Kimia pangan merupakan cabang ilmu kimia yang membahas komponen-komponen
kimia yang terdapat dalam pangan, baik komponen makro maupun komponen mikro, struktur kimia dan susunan komponen kimia dalam matriks pangan, peranan komponen kimia dalam sistem pangan, reaksi/perubahan kimia yang melibatkan komponen pangan, serta pengaruh reaksi kimia terhadap mutu, keawetan dan keamanan pangan. Komponen pangan segar dan pangan olahan dapat disusun oleh air, komponen kimia makro (karbohidrat yang dapat dicerna dan tidak dapat dicerna, lemak, serta protein) dan komponen mikro (vitamin larut lemak dan larut air, mineral makro, trace mineral, pigmen dan senyawa organik lainnya). Di antara komponen di atas, yang merupakan sumber energi adalah karbohidrat yang dapat dicerna (4Kkal/gram), lemak (9 Kkal/gram), dan protein (4 Kkal/gram). Setiap pangan segar dan pangan olahan memiliki komposisi kimia tertentu. Bahan tambahan pangan bukan bagian dari pangan segar. Bahan tambahan pangan ditambahkan ke dalam proses pengolahan pangan untuk memberikan sifat fungsional tertentu sehingga memperbaiki mutu atau umur simpan produk pangan. Di antara bahan tamabahan pangan banyak digunakan dalam pengolahan pangan adalah pemanis, pewarna, pengemulsi, pengawet, antioksidan, penguat rasa atau flavor, pengatur keasaman, pengental, pengeras, dan pengkelat logam (sekuestran). Komponen-komponen dalam pangan dapat berinteraksi dan bereaksi antara satu dengan yang lainnyatau dengan senyawa yang ada dilingkungan (misal oksigen dan uap air). Di antara reaksi-reaksi penting yang melibatkan komponen kimia dalam pangan adalah reaksi oksidasi lemakdan vitamin, reaksi hidrolisis lemak dan pati, reaksi kecoklatan enzimatis, reaksi kecoklatan non-enzimatis, karamelisasi, gelatinisasi pati, retrogradasi pati, serta denaturasi protein. Reaksi-reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh karateristik pangan (pH, aktivitas air, enzim/katalisator), kondisi pengolahan (suhu, tekanan dan homognisasi), dan kondisi penyimpanan (suhu, kelembaban relatif,oksigen, cahaya). Reaksi kimia yang terjadi dapat memengaruhi karakteristik dan mutu panga, baik yangdiinginkan maupun yang tidak diinginkan. Reaksi kimia yang melibatkan komponen pangan dapat terjadi bila energi minimal untuk terjadinya suatu reaksi atau energi aktivasi (Ea) tercapai. Laju reaksi kimia dapat mengikuti orde reaksi 0,1,2 dan seterusnya. Model persamaan Arrehenius dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh suhu terhadap laju reaksi kimia. Pustaka Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: Dian Rakyat