Anda di halaman 1dari 8

KONSEP KANGURU MODEL CARE

Untuk memenuhi nilai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Okti Tejaningsih, S.Kep., Ners

Disusun Oleh :

1. Dwi Intan Rahayu (150711023)


2. Fajriyah Ismayanti (150711025)
3. Fatiyah Alganis (150711030)
4. Fitri Amelinda Febiyanti (150711002)
5. Mela Nopiyanti (150711001)
6. Melisah (150711016)
7. Nuryani (150711022)
8. Sumiah (150711006)
9. Tika Kartika (161711030)
10. Yull Azizah (150711003)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2017
A. KONSEP KANGURU MODEL CARE

1. Pengertian Perawatan Model Kanguru


PMK adalah bentuk interaksi orang tua dengan bayinya dimana ibu atau keluarga lain
menggendong banyinya dengan kontak kulit dengan kulit pada posisi vertikal, kepala
diantara payudara selama 60 menit atau lebih (Indrasanto, et al.2008).

2. Empat Komponen Perawatan Model Kanguru


a. Skin to skin contact, kontak kulit dengan kulit pada bayi baru lahir dengan ibu
dapat dilakukan dengan awal dan terus menerus dalam waktu yang lama.
b. Exlusive breastfeeding, banyak bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram
dengan pemberian ASI ekslusive dapat meningkatkan berat badan secara adekuat.
c. Physical, emotional and education support, perawat dan staf medis harus
memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
d. Early discharge and follow up, ibu tetap melakukan PMK terus menerus dirumah
sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. (Shetty. 2007).

3. Manfaat Metode Kanguru bagi bayi dan ibu


a. Menurunkan resiko pada neonatus dengan mengupayakan paparan bakteri dari
ibu. Bakteri ibu akan berkolonisasi di usus dan kulit bayi serta menghalangi
bakteri yang lebih berbahaya dari lingkungan.
b. Menurunkan apne dan meningkatkan oksigenisasi dengan cara membuat nafas
neonatus teratur.
c. Menurunkan bradikardi dengan cara membuat denyut jantung neonatus teratur.
d. Memulai pemberian ASI dini dan efektif.
e. Meningkatkan jangka waktu laktasi.
f. Menurunkan pengeluaran kalori
g. Meningkatkan status perilaku yang optimal
h. Mendorong kelekatan dan ikatan emosional orang tua.
i. Meningkatkan berat badan.
j. Memperpendek waktu rawat inap. (Indrasanto, et al, 2008).
B. PENATALAKSANAAN KANGURU MODEL CARE

1. Teknik Model Kanguru


a. Letakkan bayi diantara payudara ibu dengan kaki bayi dibawah payudara ibu dan
bayi diatasnya.
b. Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit dengan kulit) dengan kepala
bayi menoleh pada satu sisi (kiri atau kanan).
c. Gunakan baju kanguru untuk membungkus dengan nyaman ibu dan bayi bersama.
d. Letakkan bagian tengah dari kain menutupi bayi di dada ibu.
e. Bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu dibawah lengannya ke
punggung ibu.
f. Silangkan ujung kain dibelakang ibu, bawa kembali ujung kain didepan.
g. Ikat ujung kain untuk mengunci dibawah bayi.
h. Topang kepala bayi dengan menarik pembungkus ke atas hanya sampai telinga
bayi. (WHO, 200; Indrasanto, et al. 2008).

Menurut Indrasanto, et al. (2008) sebagian besar perawatan tetap dapat dilakukan
meskipun pada posisi perawatan metode kanguru termasuk menyusui. Bayi hanya
dilepaskan dari kontak kulit dengan kulit, saat :

a. Mengganti pokok, dimandikan, dan perawatan tali pusar.


b. Penilaian klinis sesuai jadwal yang ditentukan rumah sakit.

Kontak kulit dengan kulit harus dimulai secara bertahap dengan transisi secara
hati-hati dari asuhan konvensional menjadi PMK kesinambungan. Sesi selama kurang
dari 60 menit dihindari karena perubahan yang terlalu sering akan membuat bayi
stress. Waktu kontak kulit dengan kulit diperpanjang secara bertahap agar menjadi
selama mungkin. Ibu bisa tidur dengan bayi yan diletakkan dengan posisi kanguru
yang benar (Indrasanto, et al. 2008).
2. Hal-hal yang harus diperhatikan saat dilaksanakan Perawatan Metode Kanguru
a. Suhu
Bayi yang cukup minum ASI dan dalam kondisi kontak kulit dengan kulit, dapat
dengan mudah mempertahankan suhu tubuh normalnya (antara 36,5-37,5oC). saat
PMK dimulai, ukur suhu tubuh aksila setiap 6 jam hingga stabil selama 3 hari
berturut-turut. Setelahnya pengukuran dilakukan hanya dua kali sehari (Suradi et
al, 2009).
b. Pernafasan
Penelitian menunjukan bahkan kontak kulit dengan kulit dapat membuat
pernapasan lebih teratur pada bayi kurang bulan dan bisa menurunkan insidensi
apne. Ibu harus dianjurkan untuk mengenal apnea, mengetahui kapan harus
malekukan intervensi segera dan mencari pertolongan. Ibu bisa mengusap
punggung atau kepala bayi untuk menstimulasi pernafasan, atau dengan cara
menimbang bayi. Jika bayi tidak bernafas, ibu harus segera memanggil tenaga
kesehatan dan tenaga kesehatan harus segera merespon panggilan minta bantuan
dari ibu (Indrasanto, et al. 2008).
c. Tanda Bahaya
Menurut WHO (2003) dan Suradi, et al. (2009) ibu harus mengenali tanda
bahayadan memberikan perawatan yang diperlukan :
1. Sulit bernafas, retraksi, merintih
2. Bernafas sangat lambat atau perlahan.
3. Apne yang sering dan lama.
4. Bayi teraba dingin, suhu tubuhnya dibawah normal meskipun dijaga
kehangatannya.
5. Sulit minum, bayi tidak bangun untuk minum, berhenti minum atau muntah.
6. Kejang, Diare dan
7. Kulit menjadi kuning.
d. Nutrisi (ASI)
Setiap ibu memproduksi ASI yang khusus untuk bayinya, tapi ibu dari bayi
kurang bulan menghasilkan ASI rendah laktosa yang penting untuk pencernaan
karena bayi kurang bulan tidak mempunyai laktosa. Kandungan ASI akan berubah
sesuai pertumbuhan neonatus. ASI terutama kolostrum kaya kan antibodi,
immonuglobin, yang melindungi tubuh dari infeksi. Mengandung zat anti infeksi
lainnya (Suradi et al, 2009).
C. EVIDENCE BASE OF KANGAROO MODEL CARE

1. Silvia, Yelmi Reni Putri, Elharida Gusnila (2015) dengan judul “Pengaruh
Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Lahir
Rendah”.
Menurut Silvia, Yelmi Reni Putri, Elharida Gusnila (2015) Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi BBLR
di ruang inap perinatology RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimental dengan rancangan one
group pretest posttest design, dan pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan sampel 10 orang. Hasil penelitian di dapatkan rata-rata
berat badan bayi sebelum perawatan metode kanguru adalah 1738,60 gram,
sedangkan setelah dilakukan perawatan metode kanguru berat badan bayi meningkat
menjadi 1766,90 gram, dengan peningkatan berat badan sebanyak 28,30 gram
dimana p value = 0.00 (α< 0.05 ). Penelitian ini hanya dilakukan selama 10 hari.
Setelah dilakukan Terapi Kangguru maka peneliti menganalisa bahwa
peningkatan berat badan bayi ini akan erat kaitanya dengan peningkatan berat badan
bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor banyak factor, salah satunya adalah
kemampuan bayi dalam menghisap ASI. ASI merupakan komponen yang sangat
penting dalam pertumbuhan bayi. ASI yang diminum bayi harus sesuai dengan
kebutuhan bayi itu sendiri. Dalam perawatan metode kanguru frekuensi ibu dalam
memberikan ASI lebih teratur dan tepat waktu. Karena bayi selalu berada dalam
dekapan ibu dan dalam kondisi bila bayi sudah mersa haus dan memerlukan ASI
maka bayi akan mencari sendiri puting susu ibu dalam baju kangurunya, sehingga hal
ini juga mambantu bayi dam memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan cairanya.
Kemudian hal tersebut juga membantu bayi meningkatkan kemampuan dalam
menyusui karena reflek menghisap bayi akan selalu terasah dan terlatih serta
hubungan batin ibu dan bayi akan lebih baik lagi karena kontak langsung yang
diberikan ibu kepada bayinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan September sampai
November tahun 2014 tentang pengaruh perawatan metode kanguru terhadap
perubahan berat badan bayi BBLR di ruang inap perinatologi RSUD dr.Achmad
Mochtar Bukittinggi tahun 2014 diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Rata-rata
berat badan bayi sebelum dilakukan perawatan metode kanguru dengan nilai
Mean=1738.60, Standar deviasi= 248.664, 95% CI=1916.48-1560.71. Berat badan
bayi sesudah dilakukan perawatan metode kanguru dengan nilai nilai Mean=
1766.90, Standar Deviasi= 250.293, 95% CI= 1945.94-1587.85. Perbedaan antara
rata-rata berat badan sebelum dan sesudah Perawatan Metode Kanguru adalah 28.30
gram per hari dengan p value 0,000. Bagi ibu yang memiliki bayi BBLR untuk dapat
melakukan perawatan metode kanguru secara continue karena sangat bermanfaat
untuk bayi dan juga ibu bayi. Perawatan metode kanguru dapat dilakukan oleh ibu
dirumah hingga berat bayi mencapai ± 2500 gram, jika ibu lelah bisa digantikan oleh
ayah atau anggota keluarga lain dengan syarat kebersihan diri dan bayi tetap terjaga.

2. Hj. Nurlaila, Rahmawati Shoufiah, Sri Hazannah (2015) dengan judul


“Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) dengan Kejadian
Hipotermi Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)”.
Hj. Nurlaila, Rahmawati Shoufiah, Sri Hazannah (2015) mengatakan Angka
kejadian BBLR masih tinggi dan beresiko bayi mengalami hipotermi yang
berdampak pada kematian bayi sehingga perlu adanya perawatan yang komprehensif
untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi BBLR Metode Kanguru merupakan
salah satunya metode perawatan yang lebih efektif dan efisien, akan tetapi
keberhasilan pelaksanaan PMK dipengaruhi oleh ibu dalam melaksanakan PMK agar
bayi tidak mengalami hipotermi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada BBLR di RSUD
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan
rancangan penelitian crosssectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
accidental sampling sebanyak 30 responden. Analisa univariat dengan distribusi
frekuensi dan analisa bivariat dengan uji statistik ANOVA pada taraf signifikan α
0,05.
Hasil penelitian dengan Analisa Univariat Kejadian Hipotermi Hasil
pengukuran suhu badan pada bayi baru lahir diperoleh data nilai rata-rata (mean)
36.123, nilai median 37,nilai standar deviasi 1,0341, nilai standar error 0,1888, nilai
minimum 34,5 dan nilai maksimum 37,5. Pelaksanaan PMK Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebanyak 11orang (36,7%) melaksanakan
PMK dengan baik dan 19 orang (63,3%) melaksanakan PMK tidak baik.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan PMK semakin baik
suhu bayi BBLR. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pada kelompok
ibu yang melaksanakan PMK dengan baik tidak ada bayi yang menderita hipotermi
sebaliknya pada ibu yang tidak melak-sanakan PMK dengan baik sebagian besar
bayinya mengalami hipotermi.

3. Dr. Elwis Elias dan Dr. Balu Ramu. Dengan judul “Randomized Controlled
Study on Kangaroo Mother Care in the Management of Low Birth Weight
Babies” (2014).
Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi effeksi ibu kanguru peduli dalam
manajemen bayi dengan berat lahir rendah lebih dari perawatan metode
konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui keefektifan pengasuhan ibu dengan bayi BBLR dengan berat lahir
<2500gm dalam suhu regulation dan juga dalam promosi pertumbuhan, eksklusivitas
pemberian ASI, ikatan dan confiden dari ibu merawat bayi BBLR. Bahan dan metode
penelitian ini adalah 80 bayi lahir dengan berat lahir rendah lahir dan dirawat di
Indonesia NICU, Rajah Muthiah Medical College Hospital selama jangka waktu satu
tahun (Juni 2013 sampai Mei 2014) adalah diacak menjadi dua kelompok. 40 bayi
dikelola dengan Kangaroo Mother Care (KMC), sedangkan sisanya dari 40 bayi
dikelola dengan Conventional Method Care (CMC).
Hasil Dalam penelitian ini diamati bahwa sebelum intervensi tidak ada bayi
dengan hipotermia (<96,8 F) di KMC dan kelompok CMC. Pada kelompok KMC
17,5%, sedangkan di CMC kelompok 27,5% mengalami tekanan dingin (96,8 - 97,7)
sebelum intervensi. Namun setelah implementasi KMC dan CMC di masing-masing
kelompok selama satu jam, 100% dari KMC bayi mempertahankan suhu dalam
kisaran normal, dibandingkan dengan 12,5% pada kelompok CMC. Perbedaan ini
secara statistik signifikan ('p' nilai = 0,0254). Telah diamati bahwa 12,5% pada
kelompok CMC memiliki tekanan dingin (RR 0,12). Tak satu pun dari bayi-bayi itu
Pada kelompok KMC mengalami stres dingin atau hipertermia, menunjukkan bahwa
peraturan suhu lebih baik di KMC dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ibu
dengan KMC menunjukkan pemberian ASI lebih lama dan juga memberi lebih
banyak jumlah pakan per hari dibandingkan dengan kelompok CMC. Schmidt dkk.

D. DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi Rahmawati Siti. “Pengaruh Perawatan Kanguru”. Diunduh pada tanggal 25


November 2017 Pukul:13.00 WIB. lib.ui.ac.id/file?file=digital/20285372-
T%20Siti%20Dewi%20Rahmawati.pdf

2. Elias Elwis, Ramu Balu. “Randomized Controlled Study on Kangaroo Mother Care in
the Management of Low Birth Weight Babies” . Diunduh pada tanggal 25 November
2017 Pukul:13.00 WIB. https://www.ijsr.net/archive/v3i10/T0NUMTQyOTg=.pdf

3. Nurlaila, Shoufiah Rahmawati, Hazannah Sri. “Hubungan Pelaksanaan Perawatan


Metode Kanguru (PMK) dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)”. Diunduh pada tanggal 25 November 2017 Pukul:13.00 WIB.
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1022/952.

4. Silvia, Reni Putri Yelmi, Gusnila Elharida. “Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah”. Diunduh pada tanggal 25
November 2017 Pukul:13.00 WIB.
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/download/24/23.

Anda mungkin juga menyukai