Anda di halaman 1dari 17

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODEREN DAN

PASCA REFORMASI

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

Nama : Lina Apriyanti

NIM : 11.12.6157

Kelompok : J

Program Studi : Sistem Informasi

Jurusan : S1

Dosen : Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadapan hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas
izin dan penyertaan_Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu dan walaupun masih sangat jauh dari kesempurnaan yang diharapkan.
Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk kesempurnaan pembuatan makalah pada waktu selanjutnya.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapakan banyak terima
kasih kepada pihak kampus yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun makalah ini, juga kepada Dosen pembimbing yang sudah
banyak membantu dan menuntun penulis selama pembuatan makalah ini. Tidak
lupa juga kepada teman-teman yang selalu menemani, membantu dan mensuport
selama pembuatan makalah ini. Maka, makalah ini dapat terselesaikan tidak
lepas dari kerjasama dari semuanya. Diharapkan tulisan ini bermanfaat
untuk menambah informasi mengenai pancasila dalam konteks moderen dan
reformasi sebagai tuntutan tugas akhir dalam mata kuliah pendidkan
pancasila.
Di dalam penyusunan karya tulis ini penyusun menyadari bahwa
terdapat banyak kekurangan baik pribahasa “Tiada gading yang tak retak”
oleh sebab itu dengan rendah hati penyusun mohon kritik dan syaran dari
pembaca yang bersifat menyempurnakan karya tulis ini menuju arah
kesempurnaan sehingga dapat bermanfaat bagi semua insan sebagaimana
mestinya.
Wassalalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta,

(Penulis)

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar
.........................................................................
......... . 1

Daftar isi
.........................................................................
................... . 2

Abstrak
.........................................................................
...................... . 3

Latar Belakang Masalah


.................................................................... .
4

Rumusan Masalah
.........................................................................
..... . 6

Pendekatan Historis
.........................................................................
.. . 7

Pembahasan
.........................................................................
.............. . 8

2
A. Istilah Modernisasi
..................................................................
. 8
B. Istilah Globalisasi
..................................................................
.. . 9
C. Istilah Reformasi
..................................................................
... . 10
D. Keberadaan Pancasila Setelah reformasi
............................... 11
E. Bagaimana Pancasila Seharusnya (solusi)
............................. . 12

Kesimpulan
.........................................................................
................ . 14

Saran
.........................................................................
......................... . 15

Referensi
.........................................................................
................... . 15

3
ABSTRAK

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, penduduknya banyak,


terdiri dari suku, agama, adat istiadat. Yang semuanya itu merupakan satu
kesatuan yaitu bangsa Indonesia yang berbahasa satu bahasa Indonesia
berbangsa satu bangsa Indonesia bertanah air satu tanah air Indonesia.
Satu kesatuan tersebut bisa mewujudkan cita-citanya yaitu masyarakat adil
makmur, merata, sejahtera yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
walaupun masa reformasi ini tidak populer. Untuk mencapai sejahtera maka
bangsa Indonesia harus tercukupi kebutuhannya yaitu kebutuhan lahir dan
kebutuhan batin. Kebutuhan lahir harus diupayakan dan tidak melupakan
kebutuhan batin. Dua-duanya penting. Kebutuhan lahir seperti makan,
pakaian, tempat tinggal pendidikan, dan kesehatan.

Ada yang berpendapat bahwa perubahan era reformasi ini tidak jelas
arahnya, perubahan itu tidak menentu tujuannya. Maka lebih baik langsung
pencapaian tujuannya saja yaitu mencapai masyarakat adil makmur merata
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

MPR merupakan lembaga negara yang bertugas mengawasi jalannya


pemerintahan dan juga membuat Undang Undang Dasar. Adanya UUD kemudian
dijabarkan oleh pemerintah yaitu adanya undang undang. Tentang pendidikan
muncul undang undang pendidikan . Jadi undang-undang pendidikan itu
dibuat oleh pemerintah yang disetujui oleh MPR dan DPR.
Misalnya Apabila terjadi antara UUD dengan undang undang pendidikan tidak
singkrun, maka aturan, tata tertip, undang undang itu tidak sah atau
cacat hukum. UUD atau Hukum dari segala hukum itu sendiri harus baik.

4
Latar Belakang Masalah

Eksistensi Pancasila dalam reformasi di tengah berbagai tuntutan


dan euforia reformasi ternyata masih dianggap relevan, dengan
pertimbangan, antara lain: pertama, Pancasila dianggap merupakan satu-
satunya aset nasional yang tersisa dan diharapkan masih dapat menjadi
perekat tali persatuan yang hampir koyak. Keyakinan ini didukung oleh
peranan Pancasila sebagai pemersatu, hal ini telah terbukti secara
historis dan sosiologis bangsa Indonesia yang sangat plural baik ditinjau
dari segi etnis, geografis, maupun agama. Kedua, Secara yuridis,
Pancasila merupakan Dasar Negara, jika dasar negara berubah, maka
berubahlah negara itu. Hal ini didukung oleh argumentasi bahwa para
pendukung gerakan reformasi yang tidak menuntut mengamandemen Pembukaan
UUD 1945 yang di sana terkandung pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945
yang merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila mengandung makna yang amat penting bagi sejarah


perjalanan Bangsa Indonesia. Karena itulah Pancasila dijadikan sebagai
dasar negara ini. Artinya segala tindak tanduk dari orang-orang yang
termaktub sebagai warga negara dari republik yang bernama Indonesia,
haruslah didasarkan pada nilai-nilai dan semangat Pancasila. Apakah dia
sebagai seorang politisi, birokrat, aktivis, buruh, mahasiswa dan lain
sebagainya. Pancasila dan UUD 1945 sudah final dan tidak boleh lagi
diganggu gugat sebagai landasan dan falsafah yang mengatur dan mengikat
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pun terbukti sangat ampuh
sebagai pedoman kehidupan bersama, termasuk kehidupan dalam berpolitik.
Ideologi Pancasila dan UUD 1945 tidak perlu lagi diperdebatkan lagi. Itu
sudah menjadi kesepakatan masyarakat Indonesia ketika negara ini
didirikan. Bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut
adalah hasil dari penggalian karakter dan budaya masyarakat Indonesia.
Popularitas Pancasila di Indonesia setelah reformasi tahun 1998 hingga

5
sat ini perlahan-lahan semakin memudar. Pada zaman orde baru, setiap saat
masyarakat dihadapkan pada keharusan untuk mengamalkan nilai-nilai
Pancasila, seperti saat pelaksanaan ujian sekolah, PNS, dan sebagainya.
Pada era itulah, indonesia sedang mengalami inflasi Pancasila. Penerapan
Pancasila hanya sebatas pada menghafalkan kalimat semata tanpa menerapkan
dan menjiwai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Itu bisa dilihat
dari maraknya kasus korupsi, mulai tingkat pusat hingga ke daerah. Inilah
yang membuat masyarakat jenuh dengan doktrin Pancasila sehingga pasca-
Reformasi, popularitas Pancasila semakin memudar. Saat ini, terjadi
degradasi yang sangat signifikan terhadap Pancasila karena masyarakat
tidak bisa menemukan dan bahkan kembali mempertanyakan manfaat dasar dari
nilai tersebut.

6
RUMUSAN MASALAH

Arus globalisasi dan reformasi melanda negeri kita Indonesia.


Akhir-akhir ini, bak jamur di musim hujan, berbagai ideologi dalam
masyarakat yang menjelma dalam gerakan sosial bermunculan untuk
menunjukan eksistensinya dalam pentas nasional. Semua gerakan sosial
menjajakan ideologinya dengan janji perbaikan dan kesejahteraan. Dari
yang "ekstrim kiri" maupun yang "ekstrim kanan". Hal ini bisa dipahami
sebagai sebuah fenomena kebebasan dari (freedom from) ketertindasan dan
represi oleh rezim otoriter yang menghegemoni selama 32 tahun. Maupun
dipahami dalam kerangka kebebasan untuk (freedom for) memaknai demokrasi
pasca reformasi dengan keadilan, kesejahteraan, partisipasi politik dan
penguatan civil society. Pluralitas ideologi dan kepentingan ditengah
arus globalisasi dan reformasi ini membawa kita pada sebuah pertanyaan
penting, Masih pentingkah Pancasila ?.

7
PENDEKATAN HISTORIS

Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap


perkembangan rumusan Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan
keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968. Pembatasan ini
didasarkan pada dua pengandaian, yakni:
1) Telaah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada
tanggal 29 Mei 1945, saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI);
2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan
pendapat tentang rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi.
Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya
cukup untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika
Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik. Hal itu perlu dilakukan
mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan
Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu
merupakan satu kebulatan yang utuh.
Nilai-nilai Pancasila digali dari bangsa Indonesia sendiri, seperti
nilai-nilai ketuhanan (kepercayaan kepada Tuhan telah berkembang dan
sikap toleransi sudah lahir), dan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
dan sila-sila lainnya. Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar negara
Indonesia oleh para tokoh bangsa saat akan melahirkan negara RI.
Nilai-nilai Pancasila tetap tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
biarpun perjalanan ketata-negaraan mengalami perubahan dan pergantian
undang-undang: dari UUD 45, Konstitusi RIS, UUD Sementara, sampai kembali
keUUD 45.

8
PEMBAHASAN

A. Istilah Mordernisasi

Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang


bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern
menuju kepada suatu masyarakat yang modern.

Pancasila sebagaimana ideologi manapun di dunia ini, adalah


kerangka berfikir yang senantiasa memerlukan penyempurnaan. Karena tidak
ada satu pun ideologi yang disusun dengan begitu sempurnanya sehingga
cukup lengkap dan bersifat abadi untuk semua zaman, kondisi, dan situasi.
Ideologi juga harus dapat menjawab tantangan dan ujian dari tiga dimensi;
dimensi idealitas, dimensi realitas, dan dimensi fleksibilitas.

Persoalan kita sekarang adalah sejauh mana Pancasila mampu


menjawab tantangan dan ujian dimensi realitas. Faktor penentunya adalah
kenyataan Indonesia yang secara geografis yang sangat luas dan terdiri
dari beribu pulau besar maupun kecil, yang dihuni oleh berbagai ras
maupun suku bangsa, terdiri dari berbagai agama dan latar kebudayaan.
Dalam hal ini Pancasila berfungsi sebagai penopang dan pengawal sub
sistem norma yang ada terbukti efektif baik terhadap keberbedaan manusia
kesatuan Indonesia.

Yang harus dibuktikan secara terus menerus adalah sejauh mana


pancasila teruji dari dimensi fleksibilitas. Ungkapan Pancasila sebagai
ideologi terbuka pada dasarnya merupakan keinginan untuk menunjukan
kemampuan pancasila teruji dalam dimensi fleksibilitas. Perubahan yang
terjadi pada bangsa dan Negara Indonesia selama ini memang ada yang
bersifat alamiah, akulturatif dan memang perubahan yang direncanakan yang
bertujuan menghapus kemiskinan.

9
B. Istilah Globalisasi

Globalisasi yang sedang kita rasakan saat ini dampaknya telah


berpengaruh pada kehidupan politik suatu bangsa untuk mendapatkan
kemerdekaan dan kemakmuran yg seluas-luasnya dalam sebuah negara atupun
individu masyarakat. Globalisasi saat ini bisa dikatakan sebagai bentuk
penjajahan model baru yang bisa mengakibatkan keterpurukan ekonomi dan
kemiskinan suatu bangsa yang tidak mampu mengimbangi pengaruh globalisasi
tersebut. Janji negara Barat kepada negara berkembang bahwa globalisasi
memberikan kemakmuran hanyalah retorika, kenyataanya yang mendapatkan
kemakmuran hanya negara-negara maju. Globalisasi dengan ideologi
kapitalis dan liberalis mencoba untuk memecah belah Indonesia disemua
aspek politik, ekonomi dan sosial budaya.

Tidak adanya kekuatan kebangsaan, ekonomi dan militer, Indonesia


tidak memiliki bargaining power dalam menghadapi tekanan negara maju.
Terlebih kebebasan di era globalisasi dan reformasi sudah tidak
terkendali, ideologi Pancasila sebagai pemersatu untuk membangkitkan
kembali rasa nasionalisme dikalangan pemimpin politik, pengusaha, pemuda
dan tokoh-tokoh agama mulai rapuh dan kemungkinan kedepan hanya tinggal
sejarah.

Dalam globalisasi, negara-negara berkembang mau tidak mau, suka


tidak suka, harus berinteraksi dengan negara-negara maju. Melalui
interaksi inilah negara maju pada akhirnya melakukan hegemoni dan
dominasi terhadap negara-negara berkembang dalam relasi ekonomi politik
internasional.
Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal
ia akan mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Berhasil atau
tidaknya kita menjawab tantangan keterbukaan zaman itu tergantung dari

10
bagaimana kita memaknai dan menempatkan Pancasila dalam berpikir dan
bertindak.
Tanpa disadari sebenarnya saat ini bangsa Indonesia sedang terlibat
dalam suatu peperangan dalam kondisi terdesak hampir terkalahkan. Kita
dapat saksikan dengan kasat mata terpinggirkannya nilai-nilai luhur
budaya bangsa seperti kekeluargaan, gotong-royong, toleransi, musyawarah
mufakat dan digantikan oleh individualisme, kebebasan tanpa batas, sistem
one man one vote dan sebagainya.
C. Istilah Reformasi

Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata


kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat
madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat kemanusiaan yang
menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang
bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.

Pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan


kearah sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa
Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang,
baik pada masa orde lama maupun orde baru. Reformasi itu harus memiliki
tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa
Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma reformasi
total tersebut

Reformasi bergulir di Indonesia dengan di motori oleh mahasiswa dan


tokoh-tokoh bangsa ini yang merasa bahwa krisis yang melanda negara ini
di awali dari krisis ekonomi ternyata telah membawa kita pada krisis yang
lebih besar seperti krisis politik, kepemimpinan dan akhirnya pada
suksesi atau pergantian kepemimpinan secara nasional. Semangat dan jiwa
reformasi yang digulirkan menjadi kacau dan tidak tentu arah dan justru
malah menodai nilai dan tujuannya sendiri. Tentu ini menjadi tanda tanya

11
besar ketika semangat untuk meluruskan dan mengembalikan tatanan negara
ini menjadi lebih baik justru di lapangan justru kita temui hal yang
kontraproduktif

Salah satu tujuan reformasi dibidang politik dan hukum adalah


mengembalikan UUD 1945 dan pancasila sebagai falsafah dasar kehidupan
bangsa dan negara.

Ini tentu tidak mudah untuk membuat sebuah latar balik dan
mengembalikan semangat seperti awalnya memerdekaan bangsa ini. Kekuasaan
penuh dan perilaku birokrasi yang sistematis membuat apa yang mereka
lakukan seolah selalu benar dan tidak ada penyimpangan dari nilai dan
norma yang terkandung dalam pancasila. Butuh waktu dan sebuah generasi
yang solid untuk dapat menempatkan kembali roh dan semangat pancasilaisme
terutama pada generasi yang sekarang ini.

D. Keberadaan Pancasila Setelah Reformasi

Pamor Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa kadang


pasang dan ada kalanya surut seiring perjalanan bangsa Indonesia. Setelah
melewati masa yang begitu mengagungkan sekaligus menakutkan bagi sebagian
kelompok, dan golongan tertentu, pamor Pancasila terus turun pamor pasca-
reformasi 1998.

Meski tidak tampak terang, Pancasila pascareformasi menjadi


semacam frasa yang "ditidurkan; jika tak bisa dibilang dihindari, oleh
berbagai komponen politik dan masyarakat. Hasil survei Pusat Studi
Pancasila Universitas Gadjah Mada pun menyebutkan, semangat nasionalisme
dan pengetahuan kewarganegaraan terutama di kalangan generasi muda terus
turun. Pancasila saat ini, hanya dijabarkan dalam kebijakan, aturan dan
undang-undang, yang justru dalam pelaksanaannya malah menyimpang dari
nilai-nilai dari sila-sila Pancasila.

12
Keberadaan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa
terus merosot pamornya. Begitu pun dengan rasa nasionalisme dan Bhin-neka
Tunggal Ika.

Reposisi dan revitalisasi Pancasila akhir-akhir ini banyak


disuarakan berbagai kalangan. Dalam kacamata sejarawan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam, Pancasila telah memasuki
gelombang keempat yang ditandai dengan semakin menguat-nya keinginan
masyarakat agar peran dan fungsi Pancasila kembali direvitalisasi dalam
kehidupan bernegara dan berbangsa.

Sedangkan gelombang ketiga terjadi ketika Pancasila dimanipulasi,


disalahgunakan, dan hanya boleh diterjemahkan, diinterpretasikan, dan
bahkan dipakai menjadi alat untuk "memukul" musuh-musuhnya oleh satu
kekuatan Orde Baru di bawah rezim kepemimpinan Soeharto. Akibatnya,
ketika rezim Orde Baru tumbang pada masa reformasi, kejatuhan Soeharto
berdampak buruk terhadap Pancasila yang makin dilupakan.

Cita-cita yang terkandung dalam Pancasila semakin jauh dari


kenyataan jika keadilan sosial tidak terwujud. Kekuasaan hanya beredar di
kalangan elite politik yang bermusyawarah untuk membagi-bagi kekuasaan.

E. Bagaimana Pancasila Seharusnya (Solusi)

Pancasila telah teruji menjadi dasar negara yang kuat menghadapi


berbagai serangan paham lain. Pancasila juga telah terbukti menjadi alat
pemersatu kemajemukan yang ada di Indonesia. Karena itu, upaya untuk
melestarikan Pancasila perlu terus dikembangkan agar tetap hidup dan
menjadi solusi berbagai permasalahan bangsa. Salah satunya dengan
menggelar dialog kebangsaan.
Dalam dialog yang digelar di Jakarta dengan tema "Pancasila Sebagai
Solusi Indonesia" ini diikuti berbagai kalangan lintas agama, budaya, dan

13
profesi. Acara ini bertujuan agar semakin banyak manusia Indonesia
menyadari bahwa Pancasila adalah harta yang sangat mahal yang hanya ada
di Indonesia.
Indonesia negeri yang sangat beranekaragam dan Pancasila adalah
payung dari keanekaragaman itu. Semua yang hidup di Indonesia memiliki
hak yang sama untuk bekerja, memperoleh pendidikan, mempunyai
kepercayaan, termasuk berorganisasi asal tidak anarkis dan merubah
landasan bernegara. Dengan begitu kita tidak bertengkar satu sama lain
hanya karena perbedaan pemahaman.
Inti dari pancasila adalah hidup bergotong royong. Dengan tidak
saling membedakan, maka kita bisa bekerjasama untuk memajukan negeri ini.
Pancasila sangat unik dan ini adalah kebanggaan Bangsa Indonesia. Mungkin
negara-negara lain harus belajar dari Indonesia yang bisa mempunyai
payung keragaman seperti pancasila. Tanpa pancasila, Indonesia akan
hancur seperti pakistan, libanon dan afganistan yang tidak bisa menerima
keragaman sehingga negara mereka tidak pernah tenang, selalu diteror oleh
perang dan bom. Kita sekarang masih bertahan karena pancasila tersebut.
Dan, untuk pendidikan pancasila, jangan sekali-sekali dijadikan
dipaksakan seperti zaman P4 dulu. Para pendidik harus mengajarkan
pancasila dengan cara yang fun, menarik dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi kita sudah punya pancasila sebagai solusi
yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain di dunia. Kita tinggal
mengambalkan dan diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk
kesejahteraan dan keamanan bersama. pancasila berlandaskan pada gotong
royong, pada kekuatan rakyat bukan pada kekuatan pemimpin, pemerintah
atau penguasa. Inillah pancasila

Kesimpulan

14
Pancasila telah diterima secara luas sebagai lima aksioma politik
yang disarikan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk dan
mempunyai sejarah yang sudah tua. Namun ada masalah dalam penuangannya ke
dalam sistem kenegaraan dan sistem pemerintahan, yang ditata menurut
model sentralistik yang hanya dikenal dalam budaya politik Jawa. Doktrin
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional masih mengandung nuansa yang
amat sentralistik, dan perlu disempurnakan dengan melengkapinya dengan
Doktrin Bhinneka Tunggal Ika.

Agar Pancasila yang telah dikaitkan langsung dengan doktrin


Bhinneka Tunggal Ika itu dapat berjalan dengan stabil, seluruh kaidahnya
harus dituangkan dalam format hukum, yang selalu harus dijaga agar sesuai
dengan perkembangan rasa keadilan masyarakat. Kita patut bersyukur, bahwa
empat kali amandemen UUD 1945 dalam era reformasi nasional telah mampu
menampung dinamika bangsa ini, khususnya dengan mengakui kesetaraan
antara berbagai unsur dalam batang tubuh bangsa Indonesia serta
mewadahinya dalam sistem dan struktur pemerintahan yang baru.

Saran

Untuk tetap menjaga pancasila menjadi dasar negara indonesia kita


harus menjunjung tinggi nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila.
Menanamkan rasa cinta pada tanah air indonesia dan bergotong royong dalam
menjaga eksistensi pancasila di mata dunia.

Referensi

15
http://ayuna.abatasa.com/post/detail/2590/pengertian-modernisasi.html

http://abe-rabbit.blogspot.com/2010/01/pancasila.html

http://jurnalideologi.wordpress.com/2008/06/19/pengaruh-globalisasi-terhadap-
ideologi-pancasila/

http://chumyelith.blogspot.com/2010/01/aktualisasi-pancasila-di-era.html

http://bataviase.co.id/node/232942

http://berita.univpancasila.ac.id/berita-567-pancasila-memudar-
pascareformasi.html

http://www.mail-archive.com/eskolnet-l@linux.mitra.net.id/msg00494.html

http://kingroodee.blogspot.com/2007/08/masih-relevankah-pancasila-sebagai.html

http://poetrasentence.blogdetik.com/2010/05/16/pancasila-dan-uud-pasca-
reformasi/

http://kembangpetai.blogspot.com/2008/12/pancasila-pasca-reformasi.html

http://junaidipiscesguru.blogspot.com/2010/12/pancasila-sebagai-dasar-
negara.html

http://styaku.wordpress.com/study-2/

http://roisun.blogspot.com/2009/10/home-seputar-puslata-ba-online-
koleksi_28.html

16

Anda mungkin juga menyukai