dan Biosorpsi
Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung
Abstrak
Limbah merupakan suatu zat yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau usaha
yang sifatnya dimaksudkan untuk dibuang atau diharuskan untuk dibuang. Limbah ini
biasanya bukan hanya dihasilkan dari kegiatan produksi suatu industri saja namun
laboratorium yang merupakan tempat seorang ilmuan melakukan suatu riset ilmiah
atau eksperimen pun dapat menghasilkan limbah yang disebut sebagai limbah
laboratorium. Limbah laboratorium ini merupakan suatu zat sisa yang dihasilkan dari
hasil suatu percobaan, eksperimen ataupun praktikum yang sifatnya juga berbahaya.
Baik limbah Laboratorium maupun limbah industri mengandung berbagai
senyawa berbahaya termasuk logam berat. Ion logam berat sebagai (unsur) pencemar
lingkungan telah muncul sebagai fokus perhatian utama dalam beberapa dekade
terakhir karena unsur logam ini memberikan efek tidak dapat diperbaiki di
lingkungan [1]. Kadmium menjadi salah satu dari logam berat yang telah terdaftar
sebagai unsur yang bersifat karsinogen Kategori-I oleh Badan Nasional untuk
Penelitian Kanker dan sebagai kelompok unsur karsinogen Kelompok-I oleh Badan
Perlindungan Lingkungan AS (EPA) [1].
Pada tahun 1960 di Itai Jepang telah terjadi pembuangan limbah yang
mengandung logam berat kadmium secara besar-besaran hingga tidak dapat
terkendali dan kasus ini menjadi hal yang menarik perhatian masyarakat disana
selama lebih dari satu abad [2]. Akibat pembuangan limbah yang mengandung
kadmium ini menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan dari rute
paparan masuknya unsur ini ke dalam tubuh melalui oral dan sampai pada ginjal.
Kadmium juga dapat menyebabkan demineralisasi tulang, baik secara langsung
maupu secara tidak langsung yang akan menyebabkan disfungsi ginjal [2]. Overdosis
kadmium dalam tubuh juga dapat menyebabkan penumpukan protein dalam urin dan
gangguan metabolism kalium [2].
Untuk itu Organisasi Kesehatan Dunia, Agensi Perlindungan Lingkungan AS
serta UE telah menetapkan batasan maksimum tingkat konsentrasi kadmium dalam
limbah domestik sebesar 0,055 mg/L serta Badan Perlindungan Lingkungan AS telah
menetapkan 2 mg / L sebagai batas debit yang diizinkan dari konsentrasi kadmium
yang dilepas ke badan air [2]. Apalagi IS 10500 telah mengatur batas maksimal yang
diizinkan untuk unsur Kadmium ada dalam air minum sebesar 0,003 mg/L [2].
Untuk itu sejumlah proses atau metode telah dikembangkan untuk
penghilangan atau penurunan konsentrasi kadmium dari pembuangan air limbah.
Beberapa proses atau metode ini seperti presipitasi, koagulasi / flokulasi, pertukaran
ion / ekstraksi pelarut, sementasi, kompleksasi, operasi elektrokimia, operasi biologis,
adsorpsi, evaporasi, filtrasi, dan proses membran [2]. Namun pada artikel ini
mengusulkan dua metode untuk penghilangan dan penurunan konsentrasi logam
kadmium dalam air limbah yaitu dengan menggunakan metode adsorpsi dan
biosorpsi. Pada metode adsorpsi menggunakan ampas kopi dari kafetaria sebagai
adsorben dan untuk metode biosorpsi menggunakan organisme hidup (bakteri) alga
biru hijau Anabaena spaerica sebagai biosorben.
Metode adsorpsi dianggap cukup menarik dalam hal efesiensi transfernya dari
larutan encer. Meskipun, penggunaannya tersedia secara komersial seperti karbon
aktif dan zeolit memiliki harga yang mahal. Dengan demikian, ada permintaan yang
terus meningkat untuk menemukan penyerap yang lebih efesien, biaya rendah dan
mudah tersedia untuk adsorpsi kadmium terutama untuk penggunaannya untuk
adsorben limbah [1]. Para peneliti menemukan adsorben yang berasal dari limbah
sayuran seperti: limbah teh, hasil degradasi biji kopi, serbuk gergaji, pohon pakis,
chitosan, limbah minyak zaitun, limbah jus jeruk dan zaitun batuan sisa [1].
Sedangkan untuk metode biosorpsi merupakan teknologi yang menjanjikan tidak
hanya untuk menghilangkan logam berat dan pewarna tetapi pemulihan logam mulia
(PM) dari fasa cairan [3]. Biosorpsi ini menjadi salah satu teknologi yang muncul dan
menarik untuk menghapus logam berat dari larutan berair (limbah cair) [4]. Berbagai
biomassa (organisme hidup) seperti bakteri, ragi, jamur, dan ganggang diketahui
dapat dijadikan biosorben untuk penghilangan logam berat. Artikel ini menunjukan
bahwa ganggang dapat digunakan sebagai biosorben terutama dalam bentuk sel mati
sedangkan biosorben mikroalga (rumput laut) memiliki kinerja dan efesiensi yang
lebih tinggi pada daerah biosorpsi yang lebih spesifik [4]. Ganggang biru-hijau
(Cyanobacteria) termasuk Dunaliella, Spirulina (Arthrospira), Nostoc, Anabaena,
dan Synechococcus adalah contoh khas yang menunjukkan potensi sebagai biosorben
untuk menghilangkan logam berat secara efisien dari air limbah. Cyanobacteria
memiliki beberapa kelebihan dibanding yang mikroorganisme lain termasuk lendir
dengan volume yang lebih besar, afinitas pengikatan tinggi, luas permukaan besar,
dan nutrisi sederhana dimana persyaratan Cyanobacteria mudah dibudidayakan
dalam skala kultur laboratorium dan biaya yang diperlukan rendah untuk proses
biosorpsinya sendiri [4].
Untuk itu pada artikel ini dilakukan pengolahan limbah logam berat dengan
menggunakan metode adsorpsi menggunakan ampas kopi dari kafetria dan metode
biosorpsi dengan menggunakan biomassa ganggang biru hijau Anabaena spaerica
sebagai biosorben.
Metode Percobaan
1. Metode Adsorpsi
a. Preparasi adsorben
Adsorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah (ampas) bubuk kopi
yang datang dari kafetaria. Preparasinya hanya dilakukan diudara sekitar dan
kemudian disaring.
Percobaan adsorpsi dilakukan secara batch pada suhu kamar. Adsorben yang
telah dibuat ditambahkan pada larutan kadmium dan dibiarkan selama beberapa
waktu. Setelah sampai pada interval waktu tertentu dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring. Analisis kadmium dilakukan dengan menggunakan
metode SSA pada panjang gelombang 228,8 nm.
e. Adsorpsi Kinetik
f. Studi Termodinamika
Alga hijau biru dikumpulkan dan disimpan pada media yang mengandung
makroelemen: K2HPO4, MgSO4, CaCl2, asam sitrat Na2EDTA, Na2CO3 dan besi
ammonium sitrat. Kultur alga yang terbentuk kemudian diinkubasi pada suhu 24 ±
2°C. setelah itu dilakukan sentrifugasi selama 10 menit pada 5000 rpm. Setelah itu
biomassa alga dicuci dengan menggunakan air suling sebanyak lima kali untuk
menghindari terdapatnya garam. Kemudian dilakukan pengeringan dengan cara di
masukan ke oven pada suhu 40°C sampai beratnya konstan. Setelah itu biomassa
yang telah kering diayak dengan menggunakan saringan berukuran 0,2 mm dan
disimpan botol polipropilen.
Garam logam yang digunakan dalam pembuatan larutan standar logam ialah
CdCl2/5H2O. kemudian larutan air limbah dipersiapkan dengan menipiskan stok
standar konsentrasi 1000 mg / L masing-masing logam. Deionisasi air digunakan
dalam semua percobaan.
c. Metode analitik
- Determinasi dari konsentrasi logam
- Pengaruh pH
1. Metode Adsorpsi
Gambar I pemindaian Mikroskop Elektron dari ampas kopi dengan perbesaran yang
berbeda.
Kemudia untuk operasional parameter yang digunakan seperti waktu kontak,
dosis adsorben, pengaruh larutan pH, pengaruh ukuran partikel adsorben dan
pengaruh temperature didapatkan untuk waktu kontak dilihat dari perbedan beberapa
massa adsorben yang digunakan dimana konsentrasi awal kadmium yang ditetapkan
sebesar 100 mg/L [6]. pH larutan pada 7 dan diameter partikel pada rentang antara
0,63 dan 0,85 mm [6]. penyerapan awal tingkat penyerapan kadmium terjadi selama 1
jam selanjutnya laju adsorpsinya menjadi lebih konstan. Semakin lama waktu kontak
maka terjadi penurunan konsentrasi kadmium yang cukup signifikan. Umumnya,
ketika adsorpsi melibatkan suatu proses reaksi permukaan, adsorpsi awal akan
berlangsung cepat [7]. Kemudian, seperti adsorpsi yang lebih rendah akan mengikuti,
sebagai adsorpsi penarikan secara bertahap menurun, yang konsisten dengan
penelitian yang dilaporkan sebelumnya. Menurut hasil yang diperoleh dari massa
yang berbeda adsorben, waktu ekuilibrium yang ditemukan adalah 120 menit.
Sementara untuk pengaruh dosis adsorben dapat diketahui Dosis Adsorben
merupakan parameter penting karena ini menentukan kapasitas adsorben untuk
konsentrasi awal yang diberikan dari adsorbat pada kondisi operasi. Efekdasar dosis
kopi, bervariasi dari 3 hingga 24 g, ke adsorpsi Cd2+ [5]. Jelas bahwa persen
penghapusan ion logam meningkat dengan bertambahnya berat ampas kopi sampai 9
g [8]. Namun, setelah hampir semua Cd2 + teradsorpsi, kontribusi dari bubuk kopi
tambahan akan menjadi tidak signifikan. Dengan bertambahnya dosis adsorben, lebih
banyak area permukaan tersedia untuk adsorpsi untuk meningkatkan aktifitas adsorbsi
kemudian membuat penetrasi lebih mudah ion logam ke sorpsi. Dari hasil ini
diperoleh dosis adsorben optimal sama dengan 9 g.
2. Metode Biosorpsi
Biosorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga hijau biru (A. sphaerica)
dikumpulkan dari air Sungai Nil dan dimurnikan dan digarap kembali dalam medium
BG11 [9]. Data yang disajikan menunjukkan ada berbagai bentuk A. sphaerica
seperti filament klaster soliter atau bebas, sel-sel berbentuk silinder berbentuk silinder
atau bulat dan sel-sel terminal berbentuk bola atau sedikit memanjang. Pengaruh nilai
pH pada biosorpsi ion Cd (II) ke A. sphaerica biomassa dievaluasi dan hasilnya
disajikan jelas bahwa maksimum biosorpsi untuk Cd (II) mencapai 84,5% pada pH
5,5 [9]. Karena itu, semua eksperimen dilakukan pada pH 5,5 untuk Cd. Hasil saat ini
menunjukkan bahwa biosorpsi Cd (II) ditingkatkan dengan meningkatkan nilai pH.
Ini karena, pada pH rendah, konsentrasi muatan positif (proton) meningkat di
permukaan biomassa, yang dibatasi pendekatan kation logam ke permukaan biomassa
karena tolakan muatan. Seiring peningkatan pH, konsentrasi proton menurun dan
permukaan biomassa lebih bermuatan negatif. Biosorpsi yang bermuatan ion positif
meningkat sampai mencapai biosorpsi maksimum mereka sekitar pH 5,5 Cd (II).
Efisiensi biosorpsi maksimum Cd (II) terjadi pada nilai pH yang berbeda. efek waktu
kontak pada biosorpsi ion Cd (II) gunakan A. sphaerica [10]. Hasil ini menunjukkan
bahwa biosorpsi kedua logam cepat dalam 20 menit pertama kemudian secara
bertahap meningkat sampai kesetimbangan tercapai pada 60 dan 90 menit untuk Cd,
dan kemudian biosorpsi menjadi hampir konstan. Oleh karena itu, waktu kontak 60
dan 90 menit digunakan sebagai waktu optimal untuk Cd untuk sisa percobaan. Laju
biosorpsi ion Cd (II) menggunakan A. sphaerica tampaknya terjadi dalam dua
langkah; biosorpsi permukaan yang sangat cepat pada langkah pertama dan difusi
intraseluler lambat langkah kedua [10].
Kesimpulan
1. Metode Adsorpsi
Kapasitas bubuk kopi yang belum diolah untuk menghilangkan Cd (II) dari larutan
berair yang ditunjukkan dalam penelitian ini, menyoroti potensinya untuk proses
pengolahan limbah. Eksperimen kinetik menunjukkan bahwa adsorpsi cepat dan
kapasitas adsorpsi maksimum tercapai dalam 120 menit. Efeknya beberapa parameter
untuk menghilangkan cadmium seperti adsorben dosis, pH larutan awal, ukuran
partikel adsorben, Konsentrasi awal Cd (II) dan suhu telah dipelajari. Ukuran partikel
tidak berpengaruh pada penghapusan kadmium, hasil ini sangat penting dan
mengarahkan kita untuk menggunakan adsorben ini langsung sebagai sampah tanpa
perawatan apa pun. Proses adsorpsinya meliputi fungsi konsentrasi adsorben, pH,
konsentrasi ion logam dan suhu, dengan parameter optimal yang ditemukan adalah:
dosis adsorben = 9 g, pH 7 dan suhu ambien (20 ◦C). Dengan nilai pH 7, model
isotherm Langmuir sesuai dengan data eksperimen dibandingkan dengan model
Freundlich dan D-R. Kapasitas adsorpsi minimum masing-masing mencapai
15.65mg/L. Namun, model Freundlich cocok dengan data eksperimen untuk nilai pH
4 dan 2,5. Untuk semua suhu yang dipelajari, harga adsorpsinya ditemukan mengikuti
kinetika orde kedua . Hasilnya menunjukkan bubuk kopi itu dapat digunakan sebagai
murah, efektif dan mudah digunakan untuk adsorben untuk penghilangan kadmium
dalam limbah cair dan larutan berair.
2. Metode Biosorpsi
Daftar pustaka
[1] N Azouoaou, Z Sadaoui, A Djaafri, and H Mokaddem, "Adsorption of Cadmium
from Aqueous Solution onto Untreated CoffeeGgrounds," Journal of Hazardous
Materials, vol. 184, pp. 126-134, August 2010.
[4] Azza M Abdel, Nabila S Ammar, Hany H Abdel Ghafar, and Rizka K Ali,
"Biosorption of Cadmium and Lead from Aqueous Solution," Journal of
Advanced Research, vol. 4, pp. 367-374, August 2013.
[5] Yunsong Zhang, Weiguo Liu, Li Zang, Meng Wang, and Maojun Zhao,
"Application of bifunctional Saccharomyces cerevisiae to remove lead(II) and,"
Applied Surface Science, vol. 257, pp. 9809-9816, June 2011.
[6] Rakesh Kumar Sharma and G Archana, "Cadmium minimization in food crops
by cadmium resistant plant," Applied Soil Ecology, vol. 107, pp. 66-78, May
2016.
[7] Tushar Kanti Sen and Meimoan Velyny Sarzali, "Removal of cadmium metal
ion (Cd2+) from its aqueous solution," Chemical Engineering Journal, vol. 142,
pp. 256-262, September 2007.
[8] Fei Huang et al., "Biosorption of Cd(II) by live and dead cells of Bacillus cereus
RC-1," Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, vol. 107, pp. 11-18, January
2013.
[10] Chao Chung Ho and Ming Shu Chen, "Risk assessment and quality improvement
of liquid waste management," Waste Management, vol. xxx-xxx, p. xxx,
September 2017.