Diajukan Oleh :
Widjayanti, S.Ked
Pembimbing :
dr. Silman Hadori, Sp. Rad, M.H Kes
0
BAB I
PENDAHULUAN
keporifer. Pada pasien BPH usia lanjut sangat memerlukan tindakan yang tepat
pembesaran prostat. Dari pengangkatan prostat, pasien harus dirawat inap sampai
penuaan yang normal. Walaupun demikian, jika menimbulkan gejala yang berat
pembentukan batu vesika akibat selalu terdapat sisa urin setelah buang air kecil,
sehingga terjadi pengendapan batu. Bila tekanan intra vesika yang selalu
tinggi tersebut diteruskan ke ureter dan ginjal, akan terjadi hidroureter dan
kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan
1
sehingga 90%. Sedangkan hasil penelitian di Amerika 20% penderita BPH terjadi
pada usia 41-50 tahun, 50% terjadi pada usia 51-60 tahun dan 90% terjadi pada
prostat benigna. Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan
kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun (Nursalam dan Fransisca, 2006).
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 11.47.00
Umur : 91 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
II. ANAMNESIS
Keluhan tambahan : Nyeri saat BAK (+), BAK tidak tuntas (+),pancaran urin
menetes (+), pusing (+).
3
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak ± 2 bulan yang lalu Os merasa sulit untuk BAK. Os juga mengeluh
mengedan agar air kencing keluar. Os mengatakan pancaran air saat kencing
Sejak ±10 hari yang lalu Os mengaku BAK semakin sulit dan mulai
merasa nyeri saat BAK. Pacaran air saat BAK juga hanya menetes dan pasien
juga mengeluhkan BAK merasa tidak lampias dan merasa masih ada sisa air
Sebelumnya Os sudah pernah operasi BPH pada tahun 2003 dan 2008 di
badan yang drastis disangkal. Susah buang air besar (BAB) dan BAB
4
√ Campak - Hipotensi - Diabetes
√ Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gonore - Tumor
- Kholera √ Hipertensi - Penyakit Jantung
Demam rematik Ulkus
- - - Asma Bronkhial
akut ventrikulus
- Pneumonia - Ulkus duodeni - Gagal Ginjal Kronik
- Pleuritis - Gastritis - Sirosis Hepatis
- Tuberkulosis - Batu empedu
Keadaan
Hubungan Diagnosa Penyebab Meninggal
Kesehatan
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
Pemeriksaan Umum
GCS : E4V5M6
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,7⁰C
Pernapasan : 20 x/menit
5
VII. STATUS GENERALIS
1 Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit cukup, capilary refill kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
2 Kepala : Normosefali, rambut berwarna hitam distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL +/+,
RCTL +/+, pupil isokor 3mm/3mm
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-),
deviasi septum (-), sekret (-/-)
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-),
sekret (-/-)
Mulut : Sudur bibir kanan turun, kering (-), sianosis (-),
lidah sedikit mencong ke kanan
Tenggorokan: Trismus (-); arkus faring simetris, hiperemis (-);
uvula di tengah
Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Tidak terdapat tanda trauma maupun massa
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar tiroid,
tidak terdapat deviasi trakea
Pemeriksaan Toraks
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea axila mediana sinistra
Perkusi :
Batas atas : ICS II garis parasternal sinsitra
Batas kiri : ICS V garis midklavikula sinistra
Batas kanan : ICS V garis parasternal dekstra
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
6
Paru
Depan Belakang
Inspeksi Kanan
Kiri Simetris dalam statis dan dinamis
Palpasi Kanan
Kiri Vocal fremitus normal kanan dan
kiri
Perkusi Kanan Sonor Sonor
Kiri Sonor Sonor
Auskultasi Kanan
Kiri Rh (-/-)
Wh(-/-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan simpisis
pubis (-), nyeri ketok CVA (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra dan sinistra:
Oedem ( - ), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:
Oedem (-), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
7
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
HEMATOLOGI
IMUNOLOGI
8
HEMATOLOGI
Urea 35 10-50mg/dl
9
Ginjal kanan :
10
Ginjal kiri :
Vesika Urinaria :
intra luminal.
Prostat :
Tampak membesar, ukuran ±5,26 x 4,47 x 5,14 cm, Vol: ±63,35 ml,
Kesan :
11
C. Ekspertise Pemeriksaan BNO
dan bawah
- Skletal : Scoliosis dan osteofit pada endplate corpora vertebra lumbalis
KESAN :
Multiple vesicolithiasis
Scoliosis dan osteofit a/r endplate corpora vertebra lumbalis
Tidak ada gambaran ileus
12
Radiografi asimetris
Jantung tampak membesar ke lateral kiri dengan apex tertanam pada diafragma,
Pulmo :
bawah
- Kranialisasi (-)
13
KESAN :
X. RESUME
untuk BAK. Os juga mengeluh saat BAK Os membutuhkan waktu sekitar 3-5
pancaran air saat kencing mulai melemah, terputus-putus dan lalu menetes.
Sejak ±10 hari yang lalu Os mengaku BAK semakin sulit dan mulai
merasa nyeri saat BAK. Pacaran air saat BAK juga hanya menetes dan pasien
juga mengeluhkan BAK merasa tidak lampias dan merasa masih ada sisa air
Sebelumnya Os sudah pernah operasi BPH pada tahun 2003 dan 2008 di
badan yang drastis disangkal. Susah buang air besar (BAB) dan BAB
14
Pada pemeriksaan ultrasonografi didapatkan pada sistem pelvokalises
ginjal kiri dan kanan melebar. Pada vesica urinaria dinding menebal
tampak membesar, ukuran ±5,26 x 4,47 x 5,14 cm, Vol: ±63,35 ml.
multiple di rongga pelvis kanan tengah dan bawah, scoliosis dan osteofit pada
tampak membesar ke lateral kiri dengan apex tertanam pada diafragma, (CTR
kiri bawah.
Uretrolithiasis
Cystitis
XIII. PENATALAKSANAAN
15
Non Farmakologis
Istirahat
Farmakologis
- IVFD RL 20 tpm
- Cateter urin
- Inj. Ketorolac 1x1 amp drip
- Prostam 1x1 tab (malam)
- Inj. Tramadol 2x1 amp
- Inj. Ceftriaxone 2x1
Operatif
- Vesicotomi
XIV. PROGNOSIS
BAB III
ANALISA KASUS
ANAMNESA :
Laki-laki 91 tahun mengeluh Sejak ± 2 bulan yang lalu merasa sulit untuk BAK.
Os juga mengeluh saat BAK Os membutuhkan waktu sekitar 3-5 menit. Os juga
harus mengedan agar air kencing keluar. Os mengatakan pancaran air saat kencing
16
mulai melemah, terputus-putus dan lalu menetes. Sejak ±10 hari yang lalu Os
mengaku BAK semakin sulit dan mulai merasa nyeri saat BAK. Pacaran air saat
BAK juga hanya menetes dan pasien juga mengeluhkan BAK merasa tidak
lampias dan merasa masih ada sisa air kencing di kandung kencing pasien.
TEORI :
Berdasarkan gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala
miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu
(intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran
dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada
malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri
2. USG didapatkan :
17
- Vesica urinaria dinding menebal (±0,64cm), irregular
- Prostat tampak membesar, ukuran ±5,26 x 4,47 x 5,14 cm, Vol: ±63,35 ml.
TEORI :
buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi
dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
kompensasi.
sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin didalam vesica, hal
ini menyebabkan rasa tidak bebas pada akhir miksi. Jika keadaan ini
berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita
tidak mampu lagi miksi. Oleh karena produksi urin akan terus terjadi maka
pada suatu saat vesica tidak mampu lagi menampung urin sehingga
tekanan intravesica akan naik terus dan apabila tekanan vesica menjadi
18
lebih tinggi daripada tekanan spingter akan terjadi inkontinensia paradoks
ureter dari ginjal maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Proses
yang sangat tinggi. Bayangan akustik dapat dilihat sebagai fitur informatif
akustik ini berguna untuk melihat kalsifikasi/ batu pada vesica urinaria
V = 0,52 x D1 x D2 x D3
Dimana 0.52 adalah nilai tetapan dalam penentuan volume organ (prostat),
19
Di tinjau dari hasil pengukuran, di dapatkan hasil 5,26 x 4,47 x 5,14 cm,
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism )
dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan
Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat,
akan menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak
BAB IV
20
TINJAUAN PUSTAKA
dipisahkan dari alat-alat tubuh yang dilingkarinya ini oleh suatu simpai.
selanjutnya ketiga lobus anterior, medius dan posterior bersatu dan disebut
tampak karena terlalu kecil dan lobus lain-lain tampak homogen berwarna
21
Prostat ialah suatu alat tubuh yang bergantung kepada pengaruh
pada wanita.
Pengetahuan mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti, tetapi
prostat akan mengecil dan atrofi ini dapat dicegah dengan pemberian
yang peka terhadap estrogen ialah bagian tengah sedangkan bagian tepi
peka terhadap androgen. Karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang
prostat dapat membentuk enzim fosfatase asam yang paling aktif bekerja
pada pH 5. Enzim ini sangat sedikit sehingga tidak dapat di ukur dalam
Jong, 2012).
22
Prostat normal terdiri dari elemen kelenjar dan stroma yang
yang secara biologis berbeda, yang terpenting adalah zona perifer, sentral,
transisional dan periuretra. Jenis lesi proliferatif pada setiap regio berbeda.
Sebagai contoh, sebagian besar lesi hiperplastik terjadi di zona sentral dan
ganas. BPH kadang tidak menimbulkan gejala, tetapi jika tumor ini terus
23
Gambar 2.3. Aliran Urin Yang Normal (NKUDIC, 2006).
juta pria menderita BPH. Pada usia 40 tahun sekitar 40%, usia 60-70 tahun
meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90%.
Amerika Serikat terus meningkat pada tahun 1994-2000 dan tahun 1998-
batu saluran kemih. Diperkirakan sekitar 5 juta pria usia diatas 60 tahun
menderita LUTS oleh karena BPH. Di RSCM ditemukan 423 kasus BPH
kasus pada tahun yang sama. BPH merupakan masalah serius yang harus
24
diperhatikan karena dapat mempengaruhi kualitas hidup pada pria usia
berkemih. Pada beberapa pasien dapat terjadi obstruksi total aliran kemih
rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur, harus diperhatikan
apakah asimetris, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat
sisa urin setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin
yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui
25
lebih dari 100cc biasanya dianggap sebagai batas untuk indikasi
2012).
antaranya:
a. Teori DHT (dihidrotestosteron): testosteron dengan bantuan
26
pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru
27
Penderita dengan kelainan genetik pada fungsi androgen juga mempunyai
diperlukan untuk memulai proses BPH, tetapi tidak dalam hal proses
Jong, 2012).
2. Usia
28
Testosteron sebagian besar dikonversikan oleh enzim 5-alfa-
perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat pada usia 60
3. Ras
Orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali lebih besar
penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi yang lain. Bila
(Roehrborn, 2012).
5. Obesitas
29
perut itulah yang menekan otot organ seksual, sehingga lama-
Mass Indeks (BMI). BMI diukur dengan cara berat badan (kg)
6. Pola Diet
Kekurangan mineral penting seperti seng, tembaga,
30
(dehidroepian-androsteron) yang dapat memproduksi
2002).
7. Aktivitas Seksual
(Rahardjo D, 2003).
8. Kebiasaan Merokok
Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok
31
menyebabkan penurunan kadar testosteron (Walsh, Patrick C,
2003).
9. Kebiasaan Minum-minuman Beralkohol
Konsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan zink dan
32
mengurangi kadar lemak dalam darah sehingga kadar
terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, dan
sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala dan tanda ini diberi
33
Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin
sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin didalam kandung
kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini
berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita
tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi pada suatu saat
dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi
kemih. Kalau dibuat foto setelah miksi, dapat dilihat sisa urin. Pembesaran
prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras pada dasar kandung
34
ujung distal ureter membengkak keatas berbentuk seperti mata kail.
Apabila fungsi ginjal buruk sehingga ekskresi ginjal kurang baik atau
retrograd.
Ultrasonografi dapat dilakukan transabdominal atau transrektal
volume buli-buli, mengukur sisa urin, dan keadaan patologi lain seperti
ukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan
didalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah
datang dari muara ureter, atau batu radolusen di dalam vesika. Selain itu,
35
2.1.10 Penatalaksanaan BPH
Di dalam praktek pembagian besar prostat derajat I-IV digunakan
dapat diraba
IV Retensi urin total
36
cukup berat sehingga reseksi tidak akan sesuai dalam satu jam, sebaiknya
diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam kandung kemih.
dengan cara TUR, yaitu morbiditasnya yang lebih lama, tetapi dapat
37
Penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan untuk
ialah gejala hipotensi, seperti pusing, lemas, palpitasi dan rasa lemas.
konservatif ini ialah menentukan berapa lama obat harus diberikan dan
antena yang dipasang pada ujung kateter. Dengan cara yang disebut
digunakan cahaya laser. Dengan cara ini, diperoleh juga hasil yang cukup
memuaskan.
38
bagian yait uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini
dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra
dalam divertikel uretra.angka kejadian batu uretra ini tidak lebih 1% dari
39
yaitu urethra posterior dan urethra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi
sfingter urethra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan urethra,
anterior dan posterior. sfingter urethra interna terdiri atas otot polos yang
sfingter ini terbuka. sfingter urethra eksterna terdiri atas otot bergaris yang
sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.1
collum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum pada glans penis.
Urethra masculina dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
• Urethra pars prostatica
Panjangnya 1 1/4 inci (3 cm) dan berjalan melalui prostat dari basis
sampai apexnya. Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan yang
40
Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra pars spongiosa distal
bagian urethra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan 2) urethra pars
ejakulatorius.1
Urethra anterior adalah bagian urethra yang dibungkusi oleh korpus
41
pendulari, 3) fossa navicularis, dan 4) meatus urethra eksterna. Didalam
pendularis.1
B. ETIOLOGI
Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan
( idiopatik )1
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah
kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari pada orang lain.
42
Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30
sampai 50 tahun
c. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan1 dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan
buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering ditemukan batu ginjal atau
diantaranya adalah :
a. Geografi
lebih tinggi daripada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt
b. Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar
43
tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikomsumsi dapat
telur lebih sering menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit
dan akan menjadi inti pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang
ada.2
44
Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut
C. PATOFISILOGI
aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-
pembentukan batu.1
ginjal, pielum, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua
45
ginjal(penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik) akan
Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling
mungkin tersangkut pada satu dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan
uteropelvik, pada titik ureter menyilang pembuluh darah iliaka, atau pada
keluar spontan, sedangkan batu yang lebih besar seringkali tetap berada di
kalkuli di dalam sistem saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari
berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu bahan-bahan dari sekresi
46
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal
masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk
retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat
kemih.1
koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine
kemih yang bertindak sebagai inti batu1 . Kemih yang terus menerus
bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan
47
inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Dikenal
yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses
pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi
sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium
zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor
B. Komposisi Batu
1. Batu kalsium
48
batu yang lain, dan interval antara batu yang terbentuk secara
bersifat familial.
gout ataupun tidak. Di dalam urin, kristal asam urat berwarna merah-
dehidrasi
3. Batu sistin
heksagonal.
4. Batu struvit
49
Batu struvit biasa ditemukan dan secara potensial berbahaya.
Batu ini terjadi terutama pada perempuan dan akibat infeksi saluran
Proteus. Batu daspat tumbuh menjadi ukuran yang besar dan mengisi
D. GAMBARAN KLINIS
Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi
batu, ukuran batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling
dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik
dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri non
50
Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada
E. DIAGNOSTIK
antara lain :
Laboratorium :
1. Urin
pH urin
- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH
Sedimen
51
- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan
meningkat.
saluran kemih
2. Darah
menyebabkan leukositosis
Radiologik :
52
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
juga dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena (
3. Ultrasonografi
PIV, yaitu pada keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
pengkerutan ginjal.1
F. PENATALAKSANAAN
53
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus benar-benar tuntas,
dengan terapi pencegahan. Hal ini terjadi karena batu sendiri hanya
sebagai gejala dari penyakit batu saja, sehingga pengeluaran batu dengan
perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu
memberi gangguan pada fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu
dengan sendirinya.
Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
disertai perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
Analisis batu
54
Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah 1:
1. Medikamentosa
kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi
3. Endourologi
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
55
energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
adalah :
fragmen-fragmen kecil.
4. Bedah Terbuka
mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani
56
pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun
G. PENCEGAHAN
H. PROGNOSIS
Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya
tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta
57
dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma
epidermoid.
Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter dapat
tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.
Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena adanya gagal
ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat dari batu kandung
keadaan lanjut, dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua
58