BAB II Fix.. Ver 2
BAB II Fix.. Ver 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi sering pada pria
daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara
55 dan 65 tahun. Pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15
sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak,
bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun. Umumnya
kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.1
2.1.3 Etiopatogenesis
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang ikut berperan.
Diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah
koloninya meningkat walaupun tada infeksi secara klinis tidak tampak.
Mungkin juga lewat mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi
bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm2.1
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada
berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel,
krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun.
Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila
terjadi di tangan. Dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan
parut. Pada sejumlah kasus, stres emosional dan minuman yang
mengandung alkohol dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi.
2
3
2.1.5 Histopatologi
Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal,
sebukan sel radang limfosit dan makrofag disekitar pembuluh darah.
Lesi kronis ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis dan
hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas
fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah.
Limfosit di epidermis mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan
yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar sel mas di dermis tipe
MCTC (mast cell tryptase).1
B. Tinea Korporis
a. Definisi
Tinea korporis adalah penyakit jamur superfisial yang
disebabkan oleh jamur kelompok dermatofita yang menyerang
daerah kulit tidak berambut (glabrous skin).5
b. Kriteria diagnosis5
1) Anamnesis
Ruam yang gatal di badan, ekstremitas atau wajah. Ada
riwayat kontak terhadap orang yang menderita, ataupun
hewan seperti anjing dan kucing.
2) Pemeriksaan fisik
Mengenai kulit berambut halus, keluhan gatal terutama
bila keringat, dan secara klinis tampak lesi berbatas tegas,
polisiklik, tepi aktif karena tanda radang lebih jelas, dan
polimorfi yang terdiri atas eritema, skuama, dan kadang
papul dan vesikel di tepi, normal di tengah (central
healing).
7
2.1.7 Tatalaksana
1. Umum
Sedapat-dapatnya mencari dan menghidari penyebab atau
faktor yang memprovokasi.2
2. Khusus
Pengobatan Sistemik4
a. Antihistamin oral golongan H1, misalnya hidroksisin HCL.
b. Pada kasus dermatitis numularis berat dan refrakter dapat diberi
kortikosteroid sitemik.
c. Pada anak dapat diberikan metotreksat dengan dosis 5-10 mg
perminggu.
Pengobatan Topikal4
a. Kompres pada lesi akut, misalnya dengan larutan permanganas
kalikus 1:10.000.
b. Antiinflamasi dan/atau antimiotik:
Pilihan utama: kortikosteroid topik potensi sedang hingga
kuat.
Pilihan lainya inhibitor kalsineurin seperti takrolismus dan
pimekrolismus, atau preparat tar.
c. Antibiotik bila ditemukan infeksi bakterial.
2.1.8. Prognosis
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama
berbagai interval sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25%
pernah sembuh untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah
bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.1