Anda di halaman 1dari 8

Manajemen Keuangan BAB 3 & 4

Nama : Kurnia Sari


NIM : 1703101076
Kelas : 3D Akuntansi

BAB 3
NILAI WAKTU UANG

3.1 Nilai Masa yang Akan Datang dan Nilai Sekarang

 Nilai masa yang akan dating (future value)

Apabila C0 adalah nilai simpanan pada awal periode, maka nilai terminal (future value / FV)
pada tahun (periode) ke-n, adalah :

NTn = C0(1+r)n

Dalam hal ini r adalah tingkat bunga yang digunakan.

Spreadsheet Excel juga bisa dipergunakan untuk menyelesaikan perhitungan nilai di masa
yang akan datang. Kita bisa menggunakan fixed inputs ataupun menggunakan cell references.

Dengan menggunakan compound interest kita bisa melihat dampak perbedaan suku bunga
pada pertumbuhan investasi.

Bunga yang diberikan kepada penabung mungkin dibayarkan tidak hanya sekali dalam satu
tahun, tetapi bisa dua kali,tiga kali, atau m kali.

Semakin sering bunga dibayarkan, semakin besar nilai terminal yang diterima pada akhir
periode yang sama. Secara umum apabila bunga dibayarkan dalam m kali dalam satu tahun,
dan kita menyimpan uang selama n tahun, maka nilai terminal pada tahun ke-n adalah :

NT1 = C0[1+(r/m)]m.n

Apabila m mendekati tidak terbatas, maka [1+(r/m)]m.n akan mendekati em . Dalam hal ini
ekurang lebih sama dengan 2,71828. Maka :

NTn = C0em

 Nilai sekarang

Dengan menggunakan dasar pemikiran yang sama kita bisa menghitung niali sekarang
(present value) dari penerimaan atau pengeluaran di kemudian hari.
Rumus umumnya :

PV = Cn/(1+r)n

Dalam hal ini Cn adalah arus kas pada tahun (waktu) ke-n. Bisa juga dituliskan menjadi :

1
PV = C0(1+𝑟)𝑛

Sedangkan [1/(1+r)n] disebut sebagai discount factor.

Kita juga bisa menggunakan Excel untuk menghitung PV suatu nilai yang akan kita terima
pada beberapa tahun (waktu) yang akan datang. Sama seperti perhitungan future value, Kita
bisa menggunakan fixed inputs ataupun menggunakan cell references.

Kita bisa menghitung PV suatu arus kas apabila bunga bunga dihitung diterimakan (atau
dibayarkan) lebih dari satu kali dalam setahun.

Rumus umumnya adalah :

PV = Cn/[1+(r/m)]n

Apabila tingkat bunga digandakan terus-menerus, maka :

PV = Cn/em

Dengan demikian, apabila kita akan menerima C1 pada waktu ke-1, C2 pada waktu ke-2,
demikian seterusnya sampai Cn pada waktu ke-n, dan tingkat bunga yang relevan setiap
waktunya adalah r , maka PV penerimaan-penerimaan tersebut adalah :

PV = C1/(1+r) + C2/(1+r)2 +……+ Cn/(1+r)n

Apabila C1 = C2 =….. Cn , maka persamaannya bisa dituliskan menjadi :

PV = C/(1+r) + C/(1+r)2 +……+ C/(1+r)n

Bisa juga dituliskan menjadi :

PV = C[1/(1+r) + 1/(1+r)2 +……+ 1/(1+r)n ]

Angka yang berada di dalam tanda kurung besar disebut sebagai discount factor annuity.
Dalam menghitung PV kita bisa menuliskan :

PV = Cn/(1+r)n

Karena kitan menganggap bahwatingkat bunga yang relevan setiap waktunya (misalnya
setiap tahun) adalah sama. Kalau tingkat bunga yang relevan pada tahun ke-1 adalah r1 dan
pada tahun ke-2 adalah r2, dan r1 tidak sama dengan r2 maka :

PV = C2/(1+r1) (1+r2)

Yang perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat bunga kita tidak harus
menggunakan (atau membandingan dengan) tingkat bunga simpanan di bank. Tingkat bunga
yang relevan seharusnya memperhatikan unsure risiko. Semakin tinggi risiko suatu investasi,
semakin tinggi tingkat bunga yang relevan.

3.2 Internal Rate of Return atau Yield

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang menyamakan PV kas masuk
dengan PV kas keluar.
BAB 4
DASAR-DASAR PENILAIAN

4.1 Konsep Penilaian Umum

Dalam penilaian sekuritas dipergunakan konsep adanya hubungan yang positif antara risiko
dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (atau disyaratkan) oleh pemodal (investor).
Karena pemodal bersikap tidak menyukai risiko (risk averse) maka mereka baru bersedia
mengambil suatu kesempatan investasi yang lebih berisiko kalau mereka mengharapkan akan
memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Keuntungan yang dimaksud adalah
keuntungan dalam presentase (atau desimal) dan bukan dalam rupiah.

4.2 Penilaian Sekuritas Berpenghasilan Tetap

Contoh sekuritas tipe ini adalah obligasi. Obligasi biasanya mempunyai features sebagai
berikut :
 Mempunyai nilai nominal atau face value, (misal Rp 1.000.000)
 Kapan akan dilunasi (misal 5 tahun)
 Mempunyai coupon rate (misal18% per tahun)

Nilai pada tahun ke-0 (atau saat ini) merupakan harga yang bersedia dibayar oleh para
pemodal. Untuk itu nilai pasar obligasi (B0) bisa dihitung sebagai berikut :

𝐹𝑡 𝑁
B0 = ∑𝑛𝑡=1 +
(1+𝑟)𝑡 (1+𝑟)𝑛

Dalam hal ini Ft adalah bunga yang dibayarkan setiap periode (t = 1,…,n), N adalah nilai
nominal pelunasan, dan r adalah tingkat bunga yang dianggap relevan oleh pemodal.

Harga yang bersedia dibayar lebih tinggi dari nilai nominal karena coupon rate yang
ditawarkan lebih tinggi dari tingkat keuntungan yang diinginkan pemodal.

Apabila tingkat bunga yang dianggap relevan oleh pemodal meningkat, harga pasar obligasi
akan menurun dan sebaliknya. Dengan demikian apabila diabaikan kemungkinan default,
maka harga obligasi akan tergantung pada (pengharapan akan) tingkat bunga.

4.3 Penilaian Sekuritas Tidak Berpenghasilan Tetap

Saham merupakan sekuritas yang memberiakan penghasilan yang tidak tetap bagi
pemiliknya. Pemilik saham akan menerima penghasilan dalam bentuk dividen dan perubahan
harga saham. Kalau harga saham meningkat dari harga beli,maka pemodal dikatakan
memperoleh capital gains apabila sebaliknya disebut capital loss.

Apabila harga saham saat ini (P0) Rp10.000 diharapkan memberikan dividen Rp1.000
padatahun depan, tahun deppan diperkirakan haganya Rp11.000. tingkat keuntungan yang
diharapkan (r) adalah :

r = (P1-P0 + D1)/P0
= (11.000 – 10.000 + 1.000)/10.000
= 0,20 atau 20%

Persoalan tersebut juga bisa dinyatakan,

P0 = P1/(1 + r) + D1/(1 + r)
= 11.000/(1 + 0,20) + 1.000/(1 + 0,20)
= 10.000

Harga pada t = 1 akan dipengaruhi oleh dividen pada t = 2 dan harga pada t = 2

P1 = P2/(1 + r) + D2/(1 + r)

Maka :

P0 = P2/(1 + r) + D2/(1 + r) + D1/(1 + r) dst.

Karena seseorang bisa memiliki saham untuk waktu n tahun, persamaannya menjadi :

𝐷𝑡 𝑃𝑛
P0 = ∑𝑏𝑡=1 +
(1+𝑟)𝑡 (1+𝑟)𝑛

Dalam hal ini P0 adalah harga saham saat ini, Dt adalah dividen yang diterima oleh pemodal
pada tahun ke t (t = 1,…,n), Pn adalah harga saham pada tahun ke n, dan r adalah tingkat
keuntungan yang dianggap relevan.

Meskipun seorang pemodal bisa memiliki saham selama n tahun, tetapi sewaktu saham
tersebut dijual, akhirnya periode kepemilikan akan menjadi tidak terhingga, maka :

𝐷𝑡
P0 = ∑∞
𝑡=1 (1+𝑟)𝑡

Dalam persamaan tersebut n = ∞ (tak terhingga)

Seacara konsepsional rumus penentuan harga saham tersebut tidak benar, tetapi untuk
operasionalisasinya akan sangat sulit. Bagaimana kita bisa memperkirakan Dt dari tahun ke-1
sampai tak terhingga ? semakin jauh dimensi waktu estimasi kita semakin tidak pasti estimasi
tersebut. Karena itu digunakan penyederhanaan.
Penyederhanaan yang pertama adalah dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
(1) Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya
(2) Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen

Bisa dirumuskan bahwa harga saham saat ini adalah :

P0 = E/r atau P0 = D/r

Karena asumsi-asumsi tersebut dianggap sangat tidak realistis, kemudian diasumsikan :


(1) Tidak semua laba dibagi, tetapi ada sebagai yang ditahan. Proporsi laba yang ditahan
(= b) diasumsikan konstan.
(2) Laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut bisa menghasilkan tingkat
keuntungan, disebut juga Return On Equity sebesar R.
(3) Sebagai akibat dari asumsi-asumsi tersebut, maka laba per lembar saham (= E) dan
juga dividen (= D) meningkat sebesar bR. Peningkatan ini kita beri notasi g (g = bR).

Maka :

𝐷1 𝐷1 (1+𝑔) 𝐷1 (1+𝑔)𝑛−1
P0 = + + ……+
(1+𝑟) (1+𝑟)2 (1+𝑟)𝑛

Dengan n = ∞ maka persamaan tersebut merupakkan penjumlahan dari suatu deret ukur
dengan kelipatan [(1 + g)/(1 +r)] dan n = ∞ sehingga jumlahnya sama dengan,

D1 1
P0 = x (1+g)
(1+r) 1−
(1+r)

Yang dapat disederhanakan menjadi,

P0 = D1/(r-g)

Model tersebut dinamakan model pertumbuhan konstan, karena diasumsikan pertumbuhan


laba (dan juga dividen) meningkat secara konstan. Kita bisa menggunakan pertumbuhan yang
tidak konstan, yang menyatakan g1 > g2

P0 = D1/(1+r) + D1 (1+g1)/(1+r)2 + D1(1+g1)2/(1+r)3 + D1(1+g1)2(1+g2)/ (1+r)4


+ .....+ D1(1+g1)2(1+g2)∞-3/(1+r)∞

Dividen pada tahun ke-4 sampai tahun ∞ bisa dirumuskan :

P3 = D4(r-g2)
Karena itu :

P0 = D1/(1+r) + D1 (1+g1)/(1+r)2 + D1(1+g1)2/(1+r)3 + D1(1+g1)2(1+g2)/ (1+r)4 +


P3/(1+r)3

Bisa juga dituliskan menjadi :

P0 = D1/(1+r) + D1(1+g1)/(1+r)2 + D1(1+g1)2/(1+r)3 + D1(1+g1)2(1+g2)/ (1+r)4 +


[D4/(r+g2) x 1/(1+r)3]

4.4 Menentukan Tingkat Keuntungan yang Disyaratkan

Dalam penentuan harga sekuritas, baik yang berpenghasilan tetap maupun tidak tetap, kita
masih menunda penentuan r yang dipandang relevan.

Apabila tingkat keuntungan yang dianggap layak (disyaratkan) meningkat (karena dirasa
lebih tinggi resikonya) maka harga saham saat ini (P0) akan menjadi lebih kecil. Salah satu
model yang dipergunakan untuk menaksir tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah model
Capital Asset Pricing Model (CAMP). Model ini menyatakan bahwa ada hubungan yang
positif dan linier antara tingkat keuntungan yang dipandang layak (r) dengan risiko.

4.4.1. Teori Portofolio

Risiko dalam teori portofolio didefinisikan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan (= 𝜎).
𝜎 menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang
diharapkan. Semakin besar nilai 𝜎 semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari
yang diharapkan, yang berarti semakin tinggi risikonya. Nilai yang diharapkan merupakan
rata-rata. Tingkat keuntungan yang diharapkan ditulis dengan notasi E(R).

Ukuran risiko dinyatakan dengan deviasi standar, dengan cara sebagai berikut :

σ = ∑[Pi {R i − E(R)}2 ]1/2

Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari
keuntungan yang diharapkan dari sekuritas-sekuritas yang membentuknya.
Bisa dirumuskan sebagai berikut :

E(Rp) = ∑ xi E(R i )

E(Rp) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio, E(R i ) adalah tingkat
keuntungan yang diharapkan dari sekuritas i (i=1,…,N), dan xi adalah proporsi dana yang
diinvestasikan pada sekuritas i.
Ada pengaruh dari koefisien korelasi antara sekuritas. Deviasi standar portofolio (𝜎𝑝 )
dirumuskan sebagai berikut :

σp = ∑ x 2 i σ2i + ∑ ∑ xi xj σij

Dalam hal ini σij adalah covariance antara i dengan j. Apabila koefisien korelasi antartingkat
keuntungan sekuritas makin kecil, maka diversifikasi akan makin efektif menurunkan risiko
portofolio.

Apabila portofolio tersebut mencapai jumlah sekuritas yang sangat besar yang mewakili
seluruh pasar (portofolio pasar) yang dinitasikan M, maka sumbangan risiko saham i terhadap
portofolio M adalah σiM . Apabila rasio ini kita bagi dengan variance portofolio pasar, maka
rasio ini disebut beta (= 𝛽) dengan demikian 𝛽 = σiM/ σ2M .

4.4.2. Capital Asset Pricing Model

𝛽 M per definisi =1. 𝛽 = σM σM / σ2M = 1. Sedangkan beta dari investasi yang bebas risiko
(=f) akan sama dengan 0. 𝛽𝑓 = 0/ σ2 M = 0 .
Security Market Line (SML) bisa dirumuskan sebagai berikut :

Ri = Rf + [RM - Rf] 𝛽 i atau [Ri - Rf] + [RM - Rf] 𝛽 i

Rf = perpotongan dengan sumbu tegak (intercept)


[RM – Rf]/1 = kemiringan SML

Persamaan tersebut dikenal dengan standard CAMP

4.5 Penggunaan CAMP untuk Menaksir Harga Saham

CAMP berguna untuk menaksir tingkat keuntungan yang layak bagi suatu saham. Apabila
suatu saham (saham i) diperkirakan mempunyai 𝛽 i = 1,2 dan RM diharapkan sebesara 20%,
maka Ri tentu lebih besar dari 20% (𝛽 > 1). Misal Rf = 12%, maka :

Ri = 12% + (20% - 12% ) 1,2


= 21,6%

Diperkirakan D1 = Rp1.000 dengan g = 16,6% maka :

P0 = 1.000/(0,216 – 0,166 )
= Rp20.000

Apabila para pemodal berpendapat bahwa risiko perusahaan meningkat, maka Ri juga
meningkat, akibatnya P0 akan turun. Hal yang sama berlaku apabila diperkirakan suku bunga
(Rf) akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai