Anda di halaman 1dari 14

26

BAB IV
ANALISA KASUS

Diagnosa pada kasus ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik dan


pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pada laporan kasus ini membahas mengenai
pasien An. A perempuan berusia 3 tahun 4 bulan yang memiliki keluhan berupa
timbul bintil kemerahan pada kedua lengan dan tungkai kaki. Berdasarkan teori
bahwa secara epidemiologi DA banyak terjadi pada usia kurang dari 5 tahun lebih
dari separuh pasien DA mulai setelah usia 2 bulan dan sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki.4,6,8
Dari anamnesis yang dilakukan dengan ibu pasien, didapatkan bahwa sejak 2
minggu yang lalu Ny. I mengatakan bahwa An. A memiliki keluhan berupa timbul
bintil kemerahan pada kedua lengan, kedua tungkai kaki, dan sedikit pada bagian
punggung. Bintil disertai rasa gatal yang tidak perih dan semakin hebat terutama pada
malam hari, sehingga An. A sering terbangun dari tidurnya. An. A sering menggaruk
hingga tampak luka pada paha kiri.
Berdasarkan teori keluhan yang timbul pada DA fase anak antara lain
rangsangan menggaruk sering di luar kendali sehingga terjadi lingkaran setan “siklus
gatal-garuk”, kemudian lesi bersifat kering sehingga jarang bahkan hampir tidak
ditemukan eksudat, lesi banyak berbentuk papul eritem. Garukan pada lokasi yang
gatal dapat menimbulkan lesi sekunder seperti ekskoriasi dan krusta. Lokasi lesi pada
DA fase anak yaitu di bagian lengan atas dan bawah meliputi lipat siku, siku,
pergelangan tangan, dan punggung tangan. Selain itu, lesi juga mengenai bagian
tungkai atas dan bawah meliputi paha, lutut, lipat lutut, pergelangan kaki, dan mata
kaki.3,4 Gejala utama DA adalah gatal yang tidak disertai perih dan hilang timbul
sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari sehingga dapat
mengganggu kualitas tidur penderita.3
Riwayat asma, rhinitis alergi, dan alergi makanan seperti telur, susu, kacang-
kacangan, dan makanan laut disangkal (tidak ada). Riwayat digigit serangga sebelum
27

keluhan disangkal (tidak ada). Ny. I mengatakan belum pernah melakukan


pengobatan ke dokter sebelumnya.
Berdasarkan teori riwayat genetik dan atopik lainnya pada keluarga maupun
penderita (biasanya rhinitis alergik, asma dan urtikaria) berperan dalam penyakit
DA.1,2,3 Faktor pencetus kekambuhan DA yang berasal dari makanan yang paling
sering adalah telur, susu, gandum, kedelai, kacang tanah dan ikan laut. 8 Riwayat
digigit serangga sebelum munculnya keluhan ditanyakan untuk menyingkirkan
diagnosis banding prurigo hebra.3,6
Kejadian yang sama pernah terjadi sebelumnya saat An. A berusia 2 tahun,
namun bintil kemerahan tidak sebanyak sekarang. Berdasarkan teori DA merupakan
penyakit yang bersifat residif/kambuhan, sehingga penyakit ini akan sering dialami
penderita jika tidak dapat menghindari faktor pemicu dengan baik.2
Riwayat keluhan gatal juga dimiliki oleh Ayah An. A, namun gatal dirasakan
saat sedang berkeringat. Berdasarkan teori DA merupakan penyakit yang diturunkan,
bila salah satu orangtua memiliki riwayat atopi maka separuh jumlah anaknya akan
mengalami gejala atopik.3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio brachialis dextra et sinistra,
antebrachialis sinistra, femoralis dextra lateralis, cruris dextra et sinistra terdapat
papul eritema, multipel, reguler, miliar, diskret. Pada regio antebrachialis dextra
terdapat papul eritema, multipel, reguler, miliar, diskret disertai ekskoriasi. Pada regio
femoralis sinistra lateralis terdapat papul eritema, multiple, reguler, miliar, diskret
disertai krusta kehitaman. Hal ini sesuai dengan teori yaitu kelainan kulit pada DA
anak dimulai dengan lebih banyak papul eritem, lesi kering tidak begitu eksudat yang
apabila terjadi garukan berulang dapat menimbulkan lesi sekunder seperti erosi,
ekskoriasi, krusta.3,4

Tabel 4.1. Perbandingan tinjauan pustaka dermatitis atopik dengan kasus


Kasus Dermatitis Atopik
Epidemiologi  Pasien berjenis kelamin  Jenis kelamin perempuan lebih banyak
perempuan daripada laki-laki
28

 Berusia 3 tahun 4 bulan.  Sebanyak 90% onset DA terjadi pada


usia kurang dari 5 tahun
Anamnesis  Sejak 2 minggu yang  Lesi bersifat kering sehingga jarang
lalu Ny. I mengatakan bahkan hampir tidak ditemukan eksudat,
bahwa An. A memiliki lesi banyak berbentuk papul eritem dan
keluhan berupa timbul sering muncul lesi sekunder seperti
bintil kemerahan pada erosi, ekskoriasi dan krusta akibat
kedua lengan, kedua garukan
tungkai kaki, dan sedikit  Predileksi lesi banyak terdapat di lengan
pada bagian punggung. dan tungkai, biasanya bilateral
Bintil disertai rasa gatal  Gejala utama dermatitis atopik ialah
yang hebat terutama gatal, dapat hilang timbul sepanjang
pada malam hari, hari, tetapi umumnya lebih hebat pada
sehingga An. A sering malam hari. Gatal tidak disertai rasa
terbangun dari tidurnya perih.
dan sering menggaruk  DA merupakan manifestasi pertama dari
hingga tampak luka triad atopik yaitu DA, asma bronkial
pada paha kiri. Gatal dan hay fever
tidak disertai rasa perih  Diperkirakan 30-40% bayi dan anak
usia muda menderita DA sedang sampai
 Riwayat asma, rhinitis berat dengan alergi makanan sebagai
alergi, dan alergi faktor pencetus. Makanan yang paling
makanan seperti telur, sering sebagai faktor pencetus antaralain
susu, kacang-kacangan, telur, susu, gandum, kedelai, kacang
dan makanan laut tanah dan ikan laut.
disangkal (tidak ada).  Gejala pada DA tidak diawali dengan
Riwayat digigit gigitan serangga
serangga sebelum  Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit
keluhan disangkal (tidak kulit berupa gangguan inflamasi prurik
ada). Ny. I mengatakan kronis residif. Kejadian DA diselingi
belum pernah oleh fase relaps dan remisi.
melakukan pengobatan  bila salah satu orangtua memiliki
ke dokter sebelumnya. riwayat atopik maka separuh jumlah
29

 Kejadian yang sama anaknya akan mengalami gejala atopik


pernah terjadi
sebelumnya pada saat
An. A berusia 2 tahun,
namun bintil kemerahan
tidak sebanyak
sekarang.

 Riwayat keluhan gatal


juga dimiliki oleh Ayah
An. A, namun gatal
dirasakan saat sedang
berkeringat.

Predileksi  Keluhan timbul pada  Lesi pada dermatitis atopik banyak


kedua ekstremitas atas terdapat di lengan dan tungkai, biasanya
dan bawah bilateral

Efloresensi  Regio brachialis dextra  Ditemukan eritema, papul, vesikel


et sinistra, sampai erosi, eskoriasi, krusta, dan
antebrachialis sinistra, likenifikasi
femoralis dextra  Biasanya DA pada anak, lesi lebih
lateralis, cruris dextra kering, tidak begitu eksudatif, lebih
et sinistra terdapat banyak papul, likenifikasi, dan sedikit
papul eritema, skuama
multipel, reguler,  Garukan dapat menimbulkan lesi
miliar, diskret. sekunder seperti erosi, ekskoriasi,
krusta, sedikit skuama dan likenifikasi
 Pada regio
 Lokasi lesi serupa dengan DA pada
antebrachialis dextra
dewasa yaitu di lipat siku, siku, lipat
terdapat papul eritema,
lutut, lutut, tangan, pergelangan tangan,
multipel, reguler,
kaki, pergelangan kaki, kelopak mata,
miliar, diskret disertai
leher dan jarang di muka
ekskoriasi.
30

 Pada regio femoralis


sinistra lateralis
terdapat papul eritema,
multipel, reguler,
miliar, diskret disertai
krusta kehitaman..

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut terdapat tiga diagnosis
banding yaitu dermatitis atopik pada anak, prurigo hebra dan miliaria rubra.
Diagnosis banding dapat ditinjau dari epidemiologi, gejala klinis, daerah
predileksi dan efloresensinya. Bila ditinjau dari aspek epidemiologi, pada kasus ini
pasien berjenis kelamin perempuan berusia 3 tahun 4 bulan. Berdasarkan teori,
Dermatitis atopik umumnya 90% onset dermatitis atopik terjadi pada usia kurang dari
5 tahun dan banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan. 4,6,8 Insidensi prurigo hebra
sering terjadi pada anak berumur di atas satu tahun dan wanita lebih banyak daripada
pria. Sedangkan miliaria rubra mengenai semua umur, namun paling sering pada
anak. Frekuensi yang sama terjadi pada pria dan wanita.6
Meskipun sesuai dengan teori, namun hal ini belum dapat menyingkirkan
diagnosis banding.

Tabel 4.2. Diagnosis Banding Berdasarkan Epidemiologi


Kasus Dermatitis Prurigo Hebra Miliaria
Atopik Rubra
Epidemiologi Pasien berjenis Perempuan Perempuan lebih Tidak ada perbedaan
kelamin lebih banyak banyak dari pria epidemiologi berdasar
perempuan dan dari pria dan dan sering terjadi jenis kelamin, namun
berusia 3 tahun 90% pada usia pada anak di atas 1 berdasar umur sering
4 bulan kurang dari 5 tahun terjadi pada anak-anak.
tahun
31

Jika ditinjau dari anamnesis, pada kasus diketahui bahwa sejak 2 minggu
yang lalu An. A memiliki keluhan berupa timbul bintil kemerahan pada kedua lengan,
kedua tungkai kaki, dan sedikit pada bagian punggung. Bintil disertai rasa gatal yang
tidak disertai perih dan semakin hebat terutama pada malam hari, sehingga An. A
sering terbangun dari tidurnya dan sering menggaruk hingga tampak luka pada paha
kiri. Riwayat asma, rhinitis alergi, dan alergi makanan seperti telur, susu, kacang-
kacangan, dan makanan laut disangkal (tidak ada). Riwayat digigit serangga sebelum
keluhan disangkal (tidak ada). Ny. I mengatakan belum pernah melakukan
pengobatan ke dokter sebelumnya.
Berdasarkan teori, Dermatitis atopik adalah penyakit kulit berupa gangguan
inflamasi prurik kronis residif. Penderita dermatitis atopik pada anak memiliki lesi
bersifat kering sehingga jarang bahkan hampir tidak ditemukan eksudat, lesi banyak
berbentuk papul eritema dan lesi sekunder yang sering muncul seperti erosi,
ekskoriasi dan krusta akibat garukan. Lesi pada dermatitis atopik banyak terdapat di
lengan dan tungkai, biasanya bilateral. Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal
yang tidak disertai rasa perih dan hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih
hebat pada malam hari. Diperkirakan 30-40% bayi dan anak usia muda menderita DA
sedang sampai berat dengan alergi makanan sebagai faktor pencetus. Makanan yang
paling sering sebagai faktor pencetus antara lain telur, susu, gandum, kedelai, kacang
tanah dan ikan laut. DA merupakan manifestasi pertama dari triad atopik yaitu DA,
asma bronkial dan hay fever.3,4
Pada prurigo hebra penderita mengeluh selalu gatal dan timbul bintil-bintil
kecil setelah digigit serangga seperti nyamuk atau semut, kelainan yang khas juga
berupa papul-papul miliar tidak berwarna berbentuk kubah dan lebih mudah diraba
daripada dilihat. Keadaan umum penderita biasanya pemurung atau pemarah akibat
kurang tidur, kadang-kadang nasfu makan berkurang sehingga timbul anemia dan
malnutrisi. Kelenjar getah bening regional biasanya mengalami pembesaran, namun
tidak disertai infeksi, nyeri, tidak bersupurasi hanya teraba lebih lunak. 3 Sedangkan
pada miliaria rubra rasa gatal dan pedih terutama pada bagian tengah tubuh karena
32

tertutupi oleh pakaian. Lesi berupa makula eritematosa dengan papul atau vesikel
diatasnya berukuran miliar atau lebih kecil (1-2 mm).3,6
Berdasarkan teori tersebut, maka diagnosis banding dermatitis atopik lebih
mendekati dibandingkan prurigo hebra dan miliaria rubra. Hal ini juga didukung
dengan 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor Hanifin dan Rajka yaitu riwayat
dermatitis pada bagian fleksura/lipatan, riwayat kulit kering, terlihat dermatitis pada
bagian lipatan, kulit kering, dermatitis pada tangan dan kaki, serta kejadian dermatitis
pada infantil.

Tabel 4.3. Diagnosis Banding Berdasarkan Gejala Klinis


Kasus Dermatitis Prurigo Hebra Miliaria
Atopik rubra
Anamnesis  sejak 2 minggu  lesi bersifat  Lesi berupa  Lesi berupa makula
yang lalu Ny. I kering sehingga papul-papul Eritematosa dengan
mengatakan jarang bahkan berwarna papul atau vesikel
bahwa An. A hampir tidak merah, diatasnya berukuran
memiliki ditemukan selanjutnya miliar atau lebih
keluhan berupa eksudat, lesi papul menjadi kecil (1-2 mm).
timbul bintil banyak menjadi
kemerahan pada berbentuk papul runcing dan  rasa gatal dan perih
kedua lengan, eritem dan timbul vesikel,
kedua tungkai terdapat lesi ekskoriasi dan
kaki, dan sedikit sekunder seperti likenifikasi.
pada bagian ekskoriasi dan
punggung. Bintil krusta  Keluhan
disertai rasa diawali dengan
gatal yang tidak  Gatal lebih hebat rangsangan
perih dan pada malam hari berupa gigitan
semakin hebat dan tidak serangga
terutama pada disertai rasa
malam hari, perih  Gatal jarang
sehingga An. A dipengaruhi
33

sering terbangun keringat dan


dari tidurnya. tidak
An. A sering bertambah pada
menggaruk malam hari
hingga tampak
luka pada paha
kiri.

Berdasarkan daerah predileksi, Pada kasus keluhan timbul pada kedua lengan
dan kakinya. Berdasarkan teori, daerah predileksi pada dermatitis atopik paling
banyak terdapat di lengan dan tungkai, biasanya bilateral. Prurigo herba lokalisasinya
4
yaitu bagian ekstensor ekstremitas, dahi, dan abdomen. Sedangkan pada miliaria
rubra lokasi paling banyak adalah badan depan dan punggung.6

Tabel 4.4. Diagnosis Banding Berdasarkan Tempat Predileksi


Kasus Dermatitis Prurigo Hebra Miliaria
Atopik Rubra
Predileksi kedua lengan paling banyak Paling banyak Lokasi paling
dan kakinya. di lengan dan di distal lengan banyak adalah
tungkai dan dan tungkai, badan depan dan
biasanya biasanya punggung.6
bilateral. simetris

Jika ditinjau berdasarkan efloresensinya, pada kasus diketahui bahwa pada


regio brachialis dextra et sinistra, antebrachialis sinistra, femoralis dextra lateralis,
cruris dextra et sinistra terdapat papul eritema, multipel, reguler, miliar, diskret. Pada
regio antebrachialis dextra terdapat papul eritema, multipel, reguler, miliar, diskret
disertai ekskoriasi. Pada regio femoralis sinistra lateralis terdapat papul eritema,
multiple, reguler, miliar, diskret disertai krusta kehitaman.
Berdasarkan teori, pada dermatitis atopik pada anak ditemukan kelainan kulit
berupa lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, eritem, papul/vesikel berukuran
34

miliar, vesikel, erosi, eskoriasi, krusta, likenifikasi dan sedikit skuama. 3,4 Pada prurigo
hebra papul-papul miliar berbentuk kubah disertai vesikel kecil, ekskoriasi dan
likenifikasi.6 Sedangkan pada miliaria rubra lesi berupa makula eritematosa dengan
papul atau vesikel diatasnya berukuran miliar atau lebih kecil (1-2 mm).3,6

Tabel 4.5. Diagnosis Banding Berdasarkan Efloresensi


Kasus Dermatitis Prurigo Hebra Miliaria
Atopik rubra
Efloresensi regio brachialis lesi lebih Papul-papul makula eritematosa
dextra et sinistra, kering, tidak miliar berbentuk dengan papul atau
antebrachialis begitu kubah disertai vesikel diatasnya
sinistra, femoralis
eksudatif, vesikel kecil, berukuran miliar atau
dextra lateralis,
eritem, ekskoriasi dan lebih kecil ( 1-2 mm)
cruris dextra et
papul/vesikel likenifikasi
sinistra terdapat
berukuran
papul eritema,
multipel, reguler,
miliar, vesikel,

miliar, diskret. erosi, eskoriasi,


Pada regio krusta,
antebrachialis likenifikasi dan
dextra terdapat sedikit skuama
papul eritema,
multipel, reguler,
miliar, diskret
disertai
ekskoriasi. Pada
regio femoralis
sinistra lateralis
terdapat papul
eritema, multiple,
reguler, miliar,
diskret disertai
35

krusta kehitaman.

Pemeriksaan penunjang pada kasus tidak diperlukan kecuali bila ada


keraguan klinis. Hal ini dikarenakan peningkatan kadar IgE dalam serum juga dapat
terjadi pada sekitar 15% orang sehat. Gambaran histopatologi dari dermatitis atopik
tidak khas sehingga pemeriksaan histopatologi juga tidak terlalu berarti. 2

Penatalaksaan dalam kasus ini berupa:


1. Non farmakologi
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai Menjelaskan kepada keluarga pasien
mengenai penyakit DA seperti pengertian, faktor pemicu kekambuhan
penyakit, merawat kuku agar tetap pendek, dan hindari menggaruk lesi yang
gatal.
b. Menjelaskan pada keluarga bahwa penyakit ini bersifat kambuhan/residif,
sehingga menghindari faktor pencetus adalah hal yang baik untuk
meminimalisir kekambuhan.

2. Farmakologi
Diberikan obat kortikosteroid topikal yaitu hidrokortison 1-2% dipakai 1-
2x/sehari selama 4 minggu untuk golongan rendah dan krim fluosionolon
asetonid 0,01% untuk golongan sedang, dipakai 1-2x/sehari selama 2 minggu.
Penderita merupakan anak-anak maka dipilih kortikosteroid golongan rendah
(VII) dan medium (VI), hal ini juga dipilih untuk mencegah resistensi
kortikosteroid. Pemilihan hidrokortison 1-2% dikarenakan sifatnya yang aktif
dalam topikal meskipun dengan penggunaan golongan rendah, sedangkan
fluosionolon asetonid 0,01% merupakan kortikosteroid yang lebih poten daripada
hidrokortison karena mengandung senyawa halogen sehingga efikasi dalam
terapi topikal lebih didapat. Pemilihan obat topikal dalam bentuk krim
dikarenakan mengingat umur anak, lokalisasi penyakit dan kulit anak yang masih
halus dan tipis. Pemakaian 1-2x/hari selama 2-4 minggu dikarenakan
kortikosteroid memiliki banyak efek samping jika dipakai dalam dosis besar dan
36

waktu lama/jangka panjang. Selain itu, diberikan selama 2 minggu karena lama
pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid
potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.3,9
Diberikan pelembab berupa natural moisturizing factor (urea 10% dalam
euserin hidrosa).bertujuan untuk memulihkan fungsi sawar kulit agar tidak
kering.
Diberikan obat penghambat kalsineurin yaitu tacrolimus krim 0,03%
dikarenakan obat ini tidak menyebabkan atrofi kulit sehingga lebih aman
digunakan daripada kortikosteroid berperan sebagai imunomodulator.10
Diberikan antihistamin berupa generasi kedua seperti ceterizin 5 mg/hari
karena memiliki efek antihistamin yang tinggi, efek sedasi minimal atau tidak
ada karena tidak dapat menembus sawar darah otak, dan masa kerja lebih lama.
Diberikan secara oral karena penggunaan antihistamin topikal dapat
menimbulkan sensitasi pada kulit. Cetirizine diberikan 1 x sehari karena lama
kerja cetirizine yaitu 12-24 jam.2,9
Untuk menghitung jumlah obat topikal yang diresepkan, sebaiknya
menggunakan ukuran “finger tip unit”. Pada laki-laki 1FTU setara dengan 0,5
gram setara dengan 312 cm2, sedangkan pada perempuan 1 FTU setara dengan
0,4 gram setara dengan 257 cm2. Bayi dan anak-anak kira-kira 1/4 atau 1/3 nya,
sehingga untuk anak perempuan yaitu 1/3 dari 0,4 gram = 0,13 gram.

Tabel 4.6. Pedoman TFU untuk Anak

Lesi pada An. A (3 tahun 4 bulan) bersifat regional yaitu terdapa pada
daerah tangan dan kaki sehingga dapat menggunakan jumlah FTU yang tertera
pada Tabel 4.6, dan didapatkan perhitungan FTU yaitu 10 FTU. Maka 10 FTU x
37

(1/3 x g pada dewasa) adalah 10 FTU x 0,13 gram = 1,3 g untuk satu kali aplikasi.
Pemakaian obat selama 2 minggu (14 hari x 1,3 g), jadi total krim yang diberikan
adalah 18,2 g.
Prognosis quo ad vitam, quo ad functionam dan quo ad cosmetica adalah
bonam karena predileksi lesi merupakan ekstremitas atas dan bawah sehingga
tidak mengacam nyawa dan tidak menyebabkan gangguan organ tubuh.
Sedangkan untuk quo ad sanationam adalah malam karena dermatitis atopik
merupakan penyakit kronik residif .
38

BAB V
KESIMPULAN

1. Pada kasus memiliki empat diagnosis banding yaitu dermatitis atopik, dermatitis
kontak alergi, dermatitis serboroik dan miliaria rubra berdasarkan epidemiologi,
gejala klinis, predileksi dan efloresensinya.
2. Diagnosis kerja pada kasus ini yaitu dermatitis atopik dengan lesi berupa papul
eritem disertai ekskoriasi dan krusta, predileksi terjadi pada bagian lengan,
tungkai dan bersifat bilateral. Keluhan yang dirasakan penderita rasa gatal
terutama pada malam hari.
3. Tatalaksana dermatitis atopik non farmakologi adalah menjelaskan kepada pasien
mengenai penyakit seperti pengertian, faktor pemicu kekambuhan penyakit,
merawat kuku agar tetap pendek, dan hindari menggaruk lesi yang gatal.
Menjelaskan pada keluarga bahwa penyakit ini bersifat kambuhan/residif,
sehingga menghindari faktor pencetus adalah hal yang baik untuk meminimalisir
kekambuhan. Sedangkan, farmakologi pada pengobatan topikal menggunakan
kortikosteroid golongan rendah atau medium seperti krim hidrokortison 1-2%
dan krim fluosionolon asetonid 0,01%. Pengobatan sistemik berupa ceterizin 5
mg/hari.
39

DAFTAR PUSTAKA

1. Du vivier, Anthony. Atlas of Clinical Dermatology. Edisi keempat. UK. 2013.


2. Kariosentono H. Dermatitis Atopik (Eksema). Jawa Tengah. 2006.
3. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. FKUI. 2010.
4. Kartowigno S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Palembang: FKUNSRI.
2011.
5. Lawita, Sarimin dan Karundeng. E-Kp: Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian
Dermatitis pada Usia Sekolah di Desa Tabang Barat Kecamatan Rainis Kabupaten Kepulauan
Talaud. Vol.3, No.2. FKSamRatulangi. 2015.
6. Siregar. R.S. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004.
7. Konsil Kedokteran Indonesia Ed. Perkonsil Nomor 11 Tahun 2012: Standar Kompetensi Dokter
Indonesia 2012. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.
8. Wolff dan Johnson. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi keenam.
US. 2003.
9. Katzung. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi sepuluh. Jakarta: EGC. 2010.
10. Wirantari dan Prakoeswa. Penggunaan Kalsineurin Inhibitor sebagai Imunomodulator Topikal
pada Dermatitis Atopik. FKAirlangga. 2014.

Anda mungkin juga menyukai