Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya
Pedoman HRVA KebakaranRSUD Padang Panjang ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK iv
BAB 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1. 2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Teori dasar kebakaran 4
2.1.1 Definisi api 4
2.1.2 Teori segitiga api 4
2.1.3 Teori bidang empat api 5
2.2 Definisi kebakaran 5
2.3 Sebab terjadinya kebakaran 6
2.4 Klasifikasi kebakaran 7
2.4.1Klasifikasi kebakaran menurut NFPA 7
2.5 Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran 8
2.6 Sarana proteksi kebakaran aktif 9
2.6.1 Alarm kebakaran 9
2.6.2 Detektor kebakaran 10
2.6.3 APAR 10
2.6.4 Sistem sprinkler 11
2.7 Program pemeriksaan dan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran
11
2.8. Manajemen bencana 12
2.8.1 Mitigasi bencana 13
2.9 Hazard, Risk and Vulnerability Analysis (HRVA) 15
2.9.1 Tahap dalam HRVA 15
BAB 3
HASIL OBSERVASI 17
3.1 Profil Rumah Sakit 17
3.1.1 Profil bangunan 19
3.1.2 Profil pekerja 20
3.1.3 Profil pengunjung 20
3.2 Fasilitas umum sekitar lingkungan Rumah Sakit 20
3.3 Sarana dan prasarana proteksi kebakaran 21
3.3.1 Sistem proteksi aktif 21
3.3.2 Sistem proteksi pasif 22
3.4 Analisis kemungkinan dampak bencana 22
3.5 Kerentanan 29
3.6 Identifikasi bahaya potensial kebakaran 32
3.7 Analisis hazard dan risiko 37
3.8 Risk reduction measures 40
3.9 Checklist informasi risiko 41
BAB 4
REKOMENDASI 45
DAFTAR REFERENSI 46
BAB 3 23
KESIMPULAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB 1
PENDAHULUAN
Bencana banjir, gempa, dan datangnya badai, dengan kemajuan teknologi yang
ada biasanya didahului dengan datangnya peringatan. Hal ini menjadi sangat
memungkinkan untuk dapat menekan timbulnya kerugian dan korban jiwa yang
lebih besar yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Tidak demikian halnya
dengan bahaya kebakaran, dimana bencana ini proses datangya selalu tanpa
dapat diperkirakan dan diprediksi sebelumnya sebagaimana bencana lain.
Teknologi yang ada hanya dapat membantu memberi peringatan dini, tetapi
mempunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk memberi waktu persiapan
dan pertolongan dalam menghadapi bahayanya. Hal ini disebabkan oleh karena
peringatan hanya dapat diberikan pada saat kebakaran ataupun api telah ataupun
dalam keadaan sedang berlangsung. Sehingga cara yang paling efektif dalam
menghadapi terjadinya bencana kebakaran tersebut adalah dengan menghindari
dan meminimalkan kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya bencana
tersebut.
Kebakaran sering menimbulkan berbagai akibat yang tidak diinginkan baikyang
menyangkut kerugian (material, stagnasi kegiatan usaha, kerusakan lingkungan,
maupun menimbulkan ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia). Bencana
kebakaran juga merupakan bahaya yang mempunyai dampak yang sangat luas
yang meliputi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang mengalaminya.
Kebakaran yang terjadi dipemukiman padat penduduk ataupun pusat-pusat
kegiatan ekonomi didaerah perkotaan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial,
ekonomi dan psikologis yang luas orang yang mengalami bencana ini, akan bisa
mengalami syok yang berkepanjangan. Sebaliknya, karena bencana kebakaran ini
datangnya tidak umum dan bukan bahaya yang rutin terjadi,kesiapan dan
“interest” masyarakat terhadapnya sangat minim. Akibatnya, bila bahaya ini
terjadi, semakin memperbesar kerugian yang akan dialami.
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktorgeologi
(gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencanaakibat hidrometeorologi
(banjir, tanah longsor, kekeringan, angintopan), bencana akibat faktor biologi
(wabah penyakit manusia,penyakit tanaman atau ternak, hama tanaman) serta
kegagalan teknologi(kecelakan industri, kecelakaan transportasi, radiasi
nuklir,pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkaitdengan
konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yangterbatas, alasan ideologi,
religius serta politik. Sedangkan kedaruratankompleks merupakan kombinasi dari
situasi bencana pada suatudaerah konflik.
Hazard, Risk and Vulnerability Analysis (HRVA) adalah salah satu analisis
terhadap bencana yang bertujuan untuk menganalisis bahaya, risiko dan
kerentanan guna mengantisipasi masalah dan solusi yang memungkinkan untuk
menyelamatkan nyawa dan properti, mengurangi kerusakan dan mempercepat
perbaikan pasca bencana disamping menjadi kebutuhan untuk melengkapi
akreditasi Rumah Sakit yang dalam hal ini dikhususkan untuk bencana kebakaran
1.2 Permasalahan
RSUD Kota Padang Panjang belum mempunyai HRVA untuk bencana kebakaran.
HRVA bencana diperlukan untuk kelengkapan akreditasi Rumah Sakit
1.3 Tujuan
Kunjungan lapangan
Pengumpulan dokumen
Analisis risiko
Pengolahan data
Sosialisasi
http://www.sc.edu/ehs/training/Fire/01_triangle.htm
Gambar 2.1. Segitiga Api
2.1.3 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)
Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur
keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan
teori tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan
pengembangan bahan pemadam bubuk kimia (dry chemical) dan halon
(halogenated hydrocarbon).
Teori tetrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang
normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat
hasil pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini
adalah adanya radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk
hidroksil (OH). Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O.
O radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses
pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran berantai. (Karla, 2007;
Goetsch, 2005).
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga
kegiatan utama, yaitu:
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru
kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan
pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu
dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak
bencana.
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana,
untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian
penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat
terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material.
Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan
yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat
guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat
yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana
pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga
perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma
atau depresi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana
adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak
bencana yang terjadi.
Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian
bahaya, peringatan dan persiapan.
Risiko adalah konsep total dari kemungkinan terjadinya suatu hazard ( likelihood)
dan keparahan akan dampak yang ditimbulkan ( severity).
Terdapat 8 tahap dalam pembuatan HRVA menurut Ministry of Public Safety and
Solicitor General, British Columbia, yaitu:
1. Administration
Dalam tahap ini dilakukan pembentukan panitia, penyusunan checklist dan
melakukan pertemuan mengenai bagaimana HRVA akan dijalankan
2. Training
Pada tahap training dilakukan peninjauan mengenai tujuan yang akan dicapai,
proses HRVA, pelatihan penilaian risiko dan juga peninjauan kembali checklist
lapangan
3. Gather risk information
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan checklist informasi penemuan di
lapangan , informasi risiko dan denah
4. Hazard and vurnerability indentification
pada tahap ini dilakukan peninjauan terhadap checklist lapangan, definisi
hazard, identifikasi hazard serta pemetaan hazard dan kerentanan
5. Risk analysis
Pada analisis risiko dilakukan penilaian risiko secara kualitatif dengan
memperhitungkan kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan (severity)
6. Risk evaluation
Evaluasi risko dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap profil risiko,
pengukuran reduksi risiko (risk reduction measures)
7. Public consultation plan
Tahap ini membutuhkan keberadaan stakeholder dan menginformasikan hasil
penemuan mengenai risiko bahaya yang tinggi dan mmbuat rencana tindakan
8. Action plans
BAB 3
HASIL OBSERVASI
Pada saat berdiri tanggal oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia yaitu
Selanjutnya sebagai Soft Opening pada tanggal 1 Maret 2003 terjadi perubahan
nama yaitu RSUD Padang Panjang dan pada tanggal 17 Juli 2007 secara resmi
ditetapkan perubahan nama tersebut oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Dengan berjalannya waktu dan peraturan yang ada dari pemerintah
tahun 2009 menjadi Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Gedung Rumah
sakit Umum Kota Padang Panjang terdiri dari 3 lantai dan saat ini membuka kamar
perawatan sebanyak tempat tidur yang terdiri dari VIP, kelas I,II, III,
ICU.Disamping itu juga terdapat Poli rawat jalan Spesialis, Poli Umum, IGD, dan
Penunjang Medik ( Laboratorium, Radiologi, Apotik ), Rekam Medik.
STRUKTUR ORGANISASI PENANGANAN BENCANA RUMAH SAKIT UMUM KOTA
PADANG PANAJNG
KOMANDAN RS
KOMANDAN
BENCANA
KETUA KETUA
CSSD
RADIOLOGI
SURVEILANCE
KONSELING
KEPERAWATA
N
INFORMASI
MOBILISASI PASIEN
3.1.1 Profil bangunan
Jalan utama padang panjang solok Berhadapan langsung dengan Rumah Sakit
Perumahan penduduk 10 m
Warung-warung kecil Didepan RSUD
Puskesmas gunung 5 km
Pemadam kebakaran kota padang ± 8 km
panjang
Kantor Polisi 10 km
Pasar 7 km
Masjid Dilingkungan rsud
Gereja 6 km
Adapun bahaya bencana yang memiliki kemungkinan untuk terjadi di lingkungan RSUD
Kota Padang Panjang adalah:
1. Kebakaran
Kebakaran gedung dan permukiman penduduk sangat marak pada musim
kemarau. Hal ini terkait dengan kecerobohan manusia diantaranya
pembangunan gedung atau pemukiman yang tidak mengikuti standar
keamanan bangunan serta perilaku manusia. Hubungan arus pendek listrik,
meledaknya kompor serta kobaran api akibat lilin, untuk penerangan
merupakan sebab umum kejadian kebakaran permukiman atau gedung.
2. Radiasi
Fasilitas pemeriksaan penunjang yang digunakan di RSUD Kota Padang
Panjang alat rontgen yang berpotensi mengakibatkan bahaya radiasi bagi
operator dan pasien.
4. Gempa
Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah berupa kerusakan atau
kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum
lain), dan konstruksi prasarana fisik (jalan, jembatan, jaringan listrik dan
telekomunikasi, dli), serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban
akibat timbulnya kepanikan.
5. Gunung Meletus
Bencana yang dapat timbul dari gunung meletus adalah larva dan abu vulkanik
karna padang panjang dikelilingi oleh 2 gunung aktif merapi dan singgalang
Sumber: Hazard, Risk and Vulnerability Analysis Tool Kit. Ministry of Public Safety and
Solicitor General. British Columbia. 2003
Keterangan:
Frequent or very likely to occur(6) memiliki pengertian bahwa suatu kejadian
seringkali terjadi dan biaanya memiliki angka kecelakaan terdata. Sebagai contoh
sebuah daerah memiliki kejadian banjir setiap tahun.
Moderate or likely to occur(5) memiliki riwayat data tetapi terjadi antara 3-10 tahun.
Occasional or slight chance(4) berarti suatu kejadian terjadi jarang, mungkin terdapat
sedikit data kejadian dan intervalnya antara 10-30 tahun.
Highly unlikely or rare events(2) memiliki interval waktu 100-200 tahun sekali
Very rare events(1) berarti suatu kejadian hanya terjadi diatas 200 tahun sekali.
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
Jumlah korban;
Kerugian harta benda;
Kerusakan prasarana dan sarana;
Cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
Terdapat tujuh kategori dampak yang dinilai untuk setiap bahaya, yaitu:
fatality;
injury;
critical facilities;
lifelines;
property;
environment;
economic & social impacts.
Maka akan didapatkan tabel sebagaimana yang terdapat di bawah ini :
NO JENIS ANCAMAN BAHAYA PROBABILITAS DAMPAK
1 kebakaran 4 • fatality: 2
• injury: 2
• critical facilities: 3
• lifelines: 2
• property: 2
• environment: 2
• economic & social
impacts: 2
2 gempa 3 • fatality: 1
• injury:2
• critical facilities: 3
• lifelines: 2
• property: 2
• environment: 2
• economic & social
impacts: 2
Social Physical
• Confined – penitentiaries or • Bridges
jails • Communications systems –
• Elderly – group homes or telephone, radio, cellular,
retirement complex television
• Gender – mothers and • Critical infrastructure
children, violence against • Gas and oil transmission and
women distribution pipelines
• High density – shopping • Hazardous waste sites
malls, theatres, stadiums, high- • Historic sites
rise buildings • Mobility of population
• Infirm – hospitals • Power transmission towers
• Language – ethnic centres • Property and infrastructure in
• Persons with disabilities – close proximity to hazard
vision, hearing, mobility, • Trailer parks and
mental, dependency campgrounds
• Young – schools or recreation • Transportation – routes,
centre terminals, systems: road, rail,
air, water
• Water reservoirs and hydro
dams
Economic Environmental
• Farm land and animals • Areas of biodiversity and
• Lack of economic diversity – ecological value – wetlands
single major employer or • Parks
tourism • Resource degradation or
• Limited access to credit depletion – forests
• Minimal access to critical • Sensitive areas – coastline or
services fisheries
No insurance
• Poor – social housing or low-
rent areas
Sumber: Hazard, Risk and Vulnerability Analysis Tool Kit. Ministry of Public Safety and
Solicitor General. British Columbia. 2003
2. Fisik
Kerentanan internal: Lebar tangga darurat adalah ±100cm dimana ketentuan dari
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang
Standar K3 di Rumah Sakit adalah lebar tangga minimal 120 cm jalan searah
dan 160 cm untuk jalan dua arah membuat jalur evakuasi menjadi terbatas.
Tidak tersedianya jalur landai (ramp) untuk evakuasi pasien tirah baring
mempersulit evakuasi saat terjadinya bencana.Hanya terdapat APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) di daerah sekitar. Sumber air untuk keadaan darurat
hanya terdapat pada air kran setempat.
Tidak terdapat penerangan pada beberapa pada lantai tangga darurat dan
penggunaan petunjuk fluorescence yang cukup membuat evakuasi saat
bencanamenjadi lebih sulit
Kerentanan eksternal : N/A
3. Ekonomi
Kerentanan internal dan eksternal: N/A
4. Lingkungan
Kerentanan internal: Ruang ICU dimana terdapat pasien tirah baring yang tidak
dapat melakukan mobilitas sendiri saat kejadian bencana terletak di lantai 3
dimana evakuasi menjadi lebih sulit.
Instalasi linen yang terletak terpisah dari gedung Rumah Sakit berada di dalam
kompleks perumahan penduduk.
Kerentanan eksternal: N/A
Lantai 1
Apotik vip - -
Lantai 2
LANTAI 3
lantai 4
Keterangan: instalasi linen dan laundry sudah dipindahkan ke rumah asrama disebelah
rumah sakit dimana pengolahan laundry sudah dikerjakan oleh pihak ketiga dan rumah
sakit hanya melakukan penyeleksian linen dan tidak ada proses yang dilakukan oleh
rumah sakit
LIKELIHOOD
5:Moderate or Likely
3:Unlikely, Improbable
4:Very High
3:High
2:Low
1:Very Low
Berdasarkan analisis hazard dan risiko yang terdapat di RSUD Padang Panjang
ditentukan penilaian risiko secara kualitatif dengan memperhitungkan kemungkinan dan
konsekuensi menggunakan profil risiko sebagaimana rekomendasi dari Ministry of
Public Safety and Solicitor General, British Columbia didapatkan hasil sebagai berikut:
Grafik 3.1 Profil Risiko Kebakaran RSUD Kota Padang Panjang
Kebakaran akibat ledakan tabung LPG merupakan risiko yang paling besar dengan
kemungkinan kejadian 4 dan konsekuensi keparahan 2 untuk masing-masing kategori
fatality, injury, lifelines dan property.
3.8 Risk reduction measures
Ahli K3 Tersedia
Struktur K3 Tersedia Terlampir
Rantai komando bencana Tersedia Terlampir
Pelatihan dan drilling Pelatihan Melibatkan seluruh staff rumah sakit
kebakaran dilakukan 1 tanpa karyawan luar(ousourcers)
tahun sekali,
dokumentasi
tersedia
MOU pelatihan kebakaran Tersedia Ikut dalam pelatihan
dengan badan independen adendum
(tenant)
Sosialisasi karyawan baru Tersedia Tersedia daftar dan jadwal
sosialisasi RS secara umum
(termasuk K3)
Checklist penilaian Tersedia Layout
kejadian Rancangan listrik
Rancangan keselamatan kebakaran
Penggunaan LPG
Rencana emergensi
Rancangan pertolongan pertama
\
Gambar letak APAR, hydrant, jalur evakuasi dan titik kumpul
BAB 4
REKOMENDASI
1. Jalur landai (ramp) sebaiknya tersedia pada setiap lantai guna memudahkan
evakuasi pasien tirah baring atau pasien yang tidak melakukan mobilisasi
sendiri terutama pasien-pasien yang rentan seperti pasien ICU, operasi, dan
pasien dengan kursi roda.
2. Lebar tangga darurat sebaiknya disesuaikan dengan ketentuan dari
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang
Standar K3 di Rumah Sakit adalah lebar tangga minimal 120 cm jalan searah
dan 160 cm untuk jalan dua arah untuk memudahkan evakuasi.
3. Tangga darurat untuk jalur evakuasi sebaiknya diberikan penerangan yang
cukup danpenambahan pemasangan sticker fluorescence sebagai penunjuk
arah ketika terjadi bencana kebakaran
4. Ruang rawat inap per lantai sebaiknya dikategorikan sesuai dengan kategori
perawatan dan pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi dan dengan
mobilitas terbatas sebaiknya ditempatkan di lantai 2 untuk memudahkan
evakuasi saat bencana
5. Pengukuran dan pengecekan tangki air untuk kebakaran sebaiknya dilakukan
secara berkala.
6. Pelatihan tentang kebakaran sebaiknya diikuti oleh seluruh anggota rumah
sakit termasuk cleaning service, dan badan independent (mini market, dan
tenant) dimana turnover karyawan pada pihak tersebut cukup besar,
Untuk badan independent diperlukan suatu MOU atau addendum dan surat
tugas, untuk keharusan atau kewajiban dalam mengikuti pelatihan
penanggulangan bencana
7. Ruang IPSRS sebaiknya dilakukan perbaikan dan penataan kembali
dikarenakan masih terdapat bahan dan barang yang berpotensi untuk
terjadinya kebakaran ( tabung gas, bahan kimia, kabel listrik).
8. Hindari penggunaan steker listrik bercabang dan kabel roll untuk mengurangi
risiko terjadinya kebakaran.
DAFTAR REFERENSI
1. Hazard, Risk and Vulnerability Analysis Tool Kit. Ministry of Public Safety and
Solicitor General. British Columbia. 2003 Edition.
Sebuah ledakan terdengar diikuti dengan teriakan adanya kebakaran. Ledakan tersebut
ternyata berasal dari dapur. Seorang staff rumah sakit berteriak adanya korban di
dalam dapur dan membutuhkan pertolongan sementara api terus membesar. Saat itu
dapur sedang aktif memasak makanan untuk makan siang. Tidak diketahui pasti berapa
banyak orang yang berada di dapur saat kejadian. Seorang satpam yang sedang
berjaga kemudian langsung mengambil APAR untuk memadamkan api tetapi api terlalu
besar untuk dipadamkan, sehingga pemadaman gagal. Saat itu rumah sakit sedang
ramai, pasien dan pengunjung berteriak panik dan berlarian berusaha menyelamatkan
diri sehingga suasana kacau. Asap mulai menyelubungi lantai dasar. Sistem sprinkler
tidak berfungsi. Listrik mendadak mati. Terdengar satu lagi ledakan susulan dari dalam
dapur, belum ada seorangpun yang berhasil masuk ke dalam dapur karena api terlalu
besar dan takut adanya ledakan susulan.
Keterangan: saat itu ruang hemodialisa penuh pasien, di lantai 2 kamar operasi sedang
berlangsung 1 operasi appendicitis dan 2 operasi caesar. Di UGD terdapat 2 pasien
korban kecelakaan yang sedang dilakukan pertolongan oleh dokter dan staff UGD.
Sebagian staff rumah sakit berikut dokter sedang mengikuti pelatihan di lantai 8
sehingga staff di lantai dasar kurang.