DIAGRAM TERNER
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS UDAYANA
APRIL
2012
DIAGRAM TERNER
I. Tujuan
Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam campuran dua cairan tertentu
Kelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zatdalam
suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupaion selalu berada
dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air).Makin banyak partikel zat terlarut
makin banyak pula molekul air yang diperlukanuntuk menghindari partikel zat terlarut itu.
Setiap pelarut memiliki batas maksimumdalam melarutkan zat. Untuk larutan yang terdiri
dari dua jenis larutan elektrolit makadapat membentuk endapan (dalam keadaan
jenuh).Pemisahan suatu larutan dalamcampuran dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya dengan ekstraksi.Ektraksi merupakan suatu metoda yang didasarkan pada perbedaan
kelarutankomponen campuran pada pelarut tertentu dimana kedua pelarut tidak
salingmelarutkan.
Bila suatu campuran cair,misalnya komponen A&B dicampurkan tidak saling
melarutkan sehingga membentuk dua fasa. Maka untuk memisahkannya digunakan
pelarutyang kelarutannya sama dengan salah satu komponen dalam campuran tersebut.
Sehinggaketiganya membentuk satu fasa.Sistem tiga komponen aturan fase menghasilkan F=
5 ± P. Bila terdapat satu fase,maka F = 4, oleh karenanya penggambaran secara geometrik
yang lengkap memerlukan ruang berdimensi empat. Bila tekanan tetap, ruang tiga dimensi
dapat digunakan. Bila suhu maupuntekanan tetap, maka F = 3 ± P dan sistem dapat
digambarkan dalam ruang dua dimensi: P = 1,F = 2. Bivarian, P = 2, F = 1. Unvarian; P = 3, F
= 0, invarian.
Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang bebas,
sebutsaja X2 dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat dialurkan dalam
koordinatcartes dengan X2 pada salah satu sumbunya, dan X3 pada sumbu yang lain yang
dibatasi olehgaris X2+X3=1. karena X itu tidak simetris terhadap ketiga komponen, biasanya,
komposisidialurkan pada suatu segitiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya menggambarkan
suatukomponen murni, bagi suatu segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang titik
didalamsegitiga ketiga sisinya sama dengan tinggi segitiga tersebut. Jarak antara setiap sudut
ketengah-tengah sisi yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi dalam
persen.Untuk memperoleh suatu titik tertentu dengan mengukur jarak terdekat ketiga sisi
segitiga.
Kelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zatdalam
suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupaion selalu
berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air).Makin banyak
partikel zat terlarut makin banyak pula molekul air yang diperlukanuntuk menghindari
partikel zat terlarut itu. Setiap pelarut memiliki batas maksimumdalam melarutkan zat. Untuk
larutan yang terdiri dari dua jenis larutan elektrolit makadapat membentuk endapan (dalam
keadaan jenuh).
Jika kedalam sejumlah air kita tambahkan terus menerus zat terlarut lama
kelamaantercapai suatu keadaan dimana semua molekul air akan terpakai untuk
menghidrasi partikelyang dilarutkan sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang
akan dtambahkan.Kita katakan larutan itu mencapai keadaan jenuh.Zat cair yang hanya
sebagian larut dalam cairan lainya, dapat dinaikan kelarutannyadengan menambahkan suatu
zat cair yang berlainan dengan kedua zat cair yang lebih dahuludicairkan. Bila zat cair yang
ketiga ini hanya larut dalam suatu zat cair yang terdahulu, maka biasanya kelarutan dari kedua
zat cair yang terdahulu itu akan menjadi lebih kecil. Tetapi bilazat cair yang ketiga itu larut
dalam kedua zat cair yang terdahulu, maka kelarutan dari keduazat cair yang terdahulu akan
menjadi besar.
Pada salah satu sisinya ditentukan dua titik yang menggambarkan jumlah kadar zatdari
masing-masing zat yang menduduki sudut pada kedua ujung sisi itu. Dari kedua titik
ituditarik garis sejajar dengan sisi dihadapnya, titik dimana kedua garis itu
menyilang,menggambarkan kadar masing-masing zat.
Gambar 2 : Penggambaran tie line dari pencampuran dua fasa yang berada
pada gariskesetimbangan
Titik-titik dimana terjadi kesetimbangan antara wujud satu fasa dengan dua fasa daricampuran
ketiga komponen tersebut, apabila dihubungkan akan membentuk suatu
diagramyang menunjukan batas-batas antara daerah (region) satu fasa dengan daerah (region)
duafasa. Dua macam campuran pada titik kesetimbangan dapat dihubungkan menjadi tie
lineapabila keduanya dicampurkan menghasilkan campuran akhir yang berada pada daerah
duafasa. Sebagai contoh adalah Gambar 2, campuran pada titik a dan titik b bila
digabungkanmemberikan hasil akhir pada titik M, dimana pada titik ini berlaku hukum
lengan-pengungkit(lever-arm rule).
Garis-garis yang merupakan rie line lainya dapat di buat dengan menggeser sejajar garis ab,
sehingga memiliki titik persinggungan akhir dengan diagram kesetimbangan pada titik P,
yang di sebut plair point. Pada titik P tersebut tercapai kesetimbangan dari pelarut C, yakni
jumlahnya yang terlarut baik pelarut A maupun B adalah sama. Namun perlu diingat banyak
diagram tiga fase campuran tiga komponen atau lebih yang bentuknya tidak seideal gambar 2
diatas.
Erlenmeyer 1 2 3 4 5
CCl4 (ml) 1 3 5 7 9
CH3COOH (ml) 9 7 5 3 1
V. Data pengamatan
Percobaan1 larutan CCl4 ditambah CH3COOH dititrasi dengan aquades
Percobaan 1
Untukcampuran A : C
= 131,20 – 124,36
= 6,84 gram
= 135,35– 131,20
= 4,15 gram
= 138,62 – 135,35
= 3,27 gram
Erlenmeyer nA nB nC nA + n B + nC
(mol ) ( mol ) ( mol )
1 (1:9) 0,044 0,182 0,07 0,296
2 (3:7) 0,026 0,064 0,114 0,204
3 (5:5) 0,047 0,001 0,082 0,133
4 (7:3) 0,068 0,035 0,047 0,15
5 (9:1) 0,218 0,048 0,014 0,305
UntukcampuranB : C
MB = ( massa Erlenmeyer
kosong + tutup + zat B ) –
( massa Erlenmeyer)
= 125,96– 124,36
= 1,60 gram
MC = ( massa Erlenmeyer +
zat B + zat C ) – ( massa
Erlenmeyer + zat B )
= 135,02 – 125,96
= 9,06 gram
MA = ( massasetelahtitrasi) – (
massa Erlenmeyer + zat B +
zat C )
= 139,90 – 135,02
Erlenmeyer Massa B Massa C Massa A
( gram ) ( gram ) ( gram )
= 4,88 gram
1 (1:9) 1,60 9,06 4,88
2 (3:7) Dengancara2,75
yang sama, 12,15 2,28
diperoleh
3 (5:5) 9,39 0,27 8,04
4 (7:3) 2,89 6,97 2,74
5 (9:1) 0,09 0,71 1,55
Mol untuk masing-masing cairan dalam Erlenmeyer
Erlenmeyer nA nB nC nA + nB + nC
(mol ) ( mol ) ( mol )
1 (1:9) 0,032 0,089 0,151 0,272
2 (3:7) 0,015 0,125 0,202 0,342
3 (5:5) 0,052 0,522 0,004 0,578
4 (7:3) 0,018 0,160 0,116 0,294
5 (9:1) 0,010 0,005 0,012 0,027
Erlenmeyer XA ( % ) XB ( % ) XC( %)
1 (1:9) 11,76 32,72 55,51
2 (3:7) 4,38 36,54 59,06
3 (5:5) 8,99 90,31 0,69
4 (7:3) 6,12 54,42 39,46
5 (9:1) 37,03 18,51 44,44
VII. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan percobaan mengenai diagram terner sistem zat cair tiga
komponen dengan metode titrasi. Percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva kelarutan
suatu cairan yang terdapat dalam campuran dua cairan tertentu. Prinsip dasar dari percobaan
ini adalah pemisahan suatu campuran dengan ekstraksi yang terdiri dari dua komponen cair
yang saling larut dengan sempurna. Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut
yang tidak larut dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu
komponen (solute) dalam campuran tersebut. Cairan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah air (aquadest)- CCl4- asam asetat. Metode titrasi ini dapat digunakan untuk
memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna yaitu CCl4
dan asam asetat dititrasi dengan zat yang tidak larut dengan campuran tersebut yaitu air.
Selain itu juga digunakan air dan asam asetat yang saling melarut yang kemudian dititrasi
dengan zat yang tidak larut dengan campuran tersebut yaitu CCl4.
Pada percobaan pertama, cairan A dan C dicampur dengan variasi perbandingan
volume, yaitu: 1:9 ; 3:7 ; 5:5 ; 7:3 ; dan 9:1 ml. Setiap penambahan cairan, tiap Erlenmeyer
beserta cairan yang ada didalamnya ditimbang agar diperoleh selisih massa ketika cairan
ditambahkan. Dari percobaan, cairan A dan C mampu melarut dengan baik. Hasil tersebut
diperoleh karena antara CCl4 dengan asam asetat dapat saling berikatan. Dimana, CCl4 dapat
berikatan di sekitar gugus metil dari CH3COOH yang bersifat non-polar pada gugus CH3-nya.
Ketika titrasi dengan aquades dilakukan, terjadi pemisahan diantara campuran CCl4 dengan
asam asetat, hal ini dikarenakan asam asetat membentuk ikatan hydrogen yang lebih kuat
dengan molekul air pada bagian –OH dari gugus –COOH asam asetatnya. Oleh karena itu,
asam asetat yang awalnya berikatan dengan CCl4 akan terpisahkan dan berikatan dengan air.
Hal ini disebabkan karena sifat CCl4 yang tidak melarut dengan air sehingga CCl4 yang
mulanya berikatan dengan CH3COOH akan terlepas dan terpisah membentuk 2 larutan terner
terkonjugasi yang ditandai dengan terbentuknya larutan yang keruh. Karena kemampuannya
yang dapat melarut dengan air dan juga CCL4, maka Asam Asetat Glasial (CH3COOH)
dikenal sebagai pelarut yang bersifat semi-polar.
Ketika campuran asam asetat dan CCl4 dititrasi dengan aquades, volume titran I= 3,35
ml ; volume titran II= 1,10 ml ; volume titran III= 0,20 ml ; volume titran IV= 0,51
ml ; dan volume titran V= 1,75 ml ditemukan keadaan campuran dalam keadaan keruh.
Dari hasil perhitungan berdasarkan data-data yang telah diperoleh, maka XA pada
perbandingan campuran 1:9= 14,86 %. Untuk perbandingan campuran 3:7 = 12,74%. Untuk
perbandingan 5:5 = 35,33%. Untuk perbandingan 7:3 = 45,33%. Dan untuk
perbandingan 9:1
= 71,85%. Hal ini menunjukkan semakin besar komponen A di dalam campuran,
XA-nya
makin naik. Kecuali pada perbandingan 3:7 didapatkan hasil fraksi A cukup rendah
yaitu 12,74%.
Untuk XB pada campuran dengan perbandingan 1:9 diperoleh 61,49%, untuk
perbandingan 3:7 diperoleh hasil 31,37%, untuk campuran A-C 5:5 diperoleh hasil sebesar
3,07%. Pada campuran A-C dengan perbandingan 7:3 didapatkan XB = 23,33%, dan untuk
perbandingan campuran A-C 9:1 didapatkan XB = 23,93%.
Sedangkan untuk XC pada perbandingan campuran 1:9 sebesar 23,65%, untuk
perbandingan 3:7 didapatkan 55,68%, untuk perbandingan 5:5 diperoleh hasil 61,65%, untuk
perbandingan 7:3 diperoleh hasil 31,33%, dan untuk perbandingan campuran 9:1 didapatkan
hasil 4,59%.
Percobaan kedua dilakukan dengan menyampurkan cairan B (aquades) dan cairan C
(asam asetat glacial) dengan variasi campuran 1:9 ; 3:7 ; 5:5 ; 7:3 ; dan 9:1. Dari percobaan
yang telah dilakukan dan dari hasil perhitungan yang didapatkan, XA¬ (fraksi mol CCl4)
untuk perbandingan campuran 1: 9 adalah 11,76%, untuk perbandingan campuran 3:7
diperoleh
sebesar 4,38%, untuk perbandingan 5:5 didapatkan 8,99%, untuk prbandingan
campuran 7:3 hasilnya 6,12%, dan untuk campuran dengan perbandingan 9:1 diperoleh hasil
37,03%.
Berdasarkan teori bahwa konsentrasi cairan C (Asam Asetat) sebanding dengan naik-
turunnya konsentrasi cairan yang dipakai sebagai titran pada titrasi campuran. Pada percobaan
pertama, besarnya fraksi mol asam asetat seharusnya sebanding dengan penurunan fraksi mol
aquades. Pada perbandingan 1: 9 fraksi mol asam asetat 23,65%, pada perbandingan 3:7 fraksi
mol asam asetat naik menjadi 55,38%. Sedangakan fraksi mol air pada perbandingan 1:9
61,49%, pada perbandingan3:7 fraksi mol air turun menjadi 31,37%. Hal ini menunjukan ada
kesalahan pada percobaan ini.
pada percobaan kedua, fraksi mol asam asetat seharusnya sebanding dengan
penurunan fraksi mol dari CCl4 (titran). Kesalahan praktikum ini kemungkinan
disebabkan karena kesalahan dalam penambahan larutan ataupun kesalahan baca sklala dan
kurang ketelitian praktikan.
Asam asetat sebanding dengan titran dapat terjadi disebabkan oleh keunikan asam
asetat yang memiliki sifat semi-polar, dimana dapat melarutkan CCl4 dengan baik,
begitu juga halnya dalam melarut dengan air (aquades). Untuk cairan-cairan yang saling
melarutkan, konsentrasinya akan saling berkebalikan karena larutan tersebut akan membentuk
daerah berfase tunggal. Sedangkan cairan yang tidak melarut (larut sebagian) akan
membentuk daerah berfase 2. Untuk membuktikannya lebih lanjut, maka akan digambarkan
diagram terner-nya agar tampak lebih jelas titik kritisnya ketika titrasi dilarutkan sehingga
terlihat batas kelarutan dari masing-masing komponen campuran tersebut. Ketika cairan yang
melarut berubah menjadi tidak larut (kurang melarut), maka akan membentuk dua fase
(daerah yang berarsir), sedangkan komponen-komponen yang saling melarut akan berada
pada luar daerah yang berarsir.
VIII. Kesimpulan
1. Pencampuran homogen pada asam asetat glacial-CCl4 dan asam asetat-air.
2. Asam asetat bersifat semipolar yang dapat melarutkan senyawa polar dan non
polar.
3. Semakin banyak asam asetat glasial yang dicampurkan dengan CCl4 maka
semakin banyak pula aquadest yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen.
Jadiasam asetat glasial dapat menaikan kelarutan CCl4 dalam air .
4. Pencampuran zat akan homogen (saling melarutkan) jika komposisinya
sesuai perbandingan (dapat dilihat pada diagram terner), dan apabila komposisi
salahsatunya melebihi maka akan terjadi pencampuran heterogen.
5. Kelarutan dari zat yang terlibat dalam pencampuran ini dapat dinaikan
atauditurunkan dengan cara melihat perbandingannya dari diagram terner.
DAFTAR PUSTAKA