Bab IV Indah
Bab IV Indah
BAB IV
ANALISA KASUS
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut terdapat tiga diagnosis
banding yaitu dermatitis atopik pada anak, prurigo hebra dan miliaria rubra.
Diagnosis banding dapat ditinjau dari epidemiologi, gejala klinis, daerah
predileksi dan efloresensinya. Bila ditinjau dari aspek epidemiologi, pada kasus ini
pasien berjenis kelamin perempuan berusia 3 tahun 4 bulan. Berdasarkan teori,
Dermatitis atopik umumnya 90% onset dermatitis atopik terjadi pada usia kurang dari
5 tahun dan banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan. 4,6,8 Insidensi prurigo hebra
sering terjadi pada anak berumur di atas satu tahun dan wanita lebih banyak daripada
pria. Sedangkan miliaria rubra mengenai semua umur, namun paling sering pada
anak. Frekuensi yang sama terjadi pada pria dan wanita.6
Meskipun sesuai dengan teori, namun hal ini belum dapat menyingkirkan
diagnosis banding.
Jika ditinjau dari anamnesis, pada kasus diketahui bahwa sejak 2 minggu
yang lalu An. A memiliki keluhan berupa timbul bintil kemerahan pada kedua lengan,
kedua tungkai kaki, dan sedikit pada bagian punggung. Bintil disertai rasa gatal yang
tidak disertai perih dan semakin hebat terutama pada malam hari, sehingga An. A
sering terbangun dari tidurnya dan sering menggaruk hingga tampak luka pada paha
kiri. Riwayat asma, rhinitis alergi, dan alergi makanan seperti telur, susu, kacang-
kacangan, dan makanan laut disangkal (tidak ada). Riwayat digigit serangga sebelum
keluhan disangkal (tidak ada). Ny. I mengatakan belum pernah melakukan
pengobatan ke dokter sebelumnya.
Berdasarkan teori, Dermatitis atopik adalah penyakit kulit berupa gangguan
inflamasi prurik kronis residif. Penderita dermatitis atopik pada anak memiliki lesi
bersifat kering sehingga jarang bahkan hampir tidak ditemukan eksudat, lesi banyak
berbentuk papul eritema dan lesi sekunder yang sering muncul seperti erosi,
ekskoriasi dan krusta akibat garukan. Lesi pada dermatitis atopik banyak terdapat di
lengan dan tungkai, biasanya bilateral. Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal
yang tidak disertai rasa perih dan hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih
hebat pada malam hari. Diperkirakan 30-40% bayi dan anak usia muda menderita DA
sedang sampai berat dengan alergi makanan sebagai faktor pencetus. Makanan yang
paling sering sebagai faktor pencetus antara lain telur, susu, gandum, kedelai, kacang
tanah dan ikan laut. DA merupakan manifestasi pertama dari triad atopik yaitu DA,
asma bronkial dan hay fever.3,4
Pada prurigo hebra penderita mengeluh selalu gatal dan timbul bintil-bintil
kecil setelah digigit serangga seperti nyamuk atau semut, kelainan yang khas juga
berupa papul-papul miliar tidak berwarna berbentuk kubah dan lebih mudah diraba
daripada dilihat. Keadaan umum penderita biasanya pemurung atau pemarah akibat
kurang tidur, kadang-kadang nasfu makan berkurang sehingga timbul anemia dan
malnutrisi. Kelenjar getah bening regional biasanya mengalami pembesaran, namun
tidak disertai infeksi, nyeri, tidak bersupurasi hanya teraba lebih lunak. 3 Sedangkan
pada miliaria rubra rasa gatal dan pedih terutama pada bagian tengah tubuh karena
32
tertutupi oleh pakaian. Lesi berupa makula eritematosa dengan papul atau vesikel
diatasnya berukuran miliar atau lebih kecil (1-2 mm).3,6
Berdasarkan teori tersebut, maka diagnosis banding dermatitis atopik lebih
mendekati dibandingkan prurigo hebra dan miliaria rubra. Hal ini juga didukung
dengan 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor Hanifin dan Rajka yaitu riwayat
dermatitis pada bagian fleksura/lipatan, riwayat kulit kering, terlihat dermatitis pada
bagian lipatan, kulit kering, dermatitis pada tangan dan kaki, serta kejadian dermatitis
pada infantil.
Berdasarkan daerah predileksi, Pada kasus keluhan timbul pada kedua lengan
dan kakinya. Berdasarkan teori, daerah predileksi pada dermatitis atopik paling
banyak terdapat di lengan dan tungkai, biasanya bilateral. Prurigo herba lokalisasinya
4
yaitu bagian ekstensor ekstremitas, dahi, dan abdomen. Sedangkan pada miliaria
rubra lokasi paling banyak adalah badan depan dan punggung.6
miliar, vesikel, erosi, eskoriasi, krusta, likenifikasi dan sedikit skuama. 3,4 Pada prurigo
hebra papul-papul miliar berbentuk kubah disertai vesikel kecil, ekskoriasi dan
likenifikasi.6 Sedangkan pada miliaria rubra lesi berupa makula eritematosa dengan
papul atau vesikel diatasnya berukuran miliar atau lebih kecil (1-2 mm).3,6
krusta kehitaman.
2. Farmakologi
Diberikan obat kortikosteroid topikal yaitu hidrokortison 1-2% dipakai 1-
2x/sehari selama 4 minggu untuk golongan rendah dan krim fluosionolon
asetonid 0,01% untuk golongan sedang, dipakai 1-2x/sehari selama 2 minggu.
Penderita merupakan anak-anak maka dipilih kortikosteroid golongan rendah
(VII) dan medium (VI), hal ini juga dipilih untuk mencegah resistensi
kortikosteroid. Pemilihan hidrokortison 1-2% dikarenakan sifatnya yang aktif
dalam topikal meskipun dengan penggunaan golongan rendah, sedangkan
fluosionolon asetonid 0,01% merupakan kortikosteroid yang lebih poten daripada
hidrokortison karena mengandung senyawa halogen sehingga efikasi dalam
terapi topikal lebih didapat. Pemilihan obat topikal dalam bentuk krim
dikarenakan mengingat umur anak, lokalisasi penyakit dan kulit anak yang masih
halus dan tipis. Pemakaian 1-2x/hari selama 2-4 minggu dikarenakan
kortikosteroid memiliki banyak efek samping jika dipakai dalam dosis besar dan
36
waktu lama/jangka panjang. Selain itu, diberikan selama 2 minggu karena lama
pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid
potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.3,9
Diberikan pelembab berupa natural moisturizing factor (urea 10% dalam
euserin hidrosa).bertujuan untuk memulihkan fungsi sawar kulit agar tidak
kering.
Diberikan obat penghambat kalsineurin yaitu tacrolimus krim 0,03%
dikarenakan obat ini tidak menyebabkan atrofi kulit sehingga lebih aman
digunakan daripada kortikosteroid berperan sebagai imunomodulator.10
Diberikan antihistamin berupa generasi kedua seperti ceterizin 5 mg/hari
karena memiliki efek antihistamin yang tinggi, efek sedasi minimal atau tidak
ada karena tidak dapat menembus sawar darah otak, dan masa kerja lebih lama.
Diberikan secara oral karena penggunaan antihistamin topikal dapat
menimbulkan sensitasi pada kulit. Cetirizine diberikan 1 x sehari karena lama
kerja cetirizine yaitu 12-24 jam.2,9
Untuk menghitung jumlah obat topikal yang diresepkan, sebaiknya
menggunakan ukuran “finger tip unit”. Pada laki-laki 1FTU setara dengan 0,5
gram setara dengan 312 cm2, sedangkan pada perempuan 1 FTU setara dengan
0,4 gram setara dengan 257 cm2. Bayi dan anak-anak kira-kira 1/4 atau 1/3 nya,
sehingga untuk anak perempuan yaitu 1/3 dari 0,4 gram = 0,13 gram.
Lesi pada An. A (3 tahun 4 bulan) bersifat regional yaitu terdapa pada
daerah tangan dan kaki sehingga dapat menggunakan jumlah FTU yang tertera
pada Tabel 4.6, dan didapatkan perhitungan FTU yaitu 10 FTU. Maka 10 FTU x
37
(1/3 x g pada dewasa) adalah 10 FTU x 0,13 gram = 1,3 g untuk satu kali aplikasi.
Pemakaian obat selama 2 minggu (14 hari x 1,3 g), jadi total krim yang diberikan
adalah 18,2 g.
Prognosis quo ad vitam, quo ad functionam dan quo ad cosmetica adalah
bonam karena predileksi lesi merupakan ekstremitas atas dan bawah sehingga
tidak mengacam nyawa dan tidak menyebabkan gangguan organ tubuh.
Sedangkan untuk quo ad sanationam adalah malam karena dermatitis atopik
merupakan penyakit kronik residif .
38
BAB V
KESIMPULAN
1. Pada kasus memiliki empat diagnosis banding yaitu dermatitis atopik, dermatitis
kontak alergi, dermatitis serboroik dan miliaria rubra berdasarkan epidemiologi,
gejala klinis, predileksi dan efloresensinya.
2. Diagnosis kerja pada kasus ini yaitu dermatitis atopik dengan lesi berupa papul
eritem disertai ekskoriasi dan krusta, predileksi terjadi pada bagian lengan,
tungkai dan bersifat bilateral. Keluhan yang dirasakan penderita rasa gatal
terutama pada malam hari.
3. Tatalaksana dermatitis atopik non farmakologi adalah menjelaskan kepada pasien
mengenai penyakit seperti pengertian, faktor pemicu kekambuhan penyakit,
merawat kuku agar tetap pendek, dan hindari menggaruk lesi yang gatal.
Menjelaskan pada keluarga bahwa penyakit ini bersifat kambuhan/residif,
sehingga menghindari faktor pencetus adalah hal yang baik untuk meminimalisir
kekambuhan. Sedangkan, farmakologi pada pengobatan topikal menggunakan
kortikosteroid golongan rendah atau medium seperti krim hidrokortison 1-2%
dan krim fluosionolon asetonid 0,01%. Pengobatan sistemik berupa ceterizin 5
mg/hari.
39
DAFTAR PUSTAKA