BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Gaya radial
Fr = Ft tan 𝞪
- Gaya aksial
Fx = Ft tan 𝞫
- Gaya radial
tan αn
Fr = Ft cos β
Kelebihan:
Gigi-gigi yang bersudut menyebabkan pertemuan antara gigi-gigi menjadi perlahan
sehingga pergerakan dari roda gigi menjadi halus dan minim getaran.
Roda gigi miring mampu dioperasikan pada kecepatan tinggi dibandingkan spur
karena kecepatan putar yang tinggi dapat menyebabkan spur mengalami getaran yang
tinggi. Spur lebih baik digunakan pada putaran yang rendah. Kecepatan putar
dikatakan tinggi jika kecepatan linear dari pitchmelebihi 25 m/detik.
Kekurangan:
Gaya aksial lebih besar, sehingga dibutuhkan bantalan aksial dan material roda gigi
yang lebih kokoh.
Dm = d. b sin 𝛅
Dm = pusat diameter
- Gaya aksial
a. Worm (driver)
cos αn.cos γ−μ sinγ
Fx = Ft
cos αn.cos γ+μ sinγ
b. Permukaan concave
Ft
Fr = tan 𝞪. Sin 𝛅- sin 𝞫 cos 𝛅
cos β
- Gaya tangensial
2000.T
Ft =
dm
- Gaya aksial
a. Permukaan convex
Ft
Fx = cos β tan 𝞪. Sin 𝛅- sin 𝞫 cos 𝛅
b. Permukaan concave
Ft
Fx = cos β tan 𝞪. Sin 𝛅 + sin 𝞫 cos 𝛅
1. Lebar gigi
Kedalam gigi diukur sejajar sumbunya
2. Puncak kepala
Permukaan di puncak gigi
3. Tinggi kepala
Jarak antara lingkaran kepada dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial
4. Tinggi kaki
Jarak antara lingkaran Pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial.
5. Lingkaran kepala
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi kepala gigi
6. Tebal gigi
Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch
7. Lebar ruang
Tebal menggambar roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch
8. Sisi kepala
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch
9. Sisi Kaki
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch
10. Lingkaran kaki
Daerah dimana tidak terjadi kontak pertemuan antar gear
Rumus perhitungan yang terdapat pada roda gigi antara lain:
1. Mencari module
m = D/T (R. S Khurmi Gupta: 2005)
Dimana:
m = module (mm)
D = diameter pinion (mm)
T = jumlah gigi pinion
2. Mencari velocity
v = (π. D. n)/60 (R. S Khurmi Gupta: 2005)
Dimana:
v = velocity (m/s)
n = putaran (rpm)
3. Mencari velocity factor
Cv = 3/(3+v) (R. S Khurmi Gupta: 2005)
Dimana:
Ws = beban tangensial (N)
σe = batas daya tahan kelenturan (MPa)
b = lebar gigi (mm)
m = modul roda gigi (mm)
Yp = faktor bentuk gigi pinion
12. Batas beban
Ww = D. b. Q. k (R. S Khurmi Gupta: 2005)
Dimana:
Ww = batas beban
D = diameterpinionF
b = lebar gigi (mm)
Q = faktor perbandingan
k = faktor beban regangan N/mm2
2.2 Pulley
2.2.1 Definisi Pulley
Pulley adalah elemen mesin yang mempunyai bentuk silinder dengan coakan didalamnya
sebagai lintasan sabuk (Belt). Pulley merupakan salah satu bagian utama sistem transmisi.
Pulleyberfungsi untuk mengatur kecepatan putar dan meneruskan daya dari motor listrik.
Untuk mentransmisikan daya dari satu pulley ke pulleylain, digunakan Belt. Karena rasio
kecepatan berbanding terbalik dengan rasio diameter pulley, pemilihan diameter pulleyharus
berhati-hati supaya didapatka rasio kecepatan yang diinginkan. Posisi pulleyharus sesuai
supaya Beltdapat mentransmisikan daya secara normal dari satu pulleyke pulleylain.
2.Timming Pulley
Ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan sangat dibutuhkan untuk
aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang mempunyai kebutuhan yang
lebih spesifik. Timing Pulley dapat dibagi lagi kedalam beberapa type yaitu: Classical
Timing Pulley, XL Pulley, L Pulley, H Pulley, XH Pulley, HTS Timing Pulley, 3mm Pulley,
5mm Pulley, 8mm Pulley, 14mm Pulley, Metric Timing Pulley, T 2.5mm Pulley, T 5mm
Pulleys, T 10mm Pulleys, AT 5mm Pulleys, AT 10mm Pulleys.
Dimana:
Dp = diameter pulleypenggerak ( mm )
k = tinggi kepala
3. Lebar pulleydirumuskan:
b = 2.f ( Sularso, 1985 )
Dimana:
b = Lebar pulley( mm )
f = konstanta
4. Volume pulley dirumuskan:
Π. b. De. 90%
Dimana:
de = diameter kepala pulley( mm )
b = lebar pulley( mm )
5. Berat pulleydirumuskan:
W = V. ρ( Sularso, 1985 )
Dimana:
V = volume ( m3)
ρ = massa jenis ( kg/m3 )
aluminiun = 2,8 x 103 kg/m3
2.3Belt (Sabuk)
2.3.1 Pengertian Belt (Sabuk)
Suatu elemen mesin yang berbentuk lintasan bulat yang gigi dan rata. Didalam bentuk
sebuah transmisi dari jenis ini terdiri dari sebuah sabuk yang tak memiliki ujung dipasang.
secara. ketat/rapat. pada. 2 pulley. penggerak. yang. Mentransmisikan/menyalurkan gerak dari
pulley penggerak menuju pulley penerima/pendorong dengan tahanan gesek antara sabuk dan
pulley. Fleksibilitas dari sabuk memungkinkan untuk mengatur poros penggerak dan poros
penerima dengan cara apapun dan digunakan beberapa pulley bila diperlukan.
Berikut ini penjelasan secara terperinci tentang jenis-jenis Belt di atas sebagai berikut:
I. Beltdengan Inti Serat kain (Cord Fabric Belt)
Belt jenis ini terdiri dari beberapa lapisan inti serat kain (a) pada bagian yang
menerima tegangan tinggi, karet (b) pada bagian yang mengalami tekanan tinggi.
Dan untuk bagian (c) terbuat dari serat karet.
II. Belt dengan inti serat kabel/kawat (Cord wire Belt)
Terdiri dari beberapa inti kawat yang sangat kuat (a) terletak pada bagian
netral. Oleh karena itu tidak dibutuhkan sifat fleksibilitas Belt, sebuah pengisi celah
terbuat dari karet (b) dimana bersifat sangat elastis pada tekanan yang tinggi dan
tetap bersifat kaku ketika dalam kondisi tekanan tinggi, dan bagian (c) merupakan
selubung luar.
III. Beltdengan Inti kawat dan dilengkapi dengan gigi-gigi
Berbeda dari jenis Simple-Cord wireBelt bahwa di setiap gigi-gigi memiliki
bagian yang bertekanan tinggi (dan kadangkala berupa tegangan tinggi). Untuk
mencapai fleksibilitas terbesar yang secara khusus sangatlah penting aplikasinya
pada pulley berdiameter kecil dan kecepatan operasinya cukup tinggi.
Kelebihan: Tidak berisik, Jarak Poros Tidak Tertentu
Kekurangan: Slip yang terjadi mengakibatkan rasio angka putaran tidak konstan
Material yang digunakan untuk Belt dan pulley harus kuat, fleksibel dan tahan lama,
harus juga mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Belt menurut material yang digunakan
dapat diklasifikasikan sesuai dengan yang terlihat pada tabel.
Rumus perhitungan pada Belt:
1. Kecepatan linier sabuk
.d .n
V (Robert L. Mott: 2004: 2.9)
1000
Dimana:
V = kecepatan sabuk linier (m/s)
d = diameter pulley (m)
n = putaran (rpm)
2. Panjang sabuk
d d2
p
Dimana:
D2 = diameter pulley 2
D1 = diameter pulley 1
C = jarak antar pulley
Gambar 2.23Sprocket
Sumber: Anonymous 12: 2015
Rantai rol sangat luas pemakaiannya Karena harganya yang relatif murah dan
perawatan sertapemasangannya mudah. Contoh: pemakaian pada sprocketsepeda motor
dan sepeda dan menggerakkan sprocketpada industri.
Rantai jenis ini mempunyai keunggulan pada tingkat kecepatan dan kapasitas daya
ditransmisikan lebih besar, serta tingkat kebisingan rendah, akan tetapi harganya lebih
mahal. Pemakaian rantai ini masih terbatas karena harganya yang mahal dan orang lebih
suka menggunakan transmisi roda gigi.
Rantai jenis ini merupakan penyempurnaan dari rantai pena dimana pada penanya
dilengkapi dengan denganbushterpasang pada kedua plat sisi. Kemampuanrantai jenis ini
lebih awet dibanding rantai pena, terutama untuk beban sedang.
2.5.2 Macam-macamShaft(Poros)
1. Berdasarkan Pembebanannya:
a. Poros Transmisi
Poros yang mentransmisikan daya antara sumber tenaga dan mesin yang
digerakkan. Mengalami beban puntir yang berulang, beban lentur ataupun keduanya.
Contohnya yaitu pada transmisi mobil.
b. Poros Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, misalnya pada poros utama mesin bubut.
Beban utamanya berupa beban puntir juga menerima beban lentur.
c. Poros Gandar
Poros gandar mengalami beban lentur saja dan tidak menerima beban puntir. Contoh
pengaplikasiannya yaitu dipasang diantara roda-roda kendaraan muatan barang.
2.Berdasarkan Bentuk:
a. Poros Lurus
Poros lurus merupakan bagian dari mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dari pemutar utama ke bagian yang lain.
b. Poros Engkol
Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk merubah
gerakan naikturun dari torak menjadi gerakan berputar. Poros engkol yang kecil
sampai yangsedang biasanya dibuat dari satu bahan yang ditempa kemudian dibubut,
sedangkanyang besar-besar dibuat dari beberapa bagian yang disambung-sambung
dengan carapengingsutan.
2.6Bearing (Bantalan)
2.6.1 Definisi Bearing (Bantalan)
Bearing(bantalan) elemen mesin yang berbentuk bulat biasanya terdapat roller
didalamnya. Bearing (Bantalan) adalah elemen mesin yang mampu menahan poros terbeban,
sehingga putaran atau gerak bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang
umur.
b. Bantalan Gelinding
Pada Bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan
yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
3. Koefisien Gesekan
33 𝑍𝑁 𝑑
𝜇= 𝑥 𝑥 + 𝑘
1010 𝑃 𝑐
Z = viskositas absolut pelumas (Kg/m. s)
P = Tekanan pada bantalan (N/mm2)
N = kecepatan rotasi bantalan bagian dalam (rpm)
c = Kerenggangan bantalan (m)
k = faktor koreksi (0.002 untuk rasio l/d 0,75-2,8)
4. Umur Bantalan
𝐶 6 106
L10h = ( ) 𝑥
𝑃 60.𝑛
P = Tekanan pada bantalan (N/mm2)
n = kecepatan rotasi bantalan bagian dalam (rpm)
c = Kerenggangan bantalan (m)
5. Critical Pessure of Journal Bearing
𝑍𝑁 𝑑 𝑙 𝑁
𝑃= ( ) ( ) [ ]
4,75 𝑥106 𝑐 𝑑 + 𝑙 𝑚𝑚2
6. Panas yang Timbul
𝑚
𝑄𝑔 = 𝜇. 𝑊. 𝑉 [𝑘𝑔. ]
𝑚𝑖𝑛
W = beban pada bantalan dalam (N)
V = Kecepatan Linear (m/s)
7. Panas yang dihilangkan oleh bearing
Hd = C. A (tb-ta) [kcal/min]
C = Koefisien disipasi panas (W/m2 /oC)
A = Luas permukaan proyeksi pada permukaan bantalan (m2)
tb = Temperatur permukaan bantalan (oC)
ta = temperature lingkungan (oC)
b. Kode kedua
Kode kedua bearing menyatakan seri bearing untuk menyatakan ketahanan dari
bearing tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari ketahanan yang paling ringan sampai
paling berat.
8 = Extra thin section
9 = Very thin section
0 = Extra thin section
1 = Extra Light Thrust
2 = Light
3 = Medium
4 = Heavy
2.7Key (Pasak)
2.7.1 DefinisiKey(Pasak)
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin,
seperti roda gigi, pulley, kopling, dll pada poros. Pasak menurut letaknya pada poros dapat
dibedakan menjadi beberapa macam seperti pasak pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak
singgung yang umumnya berpenampilan segi empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk
prismatis atau berbentuk tirus. Yang umum digunakan dalam permesinan adalah pasak benam
yang dapat meneruskan momen yang besar.
Pasak adalah bagian dari mesin yang berfungsi sebagai berikut:
1. Menyambung poros dengan bagian mesin
2. Menjaga hubungan putaran relatif antara poros dan mesin dengan peralatan mesin lainnya
b. Pasak Belah
Pasak belah mudah dibuat, tetapi membuat poros lebih lemah. Dengan pasak ini torsi
yang diteruskan kecil
c. Splines
Kadang-kadang, pasak yang dibuat secara integral dengan poros agar cocok dengan
alur pasak didekati di hub. Poros tersebut dikenal sebagai poros splined. Poros ini biasanya
memiliki empat, enam, sepuluh atau enam belassplined. Poros splined relatif lebih kuat
daripada poros memiliki alur pasak tunggal.
Poros splined digunakan ketika gaya yang ditransmisikan besar sesuai ukuran poros
seperti pada transmisi otomotif dan transmisi gear geser. Dengan menggunakan poros
splined, kita memperoleh pergerakan aksial sebaik gerakan positif diperoleh.
d. Pasak Tangensial
Memberikan sambungan kuat sekali karena poros dalam arah keliling (tangensial)
tegang. Torsi dan kejutan besar dapat ditahan oleh pasak ini. Pelemahan akibat alur pasak
lebih kecil tapi luas satu sama lain membuat sudut 120 o ukuran tinggi pasak dan tebal.
e. Pasak Bulat
Dipergunakan untuk torsi yang kecil. Pembuatan lubang dibuat setelah poros
terpasang.
Tegangan Geser
𝐹
𝑆𝑠 = dimana A= Lw
𝐴
Tegangan Komposisi
𝑆𝑠.𝑊.𝐿.𝐷
𝑇=
2
Faktor Keamanan
Untuk beban torsi yang konstan (Torque Steady) N = 1,5
Untuk beban yang mengalami kejut rendah N = 2,5
Untuk Beban Kejut besar terutama beban bolak-balik N= 4,5
b. Tegangan Geser yang diijinkan
𝑆𝑠𝑦𝑝
(R. L. Mott, Machine Elements, hal 469)
𝑁
2.8Lubricant (Pelumas)
2.8.1 Definisi Lubricant (Pelumas)
Lubricant (Pelumas) adalah suatu zat yang berbentuk zat cair atau padat, yang
digunakan untuk melindungi komponen-komponen mesin berfungsi mengurangi gesekan antar
komponen. Lubricant (pelumas) dapat diartikan sebagai suatu zat yang berada diantara dua
permukaan yang bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan
tersebut.
2.8.3KarakteristikLubricant (Pelumas)
Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:
Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari
mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran Standard. Makin
besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya, begitu juga
sebaliknya.
Viscosity Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak
pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin
kecil perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index
ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah atau kerja yang tidak terus
menerus
2. Pelumasan tetes
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan teratur melalui
sebuah katup jarum. Cara ini adalah untuk beban ringan dan sedang.
3. Pelumasan sumbu
Cara ini menggunakan sebuah sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak
sehingga minyak terhisap oleh sumbu tersebut
4. Pelumasan cincin
5. Pelumasan Percik
Cara ini dipergunakan untuk melumasi torak dan silinder motor bakar torak
yang berputaran tinggi
6. Pelumasan Pompa
Cara ini dipakai untuk melumasibantalan yang sulit letaknya seperti bantalan
utama motor yang mempunyai putaran tinggi. Pelumasan pompa ini sesuai untuk
keadaan kerja dengan kecepatan tinggi dan beban besar.
2.9 Kopling
Kopling merupakan komponen mesin yang digunakan untuk meneruskan dan
memutuskan putaran dari inputke output. Kopling digunakan dalam mesin untuk beberapa
tujuan, yang paling umum di antaranya adalah berikut:
1. Harus dapat memutus dan menghubungkan putaran mesin ke transmisi dengan lembut
2.Harus dapat memindahkan tenaga mesin dengan tanpa slip
3. Untuk mengurangi transmisi beban shock dari satu poros ke yang lain.
4. Untuk perlindungan terhadap kelebihan beban.
Kopling dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu:
Kopling tetap
Kopling tidak tetap/kopling gesek (clutch)
Keterangan:
d: diameter poros
d1: diameter baut nominal (diameter mayor)
tf: tebal flens
D: diameter hub
D1: diameter lingkaran baut(jarak antara sumbu baut)
τf: tegangan geser bahan flens yang diijinkan
σc: tegangan crushingdari baut dan pasak
τ: tegangan geser ijin bahan poros, baut, pasak
a) Desain hub:
b) Desain flens:
Keterangan:
Satuan: mm
Jika tidak disebutkan secara khusus, angka-angka dalam table berlaku umum baik untuk
halus maupun kasar.
Pemakaian angka -angka dalam kurung sejauh mungkin dihindari.
Dengan:
T: torsi yang ditransmisikan
p: tekanan aksial untuk kontak antar plat
r1: jari-jari bidang kontakluar (eksternal)
r2: jari-jari bidang bagian dalam (internal)
r: jari-jari rata-rata bidang kontak
µ: koefisien gesek bidang gesek
Jika tekanan maksimum terjadi di bagian dalam dari bidang gesek (r2) dan bersifat
tetap, maka berlaku persamaan:
2.10 Conveyor
2.10.1 Definisi Conveyor
Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan barang
darisatu tempat ke tempat yang lain. penggunaannya banyak dipakai di industri untuk
transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan berkelanjutan. Dalam kondisi tertentu,
conveyor banyak dipakai karena mempunyai nilai ekonomis dibanding transportasi berat
seperti truk dan mobil pengangkut. Conveyor dapat memobilisasi barang dalam jumlah banyak
dan berlanjutdari satu tempat ke tempat lain.
Secara umum jenisconveyoryang sering digunakan dapatdiklasifikasikan sebagai berikut
:
1. BeltConveyor
2. Chain Conveyor :
ScraperConveyor
ApronConveyor
BucketConveyor
BucketElevator
3. ScrewConveyor
4. PneumaticConveyor
5. GravityConveyor
b. Chain Conveyor
Conveyor rantai adalah conveyor dimana rantainya tidak terputus dari jenis seluruh
conveyor yang melakukan tarikan dari unit penggerak daripada beberapa hasil pembawa
beban untuk transport. Conveyorrantai terutama cocok untuk sistem conveyor yang
membutuhkan penutupan sempurna untuk menahan debu, seksi penyilangan kecil,
kemampuan penahanan atau pengisian berlipat atau sedang, kombinasi horizontaldan garis
edar vertikal, penanganan material pada temperatur tinggi tetapi membutuhkan keamanan
yang diperbaiki oleh pabrik.
Pada banyak industri, pengunaan conveyor rantai telah berkurang selama 30 tahun yang
lalu karena dipertimbangkan pada pemiliharaan tinggi dan harga yang mahal. Banyak
masalah yang dihadapi meskipun demikian disebabkan oleh ketidak cukupan
teknisidan harga material yang mahal. Sistem conveyor yang dibuat dengan baik dengan
komponen kualitas tinggi terbuat dari baja logam campuran yang di beri perlakukan panas
atau tuangan.
c. Screw Conveyor
Jenis conveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat berbentuk
halus atau bubur adalah conveyor sekrup (screwconveyor). Alat ini pada dasarnya terbuat
dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau
berpilin ini disebut flight.
d. Pneumatic Conveyor
Conveyor yang digunakan unluk mengangkut bahan yang ringan atau berbentuk
bongkahan kecil adalahconveyoraliran udara (pneumatic conveyor). Pada jenis conveyor
ini bahan dalam bentuk suspensi diangkut oleh aliran udara.
e. GravityConveyor
Gravityconveyor adalah jenis peralatan material handling yang tidak bermotor
dan menggunakan gaya gravitasi atau momentum untuk membantu dalam pergerakan
produk, paket, makanan atau peralatan dari satu tempat ke tempat lain, atau melalui berbagai
tahapan manufaktur otomatis atau finishing. Gravityconveyor lebih murah dibanding dengan
conveyor bermotor (poweredconveyor), gravityconveyor menggunakan tekanan
minimum saat bekerja sehingga dapat mudah dipindahkan (portable) dan ringan.
Gravityconveyor biasanya digunakan untuk aplikasi yang memerlukan kemudahan
rotasi dan transportasi seperti distribusi, pergudangan, material handling, pengolahan
makanan, pengiriman, dan produksi. Industri yang cocok untuk menggunakan
gravityconveyor antara lain pengemasan, industri manufaktur, farmasi, otomotif, dirgantara
dan banyak bagian fabrikasi
BAB III
METODE PERANCANGAN
Mulai
Kebutuhan
Analisa Gaya
Pemilihan
Material
Desain
Komponen
Modifikasi
Gambar Mesin
Produksi
Produk
Selesai
Mulai
Menentukan panjang be lt
standar sesuai dengan hasil
perhitunga n
Dperoleh ukuran:
Pulley 1
Pulley 2
Putaran aktual pulley 2
Jarak antara poros
pulley
Panjang belt
Jumlah belt
Selesai
Menentukan KO (Overload
Factor)
Menghitung perkiraan
jumlah gigi pada gear
Menghitung kecepatan
output aktual
Menentukan angka
kualitas dan faktor
dinamis
Menentukan
susunan gigi
Menentukan load
distribution factor
Menentukan size
factor
Menentukan rim
thickness factor
Menentukan nilai
service factor (SF)
Menentukan
hardness ratio factor
Menentukan
reability factor
Menentukan umur
desain gear
Menghitung
perkiraan bending
stress pada pinion
dan gear.
Mengatur bending
stress agar sesuai
Menghitung
perkiraan contract
stress
Mengatur contract
stress.
Memilih material
untuk gear maupun
pinion
Selesai
D pulley = 18,95 in
D gear = 1,2 in
P= 0,04 hp = 30 watt
Putaran poros = 408,18 rpm
Menggambar diagram
bidang geser dan diagram
bidang momen
Menghitung diameter
poros 1
Diameter poros
dan material
poros
Selesai
Mulai
D gear = 3,25 in
P= 0,04 hp = 30 watt
Putaran poros = 150,71rpm
Menggambar diagram
bidang geser dan diagram
bidang momen
Menghitung diameter
poros 2
Diameter poros
dan material
poros
Selesai
Mulai
Dporos 1 = in
Tpulley 1= lb.in
Menentukan dimensi
standar pasak
Menentukan material
bearing
Menentukan panjang
pasak
Dimensi dan
desain pasak
Selesai
Mulai
Penentuan bearing
berdasarkan dynamic load
pada tabel standar
Nomor bearing
dan spesifikasi
Ya
Mendapatkan
-diameter poros
-Bearing
Selesai
BAB IV
PERHITUNGAN
6. Memilih ukuran pulley dan menghitung ukuran output sheave yang diinginkan
Tabel 4.2 Tabel perkiraan ukuran pulley untuk sabuk 3V dan rasio 1,7875
Gambar diatas digunakan untuk mencari besarnya rated power, untuk D1 = 7,95 in dan n1
= 1430 rpm maka rated power = 8,5hp.
8. Memperkirakan jarak antar pusat pulley
D2 < C < 3 (D2 + D1)
13,95< C < 3 (13,95 + 7,45)
13,95< C <65,7
Jadi jarak antar pusat pulley yang bisa diterima yaitu antara 18,95 inchi sampai dengan
74,7 inchi. Pada perhitungan awal ini diasumsikan C = 26 in.
9. Menghitung panjang sabuk yang dibutuhkan:
(D 2 - D1 ) 2
L = 2C + 1,57(D 2 + D1 ) +
4C
2
(13,95 - 7,95)
L = 2x26 + 1,57(13,95 + 7,95) +
4x26
L = 86,725in
10. Memilih panjang sabuk standar dan menghitung jarak pusat pulley aktual
Memilih panjang sabuk
Dipilih panjang sabuk standar yang mendekati dengan panjang sabuk yang dibutuhkan,
yaitu 85 inchi
Menghitung jarak antar pusat pulley aktual
B 4 L 6,28(D 2 + D1 ) 4.85 - 6,28(13,95 + 7,95) 220,468in
220,468 220,468 2 3213,95 7,95
2
C
16
C 27,39in
Jadi jarak antar pusat pulley sebesar 27,39 inchi
11. Menghitung angle of wrap untuk sabuk pada pulley kecil
D - D
180 2 sin 1 2 1
2C
13,95 - 7,95
180 2 sin 1
2x27,39
166,02
12.Menentukan faktor koreksi
2. Menentukan overload factor (Ko) dan trial value untuk diametral pitch (Pd)
Gambar 4. 5 Design power transmitted vs. pinion speed for spur gears with different pitches
and diameters
Sumber: Robert L. Mott, PE (409,2004)
Maka nilai Pd = 16
3. Menentukan jumlah gigi pinion
Pd = Np/Dp
Np = Pd. Dp
Np = 16. 1,5
Np = 24
4. Menghitung nilai nominal velocity ratio
VR = nP/nG
VR = 814,946/ 628
VR = 1,29
5. Menghitung perkiraan jumlah gigi pada gear
NG= Np. VR
NG= 24 x 1,29
NG= 31,144
NG= 31
6. Menghitung rasio kecepatan aktual
VR = NG/ NP
VR = 31 / 24
VR = 1,291
7. Menghitung kecepatan output aktual
nG= nP (Np/ NG)
nG= 814,946 (24/31)
nG= 634 rpm
8. Menghitung diameter pitch, jarak antar pusat, pitch line speed, addendum, dedendumdan
beban
Pitch Diameter Pinion
DP = Np/Pd = 24/16 = 1,5 in
Pitch Diameter Gear
DG= NG/Pd= 31/16 = 1,93 in
Center Distance
C = (Np + NG)/2 Pd= (24 +31)/2 x 16 = 1,718 in
Pitch line speed
vl = π DP nP/12 = (3,14 x 1,5 x 814,946)/12 = 256,83 ft/min
Addendum
a =1/Pd = 1/16 = 0,06 in
Dedendum
b = 1,25/Pd = 1,25/16 = 0,0781 in
Transmitted load
Wl = 33000. P/vl = 33000 x 1,00536/ 256,83 = 129,17 lb
9. Menentukan face widthpinion dan gear
8/ Pd<F< 16/ Pd
Batas bawah 8/ Pd = 8/16= 0,5 in
Batas atas, 16/ Pd = 16/ 16 = 1 in
Nilai yang dipakai 12/ Pd = 12/ 16 = 0,75 in
10. Menentukan material untuk pinion dan gear.
Dalam rancangan ini material pinion dan gear di desain memakai bahan yang sama yaitu
baja sehingga Cp = 2300
Pada tabel diatas menunjukkan nilai kualitas untuk masing – masing jenis mesin, maka
conveyor memiliki Quality numberQv = 5
Dynamic factor
Disini didesain pasangan roda gigi menggunakan roda gigi full depth teeth 20o,
sehingga nilai Jp=0,34dan nilai Jg=0,37
Untuk nilai pitting geometry factor, sesuai dengan grafik diatas, I = 0,088
13. Menentukan load distribution factor, Km
Menentukan pinion proportion factor, Cpf
Dimana nilai F = 0,6 in, Dp = 1,2,F/Dp = 0,6 / 1,2 = 0,5. Maka nilai Cpf = 0,01
Pada desain ini dipilih tipe perlakuan untuk roda gigi yang digunakan adalah commercial
enclosed gear units dengan nilai F=0,6 in. Maka, nilai Cma=0,14
Kemudian hitung load distribution factor
(Km) = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,01 + 0,14
(Km) = 1,15
14. Menentukan size factor
Untuk awal perhitungan dianggap roda gigi berbentuk solid, sehingga KB = 1,00.
16. Menentukan nilai service factor (SF)
Nilai service factor umumnya dari 1,0 sampai 1,5,disini digunakan SF = 1,0.
17. Menentukan hardness ratio factor, CH
Diasumsikan nilai hardness ratio factor, CH = 1,0.
18. Menentukan reabilty factor, KR
Dari grafik diatas, maka didapatkan nilai YNP= 0,94 YNG= 0,93
Dari grafik diatas, maka didapatkan nilai ZNP = 1,34 ZNG = 1,37
gear adalah baja, dari tabel 4.5 untuk S atP = 17816,77 psi dan S atG = 16548,21 psi serta SacP
= 99643,53 psi dan S acG = 97461,56 psi sehingga material baja dikenai perlakuan flame or
induction hardened(50 HRC) dengan grade1 yang memiliki nilai Sat = 45000 psi dan Sac
= 170000 psi, dimana nilai ini lebih besar dari nilai Sat dan Sac yang dibutuhkan.
Tabel 4.9 Allowable stress numbers for case-hardened steel gear materials
Pulley 2
22@@@@@2 Gear 1
2 in 5 in 2 in
22 22 22
@ @@ @
@ @@ @
@ @2 @
Dpulley = 13,95 in @ @
@2 @2
D pinion = 1,5 in
npulley= 814,946 rpm
ngear= 814,946 rpm
P aktual = 1,00536 HP = 0,75 KW
𝐹𝐵𝑦 = 𝐹𝐵 sin 60
𝐹𝐵𝑦= 16,71 sin 60
𝐹𝐵𝑦 = 14,47 𝑙𝑏
4. Hitung nilai gaya pada poros akibat gear1.
𝑇
𝑊𝑇 =
𝐷⁄
2
77,72
𝑊𝑇 =
1,2⁄
2
𝑊𝑇 = 129,53 𝑙𝑏
𝑊𝑅 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅 = 129,53 tan 20
𝑊𝑅 = 47,145 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴𝑦 − 𝐹𝐵𝑦 − 𝑊𝑇 + 𝑅𝐵𝑦 = 0
𝑅𝐴𝑦 − 14,47 − 129,53 + 96,65 = 0
𝑅𝐴𝑦 = 47,35 𝑙𝑏
∑𝑀𝐴𝑥 = 0
𝐹𝐵𝑥 (2) + 𝑊𝑅 (5) − 𝑅𝐵𝑥 (7) = 0
8,355(2) + 47,145(5) − 𝑅𝐵𝑥 (7) = 0
16,71 + 235,725 − 𝑅𝐵𝑥 (7) = 0
𝑅𝐵𝑥 = 36,06 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 𝐹𝐵𝑥 − 𝑊𝑅 + 𝑅𝐵𝑥 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 8,355 − 47,145 + 36,06 = 0
𝑅𝐴𝑥 = 19,44 𝑙𝑏
A D A D
B C B C
RAy= 47,35 lb RBy=96,65 lb RAx= 19,44 lb RBx= 36,06 lb
47,35 lb 19,44 lb
32,88 lb 11,08 lb
96,65 lb 36,06 lb
-96,65 lb -36,06 lb
2 2
𝑀 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋
𝑀 = √193,32 + 72,122
𝑀 = √37364,89 + 5201,2944
𝑀 = 206,31 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
Cs = 0,8 Cr = 0,81
N=2
Kt = 2 Km = 2
Kekuatan leleh actualSn’ = Sn x Cs x Cr
= 71000 x 0,8 x 0,81
= 46008 psi.
Diameter poros (Dp)
1/3
32 𝑥 𝑁 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 2 3 (𝑇𝑝𝑢𝑙𝑖) 2
𝐷𝑃 = [ √[ ] + [ ] ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)
1/3
32 𝑥 2 2𝑥 206,31 2 3 (77,72) 2
𝐷𝑃 = [ √[ ] + [ ] ]
𝜋 46008 4 (80000)
1/3
𝐷𝑝 = [20,38 𝑥 √8,9684402 𝑥 10−6 + 0,0728625 𝑥 10−6 ]
1
𝐷𝑝 = [20,38 𝑥 3,0068 𝑥 10−3 ]3
𝐷𝑃 = 0,394 𝑖𝑛 = 0,474 𝑖𝑛 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔)
5 in 15 in
Dgear = 1,93 in
ngear= 628 rpm
P aktual = 1,00536 HP = 0,75 KW
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑅 (2) − 𝑅𝐵𝑥 (15) = 0
38,03𝑙𝑏 (2) − 𝑅𝐵𝑥 (15) = 0
𝑅𝐵𝑥 = 5,07 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 𝑊𝑅 + 𝑅𝐵𝑥 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 38,03𝑙𝑏 + 5,07𝑙𝑏 = 0
𝑅𝐴𝑥 = 32,96 𝑙𝑏
4. Menggambar diagram bidang geser dan diagram bidang momen
Diagram Benda Bebas
A B A B
C C
𝑅𝑎𝑦 = 97,77 𝑙𝑏 𝑅𝐵𝑦 = 24,72 𝑙𝑏 𝑅𝐴𝑥 = 32,96 𝑙𝑏 𝑅𝐵𝑥 = 5,07 𝑙𝑏
24,72 lb 5,07 lb
-6,74 lb -5,07 lb
-15,73lb lb
-24,72 lb
Diagram Bidang Momen
65,92 lbin
49,44 lbin
2 2
𝑀 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋
𝑀 = √49,442 + 65,922
𝑀 = √2444,3136 + 4345,4464
𝑀 = 82,4 𝑙𝑏𝑖𝑛
5. Menghitung diameter poros2.
Momen max = 82,4 lb. in
T gear = 100,85 lb. in
Material poros yang dipakai yaitu AISI 1040 Cold Drawn.
Sy = 80 ksi = 80000 psi
Sn = 71 ksi = 71000 psi
Cs = 0,8 Cr = 0,81
N=2
Kt = 2 Km = 2
1/3
32 𝑥 2 2𝑥 82,4 2 3 (100,85) 2
𝐷𝑃 = [ √[ ] + [ ] ]
𝜋 46008 4 (80000)
1/3
𝐷𝑝 = [20,38 𝑥 √0,1283062 𝑥 10−6 + 1,918815 𝑥 10−6 ]
1
Ld 3
𝐶 = 𝑊𝑅 ( 6 )
10
1
1466 x 106 3
𝐶 = 47,145 ( )
106
C = 535,56 lb
Tabel 4.13Data pemilihan bantalan single low deep groove onrodal type ball bearing
4. 6. 2 Desain Bearing 2
(Terlampir)
Dari hasil perhitungan didapatkan panjang pasak minimum sebesar 0,20 in.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pada rancangan ini menggunakan daya motor sebesar 0,75 kW dan kecepatan putaran
motor sebesar 1430 rpm. Dengan 2 sistem transmisi yaitu beltpulley dan spur gear, sehingga
didapatkan data sebagai berikut:
1. Pulley
- Pulley 1
Diameter luar : 7,95 in
Putaran pulley : 1430 rpm
- Pulley 2
Diameter luar : 13,95 in
Putaran pulley : 814,946 rpm
Jarak antar pusat poros pulley : 26 in
Material : AISI 1020 Hot Rolled
2. Belt
Tipe Belt : 3V
Panjng Belt : 85 in
Sudut kontak (angle of wrap) : 166,02
Jumlah sabuk :1
Material : Rubber(Karet)
3. Spur Gear
Diametral pitch : 16
Putaran pinion : 814,946 rpm
Putaran gear : 628 rpm
Daya yang ditransmisikan : 0,75 kW = 1,00536 Hp
Overload factor : 1,75
Daya desain : 1,759 Hp
Jumlah gigi pinion : 24
Jumlah gigi gear : 31
Pitch diameter pinion : 1,5 in
Pitch diameter gear : 1,93 in
Jarak antar pusat poros : 1,718 in
Kecepatan garis pitch : 256,83 ft/min
Panjang poros : 15 in
Diameter poros : 0,397 in
Material : AISI 1040 Cold Drawndengan Sy = 80 ksi dan Sn =
71 ksi
8. Pasak 2
Panjang pasak untuk gear : 0,103 in
Tinggi (H) : 0,09375 in
Lebar (W) : 0,09375 in
Material : AISI 1020 Cold Drawn
9. Bearing 2
Series : 6200
Number : 6200
Diameter dalam (d) : 0,397 in
Diameter luar (D) : 1,1811 in
Tebal (B) : 0,3543 in
Material : Standard SAE 52100
5.2 Saran
1. Asisten lebih dapat meningkatkan motivasi belajar praktikan tugas besar, sehingga
praktikan tugas besar dapat memahami perancangan elemen mesin dan tidak melewati
timeline yang telah dibuat oleh studio.
2. Sebaiknya praktikan tugas besar memahami langkah-langkah dalam proses perancangan
dan desain dari tugas besar elemen mesin
3. Sebaiknya Laboratorium Elemen Mesin memiliki prototype dari sistem gearbox atau pun
penggerak yang lain lebih dari satu, untuk mempermudah asisten saat menjelaskan
mengenai elemen mesin