Anda di halaman 1dari 18

A.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK

1. Defenisi

Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan

psikiatrik dan memberikan asuhan keperawatan jiwa yang mendukung

pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak dengan berlandaskan pada teori

perkembangan fisio-biologis, kognitif, sosial, sensori motoris, moral dan filosofi.

Gangguan Jiwa pada Anak adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat

usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan

kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami

gangguan yang terjadi pada anak adalah dengan menggunakan teori perkembangan.

Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting

adanya suatu masalah.

2. Etiologi

Tidak ada penyebab tunggal dalam gangguan jiwa pada anak-anak.

Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor

lingkungan berkombinasi secara kompleks.

a) Faktor-faktor psikobiologik

1) Riwayat genetika keluarga, seperti retardasi mental, autisme, skizofrenia,


gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas.

2) Abnormalitas struktur otak. Penelitian menemukan adanya abnormalitas

struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita

autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.

3) Pengaruh pranatal, seperti infeksi maternal, kurangnya perawata pranatal, dan

ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan abnormalitas

perkembangan saraf yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran


yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin sangat
signifikan dalam terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan

saraf lainnya.

4) Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi

anak.

b) Dinamika keluarga

1) Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-

kanak awal, perkembangan otaknya kurang adekuat (terutama otak kiri).

Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan

berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan

belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).

2) Disfungsi sistem keluarga (mis., kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi

yang buruk, kurangnya batasan antar generasi, dan perasaan terjebak) disertai

dengan keterampilan koping yang tidak adekuat antaranggota keluarga dan

model peran yang buruk dari orang tua.

c) Faktor lingkungan

1) Kemiskinan, perawatan pranatal yang tidak adekuat, nutrisi yang buruk, dan

kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi

dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal


anak.

2) Tunawisma, anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan

yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai

penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-

kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak

tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).

3) Budaya keluarga. Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan

budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh


teman sebaya dan masalah psikologik.
Faktor lain yang mempengaruhi Gangguan jiwa pada anak ;

1) Sibling rivalry, persaingan dengan sudara kandung, "seorang anak yang

dibandingkan dengan sauadara kandungnya secara terus menerus dan dalam

jangka waktu lama maka dia bisa mengalami gangguan konsep diri harga diri

rendah".

2) Loneliness, kesepian atau kesendirian adalah sebuah situasi dimana anak

tidak memiliki teman, jarang bermain dengan teman sebaya karena berbagai

alasan, diharuskan mengasuh adik, diminta bekerja oleh orang tua,

dipekerjakan oleh orang lain dll, resiko yang mungkin muncul adalah

halusinasi

3) Salah pergaulan, jika anak salah berkumpul dengan grup yang salah maka

mereka bisa melakukan perilaku kekerasan secara kelompok.

4) Karena status orang tua, seorang anak yang memiliki seorang bapak yang

ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi kemudian ditahan maka anak

tersebut akan berusaha menghindar dari sosial atau melakukan isolasi social.

3. Patofisiologi

Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang

muncul pada masa kanak – kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengn fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai dengan

keterbatasan – keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahasa

dan berbicara, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial,

penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,

akademik fungsional, bersantai dan bekerja (AAMR 1992).

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal,yaitu

penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom Fragile-X, ganggunan


sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis (tipe1)) dan gangguan metabolisme
sejak lahir (fenilketonuria), perinatal, penyebab perinatal yaitu yang berhubungan

dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur, serta kondisi

neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra kranial, posnatal yaitu mencakup

kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degeneratif

dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom Down, dan sindrom alkohol fetal

merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya

masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik dan

kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi

mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis jangka panjang

ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat.

4. Manifestasi Klinik

a) Gangguann kognitif

b) Lambatnya ketrampilan ekpresi dan resepsi bahasa

c) Gagal melewati tahap perkembangan yang utama

d) Lingkar kepala diatas atau dibawah normal

e) Kemungkinan lambatnya pertumbuhan

f) Kemungkinan tonus otot abnormal

g) Kemungkinan ciri-cir dismorfik


h) Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

5. Jenis Gangguan Jiwa Anak

a) Gangguan perkembangan pervasif.

Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku,

interaksi sosial, dan komunikasi.

1) Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan

sustandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual

secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan

keterbatasan terkait dalam dua bidang ketrampilan adaptasi atau lebih (mis.,

komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, ketrampilan sosial,

fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi

akademis, dan bekerja.

2) Autisme

Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan

komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-

gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dan

berhubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon

yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dan gerakan

tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan

memukul-mukul kepala).

3) Ganguan perkembangan spesifik

Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada

kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmatika, bahasa,


dan artikulasi verbal.

b) Defisit perhatian dan gangguan perilaku disrutif

1) Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD)

Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan

hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV,

ADHD pasti terjadi di sekitanya dua tempat (mis., disekolah dan di rumah) dan

terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).

2) Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disuptif, dan kesengajaan untuk tidak

patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan social. Sebagian besaranak-

anak dengan gangguan ini mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan

kepribadian antisocial setelah berusia 18 tahun. Contoh perilaku pada anak-anak

dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong, menggertak, melarikan diri,

membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaan, bentuk vandalisme

yang lain, jahat terhadap binatang, dan seranga fisik terhadap orang lain.

3) Gangguan penyimpangan oposisi

Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan,

meliputi perilaku yangkurang ekstrim. Perilaku dalam gangguan ini tidak

melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan

perilaku. Perilaku dalam gangguan ini menujukkan sikap menentang, seperti

berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan

menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya.

c) Gangguan ansietas sering terjadi pada Anak dan berlanjut ke masa remaja

hingga dewasa

a) Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak

terjadi pada anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang
terlihat pada orang dewasa.

b) Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak

yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yangpaling dekat

dengannya. Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan

somatic, ansietas berat terjadap perpisahan dan khawatir tentang adanya

bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya.

d) Skizofrenia

Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-


gejalanya dapat menyerupai gangguan pervasive, seperti autisme.
Walaupun penelitian tentang skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun

telah dijumpai perilaku yang khas (Antai-Otong, 1995b), seperti beberapa

gangguan kognitif dan perilaku, menarik diri secara social, komunikasi.

6. Teori Perkembangan Jiwa Anak

a) teori perkembangan fisio-biologis.

Tiga konsep utama yang melandasi fisio-biologis perkembangan individu

adalah kepribadian, sifat (traits), dan tempramen. Kepribadian didefenisikan

sebagai elemen-elemen yang membentuk reaksi menyeluruh individu terhadap

lingkungan. Tempramen adalah gaya prilaku sebagai reaksinya terhadap lingkungan

dan berkaitan dengan traits yang atribut kepribadian. Walau tidak bersifat genetic,

sifat bawaan (inbron trsits) menghasilkan respon sosial yang berbeda yang

mempengaruhi pola keterkaitan (attachment patterns) dan perkembangan

psikologis. Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga

mempunyai dimensi biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang. Bersifat

dinamis, dan berkembangan mengikuti berkembang mengikuti perkembangan

internasional, lingkungan, dan citra tubuh ideal dan penyesuaian sebagai respon

terhadap pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup. Maturasi secara teratur dan
berangsur terbentuk yang membedakan anak sebagai bagian yang terpisah dari

ibunya, dan skema tubuh mereka menjadi lebih mantap dan stabil pada akhirnya

masa remaja.

b) Teori Perkembangan Psikologis

Teori psikoanalitis yang dikembangkan oleh Freud, begitu pula teori

interpersonal yang dikenalkan oleh Sullivan mendasari teori psikologis

perkembangan. Freud adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan

kepribadian dalam pengobatan psikoanalitis pada orang dewasa. Ia menekankan


pada tahapan perkembangan dan pengaruh pengalaman masa kecil terhadap
perilaku pada saat dewasa. Freud menyatakan bahwa masa lima tahun pertama

kehidupan anak sangat penting dan pada usia lima tahun karakter dasar yang

dimiliki anak telah terbentuk dan tidak daapt diubah lagi. Freud juga mengenalkan

antara lain konsep transferens, ego, mekanisme koping (coping mechanism),.

Sullivan memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia.

Tema sentral teori Sullivan berkisar pada ansietas dan menekankan bahwa

masyarakat sebagai pembentuk keribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena

hubungan interpersonal.

c) Teori Perkembangan Kognitif

Teori Piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dengan orang

dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang

dewasa. Menurut Piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain.

Menunjukkan proses kegiatan asimilasi dan akomodasi, yang menjabarkan tiap

tahap dan usai dari kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif

mengintegrasikan struktur pola perilaku sebelumnya ke arah pola perilaku baru

yang lebih kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh

perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget tidak setuju dengan pendapat

ilmuwan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat perkembangan


sebelumnya.

d) Teori Perkembangan Bahasa

Penguasaan bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada masa kanak-

kanak, yang mana struktur linguistik dan kognitif berkembang secara paralel.

Chomsky (1975) dalam teorinya menyatakan bahwa anak menggunakan dan

menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut

dengan transformasi, yaitu penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak

memverbalisasi persepsi mereka dengan memberi nama tentang hal yng


dipersepsikan, kemudian meningkat dengan memverbalisasi emosi mereka.
Pemberian nama pada objek dan perasaan yang dialami, meningkatkan rasa kontrol

anak terhadap perasaannya, yang dengan sendirinya membantu mereka untuk

membedakan apa yang nyata dan yang tidak. Perkembangan anak memudahkan uji

realitas dan sebagai dasar terhadap identitas dan perbedaan semua dimensi pada

anak yang sedang berkembang.

e) Teori Perkembangan Moral

Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke

dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian

dari/dan tergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan

dengan hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral anatara lain

dikemukakan oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg.

f) Teori Psikologis Ego

Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi

perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memnahami individu

dengan berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuwan yang

mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego dan unsur rasional yang menentukan

pencapaian intelektual dan sosial terdiri dari sumber energi, motif, dan rasa tertarik.

Pada dasarnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap menjelaskan
perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang penyimpangan

kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan. Oleh

karena itu dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan

yang berfokus pada keterampilan kompetensi ego anak.

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif dan sensitif

secara kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan intervensi

keperawatan apapun diagnosis psikiatri atau dimanapun tatanan pelayanan

kesehatan jiwa diberikan.


Sembilan keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh semua anak

untuk menjadi seorang dewasa yang kompeten menurut Strayhorn (1989) adalah :

Menjalin hubungan dekat dengan penuh rasa percaya.

a) Mengatasi perpisahan dan membuat keputusan yang mandiri.

b) Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama.

c) Mengatasi frustrasi dan kejadian yang tidak menyenangkan.

d) Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan.

e) Mengatasi penundaan kepuasan.

f) Bersantai dan bermain.

g) Proses kognitif melalui kata-kata, simbol dan citra (image).

h) Membina perasaan adaptif terhadap arah dan tujuan.

7. Penatalaksanaan Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak

a) Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak terdapat pada managed

care.

1) Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk

menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya

adalah perawatan pranatal awal, program intervensi dini bagi orang tua

dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan
mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan

dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.

2) Sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang

mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera

dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program

bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan

intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik,


konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
3) Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi

individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak

yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal.

Metode pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu

anak dalam mengembangkan metode koping yang lebih adaptif.

4) Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu

keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna

membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi semua anggota

keluarga.

b) Pengobatan berbasis rumah sakit

1) Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah

sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasana diberikan untuk klien yang

tidak sembuh dengan metode alternatif yang kurang restriktif, atau bagi

klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri

ataupun orang lain.

2) Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah

di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus

anak yang menderita penyakit jiwa.


3) Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi

kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat

traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran respon

adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-out),

penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk

mencegah memburuknya perilaku.


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK

1. Pengkajian

a) Kaji kembali riwayat klien untuk adanya hal-hal yang mencetuskan stressor atau

data yang signifikan, antara lain riwayat keluarga, peristiwa-peristiwa hidup

yang menimbulkan stres, hasil pemeriksaan kesehatan jiwa, riwayat masalah

fisik dan psikologis serta pengobatannya.

b) Catat pola pertumbuhan dan perkembangan anak dan bandingkan dengan alat

standar, seperti The Developmental Screening Test dan versi yang sudah direvisi

(Wong, 1997).

c) Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi anak.

d) Lakukan pemeriksaan fisik pada anak, catat data normal atau abnormal.

e) Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan gangguan pada anak-anak.

Pastikan untuk mengkaji interaksi langsung, observasi permainan, dan interaksi

dengan keluarga dan teman sebaya.

f) Identifikasi bukti gangguan kognitif.

g) Kaji kelebihan dan kelemahan sistem keluarga.

Pohon Masalah

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan


Ketidakmampuan kognitif

Retradasi mental

Gangguan jiwa pada anak dan remaja → koping inefektif

↑ ↓

↑ ↑ ↑ terganggunya fungsi adaptasi


Factor psikobiologik dinamika keluarga lingkungan ↓
Isolasi social

Menarik diri

2. Masalah keperawatan dan Diagnosa Keperawatan

a) Masalah Keperawatan

1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

2) Isolasi social atau menarik diri

b) Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

2. Isolasi social

3. Intervensi Keperawatan

a) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Tujuan :

1) Berinteraksi dengan orang lain

2) Keluarga mampu merawat pasien gangguan pertumbuhan dan

perkembangan di rumah.

Kriteria Hasil:
1) Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulai.

2) Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas

perawatan anak di rumah.

3) Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal

4) Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.

Strategi Pelaksanaan 1:

Pasien:

1) Bina hubungan saling percaya


2) Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada anak.
3) Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan

yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar

4) Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak,

5) Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak

Keluarga:

1) Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin bagaimana merawat

pasien retardasi mental.

2) Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi.

3) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan

dirumah,

4) Beri kesempatan pada mereka untuk menyelidiki semua alternatif

residensial sebelum membuat keputusan.

b) Isolasi social atau menarik diri

Tujuan :

1) Pasien mampu Menyadari penyebab isolasi social

2) Berinteraksi dengan orang lain

3) Keluarga mampu merawat pasien isolasi social di rumah.

Kriteria hasil :
Pasien :

1) Membina hubungan saling percaya

2) Menyadari penyebab isolasi social

3) Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain

4) Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap.

Keluarga :

1) Masalah isolasi social dan dampaknya pada pasien

2) Penyebab isolasi social


3) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya
4) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat

5) Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien

Stategi pelaksanaan 1 :

Pasien :

1) Identifikasi penyebab

2) Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain

3) latih berkenalan

4) jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain

5) berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain

6) berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan

orang lain yang dilakukan dihadapan perawat.

7) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman / anggota

keluarga

Keluarga :

1) Identifikasi masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Penjelasan isolasi social

3) Cara merawat pasien isolasi social

4) Latih ( stimulasi )
5) jadwal keluarga untuk merawat pasien.

4. Implementasi Keperawatan

Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari :

a) Terapi bermain

Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan

konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :

a. Menguasai dan menggali kembali pengalaman masa lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya.
b. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari

c. Berkomunikasi dengan orang lain

d. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri sendiri, dunia

luar, dan orang lain.

e. Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas

f. Meningktakan kreatifitas dan inisiatif

b) Terapi keluarga

Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua

perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang

dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan

keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam

keluarga turut meninbulkan gangguan pada anak.. Oleh karena itu perawat perlu

berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.

c) Terapi kelompok

Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau

berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas,

mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi

pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok dengan


lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan

pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendal.

d) Pendidikan pada orang tua

Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah

gangguan kesehatan jiwa anak,. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang

anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak.

Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara

orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk
mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti psikodinamika keluarga,

konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga diajarkan.

e) Terapi lingkungan

Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-

hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan

terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana

penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus

pada perilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik terus

menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk

perilaku yang baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung pada tingkat

perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.


DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Y. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Jakarta :EGC

Isaac, Ann. 2004. Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik.Jakarta:

EGC

Nasir Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika

Riyadi Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Yusuf AH, R Fitryasari R,dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:

Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai