Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PREOPERATIF

PTERIGIUM

I Made Widastra
I Made Mertha
I Made Oka Bagiarta
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email: widastramade54@yahoo.com

Abstract: Nursing Care for Patient with Preoperative Pterygium. The aim of this
study is to describe preoperative nursing care for patient with pterygium in Indera
Hospital Denpasar. This study uses a descriptive research design with cross sectional
approach. The method used to determine the sample is non-probability sampling is
purposive sampling with a sample obtained by 45 patients. This study was conducted
in May-June 2013 at Indera Hospital Denpasar. The results of this study is that the
assessment of patient with pterygium in preoperative nursing care majority is Good
(77.5%). At diagnosis, the majority value is Enough (60%). In the intervention, the
majority value is Good (80%), as well as the implementation and evaluation of the
majority value is Good (100%), and the majority value for nursing care for patient
with pterygium is Good (83,5%)

Abstrak: Asuhan Keperawatan Pasien Preoperatif Pterigium. Tujan dari


penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien
perioperatif pterigium di RS Indera Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode yang digunakan
untuk menentukan sampel penelitian adalah non probability sampling yaitu purposive
sampling dengan jumlah sampel yang didapat sebanyak 45 pasien. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei – Juni tahun 2013 di RS Indera Denpasar. Berdasarkan
hasil penelitian, didapatkan bahwa pada pengkajian, nilai yang diperoleh pada asuhan
keperawatan pasien perioperatif pterigium sebagian besar adalah baik (77,5%). Pada
diagnosa, nilai yang diperoleh adalah cukup (60%). Pada intervensi, nilai yang
diperoleh adalah baik (80%), pada implementasi dan evaluasi nilai yang diperoleh
adalah baik (100%), serta pada asuhan keperawatan nilainya adalah baik (83,5%).

Kata kunci : asuhan keperawatan, preoperatif, pterigium

Permukaan mata secara reguler temporal konjugtiva yang meluas secara


terpajan lingkungan luar dan mudah lambat ke daerah kornea. Pterygium
mengalami trauma, infeksi dan reaksi berbentuk segitiga dengan puncak di
alergi yang merupakan sebagian besar bagian sentral atau di daerah kornea.
penyakit pada jaringan ini. Sebagian kecil Pterygium mudah meradang dan bila
disebabkan oleh abnormalitas degenerasi terjadi iritasi, maka bagian pterygium akan
dan struktural. Salah satu penyakit berwarna merah (Ilyas, 2010), dan
degenerasi pada konjungtiva adalah umumnya bilateral di sisi nasal. Pterygium
pterygium (Jerome P, 2011). dianggap sebagai fenomena iritatif yang
Pterygium merupakan suatu disebabkan oleh sinar ultraviolet dan
pertumbuhan jaringan fibrovaskular sering dijumpai diantara petani dan
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan penggembala yang sehari-harinya berada
invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak diluar rumah, dibawah teriknya sinar
pada celah kelopak bagian nasal ataupun

1
matahari, di daerah berdebu atau berpasir, Berdasarkan data dari studi pendahulan
dan angin selalu bertiup (Ilyas, 2010) . di RS Indera Denpasar selama 2 hari pada
Beberapa daerah di dunia yang tanggal 7-8 Februari 2013 diperoleh
memiliki kondisi sinar matahari yang terik, jumlah pasien pterigium pada tahun 2010
angin selalu bertiup, serta berdebu seperti sebanyak 192 pasien, pada tahun 2011
contohnya di daratan Amerika, jumlah pasien pterigium sebanyak 210
prevalensinya berkisar kurang dari 2% pasien, dan pada tahun 2012 jumlah pasien
untuk daerah di atas 40° lintang utara pterigium sebanyak 220 pasien. Jumlah
sampai 5-15% untuk daerah garis lintang pasien pterigium meningkat setiap
28°-36°. Hubungan ini terjadi untuk tahunnya. Dari beberapa dokumen
tempat tempat yang prevalensinya keperawatan pasien dengan pterigium,
penyakitnya meningkat dan daerah-daerah kadang ada masalah yang belum dikaji
elevasi yang terkena penyinaran ultraviolet seperti masalah kurang pengetahuan
untuk daerah di bawah garis lintang utara padahal pasien baru pertama kali
ini. Di dunia, hubungan antara berkunjung. Hal yang telah dilakukan dari
menurunnya insidensi pada daerah atas pihak instansi terkait dengan pemberian
lintang utara dan relatif terjadi peningkatan asuhan keperawatan berupa pemberian
untuk daerah di bawah garis balik lintang Health Education pada pasien dan
utara (Jerome P, 2011). keluarganya setiap kali melakukan
Beberapa dari survey yang dilakukan kunjungan meski diagnosa kurang
memperlihatkan bahwa negara yang lebih pengetahuan tidak ada. Peneliti tertarik
dekat dengan equator mempunyai angka untuk melakukan penelitian terhadap kasus
kejadian pterygium lebih tinggi dari pada pterigium karena selama ini belum ada
daerah lain, hal itu bisa disebabkan karena penelitian dalam hal asuhan keperawatan
garis lintang yang rendah dan pancaran tentang pterigium.
sinar ultraviolet yang lebih kuat. Tujuan umum dari penelitian ini adalah
Berdasarkan letak Indonesia sebagai mengetahui gambaran asuhan keperawatan
bagian Negara yang beriklim tropis dan pada pasien preoperatif pterigium di RS
dengan paparan sinar ultraviolet yang Indera Denpasar.
tinggi, maka angka kejadian pterygium
cukup tinggi (Gazzard et al., 2002). METODE
Pemicu pterygium tidak hanya dari Penelitian ini menggunakan
etiologinya saja tetapi terdapat faktor pendekatan deskriptif yang bertujuan
risiko yang mempengaruhinya antara lain untuk memaparkan asuhan keperawatan
faktor usia, jenis kelamin, jenis pterygium, pada pasien preoperative pterigium.
jenis pekerjaan (outdoor atau indoor ) Peneliti tidak memberikan rencana
(Gazzard et al., 2002). Dimana jarang tindakan, hanya mengumpulkan informasi
terdapat kejadian pterygium pada usia tentang gambaran asuhan keperawatan
dibawah usia 20 tahun. Angka prevalensi pada pasien dengan pterigium di RS Indera
pterygium paling tinggi terjadi pada usia Denpasar. Model pendekatan subjek yang
lebih dari 40 tahun dan angka insiden digunakan adalah cross sectional . Peneliti
pterygium paling tinggi terjadi antara umur menggunakan metode non probability
20-40 tahun (Jerome, 2011). Hal tersebut sampling yaitu Purposive sampling, yaitu
di atas dapat dibuktikan pada studi yang suatu teknik penetapan sampel dengan cara
dilakukan Gazzard di Indonesia memilih sampel di antara populasi sesuai
(Kepulauan Riau) yang menyebutkan dengan yang dikehendaki peneliti.
kejadian pterygium pada usia dibawah 21 Data mengenai gambaran asuhan
tahun sebesar 10 % dan diatas 40 tahun keperawatan dengan pterigium pada pasien
sebesar 16,8%, pada wanita 17,6 % dan ini dikumpulkan dengan menggunakan
laki-laki 16,1% (Gazzard et al., 2002). lembar observasi yang diisi oleh peneliti.

2
Sebelum mengumpulkan data, beberapa melalui proses pengumpulan data, analisis
langkah yang harus dilalui adalah data, dan penentuan masalah keperawatan.
melakukan pendekatan terhadap pihak Pada pengkajian, setiap pasien pterigium
yang terkait untuk mengurus ijin memiliki 4 atau lebih manifestasi klinis
penelitian, menjelaskan maksud dan tujuan seperti terdapat jaringan fibrovaskular
penelitian, melihat dokumen asuhan pada permukaan konjungtiva, mata merah,
keperawatan untuk satu kali kunjungan, mata berair, tajam penglihatan menurun,
menilai kelengkapan dokumen asuhan dan tanda gejala lainnya.
keperawatan, serta menganalisis data dari Tabel 2. Gambaran Diagnosa Keperawatan
seluruh sampel yang diambil. pada Pasien Preoperatif Pterigium
Data yang diperlukan dikumpulkan
dalam suatu format yang diisi oleh No Diagnosa Keperawatan Nilai (%)
peneliti. Format pengumpulan datanya 1 Baik 40
berupa lembar observasi asuhan 2 Cukup 60
keperawatan. Lembar observasi yang 3 Kurang -
digunakan tersebut terdiri dari data Total 100
pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, Diagnosa keperawatan adalah suatu
implementasi keperawatan, serta evaluasi pernyataan yang menjelaskan respon
keperawatan. manusia (status kesehatan atau risiko
perubahan pola) dari individu atau
HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok dimana perawat secara
Tabel 1. Gambaran Pengkajian pada akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
Pasien Preoperatif Pterigium memberikan rencana tindakan secara pasti
untuk menjaga status kesehatan,
No Pengkajian Nilai (%) menurunkan, membatasi, mencegah dan
mengubah (Carpenito, 2007). Menurut
1 Baik 77,5
Depkes RI (2008) pada diagnosa terdiri
2 Cukup 22,5 dari identifikasi masalah klien dan
perumusan diagnosa, komponen diagnosa
3 Kurang - yang disusun terdiri dari masalah (P),
Total 100 penyebab (E), tanda gejala (S) atau terdiri
dari masalah dengan penyebab (PE). Pada
diagnosa keperawatan diagnosa yang
Pengkajian adalah tahap awal dari muncul 3 diagnosa atau lebih dan setiap
proses keperawatan dan merupakan suatu pasien berbeda-beda tergantung dari
proses yang sistematis dalam keluhan pasien itu sendiri. 3 diagnosa
pengumpulan data dari berbagai sumber keperawatan pasien preoperatif pterigium
data untuk mengevaluasi dan yang sering muncul, yaitu gangguan
mengidentifikasi status kesehatan klien persepsi sensori perseptual, risiko cidera,
(Nursalam, 2008). Tahap ini mencakup dan ansietas. Jumlah diagnosa pada paling
tiga kegiatan,yaitu pengumpulan banyak adalah 4 diagnosa dan jumlah
data,analisis data,dan penentuan masalah paling sedikit adalah 1 diagnosa. Dari
kesehatan serta keperawatan (Depkes RI, hasil pengamatan yang dilakukan pada
2008). Dari hasil pengamatan yang asuhan keperawatan pasien preoperatif
dilakukan pada asuhan keperawatan pasien pterigium nilai diagnosa keperawatan yang
preoperatif pterigium nilai pengkajian diperoleh adalah 60%. Hal ini berkaitan
keperawatan yang diperoleh adalah 77,5% dengan minimnya lulusan S1, mengingat
(baik). Pengkajian yang dilakukan oleh kualifikasi pendidikan minimal untuk
perawat di RS Indera Denpasar sudah menetapkan diagnosa adalah S1

3
keperawatan. Pada penyusunan diagnosa kesehatan, serta rencana tindakannya
pasien preoperatif pterigium dilaksanakan sudah didokumentasikan. Menurut Asmadi
sesuai standar prosedur operasional yang (2008) rumusan tujuan keperawatan dalam
berlaku di RS Indera Denpasar yang terdiri asuhan keperawatan harus SMART yaitu
dari identifikasi masalah klien dan specific (rumusan tujuan jelas),
perumusan diagnosa, tetapi komponen measurable (dapat diukur), achievable
diagnosa yang disusun hanya terdiri dari (dapat dicapai), realistic (dapat tercapai
masalah (P) dan penyebab (E), tanpa tanda dan nyata), dan timing (harus ada target
gejala (S). Hal ini berbeda dengan teori waktu). Rumusan tujuan asuhan
Depkes RI (2008) tentang perumusan keperawatan pasien preoperatif pterigium
diagnosa keperawatan. sudah SMART sehingga diperoleh nilai
Tabel 3. Gambaran Rencana Tindakan baik.
pada Pasien Preoperatif Pterigium Dari hasil analisa data diperoleh
seluruh nilai implementasi keperawatan
No Rencana Tindakan Nilai (%) adalah baik (100%). Tahap implementasi
dimulai setelah rencana keperawatan
1 Baik 80 disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan
2 Cukup 20 yang diharapkan (Nursalam, 2008).
Implementasi disusun sesuai dengan
3 Kurang -
rencana tindakan yang telah disusun
Total 100 sebelumnya, tindakan keperawatan yang
dilakukan bertujuan untuk mengatasi
masalah klien (Depkes RI, 2008). Pada
Rencana tindakan meliputi implementasi, asuhan keperawatan yang
perkembangan strategi design untuk diberikan sesuai dengan standar prosedur
mencegah, mengurangi, atau mengoreksi operasional yang berlaku di Rumah Sakit
masalah yang telah diidentifikasi Indera Denpasar. Dari hasil pengamatan
(Nursalam, 2008). Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada asuhan keperawatan
yang dilakukan pada asuhan keperawatan pasien preoperatif pterigium nilai diagnosa
pasien preoperatif pterigium nilai diagnosa keperawatan yang diperoleh adalah 100%.
keperawatan yang diperoleh adalah 80%. Implementasi asuhan keperawatan pasien
Pada perencanaan, perawat dalam preoperatif sudah disusun sesuai dengan
memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana tindakan yang telah disusun
dengan standar prosedur operasional yang sebelumnya, tindakan keperawatan yang
berlaku di Rumah Sakit Indera Denpasar. dilakukan sudah bertujuan untuk
Perencanaan yang disusun pada asuhan mengatasi masalah klien serta
keperawatan di Rumah Sakit Indera sedikit implementasi sudah didokumentasikan
berbeda dengan instrumen studi sehingga nilai implementasi yang
dokumentasi penerapan asuhan diperoleh adalah baik.
keperawatan menurut Depkes (2008) Dari hasil analisa data diperoleh
karena pada perencanaan asuhan seluruh nilai implementasi keperawatan
keperawatan yang disusun tidak terdiri dari adalah baik (100%). Evaluasi merupakan
prioritas masalah yang akan diatasi tetapi tahap akhir dari proses keperawatan yang
perencanaan yang dibuat sudah merupakan perbandingan sistematis dan
berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai terencana antara hasil akhir yang teramati
dengan kondisi dan kebutuhan klien, dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
rencana tindakan sudah mengacu pada pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
tujuan, menggambarkan keterlibatan Tahap penyusunan evaluasi dimulai dari
pasien dan kerjasama dengan tim menyusun rencana evaluasi hasil dari

4
rencana tindakan secara komprehensif, didokumentasikan dalam asuhan
tepat waktu dan terus menerus, keperawatan.
mengevaluasi kemajuan klien terhadap
tindakan dalam pencapaian tujuan, dan SIMPULAN
merevisi data dasar dan perencanaan, serta Berdasarkan uraian yang telah ditulis
mendokumentasikan hasil evaluasi. Dari pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
hasil pengamatan yang dilakukan pada kesimpulan bahwa, pada pengkajian, nilai
asuhan keperawatan pasien preoperatif yang diperoleh pada asuhan keperawatan
pterigium nilai evaluasi keperawatan yang pasien preoperatif pterigium adalah
diperoleh adalah 100%. Evaluasi dominan baik sebesar 77,5% dan sisanya
keperawatan yang dilaksanakan oleh adalah cukup. Pada diagnosa keperawatan,
perawat di RS Indera Denpasar sudah nilai yang diperoleh adalah dominan cukup
dilaksanakan sesuai dengan tujuan rencana sebesar 60% dan sisanya adalah baik. Pada
tindakan atau kriteria hasil yang dibuat rencana tindakan, nilai yang diperoleh
(SOAP) serta hasilnya sudah adalah dominan baik sebesar 80% dan
didokumentasikan. sisanya adalah cukup. Pada implementasi,
Tabel 4. Gambaran Asuhan Keperawatan nilai yang diperoleh adalah baik yaitu
Pasien Preoperatif Pterigium sebesar 100%. Pada evaluasi asuhan
keperawatan nilai yang diperoleh adalah
No Asuhan Keperawatan Nilai (%) baik sebesar 100%. Simpulan bahwa
asuhan keperawatan pada pasien
1 Baik 83,5 preoperatif pterigium yang diberikan oleh
perawat dalam katagori baik (83,5%).
2 Cukup 16,5
DAFTAR RUJUKAN
3 Kurang - Asmadi, 2008, Konsep Dasar
Keperawatan, Jakarta : EGC
Total 100 Carpenito LJ, 2007, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan, Edisi 10, Jakarta:
EGC
Menurut Potter and Perry (2005)
Depkes RI, 2008, Intrumen Evaluasi
asuhan keperawatan adalah proses Penerapan Standar Asuhan
mengidentifikasi dan menggabungkan Keperawatan Di Rumah Sakit,
unsur – unsur dari kiat keperawatan yang (online), available:
paling diperlukan dengan unsur – unsur http://www.depkes.go.id/index.php
(10 Februari 2013)
teori sistem yang relevan, dengan
menggunakan metode ilmiah, American Gazzard,et all, 2002, Pterigium in
Nurse Association (ANA) Indonesia; Prevalence, Severity
mengembangkan proses keperawatan and Risk Factors, (online),
available:
menjadi lima tahap yaitu tahap pengkajian, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, articles/PMC1771435/ (19
implementasi, serta evalasi keperawatan. Desember 2012)
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh
Ilyas S, 2010, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 6,
perawat pada pasien preoperatif pterigium Jakarta: Fakultas Kedokteran
sudah baik karena sudah terdiri dari 5 Universitas Indonesia
komponen asuhan keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, Jerome P, 2011, Pterygium, (online),
available:
implementasi, serta evaluasi dan semua http://emedicine.medscape.com/arti
komponen tersebut telah cle/1192527-overview (20
Desember 2012)

5
Nursalam, 2008, Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Surabaya: Salemba
Medika
Nursalam, 2008, Proses Dan Dokumentasi
Keperawatan, Surabaya: Salemba
Medika
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Volume
1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai