Anda di halaman 1dari 8

Tugas Landasan Pembelajaran

LANDASAN SOSIAL BUDAYA

KELOMPOK 5
HASNAWATI
ILMA MUSTAFA
LISMAWATI

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
LANDASAN SOSIAL BUDAYA

A. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN


1. Pengertian Pendidikan
Sama halnya dengan pengertian manusia, pengertian pendidikan banyak sekali ragam
dan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini tergantung dari sudut pandang masing-masing.
Menurut Driyakarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Crow and
Corw berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan
yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan
budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Sedangkan Ki Hajar Dewantara
juga berpendapat bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak.
John Dewey seorang ahli pendidikan di abad ke-19 di Amerika Serikat, dia mengatakan
The general theory of education yang berarti pendidikan adalah teori umum pendidikan. Di
bagian lain dia juga mengatakan Philosophy is the general theory of education yang berarti
filsafat adalah teori pendidikan. Di sini tampak bahwa Jonh Dewey tidak membedakan
antara filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, sebab pendidikan adalah teori umum
pendidikan.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah asas,
dasar atau fondasi yang memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan dalam rangka
untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, pada dasarnya
pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi
peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya
sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakuakan dalam bentuk
pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan.
2. Pengertian Sosiologi
Menurut etimologi sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata socious yang berarti
teman, dan logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Pengertian
tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau
masyarakat. Seiring dengan perkembangan sosiologi, para ahli telah memberikan definisi
dengan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti berikut ini. (Soerjono Soekamto,
2001:20).
Menurut Roucek dan Warren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
manusia dalam kelompok. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk
perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial,
lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial.
August Comte berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu terutama mempelajari
manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan
sesamanya.
Menurut Abu Ahmadi Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam
kelompok. Sudut pandangnya ialah memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan
individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas
konsep-konsep dan prinsip-prinsip menganai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan
perkembangan pribadi.
Sosiologi juga dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang masyarakat dan tentang
aspek kehidupan manusia yang diambil dari “kehidupan di dalam masyarakat”(Ensiklopedi
Ilmu-ilmu Sosial).
Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sosiologi umum yang menyelidiki
gejala sosio-kultural secara umum, dan sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi
umum yang menyelidiki aspek kehidupan sosio-kultural secara mendalam, salah satunya
adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. empiris : bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
b. teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan dalam waktu lama
dan dapat diwariskan kepada generasi muda
c. komulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
d. nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.

Dari beberapa pendapat diatas dapat tarik persamaan dari pengertian sosiologi, yakni
sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan
antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.

3. Pengertian Kebudayaan
Menurut Taylor kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Imran Hasan
mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat
berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat sitiadat dan nilai-nilai
kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
4. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Abu Ahmadi berpendapat, sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan
yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah
sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio-kultural yang terdapat dalam
masyarakat dan negaranya. Beliau juga menyatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu
dengan orang lain (education sociology should be centered bout the process of inter-
learning-learning from one another). Sanapiah Faisal berpendapat tentang sosiologi
pendidikan yakni :
1) Analisis terhadap pendidikan selaku alat kemajuan sosial;
2) Sebagai pemberi tujuan bagi pendidikan;
3) Hubungan antara sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat;
4) Hubungan antara manusia dalam persekolahan;
5) Hubungan antara sekolah dengan masyarakat; dan peranan pendidikan di
masyarakat.
Sedangkan Gunawan mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis
atau pendekatan sosiologis.
Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat di atas menganai pengertian sosiologi
pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi
manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja
sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
B. SOSIOLOGI DAN PENDIDIKAN
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi
khusus adalah sosiologi pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan
meliputi : 1) interaksi guru-siswa; 2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra
sekolah; 3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan; 4) sistem masyarakat dan pengaruhnya
terhadap pendidikan. Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor-faktor berikut:
1. Imitasi atau peniruan
2. Sugesti, yang akan terjadi apabila jika seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan
atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas.
3. Identifikasi, yang berusaha menyamakan dirinya denga orang lain secara sadar ataupun di
bawah sadar.
4. Simpati, yang akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain.
Untuk mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru harus menciptakan
situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada
diri peserta didik. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial
dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu :
1) kontak antarindividu;
2) kontak antarindividu dengan kelompok atau sebaliknya;
3) kontak antarkelompok.
Kini kita lanjutkan dengan pembahasan kelompok sosial, dimana kelompok sosial ini
berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, atau karena
cita-cita yang sama. Dalam dunia pendidikan kelompok sosial ini dapat berbentuk kelompok
personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di
rumah dan sebagainya. Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang
istilah dinamika yang stabil. Suatu kelompok sosial dinamis yang stabil, artinya kelompok ini
berusaha maju mengikuti arah perkembangan zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu
dan teknologi dengan tetap memperhatikan kestabilan kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan
tiga prisip yang melandasi kestabilan kelompok, yaitu integritas, ketenangan dan konsensus.
Untuk menciptakan dinamika yang stabil di sekolah, sebaiknya sekolah sebagai micro order
atau keteraturan kecil (Broom,1988) atau sekolah kecil sebagai masyarakat kecil.
Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai, dan sekolah-sekolah harus
memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada peserta didik di sekolah. Wuradji (1988)
mengemukakan sekolah sebagai kontrol sosial dan sebagai perubahan sosial. Tugas-tugas
pembinaan mental tersebut harus sejalan dengan salah satu pasal dalam UU pendidikan RI yang
mengatakan bahwa sekolah/pemerintah, orang tua, siswa dan masyarakat secara bersama-sama
bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan.
C. KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang
berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima
pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula
pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup
segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam
kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek
yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu
kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat
dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan
proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan
dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan
budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai
salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi
anak dalam mengembangkan dirinya.
D. FUNGSI SOSIAL BUDAYA TERHADAP PENDIDIKAN
Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia
pendidikan yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis
dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan
berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki
kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara bengsa.
2. Transmisi budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat
penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan
tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat
pendidikan tinggi.
3. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang
dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi
melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga
pendidikan.
4. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati
dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5. Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai
selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga
pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah
memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.
E. DAMPAK KONSEP PENDIDIKAN
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu
makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya
dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep
pendidikan.
a) Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya
b) Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk
wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan
c) Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan
d) Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar
e) Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh
manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan
juga dapat mengubah kebudayaan anak. (Made Pidarta, 1997:191-192).
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ruswandi, Uus. Hermawan Heris, A. Nurhamzah. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan
Mandiri.
Sutikno Sobry, M. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Tim Sosiologi. 2003. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai