Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTKIUM STATISTIK INDUSTRI

MODUL VII
STATISTICAL QUALITY CONTROL

KELOMPOK: XIV/SHIFT SABTU SIANG

OLEH:

1. RIZKY KURNIADI 1410017311039


2. RAHMI SELTA O.E 1410017311041

LABORATORIUM STATISTIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2016
LEMBAR PENGASAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Instruktur dan Asisten Laboratorium


Statistik Industri Universitas Bung Hatta, telah memeriksa dan mengesahkan
Laporan Modul VII, Statistic Quality Control kepada praktikan dibawah ini:

1.RIZKY KURNIADI 1410017311039


2. RAHMI SELTA O.E 1410017311041
Shift/Group: Sabtu Siang/XVI

Di asistensikan dan disahkan oleh:

Padang,April 2016
Laboratorium Statistik Industri
Asisten, Instruktur,

(............................) (Aidil Ikhsan, S.T.,M.T)


LEMBAR ASISTENSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, Asisten Laboratorium Statistik Industri


Universitas Bung Hatta, telah memberikan asistensi kepada praktikan dibawah ini:

1. Rizky Kurniadi 1410017311039


2. Rahmi Selta OE 1410017311041
Shift/Group: Sabtu pagi/XIV

Praktikum Statistik Industri


Modul Praktikum Ke : VII
Materi Praktikum : Statistic Quality Control
Shift/Group : Sabtu Pagi / XIV

Padang, April 2016


Laboratorium Statistik Industri
Asisten,

(..............................)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Statitik proses control atau (SPC) adalah suatu metode pengendalian
kualitas yang menggunakan metode statistik. SPC diterapkan untuk memantau
dan mengendalikan proses, pemantauan dan pengendalian proses memastikan
bahwa itu beroperasi pada potensi penuh. Pada potensi penuh proses dapat dibuat
sebanyak produk sesuai mungkin dengan minimal jika tidak ada penghapusan
limbah, seperti dapat diterapkan untuk setiap proses dimana produk can for ning
klasifikasi pertemuan dan output dapat diukur. Alat utama yang digunakan dalam
SPC meliputi diagram kontrol, fokus pada perbaikan terus menerus dan desai
eksperimen.
Pada modul 7 ini, kita mempelajari SQC yaitu Statistical Quality Control
yang merupakan pengendalian kualitas dari produk dan jasa. SQC adalah teknik
yang digunakan untuk mengelola, memperbaiki knerja proses dengan
menggunakan metode statistik sebagai penyelesaiannya. Untuk menerapkan SQC
haruslah dilakukan menyeluruh dan mendeteksi proses produksi yang mana sudah
berada dalam batas pengndalian kualitas statistik baik data variabel maupun data
atribut. Maka dari itu kita sebagai seorang intelektual mahasiswa haruslah
mempelajari dan memahami SQC sebagai pengendalian terhadap kualitas produk
yang di produksi, metode pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan cara
statistik dengan melakukan pengecekan kecatatan pada atribut produk tersebut
dengan teknik sampling. Dimana produk yang akan diperiksa dilakukan random
kemudian dengan peta kontrol dapat dilakukan pengendalian kualita terhadap
produk tersebut.
Berdasarkan jenis dan fungsi masing-masing kita menggunakan tools
seven quality control chart yang meliputi lembar periksa atau check sheet,
histogram, statifikasi, peta kendali yaitu peta kendali variabel dan peta kendali
atribut, diagram pencar, diagram pareto dan diagram sebab akibat.
1.2 Tujuan Praktikum
Dari hasil pelaksanaan praktikum modul VII ini dan dari data yang telah
diberikan, Praktikan diharapkan:
1. Mampu menentukan dan mengukur karakteristik kualitas dari suatu
produk.
2. Bisa menggunakan metode statistik dalam masalah pengendalian suatu
proses.
3. Mampu memahami dan mempelajari langkah-langkah proses pengendalian
kualitas dengan menggunakan seven quality control tools.

1.3 Alat dan Bahan


1. Jangka Sorong.
2. Lembar Pengamatan atau Check Sheet.
3. Software WIN QSB.
4. Penggaris.
5. Kalkulator.

1.4 Batasan Masalah


Dalam praktikum ini proses yang dialkukan untuk pengolahan data
dilakukan dengan cara komputer dengan menggunakan software WIN QSB dan
cara manual. Pengolahan WIN QSB dapat diperoleh dari sampel yang dialkukan
secara manual amupun standar tertntu, untuk menunjang keberhasilan dalam
melakukan pengendalian kualitas terpadu digunakan tujuh alat (seven tools) yang
merupakan tujuh teknik sederhana menganalisi masalah yang dihadapi.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah penulisan laporan ini, penulis membuat suatu
sistematika penulisan yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan praktikum,
alat dan bahan, batasan masalah, dan sistematika laporan
praktikum tentang statistical quality control.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab kedua ini membahas tentang defenisi statistical quality
control dan macam-macam alat bantu yang digunakan.
BAB III PENGUMPULAN DATA
Pada bab ketiga ini berisi tentang pengumpulan data yang
diperoleh dari data variabel dan data atribut.
BAB IV PENGOLAHAN DATA
Pada bab keempat ini, berisi tentang pengolahan data dari
computer, dan pengolahan data manual.
BAB V ANALISA DATA
Pada bab kelima ini berisi tentang Analisa Data computer dan
Analisa data Manual.
BAB VI PENUTUP
Pada bab keenam ini berisi tentang kesimpulan dan saran dalam
penulisan laporan modul VII tentang statistical quality control.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas merupakan suatu teknik yang sangat bermanfaat
agar suatu perusahaan dapat mengetahui kualitas produknya sebelum dipasarkan
kepada konsumen. Teknik pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan
dalam mengetahui kelayakan kualitas produk berdasarkan batas-batas kontrol
yang telah ditentukan. Kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan
bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing, kualitas suatu produk
diartikan sebagai derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu
memuaskan keinginan dari konsumen (fitnees for use) kualitas menjadi faktor
dasar keputusan konsumen untuk mendapatkan suatu produk, karena konsumen
akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari perusahaan tertentu yang
lebih berkualitas dari pada saingannya. Alasan mendasar pentingnya kualitas
sebagai strategi bisnis adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen
yang akan penampilan kualitas.
2. Kemampuan produk.
3. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku.
4. Pesaing yang makin kompetitif.
5. Kemajuan yang luar biasa melalui program keteknikan kualitas yang
efektif.
Pengertian pengendalian kualitas adalah aktifitas pengendalian proses
untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau
persyaratan dan mengambil tindakan yang sesuai apabila ada perbedaan antara
penampilan yang sebenarnya dengan yang standar. Tujuan dari pengendalian
kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk atau jasa yang dapat
memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik merupakan suatu alat
tangguh yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya, menurunkan cacat, dan
meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Aktifitas pengendalian kualitas
pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pengamatan terhadap performansi produk.
2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar baku.
3. Mengambil tindakan-tindkan bila terdapat penyimpangan yang cukup
signifikan dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk mengoreksinya.
Kualitas merupakan elemen penting dalam operasi, selain itu kualitas juga
memiliki beberapa pengaruh lain, beberapa alasan pengaruh lain yang membuat
kualitas menjadi penting yaitu sebgai berikut:
1. Reputasi perusahaan.
2. Keandalan produk atau jasa.
3. Penurunan biaya.
4. Pertanggung jawaban produk atau jasa.
5. Peningkatan pangsa pasar.
6. Keterlibatan global.
7. Penampilan produk atau jasa.

Defenisi kualitas sebagaimana yang diambil oleh American Society For


Quality adalah keseluruhan karakteristik produk atau jasa yang mampu
memuaskan kebutuhan yang terlihat atau tersamar. Defenisi kualitas terbagi atas
beberapa kategori yaitu, defenisi yang berbasis penggunaan dengan faktor yaitu
kualitas yang lebih tinggi dengan arti kinerja yang lebih baik, fitur yang lebih baik
dan perbaikan lainnya yang terkadang biaya memakan biaya. Dalam hal
pengendalian mutu, di manakah variasi itu terjadi ? Sudah pasti dalam proses,
karena kualitas produk ditentukan oleh kualitas proses. Konsep ini telah
melahirkan istilah kemampuan proses atau Process Capability (Cp). Semakin
tinggi nilai Cp maka semakin baik, yang berarti bahwa kualitas proses semakin
baik, dan mampu menghasilkan produk yang bermutu secara konsisten. Untuk
meningkatkan Cp diperlukan upaya-upaya yang terarah. pengendalian kualitas
statistikal akan membantu menentukan arah ini. Dengan Pengendalian kualitas
statistikal, proses akan secara konsisten terjaga pada tingkat kualitas yang
diinginkan. Teknik pengendalian kualitas statistikal dapat dengan mudah
dilakukan dengan menerapkan control chart, yang merupakan grafik kualitas
terhadap waktu secara real time dan terus-menerus. Dalam control chart ada yang
disebut nilai tengah (center value), batas atas pengendalian atau upper control
limit (UCL) dan batas bawah pengendalian atau lower control limit (LCL).
Dengan control chart, tingkat kegagalan digambarkan dalam diagram garis yang
akan bergerak terhadap waktu. Cara yang paling mudah untuk mengetahui
apabila ada sesuatu variasi yang tidak terkendali adalah dengan mengamati
apakah ada nilai yang berada diluar batas kendali UCL & LCL. Selain itu
kecenderungan-kecenderungan grafik yang menuju kepada variasi yang tidak
normal yang walaupun masih ada dalam batas kontrol dapat diamati, sehingga
masalah dapat diantisipasi lebih dini. Dalam hal pengendalian mutu, di manakah
variasi itu terjadi ? Sudah pasti dalam proses, karena kualitas produk ditentukan
oleh kualitas proses. Konsep ini telah melahirkan istilah kemampuan proses atau
Process Capability (Cp). Semakin tinggi nilai Cp maka semakin baik, yang berarti
bahwa kualitas proses semakin baik, dan mampu menghasilkan produk yang
bermutu secara konsisten. Untuk meningkatkan Cp diperlukan upaya-upaya yang
terarah. pengendalian kualitas statistikal akan membantu menentukan arah ini.
Dengan Pengendalian kualitas statistikal, proses akan secara konsisten terjaga
pada tingkat kualitas yang diinginkan. Teknik pengendalian kualitas statistikal
dapat dengan mudah dilakukan dengan menerapkan control chart, yang
merupakan grafik kualitas terhadap waktu secara real time dan terus-menerus.
Dalam control chart ada yang disebut nilai tengah (center value), batas atas
pengendalian atau upper control limit (UCL) dan batas bawah pengendalian atau
lower control limit (LCL). Dengan control chart, tingkat kegagalan digambarkan
dalam diagram garis yang akan bergerak terhadap waktu. Cara yang paling
mudah untuk mengetahui apabila ada sesuatu variasi yang tidak terkendali adalah
dengan mengamati apakah ada nilai yang berada diluar batas kendali UCL &
LCL. Selain itu kecenderungan-kecenderungan grafik yang menuju kepada variasi
yang tidak normal yang walaupun masih ada dalam batas kontrol dapat diamati,
sehingga masalah dapat diantisipasi lebih dini.

2.2 Pengendalian Kualitas Secara Statistik


Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) atau disingkat
SQC, adalah bagian visual untuk memberi gambaran proses yang sedang berjalan,
untuk mengetahui apakah proses berada didalam batas-batas yang telah
ditetapkan. Sebelumnya untuk tidak dapat juga dikatakan bahwa pengendalian
kualitas statistik merupakan ilmu yang memepelajari tentang teknik atau metode
pengendalian kualitas berdasarkan prinsip atau konsep statistik pengendalian,
kualitas statistik adalah alat yang berguna dalam membuat produk sesuai dengan
spesifikasi sejak dari awal proses hingga akhir proses. Pengendalian kualitas
statistik (statistical quality control), disingkat SPC, adalah bagan visual untuk
memberi gambaran proses yang sedang berjalan, untuk mengetahui apakah proses
berada didalam batas-batas yang telah ditetapkan sebelumnya atau tidak. Dapat
juga dikatakan bahwa pengendalian kualitas Statistik merupakan Ilmu yang
mempelajari tentang teknik /metode pengendalian kualitas berdasarkan prinsip/
konsep statistik Pengendalian kualitas statistik adalah alat yang sangat berguna
dalam membuat produk sesuai dengan spesifikasi sejak dari awal proses hingga
akhir proses. Dalam banyak proses produksi, akan selalu ada gangguan yang
dapat timbul secara tidak terduga. Apabila gangguan tidak terduga dari proses ini
relatif kecil biasanya dipandang sebagai gangguan yang masih dapat diterima atau
masih dalam batas toleransi. Apabila gangguan proses ini relatif besar atau secara
kumulatif cukup besar dikatakan tingkat gangguan yang tidak dapat diterima.
Pengendalian kualitas Statistikal tidak lepas dari kerja Walter Andrew
Shewhart, ahli di bidang fisika, rekayasa, dan statistika ketika ditugasi oleh
bosnya Dr George D. Edward untuk membuat sebuah diagram quality control
process pada 16 Mei 1924. Sebelumnya, yaitu tahun 1918, Dr Shewhart terlibat
dalam pengawasan produk jadi dan mengeluarkan produk-produk cacat di
Engineering Dept, salah satu perusahaan Western Electric. Shewhart
menggunakan distribusi Gauss dengan mean (μ) yang ditransformasi menjadi rata-
rata sebaran karakteristik proses, dan standar deviasi proses (σ) yang ditrasformasi
menjadi UCL atau Upper Control Limit dan LCL atau Lower Control Limit
sebagai landasannya. Pengendalian kualitas statistik merupakan alat manajemen
secara ilmiah beberapa keuntungan jika digunakan pengendalian kualitas statistik
adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan antara kualitas dan biaya.
2. Menjaga kualitas lebih seragam.
3. Penyediaan bahan baku yang leboh baik.
4. Penggunaan alat produksi yang lebih efesien.
5. Mengurangi kerja ulang atau pembuangan.
6. Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.

2.3 Roda Deming


Roda deming adalah suatu rangkaian dari langkah-langkah yang digunakan
untuk perbaikan dan penyempurnaan total dilingkungan manajemen, deming pada
tahun 1950 mengusulkan bahwa proses bisnis harus dianalisi dan diukur untuk
mengidentifikasi sumber variasi yang menyebabkan produk menyimpang dari
persyaratan pelanggan. Komponen utama roda deming adalah:
1. Riset Pasar.
2. Desain Produk.
3. Proses Produksi.
4. Pemasaran.
Roda deming memiliki siklus yang terdiri dari empat komponen utama
yaitu masing-masing dibagi menjadi beberapa langkah antara lain:
1. Mengembangkan rencana untuk perbaikan (Plan).
Rencana perbaikan ini meliputi empat langkah yaitu:
a. Identifikasi peluang dilakukannya perbaikan.
b. Dokumentasi proses yang ada saat ini.
c. Menciptakan Visi proses yang diperbaiki.
d. Menentukan jangkauan (Scape) usaha perbaikan.
2. Melaksankan rencana yang dibuat.
3. Memriksa hasil yang dicapai.
4. Melakuakn penyesuaian bila diperlukan.
Deming adalah fokus pada proses produksi industri, dan tingkat perbaikan
yang dicari berada di tingkat produksi. Pada perusahaan pasca-industri modern,
jenis-jenis perbaikan masih dibutuhkan tetapi driver kinerja nyata sering terjadi
pada tingkat strategi bisnis. Penyebaran strategis adalah proses yang lain, tetapi
memiliki relatif lebih lama-panjang variasi karena perusahaan besar tidak dapat
mengubah secepat unit usaha kecil. Namun, inisiatif strategis dapat dan harus
ditempatkan dalam loop umpan balik, lengkap dengan pengukuran dan
perencanaan terkait dalam siklus PDCA.
2.4 Seven Quality Control Chart

Untuk menunjang keberhasilan pengendalian kualitas terpadu digunakan


tujuh alat (Sevent Tools) yang merupakan tujuh teknik sederhana untuk
menganalisa masalah yang sedang dihadapinya dari seven tools yang selama ini
kita ketahui dapat kita simpulkan bahwa informasi yang kita dapat merupakan
suatu informasi yang lebih onovasi dan dapat memotivasi kita untuk dapat
melakukan perbaikan mutu pada pengendalian statistik. Ini 'roda dalam roda
"menggambarkan hubungan antara manajemen strategis dan manajemen unit
bisnis di sebuah perusahaan besar. Sebenarnya ada beberapa unit bisnis yang
terpisah, tentu saja, masing-masing dengan mengatur sendiri metrik, tujuan, target
dan inisiatif. Namun angka ini menggambarkan gagasan bahwa aktivitas bisnis
merupakan bagian dari upaya DO strategis secara keseluruhan.
Catatan Siklus PDCA sebenarnya awalnya dikembangkan oleh Walter A,
Shewhart, Bell Laboratories ilmuwan yang adalah teman Deming dan mentor, dan
pengembang statistical process control (SPC) pada akhir tahun 1920. Jadi
kadang-kadang ini disebut sebagai "Siklus Shewhart". Ada juga beberapa variasi
baru pada konsep ini. Lihat The Man Who Kualitas Ditemukan oleh A. Gabor,
Penguin Books, 1990. QC Seven Tools adalah 7 (tujuh) alat dasar yang digunakan
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh produksi, terutama pada
permasalahan yang berkaitan dengan kualitas (Mutu). 7 alat dasar QC ini pertama
kali diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1968.Ketujuh alat tersebut
adalah Check Sheet, Control Chart, Cause and Effect Diagram, Pareto Diagram,
Histogram, Scatter Diagram dan Stratification.

2.4.1 Lembar Periksa (Check Sheet)


Lembar periksa mempunyai tujuan yaitu mempermudah proses
pengumpulan data. Biasanya berbentuk formulir dimana item-item yang akan
diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut, lembar periksa dapat digunakan
baik untuk data variabel maupun data atribut walaupun umumnya banyak
digunakan untuk data atribut. Check sheet atau sering orang menyebutnya check
list atau tally chart, merupakan alat pertama dari tujuh alat dasar manajemen
kualitas yang sederhana dan digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasi data
yang telah diamati. check sheet merupakan suatu daftar yang mengandung atau
mencakup faktor-faktor yang ingin diselidiki. Check Sheet merupakan daftar yang
berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah laku atau
kegiatan individu yang diamati. Dari pengertian check sheet di atas disimpulkan
bahwa check sheet merupakan salah satu metoda untuk memperoleh data yang
berbentuk daftar yang berisi pernyataan dan pertanyaan yang ingin diselidiki
dengan memberi tanda cek. Alat ini berupa lembar pencatatan data secara mudah
dan sederhana, sehingga menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
dalam pengumpulan data tersebut. Umumnya check sheet berisi pertanyaan-
pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga pencatat cukup memberikan
tanda kolom yang telah tersedia, dan memberikan keterangan seperlunya.
Sebagai salah satu alat dari tujuh alat dasar manajemen kualitas yang
dalam istilah bahasa sono seven basic quality tools, check sheet memiliki fungsi
sebagai alat pencatat hasil observasi dari pemeriksaan distribusi proses produksi,
item, lokasi, dan penyebab produk cacat atau rusak, juga sebagai alat konfirmasi
pemeriksaan. Lalu kalau begitu apa manfaat penggunaan check sheet dalam
konteks manajemen kualitas Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan check
sheet dalam mengelola kualitas terutama.

2.4.2 Histogram
Histogram merupakan sebuah bentuk pengumpulan data yang ditampilkan
dalam bentuk gambar atau batangan untuk mempermudah dalam membaca data
tersebut. Kata histogram berasal dari bahasa Yunani histos, dan gramma. Pada
bidang statistik, pengertian histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi
frekuensi yang digambarkan dengan grafis batangan sebagai manifestasi data
binning. Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi frekuensi pada masing-
masing deret kategori yang berdampingan dengan interval yang tidak tumpang
tindih. Dalam konteks manajemen kualitas, histogram adalah perangkat grafis
yang menunjukkan distribusi, sebaran, dan bentuk pola data dari proses. Jika data
yang terkumpul menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan dapat diprediksi,
kemudian histogram dapat pula digunakan untuk menunjukkan kemampuan
batasan proses. Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis
grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data
(hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk
dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar
mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke
kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut
kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan
nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena
mendekati spesifikasi yang telah ditetapkan. Berikut diberikan satu contoh
histogram. Berikut langkah-langkah penyusunan histogram:
1. Menentukan batas-batas observasi.
2. Memilih kelas atau sel.
3. Menentukan lebar kelas tersebut.
4. Menentukan batas-batas kelas.
5. Menggambarkan frekuensi histogram dan menyusun didaerah batangnya.

2.4.3 Stratifikasi

Stratifikasi adalah menggunakan atau mengklasifikasikan persoalan


menjadi kelompok atau golongan yang lebih kecil menjadi unsur persoalan yang
menjadi karakteristik yang sama, kegunaannya adalah untuk melihat masalah dan
mempersempit ruang lingkup sehingga dapat ditinjau dari suatu segi saja.
Kegunaannya adalah untuk melihat masalah dan mempersempit ruang lingkup
sehingga dapat ditinjau dari suatu segi saja. Diagram Stratifikasi adalah diagram
yang menguraikan atau mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok atau
golongan yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur dari persoalan yang
mempunyai karakteristik sama. Kegunaan dan manfaat diagram stratifikasi antara
lain untuk melihat masalah dan mempersempit ruang lingkup masalah, sehingga
dapat ditinjau dari satu segi saja, misalnya dari segi penyebab, waktu, lokasi
bahan baku, orang dan sebagainya. Dasar pengelompokkan atau stratifikasi sangat
tergantung pada tujuan pengelompokan, sehingga dasar pengelompokkan dapat
berbeda-beda tergantung kepada permasalahannya. Stratifikasi sosial menurut
Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-
lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya
yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam
masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang
hidup teratur. Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

2.4.4 Peta Kendali


Peta kendali adalah grafik dengan mencamtumkan batas maksimum dan
minimum yang merupakan batas daerah dengan pengendalian. Peta kendali p
(pengendali proporsi kesalahan) merupakan salah satu peta kendali atribut yang
digunakan untuk mengendalikan bagian produk cacat dari hasil produksi.
Pengendali proporsi kesalahan (p-chart) digunakan untuk mengetahui apakah
cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan atau tidak.
Dapat dikatakan juga sebagai perbandingan antara banyaknya cacat dengan semua
pengamatan, yaitu setiap produk yang diklasifikasikan sebagai “diterima” atau
“ditolak” (yang diperhatikan banyaknya produk cacat). Peta pengendali proporsi
kesalahan digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat
dalam setiap sempel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali
melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat menggunakan peta
pengendali proporsi kesalahan (p-chart) maupun banyaknya kesalahan (np-chart).
Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiapkali melakukan observasi
berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan
100% inspeksi maka kita harus menggunakan peta pengendali proporsi kesalahan
(p-chart). Tujuan menggembar peta kendali adalah untuk menetapkan apakah
setiap titik pada grafik normal atau tidak normal dan dapat mengetahui perubahan
dalam proses darimana data yang dikumpulkan, sehingga setiap titik pada grafik
harus mrngindikasikan dengan cepat dari proses mana data diambil, pembagian
peta kendali meliputi:
1. Peta kendali variabel.
2. Peta kendali atribut.
3. Peta kendali P.
2.4.4.1 Peta Kendali Variabel
Peta kendali variabel yaitu peta kendali untuk mengukur data yang bersifat
variabel. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bila sampel yang
diambil setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat
menggunakan peta pengendali proporsi kesalahan (p-chart) maupun banyaknya
kesalahan (np-chart). Bila peta kendali p digunakan untuk memetakan proses
secara proporsional, maka peta kendali np merupakan peta kendali yang
digunakan untuk mengukur banyaknya produk cacat per item. Peta kendali np
biasa digunakan untuk memetakan jumlah item cacat atau banyaknya cacat dari
sebuah sampel yang diambil. Berbeda dengan peta kendali p yang dapat
memetakan proses dengan jumlah sampel tiap observasi sama maupun tidak sama,
peta kendali np hanya biasa digunakan apabila sampel yg diambil tiap observasi
jumlahnya sama. Data yang bersifat variabel diperoleh dari hasil pengukuran
dimensi seperti berat, panjang, lebar, tebal dan temperatur.

2.4.4.2 Peta Kendali Atribut


Peta kendali atribut yaitu peta kendali untuk mengukur data yang bersifat
atribut. Pengendalian data yang bersifat atribut dilakukan apabila pengukuran
tidak mungkin dilakukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bila
sampel yang diambil setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita
dapat menggunakan peta pengendali proporsi kesalahan (p-chart) maupun
banyaknya kesalahan (np-chart). Bila peta kendali p digunakan untuk memetakan
proses secara proporsional, maka peta kendali np merupakan peta kendali yang
digunakan untuk mengukur banyaknya produk cacat per item. Peta kendali np
biasa digunakan untuk memetakan jumlah item cacat atau banyaknya cacat dari
sebuah sampel yang diambil. Berbeda dengan peta kendali p yang dapat
memetakan proses dengan jumlah sampel tiap observasi sama maupun tidak sama,
peta kendali np hanya biasa digunakan apabila sampel yg diambil tiap observasi
jumlahnya sama. Jenis-jenis Control Chart (Peta Kendali) Control Chart atau Peta
Kendali yang paling sering dipakai dalam Produksi pada umumnya terdiri dari 7
Jenis Control Chart dan digolongkan menjadi 2 Kategori berdasarkan jenis data
yang diukurnya. Berikut ini adalah Jenis-jenis Control Chart (Peta Kendali) :
a. Variable Control Chart (Peta Kendali Variabel)
Variable Control Chart atau Peta Kendali Variabel ini digunakan untuk
mengendalikan proses dengan Data Variabel seperti Panjang Kaki Komponen,
Suhu Solder, Tegangan Power Supply, Dimensi Komponen dan Data-data
variabel lainnya. Jenis-jenis Control Chart ini diantaranya adalah Xbar – R Chart,
Xbar – s Chart dan I – MR Chart. Komponen penting yang terdapat dalam sebuah
Control Chart adalah Batas-batas kendali (Control Limit) yang terdiri dari Upper
Control Limit (UCL), Central Limit (CL), dan Lower Control Limit (LCL). Peta
kendali atribut yaitu peta kendali untuk mengukur data yang bersifat atribut.
Pengendalian data yang bersifat atribut dilakukan apabila pengukuran tidak
mungkin dilakuk
2.4.5 Diagram Pencar
Kegunaan dari diagram pencar adalah untuk melihat korelasi dari suatu
penyebab atau faktor yang kontinyu terhadap karakteristik kualitas atau faktor
lain. Jika digambarkan pada suatu vertikal akibatnya dan pada sumbu horizontal
penyebabnya, maka akan mendapatkan sebuah peta yang disebut dengan diagram
tebar atau pencar. Diagram scatter atau diagram pencar atau juga disebut diagram
sebar adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi)
antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara
dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Scatter
diagram juga dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel dapat
digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Kegunaan dari diagram pencar
adalah untuk melihat korelasi dari suatu penyebab atau faktor yang kontinyu
terhadap karakteristik kualitas atau faktor lain. Berikanlah informasi yang
secukupnya untuk Scatter Diagram tersebut seperti :
1.Judul Grafik
2.Banyaknya pasangan data
3.Judul dan unit pengukuran untuk sumbu Vertikal dan Horizontal Interval
Waktu
4.Orang yang membuat dan penanggung Jawab Scatter Diagram tersebut.

2.4.6 Diagram Pareto


Diagram pareto adalah suatu dambar yang mengurutkan klasifiskasi dari
kiri tekanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Diagram pareto
dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19 merupakan
pendekatan logic dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang
digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and
the trivial many untuk mendapatkan menyebab utamanya. Diagram pareto telah
digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka
proyek; proses program; kombinasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat
membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan
mutu pekerjaan. Pareto chart sangat tepat digunakan jika menginginkan hal-hal
seperti menentukan prioritas karena keterbatasan sumberdaya, menggunakan
kearifan tim secara kolektif, menghasilkan consensus atau keputusan akhir, dan
menempatkan keputusan pada data kuantitatif diagram pareto merupakan metode
standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau
memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap sebagai suatu pendekatan
sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik, serta sebagai
perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram pareto
merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan
menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu
menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking
tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).
Selain itu, diagram pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi
proses. Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20%
penyebab bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya.
Kedua aksioma tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur
yang terletak di bagian kiri diagram pareto daripada mencoba untuk
menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram.
Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab
penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan
diagram pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personel terhadap situasi yang
diamati, dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan
penetapan tujuan secara tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan
membuat persoalan terlalu kompleks dan juga jangan terlalu mencari
penyederhanaan pemecahan.
Tahapan penggunaan dari diagram pareto adalah mencari fakta dari data
ciri gugus kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan
sebelumnya dan mengelompokkan sesuai dengan periodenya, membentuk
histogram evaluasi dari kondisi awal permasalahan yang ditemui, melakukan
rencana dan pelaksanaan perbaikan dari evaluasi awal permasalahan yang
ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang telah ditetapkan dan
menentukan tema selanjutnya. Diagram pareto dapat mengidentfikasikan masalah
yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan
memberikan petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk
menyelesaikan masalah.

2.4.7 Diagram Sebab Akibat


Diagram sebab akibat adlah diagram yang menggambarkan garis dan
simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah.
Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Untuk
mencari berbagai penyebabnya tersebut dapat digunakan teknik brainstonning
dari personil yang terlibat dalam proses yang dianalisi. Diagram tulang ikan atau
fishbone adalah salah satu metode/tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering
juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram.
Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr.
Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni
teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram
ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen
kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr.
Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau
metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart,
run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart dan flowchart.
Dikatakan diagram fishbone (tulang ikan) karena memang berbentuk
mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan.
Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah
permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai
moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan
pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan
Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat.
Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat
dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan
karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu
Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas.
Untuk menghitung penyebab kesalahan dilakukan dengan mencari akibat terbesar
dari suatu masalah. Dari akibat tersebut dijabarkan dalam beberapa penyebab
utama, lalu dicari masing-masing penyebabnya secara mendetail.

Anda mungkin juga menyukai