Anda di halaman 1dari 47

PEMERIKSAAN NERVUS

KRANIALIS I-VI
Astari Arum Cendani Goller

Pembimbing
dr.Ni Putu Witari Sp.S
NERVUS KRANIALIS
• Merupakan 12 pasang saraf
perifer yang berpangkal
pada otak dan batang otak.
• Berfungsi :
Motorik
Sensorik
Fungsi khusus ( pembauan,
penglihatan, pengecapan,
pendengaran, dan
keseimbangan.
NERVUS OLFACTORIUS
(N.I)
 Fungsi : sensorik khusus menghidu.

 Penilaian: Identifikasi zat yang dites.

 Syarat:
Pasien harus sadar dan kooperatif
Jalan nafas bebas dari polip, atrofi, atau sekret.
Bahan yang digunakan tidak mengiritasi serta dapat dikenali oleh
pasien( kopi, tembakau, kayu manis atau zat yang secara umum
dikenali oleh pasien)
Identifikasi:

• Pasien diberitahu bahwa daya penciumannya


hendak diperiksa

• Pasien mengidentifikasi apa yang tercium bila


suatu zat didekatkan pada lubang hidungnya.

• Pemeriksaan dilakukan terlebih dahulu pada


lubang hidung yang dicurigai kelainan.

• Tutup salah satu lubang hidung pasien kemudian


letakan bebauan di depan lubang hidung yang
diperiksa, lalu suruh pasien untuk menghirup
nafas dan meminta mengidentifikasi baunya.
NERVUS OLFACTORIUS
(N.I)
Intepretasi:
Normosmia : mampu menghidu dengan tepat, tidak terganggu.

Anosmia : hilangnya daya penghidu

Hiposmia : daya penghidu menurun atau berkurang.

Hiperosmia : daya penghidu meningkat.

Parosmia : tidak dapat mengenali bau-bauan,

Kakosmia : mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.

Halusinasi penciuman : mencium sesuatu bau tanpa adanya rangsangan.


NERVUS OPTIKUS
(N II)

• Fungsi : sensorik khusus melihat

• Pemeriksaan :

1. Ketajaman penglihatan ( visus)

2. Lapangan pandang

3. Pemeriksaan fundus( funduskopi)

4. Pengenalan warna.
1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
• Syarat :

Ruang harus cukup terang

Singkirkan kemungkianan adanya gangguan visus karena adanya penyakit mata.


( Katarak, Uveitis, Glaukoma atau Korpus alenum )

• Pinhole test  menyaring apakah kelainan tajam penglihatan disebabkan gangguan refraksi
atau organic pada mata.

Kelainan Refraksi  Pinhole test membaik

Kelainan Organik  pinhole test menetap.


1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
A.Tabel Snellen
 Berdiri pada jarak 6 m – snellen
 Tiap mata dites secara terpisah dan ditutup pada salah satunya.
 Visus normal 6/6

B. Jari tangan
 Bila visus pasien < 6/60
 Pasien diminta untuk menyebutkan jari pemeriksa yang diperlihatkan
kepadanya.
 Normal  menghitung jari pada jarak 60 m
 Jika dapat memnghitung jari pada jarak 5 m 5/60
C. Gerakan Tangan
 Bila visus pasien < 1/60
 Pasien diminta menentukan arah gerakan tangan pemeriksa ( atas-
bawah,kanan-kiri)
 Normal  gerakan tangan dari jarak 300 m
 Jika dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 3 m  3/300

D. Lampu/Cahaya
 Bila visus pasien < 1/300
 Mata pasien disinari dengan lampu menentukan gelap atau terang.
 Normal  jarak tak terhingga.
 Jika dapat melihat cahaya pada jarak 1 m  1/ ᷉
 Jika tidak dapat melihat cahaya  no light perception.
2. Pemeriksaan Pengenalan Warna
Pemeriksaan persepsi warna pasien  Pelat berwarna
• Ishihara

Pemeriksaan persepsi warna pasien  benang wol berwarna


• Pasien diperintahkan untuk mengambil benang sesuai
dengan warnanya

Intepretasi dapat berupa:


• Normal
• Buta warna total
• Buta warna sebagian
3. Pemeriksaan Lapangan Pandang
(Konfrontasi)
• Metode:
• Tanpa Alat : Tes Konfrontasi
• Dengan Alat : Tes Kampimeter/Perimeter

• Persiapan :
• Pasien harus kooperatif
• Pasien diberi penjelasan tes yang akan dilakukan.
3. Pemeriksaan Lapangan Pandang
(Konfrontasi)
1. Uji Konfrontasi

Teknik:

• Pemeriksa berhadapan dengan pasien pada jarak lebih kurang 50


cm

• Mata pasien diminta fokus pada mata pemeriksa,

• Pemeriksa menggerakan jari telunjuk dari perifer ke arah medial.

• Periksa mata secara bergantian, mata yg tidak diperiksa ditutup.

• Normal  bila pasien melihat pada saat yang bersamaan dengan


pemeriksa.
Lapang pandang normal:
• 90 - 100o pada sisi temporal
• 60o pada sisi nasal
• 50 – 60o pada sisi superior
• 60 – 75o pada sisi inferior

DeJong’s, 2009
2.Untuk lapang pandang sentral
• Meminta pasien untuk melihat wajah pemeriksa dan melaporkan bila
terdapat defek seperti hidung yang terlihat kabur.
Menguji lapang pandang sentral dengan benda kecil berwarna merah
atau putih dapat memperlihatkan adanya skotoma ukuran sedang
atau besar
• Menggunakan Amsler grid --> dapat mendeteksi secara sensitif
adanya skotoma
Skotoma
Area yang kehilangan penglihatan
pada lapangan pandang
penglihatan (Pathologic blind spot)

• Cara pemeriksaan:
- Menggunakan suatu objek yang
kecil yang diarahkan menuju
sentral/pusat penglihatan.
- Amsler Grid
- Tangent Screen Testing
Campbell, DeJong’s Neurologic Examination, 2012
Amsler Grid
• Menguji salah satu mata terlebih
dahulu dengan menutup salah satu
mata.
• Melihat amsler grid pada jarak
baca (30) cm.
• Fokuskan penglihatan pada satu
titik dan catat bila ada distorsi atau
bintik buta yang terlihat.

DeJong’s, 2009
Perimeter Goldmann
Tangent Screen Testing
 Ps duduk 1-2 m dari layar hitam yang
berukuran 1 atau 2 m2  fiksasi
pada titik tengah (mata yang lain
ditutup).

 Px menggerakkan 1-5 mm titik putih


ke lapangan pandang untuk mencari
blind spot fisiologis dan patologis
(scotoma)
Campbell, DeJong’s Neurologic Examination, 2012
Abnormalitas lapang pandang
• Skotoma  Area lapang pandang yang mengalami defek (bintik buta
patologis)
• Hemianopia  Defek penglihatan pada separuh lapang pandang pada
masing – masing mata dan tidak menyeberang meridian vertikal
lapang pandang.
Intepretasi :

Hemianopsi

 H. Heteronim

 H. Binasalis

 H. Bitemporalis

 H.Homonim

 Quadrantanopsia
3.Pemeriksaan Funduskopi
Syarat :
• Ruangan pemeriksaan gelap  sedikit pencahayaan latar belakang

• Pemeriksa memegang oftalmoskop dgn tangan kanan

• Tangan kiri pemeriksa memfiksasi dahi pasien’

• Mata kanan pasien diperiksa dg mata kanan pemeriksa, begitu sebaliknya

• Pemeriksa mengevaluasi fundus mata pada jarak 30 cm kemudian perlahan


mendekat sampai jarak 1-2 cm.

• Selanjutnya mendekatkan ke mata pasien,

Evaluasi :

 Keadaan papil

 Makula

 Retina
4. Pemeriksaan Fundus
• Normal
Bentuk bulat / sedikit oval

Warna jingga muda

Bagian temporal sedikit pucat

Batas tegas, bagian nasal agak


kabur

Cup di tengah papil dan


berwarna terang.

Vena : arteri 3:2


Pemeriksaan Fundus

• Papil Edema : papil hiperemis, batas papil kabur, cupping

menghilang.

• Papil Atrofi Primer : papil pucat, batas tegas, cupping (+)

• Papil Atrofi Sekunder : papil pucat, batas tidak tegas, cupping (-)
Stadium (Stage) Papiledema
• Early

Hiperemia diskus

Dilatasi kapiler pada permukaan diskus

Optic disc swollen superior, inferior,


temporal, nasal

Perdarahab peripapiler

Pulsasi vena (-) , bila TIK meningkat > 200


mmH2O
• Fully Developed / Established
 Papil edema memburuk, serabut saraf
membengkak  mengaburkan batas / tepi diskus.

 Kongesti vena dan perdarahan peripapiler semakin


nyata dengan eksudat & cotton wool spot

 Peripapiler retina menjadi konsentrik / kdg


kelihatan radial tampak sebagai garis Paton.
• Chronic Papilledema
 Papil edema menetap > 1 bulan diskus
yang hiperemis menjadi abu-abu / pucat
 central cup hilang

 Selanjutnya diskus  bola-bola kecil


mengkilat warna putih (pseudo drusen)
NERVUS OKULOMOTOR, TROKLEAR, ABDUSENS
N III,IV,VI

 PEMERIKSAAN :

1. inspeksi saat istirahat FUNGSI :


 kedudukan bola mata  Kedudukan bola mata
 observasi celah kelopak mata.
 Gerakan bola mata
2. Inspeksi saat bergerak
 Gerakan bola mata sesuai perintah  Pupil dan kelopak mata
 Gerakan bola mata mengikuti obyek yang
bergerak.
3. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil.
1. Saat Istirahat
• Perhatikan posisi bola mata 
• Simetris
• Strabismus  diperjelas dengan uji
cover
• Deviasi konjugee
• Krisis okulogirik
• Nistagmus
Perhatikan posisi atau celah kelopak mata 
• Celah kelopak mata normal  9 – 12 mm
• Celah kelopak mata melebar  exophthalmos, proptosis
• Celah kelopak mata menyempit  enophthalmos, ptosis, blefarospasmus
2. Gerakan Bola Mata
Penilaian gerak bola mata yang mengikuti obyek
yang bergerak :

• Pasien harus kooperatif

• Jelaskan maksud pemeriksaan

• Fiksasi kepala  hanya mata yg bergerak


mengikuti gerakan obyek

• jarak obyek 0,5 – 1 meter.

• Meminta pasien untuk melihat dan mengikuti


gerakan jari.
Doll’s Eye Movement

 Dapat dilakukan pada pasien tidak sadar


Intepretasi :
 Salah satu tangan memegang bagian dahi
pasien, dan memfiksasi kedua kelopak mata • (+)  gerakan bola mata berlawanan
pasien, tangan yang lain memegang dagu dengan arah gerakan kepala.
pasien.
• (-)  bola mata mengikuti gerakan
 Kepala tidak dirotasikan secara cepat ke kanan
kepala
dan ke kiri
Uji Cover - uncover
The Cover & Uncover Test

• Dilakukan untuk memeriksa adanya slight strabismus

• Prinsip : untuk dapat melihat sebuah benda dengan baik,


dibutuhkan kerja sama dan fiksasi yang baik dari kedua
mata.

• Pada org normal baik saat cover / uncover fiksasi kedua


mata tetap dan tidak menunjukan deviasi

• Pada pasien dg strabismus pada saat cover didapatkan


deviasi dan saat uncover posisi mata akan kembali
Nistagmus
• Sikap dan kedudukan bola mata ditentukan oleh impuls optic
• Kedua impuls tersebut diatur dan dikoordinasikan pada nukleus
vestibularis dan serebelum
• Hasil olahan akan diteruskan ke nucleus III< IV< VI
• Gangguan akan terjadi gerakan bola mata bolak-balik.
3. Pemeriksaan Fungsi dan Reaksi Pupil

Perhatikan
• Ukuran pupil  normalnya berdiameter 2 – 6 mm
• Bentuk pupil  normalnya bulat, dengan pinggiran reguler dan halus
• Posisi pupil  normalnya di tengah
• Perbedaan pupil kanan dan kiri  isokor / anisokor

Pemeriksaan refleks pupil


• Refleks cahaya langsung
• Refleks konsensuil (cahaya tidak langsung)
• Refleks pupil akomodatif
• Refleks Marcus-Gunn
3. Pemeriksaan Fungsi dan Reaksi
Pupil
A. Refleks Cahaya
 Nilai kembali kedua pupil

 Fiksasi pandangan pasien pada suatu objek

 Beri rangsangan cahaya pada salah satu mata  nilai kontraksi pupil
pada mata tersebut dan mata sebelahnya.

 Intepretasi:

• Kontraksi pupil mata yang diperiksa (+)  reflex cahaya langsung


(+)

• Kontraksi pupil mata yang sebelahnya (+)  reflex cahaya


konsensual (+)
B. Refleks Pupil Akomodatif /
Konvergensi
 Pasien sadar dan kooperatif

 Fiksasi mata pasien  meminta pasien melihat


obyek yang jauh.

 Arahkan mata pasien pada jari pemeriksa yang


diletakkan di depan padangan pasien, dan
meminta pasien untuk tetap melihat cari
pemeriksa

 Dekatkan perlahan mendekati mata pasien  nilai


pupil pasien

 Intepretasi :

• Refleks akomodatif (+) jika ada kontraksi


pupil ( miosis )
Interpretasi
Normal :
 Bentuk pupil : bulat reguler
 Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm
 Posisi pupil : ditengah-tengah
 Isokor
 Reflek cahaya langsung (+)
 Reflek cahaya konsensuil (+)
 Reflek akomodasi/konvergensi (+)
Refleks Pupil

Lesi N III Kanan Lesi N II kanan


OD OS OD OS
Pupil Midriasis Biasa Pupil Agak midriasis Biasa
R.Cahaya Langsung - + R.Cahaya Langsung - +
R.Cahaya Tidak - + R.Cahaya Tidak + _
Langsung Langsung
R.Konvergensi - + R.Konvergensi + +
NERVUS TRIGEMINUS
NV

Pemeriksaan :
• Fungsi Motorik N Trigeminus

• Fungsi Sensorik N Trigeminus

• Refleks Trigeminal
Fungsi Motorik N.V
 Menggigit gigi sekuat-kuatnya
Palpasi kontraksi otot masseter dan temporalis kanan dan
kiri jika ada kelumpuhan  otot maseter dan temporalis
tidak berkontraksi atau kontraksinya lemah.

 Membuka mulut lebar-lebar


Lihat deviasi dagu ke kanan atau ke kiri (deviasi ke sisi lesi)

Kekuatan otot maseter


Letakkan spatel lidah di atas deretan geraham kiri lalu
perintahkan untuk menggigit kayu itu sekuat-kuatnya,
lakukan juga pada sisi kananBandingkan bekas gigitan
pada spatel, lubang gigitan pada sisi yg lumpuh lebih
dangkal.
Fungsi Sensorik N.V
 Pasien kooperatif

 Memberitahukan kepada pasien pemeriksaan


yang akan dilakukan dan yang harus dijawab
oleh pasien.

 Lakukan pemeriksaan rasa raba, suhu dan nyeri

 Intepretasi :

 Normal : gangguan sensibilatas (-)

 Kelainan : Anastesi, Analgesi, Termanestesi.


Refleks Trigeminus (N.V)

Refleks Kornea

Lakukan sentuhan secara halus dengan ujung


kapas pada bagian mata yang arahnya
berlawanan dengan pandangan mata

Intepretasi :

(+) jika ada gerakan menutup mata.


Refleks Korneomandibular
 lakukan sama dengan reflex kornea

 (+)  kontraksi dari M.Pterygoid lateral yang ipsilateral dan gerakan dagu ke arah yang berlawanan.

Refleks Nasal Becterew


 Menggelitik mukosa hidung

 (+)  terjadi kontraksi wajah ipsilateral


Refleks Rahang ( Jaw Refleks)

 Pasien diminta untuk sedikit membuka mulut dan


posisi dagu dalam keadaan rileks

 Lakukan ketokan ringan dengan menggunakan


hammer reflex pada pertengahan dagu/ perantara
jari pemeriksa.

 Nilai respon gerakan mandibula untuk menutup


mulut

 Intepretasi :

• Abnormal  jika ada gerakan menutup mulut


berlebihan
Refleks Snout
• Dilakukan rangsangan ringan berupa ketokan menggunakan hammer reflex / dengan goresan cepat
dengan tongue spatel di daerah filtrum dari bibir bagian atas

• Intepretasi  ada gerakan mencucu dari kedua bibir, khususnya bagian bawah.

Refleks Menetek
• Bila bibir disentuh dnegan pensil  pasien cenderung menyedot pensil tersebut.

• Sering terdapat pada Bayi o.k proses myelinisasi yang belum sempurna dan pada orang tua dengan
brain atrofi.
Refleks Bersin
• stimulasi mukosa hidung pasien dengan
menggunakan kapas.

• Akan muncul kontraksi dari daerah hidung, kedua


mata menutup dan diikuti oleh inhalasi yang kuat
 BERSIN

Trismus
• Kejang otot-otot mengunyah yang tiba-tiba dan
kuat, dimana gigi dirapatkan sampai menggeretak
dan mulut sulit dibuka.

Anda mungkin juga menyukai