Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERAPAN

SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN

Dosen Pembimbing:
Nazriati, Dra., M.Si., Dr
Ida Bagus Suryadharma, Drs., M.S

Oleh:
Kelompok 6 Offering G
Dina Setyaningrum (190332622434)*
Istifhamy Irnanda (190332622412)*
Zalfa Luthfia Nafi’ah (190332622440)*

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2021
A. Tujuan
Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam dua cairan tertentu.

B. Dasar Teori
Fasa dapat digambarkan sebagai bagian atau bagian yang homogen secara
kimia dan fisik dari suatu sistem yang dipisahkan dari bagian atau bagian lain dari
suatu sistem oleh batas-batas. Semua bagian dari suatu sistem dapat disebut
sebagai komponen.
Aturan fase dapat didefinisikan sebagai 'Ketika sistem heterogen dalam
kesetimbangan pada suhu dan tekanan tertentu, jumlah derajat kebebasan sama
dengan 2 perbedaan jumlah komponen dan jumlah fase asalkan kesetimbangan
tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti gravitasi, gaya listrik atau magnet,
permukaan, tegangan dll.Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel
bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada
kesetimbangan diungkapkan sebagai :
F=C–P+2
dengan,
F = jumlah derajat kebebasan C = jumlah komponen
P = jumlah fasa
Dalam ungkapan di atas, kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekaanan dan
komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada
suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai:
F=3–P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk
menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua
komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam
kesetimbangan, maka F = 1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan
konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan
diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena sistem tiga kompoen pada suhu
dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka
diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu
segitiga samasisi yang disebut diagram terner. Jumlah fasa dalam sistem zat cair
tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dan suhu
percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling larut sebagian.
Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau
memperkecil daya saling larut A dan B.
Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya
saling larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna.
Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap
dapat digambarkan pada suatu diagram terner. Prinsip menggambarkan komposisi
dalam diagram terner dapat dilihat pada gambar (1) dan (2) di bawah ini.
Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada sisi Ab, BC

dan AC menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik di dalam segitiga
menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan suatu campuran
dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y, dan z.

Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan


perbandingan dengan jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang
berubah. Hal yang sama berlaku bagi garis-garis yang ditarik dari salah satu sudut
segitiga kesisi yang ada dihadapannya. Daerah didalam lengkungan merupakan
daerah dua fasa. Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal atau kurva
kelarutan ini ialah dengan cara menambah zat B ke dalam berbagai komposisi
campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan menggambarkan komposisi sistem
pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena
larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi dua larutan konjugat terner.

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Labu tertutup 100 mL 5 buah - Aseton
- Erlenmeyer 250 mL 3 buah - Benzena
- Burat 50 mL, 3 buah - Kloroform
- Neraca - Etanol
- Thermometer - Asam asetat glasial
- Aquades
D. Langkah Kerja

Campuran Cairan A dan Cairan B

- Dibuat 9 macam campuran cairan A dan cairan C yang saling larut


sempurna ke dalam labu Erlenmeyer yang bersih, kering, dan tertutup dengan
menggunakan buret untuk semua volume pengukuran dengan komposisi sebagai
berikut:
Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
mL A 2 4 6 8 10 12 14 16 18
mL B 18 16 14 12 10 8 6 4 2
- Dititrasi setiap campuran dalam labu 1 sampai 9 dengan zat B sampai tepat
timbul kekeruhan.
- Dicatat jumlah volume zat B yang digunakan.
- Dititrasi dengan perlahan-lahan.
- Ditentukan rapat massa masing-masing cairan muri A, B, dan C.
- Dicatat suhu kamar sebelum dan sesdudah percobaan.

Hasil

E. Data Pengamatan
Cairan A : Aseton
Cairan B : Kloroform
Cairan C : Air

Labu Volume A Volume B Volume C Temperatur (oC)


(mL) (mL) (mL) Sebelum Setelah
Titrasi (t1) Titrasi (t2)
1 2 18 0,1 28 28
2 4 16 0,1 31 31
3 6 14 0,4 31 30
4 8 12 0,4 32 30
5 10 10 1,1 33 30
6 12 8 1,6 31 30
7 14 6 2,1 31 32
8 16 4 6,3 31 32
9 18 2 11,1 31 33

F. Anailisis Data
a. Massa jenis dan berat molekul masing-masing komponen
aseton = 0,78 g/mL Mr aseton = 58,08 g/mol
kloroform = 1,49 g/mL Mr kloroform = 119,38 g/mol
air = 0,99 g/mL Mr air = 18,01 g/mol
b. Menentukan mol masing-masing komponen
 Labu 1
- Aseton
n= = = 0,0269
- Kloroform
n= = = 0,2247
- Air
n= = = 0,0055

 Labu 2
- Aseton
n= = = 0,0537
- Kloroform
n= = = 0,1997
- Air
n= = = 0,0055

 Labu 3
- Aseton
n= = = 0,0806
- Kloroform
n= = = 0,1747
- Air
n= = = 0,0219

 Labu 4
- Aseton
n= = = 0,1074
- Kloroform
n= = = 0,1497
- Air
n= = = 0,0219
 Labu 5
- Aseton
n= = = 0,1343
- Kloroform
n= = = 0,1248
- Air
n= = = 0,0605

 Labu 6
- Aseton
n= = = 0,1611
- Kloroform
n= = = 0,0998
- Air
n= = = 0,0879

 Labu 7
- Aseton
n= = = 0,1880
- Kloroform
n= = = 0,0749
- Air
n= = = 0,1154

 Labu 8
- Aseton
n= = = 0,2149
- Kloroform
n= = = 0,0499
- Air
n= = = 0,3463
 Labu 9
- Aseton
n= = = 0,2417
- Kloroform
n= = = 0,0225
- Air
n= = = 0,6102
Labu Mol komponen Mol total
A (Aseton) B (Kloroform) C (Air)
1 0,0269 0,2247 0,0055 0,2571
2 0,0537 0,1997 0,0055 0,2589
3 0,0806 0,1747 0,0219 0,2772
4 0,1074 0,1497 0,0219 0,2790
5 0,1343 0,1248 0,0605 0,3196
6 0,1611 0,0998 0,0879 0,3488
7 0,1880 0,0749 0,1154 0,3783
8 0,2149 0,0499 0,3463 0,6111
9 0,2417 0,0225 0,6102 0,8744

c. Menentukan fraksi mol masing-masing komponen


 Labu 1
- Aseton
XAseton = = = 0,1046
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,8739
- Air
Xair = = = 0,0214

 Labu 2
- Aseton
XAseton = = = 0,2074
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,7713
- Air
Xair = = = 0,0212
 Labu 3
- Aseton
XAseton = = = 0,2908
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,6302
- Air
Xair = = = 0,0790

 Labu 4
- Aseton
XAseton = = = 0,3849
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,5366
- Air
Xair = = = 0,0785

 Labu 5
- Aseton
XAseton = = = 0,4202
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,3905
- Air
Xair = = = 0,1893

 Labu 6
- Aseton
XAseton = = = 0,4619
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,2861
- Air
Xair = = = 0,2520

 Labu 7
- Aseton
XAseton = = = 0,4969
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,1979
- Air
Xair = = = 0,3050

 Labu 8
- Aseton
XAseton = = = 0,3517
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,0817
- Air
Xair = = = 0,5667

 Labu 9
- Aseton
XAseton = = = 0,2764
- Kloroform
Xkloroform = = = 0,0257
- Air
Xair = = = 0,6978

Dengan perhitungan diatas, diperoleh data fraksi mol masing-masing komponen pada
setiap labu sebagai berikut:

Labu Fraksi mol (X) lomponen


A B C (Air)
(Aseton) (kloroform
)
1 0,1046 0,8739 0,0214
2 0,2074 0,7713 0,0212
3 0,2908 0,6302 0,0790
4 0,3849 0,5366 0,0785
5 0,4202 0,3905 0,1893
6 0,4619 0,2861 0,2520
7 0,4969 0,1979 0,3050
8 0,3517 0,0817 0,5667
9 0,2764 0,0257 0,6978
Fraksi mol rata- 0,332756 0,421544 0,245656
rata
% fraksi mol rata- 33,3 % 42,1 % 24,6 %
rata

Dari data di atas, komponen aseton, kloroform, da air pada diagram terner
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

G. Pembahasan

Pada percobaan ini hanya ditinjau dari sistem yang memperbesar daya
saling antar cairan A dan B. Dalam hal ini A (kloroform) dan C (aseton) serta B
(air) dan C (aseton) saling larut sempurna. Percobaan diagram terner (zat cair tiga
komponen) ini bertujuan untuk membuat kurva kelarutan suatu cairan (air) yang
terdapat dalam dua campuran tertentu (kloroform dan aseton). Prinsip percobaan
ini adalah “like dissolve like”, yaitu suatu senyawa terlarut sempurna pada pelarut
yang kepolarannya cenderung sama, yaitu senyawa polar terlarut pada pelarut
polar, ataupun sebaliknya. Selain itu juga menggunakan prinsip kelarutan tiga
komponen menurut “aturan fasa Gibbs”.
Metode yang digunakan adalah titrasi dengan menambahkan air (zat ketiga)
yang mampu menambahkan atau mengurangi kelarutan dari dua campuran yaitu
kloroform dan aseton, serta untuk mencari volume titran (air) pada titik akhir titrasi
yaitu titik pada saat terjadi perubahan warna dari larutan tak berwarna menjadi
agak keruh dan kembali tak berwarna.
Kloroform dan aseton dapat bercampur sebagian karena aseton bersifat
polar sedangkan kloroform bersifat semipolar. Dimana gugus karboksil dari aseton
akan berinteraksi dengan hydrogen pada kloroform sehingga dapat larut
(bercampur). Polaritas aseton yang menengah, ia melarutkan berbagai macam
senyawa. Pada saat kesembilan campuran aseton dengan kloroform dititrasi
(ditambah) dengan air maka air akan terdistribusi sebagian di aseton dan sebagian
di kloroform sehingga terjadi perubahan larutan yang awalnya tak berwarna
menjadi keruh. Kekeruhan ini terjadi karena larutan tiga komponen yang pecah
menjadi dua larutan konjugat primer. Variasi volume dimaksudkan untuk
memudahkan saat membuat kurva dan mengolahnya menjadi diagram terner. Pada
kuva tentu harus didapatkan beberapa titik, karena kurva terdiri lebih dari satu
titik. Jadi, dengan memvariasikan volume aseton (C) dan kloroform (A) akan
didapat lebih dari satu titik untuk diplotkan pada kurva. Pada saat titrasi warna
keruh yang dihasilkan tidak boleh terlalu keruh karena jika terlalu keruh berarti
kelarutan air pada larutan aseton dan kloroform tersebut sudah terlalu jenuh. Pada
percobaan ini digunakan penutup (aluminium foil) pada Erlenmeyer saat
mecampurkan dua komponen yang volatil yaitu aseton dan kloroform.
Dari hasil percobaan didapatkan berupa peningkatan fraksi mol aseton
dengan semakin meningkatnya komposisi aseton didalam Erlenmeyer. Hal ini
dikarenakan dengan meningkatnya komposisi atau volume aseton maka volume
kloroform yang terdapat dalam Erlenmeyer berkurang sehingga fraksi mol aseton
menjadi lebih besar dari fraksi mol kloroform karena mol bebanding lurus dengan
volume (n=ρ.v/BM).
Diagram terner memudahkan untuk memahami bagaimana pengaruh
penambahan suatu zat terhadap kelarutan dua campuran yang tadinya saling larut
ssempurna. Dari hasil pembuatan kurva kelarutan suatu cairan pada system tiga
komponen ini dapat diketahui bahwa air banyak larut dalam aseton, sedangkan pada
air kloroform hanya akan larut sedikit atau larut sebagian.
Dari diagram terner yang didapatkan, dapat dilihat bahwa adanya 6 titik yang
letaknya tidak tepat pada garis pencampuran 3 komponen. Hal ini disebabkan
kelebihan dan kekurangan volume air pada saat titrasi. Hal ini dikarenakan tidak
tampaknya dengan jelas perubahan warna campuran menjadi keruh dan
perbandingan kekeruhan setiap variasi volume berbeda.

H. KESIMPULAN
1. Diagram terner dapat digambarkan dengan menggunakan segitiga sama sisi
dari campuran kloroform, air, dan aseton didapatkan titik kritik dengan %fraksi
mol yaitu 33.3% (Aseton), 24,6 % (Air), dan 42,1 % (Kloroform).
2. Tingkat kepolaran suatu zat dapat mempengaruhi kelarutan zat tersebut dengan
zat lainnya. Perbedaan komposisi larutan kloroform dan aseton menyebabkan
perubahan daya saling larut antara kedua zat tersebut saat dititrasi dengan air

I. Daftar Pustaka

1. Singh D, Deshwal B, Vats S. Comprehensive engineering chemistry. New


Delhi: I K International Publishing House. 2007
2. Sunil Dhoot, A., Naha, A., JuhiPriya J, J., & NehaXalxo N, N. (2018).
Phase Diagrams for Three Component Mixtures in Pharmaceuticals and its
Applications. Journal of Young Pharmacists, 10(2), 132–137.
https://doi.org/10.5530/jyp.2018.10.31

J. Tugas

1. Lakukan percoban di atas untuk zat A, B dan C sesuai dengan tugas dari asisten.
Berdasarkan zat yang diberikan, tentukan sendiri zat mana yang memiliki sifat
A, B dan C. Beberapa kemungkinan tugas adalah sebagai berikut: Kloroform-
aseton-air, Aseton-benzena-air, Air-kloroform-asam asetat dan Air-benzena- etanol
Jawab:
Titik menyatakan campuran terner dengan komposisi mol A yaitu aseton, mol B
yaitu kloroform, dan mol C yaitu air

2. Hitung konsentrasi ketiga komponen dalam fraksi mol untuk tiap campuran ketika
terjadi perubahan jumlah fasa, dengan rumus:
x1 = n1/(n1 + n2 + n3) x 100%
n1 = V1 1/M1; n2 = V2 2/M2; n3= V3 3/M3
Jawab:
a. Aseton
aseton = 0,78 g/mL
Mr aseton = 58,08 g/mol
b. Kloroform
kloroform = 1,49 g/mL
Mr kloroform = 119,38 g/mol
c. Air
air = 0,99 g/mL
Mr air = 18,01 g/mol

Konsentrasi tiga komponen dalam fraksi mol (% mol)


Mol A Mol B Mol C % mol A % mol B % mol C
0,0269 0,2247 0,0055 10,46 87,39 2,14
0,0537 0,1997 0,0055 20,74 77,13 2,12
0,0806 0,1747 0,0219 29,08 63,02 7,90
0,1074 0,1497 0,0219 38,49 53,66 7,85
0,1343 0,1248 0,0605 42,02 39,05 18,93
0,1611 0,0998 0,0879 46,19 28,61 25,20
0,1880 0,0749 0,1154 49,69 19,79 30,50
0,2149 0,0499 0,3463 35,17 8,17 56,67
0,2417 0,0225 0,6102 27,64 2,57 69,78

3. Gambarkan kesembilan titik itu pada kertas grafik segi tiga dan buat kurva
binoidalnya sampai memotong sisi AB dari segitiga
Jawab:
Pertanyaan
1. Dapatkah penggambaran komposisi cairan dalam diaagram terner dinyatakan
dalam persen volume? Jelaskan!
Jawaban:
Dapat, karena persen volume menyatakan besarnya volume (mL) zat terlarut yang
terdapat pada 100 mL larutan. Misalnya air dan kloroform tidak saling bercampur
sempurna, sedangkan air dan aseton serta Kloroform danAseton dapat saling
bercampur sebagian. Sehingga dapat digunakan persenvolume untuk mengetahui
kelarutan cairan aseton dengan air dan kloroform pada suhu yang tetap

2. Apa arti garis hubung (tie line) serta bagaimana cara menentukannya secara
eksperimental.
Jawaban:
Tie line merupakan garis yang menghubungkan titik-titik yang menggambarkan
kadar dari setiap zat, dimana terjadi pencampuran sempurna antara ketiga zat
tersebut. Cara mementukan secara eksperimental adalajh sebagai berikut
1. Menghitung fraksi mol dari tiap-tiap zat yang terlibat dalam pencampuran
2. Memplotkan fraksi dari masing-maisng zat tersebut ke dalam diagram terner
3. Menghubungkan titik-titik pada diagram terner yang menggambarkan kadar zat

3. Apa pula arti titik kritik dalam diagram terner? berapa derajat kebebasannya?
Jawaban:
Titik kritik adalah titik dimana gas di atas tekanan dan temperatur kritis tidak dapat
dicairkan hanya dengan mengecilkan volumenya.
F=3–P=3-2=1

4. Gambarkan diagram terner untuk sistem yang mempunyai dua pasang cairan yang
saling larut sebagian, pasangan itu, misalnya A dan B serta B dan C.
Jawaban:

Anda mungkin juga menyukai