Saat t = 31 detik
1 1
𝑉= = = 0,0323 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 31
Saat t = 39 detik
1 1
𝑉= = = 0,0256 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 39
Saat t = 45 detik
1 1
𝑉= = = 0,0222 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 45
[ HCl ] [Na2S2O3 ]
V= 1 / waktu
(M) Pada campuran ( M )
1 0,25 0,0417
1 0,2 0,0323
1 0,15 0,0256
1 0,1 0,0222
1 0,05 0,0072
1 0,025 0,0039
Log V = -2,0915
Saat suhu 40 ⁰ C
1 1
𝑉= = = 0,0085 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 118
Log V = -2,0706
Saat suhu 50 ⁰ C
1 1
𝑉= = = 0,0102 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 98
Log V = -1,9281
Saat suhu 70 ⁰ C
1 1
𝑉= = = 0,0132 detik -1
𝑡 ( 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 ) 76
Log V = -1,8794
t = 35 ⁰C = 308 K
1 1
= = 0,0032
𝑡 308
t = 47 ⁰C = 320 K
1 1
= = 0,003125
𝑡 320
t = 56 ⁰C = 329 K
1 1
= = 0,0030
𝑡 329
t = 60 ⁰C = 341 K
1 1
= = 0,0029
𝑡 341
𝑉 0,0081
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0324
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]
Log K = -1,4895
𝑉 0,0085
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0434
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]
Log K = -1,4685
𝑉 0,0102
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0408
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]
Log K = -1,3893
𝑉 0,0118
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0472
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]
Log K = -1,3261
𝑉 0,0132
𝐾 = [𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 ][ = = 0,0528
𝐇𝐂𝐥 ] [0,25 ][1]
Log K = -1,2774
Gambar Alat
Teori yang menyatakan bahwa laju reaksi dapat dipercepat atau diperlambat dengan
mengubah suhunya adalah benar. Karena ketika suhu dinaikkan maka laju reaksi akan
meningkat pula. Teori yang menyatakan jika konsentrasi zat semakin besar maka laju
reaksinya semakin besar pula, begitupun sebaliknya. Selain itu juga kecepatan pengadukan
juga berpengaruh pada kecepatan reaksi pada praktikum ini,
KESIMPULAN
- Semakin tinggi suhu maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk bereaksi
- Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah suhu, konsntrasi dan pengadukan.
DAFTAR PUSTAKA
- Jobsheet “Kimia Fisika”. Politeknik Negeri Sriwijaya. 2019.