LANDASAN TEORI
2.3. Penggorengan
Penggorengan merupakan salah satu proses memasak bahan pangan
secara cepat dan praktis dengan menggunakan media minyak yang dipanaskan
(Rosell, 2001). Tujuan dilakukannya penggorengan yaitu membuat bahan menjadi
masak dan mengurangi kadar air dalam bahan sehingga produk menjadi awet.
Proses dehidrasi atau hilangnya kadar air dalam minyak akan meningkatkan
kekentalan dan pembentukan radikal yang membahayakan kesehatan.
Dalam penggorengan terdapat tiga metode yang bisa digunakan yaiitu:
1. Shallow/pan frying (penggorengan dangkal), yaitu teknologi
penggorengan yang hanya menggunakan minyak dalam jumlah yang
sedikit. Teknologi ini biasanya digunakan pada penggorengan telur.
2. Deep-fat frying (penggorengan rendam), yaitu minyak goreng yang
digunakan lebih banyak dari pada fan frying. Kelebihan metode ini adalah
bahan pangan terendam dalam minyak sehingga pemasakan menjadi
merata dan hanya memerlukan waktu yang singkat. Akan tetapi metode ini
memerlukan biaya yang besar karena menggunakan minyak yang cukup
banyak.
3. Vacum frying, yaitu metode penggorengan yang dilakukan dengan
menurunkan tekanan udara pada alat penggoreng. Metode ini akan
menghasilkan produk yang lebih baik seperti produk yang lebih renyah
dan tahan lama.
Selama penggorengan terjadi perubahan pada minyak diantaranya
perubahan warna, aroma, viskositas dan degradasi lemak. Semakin tinggi suhu
penggorengan maka terjadi degradasi minyak dan oksidasi minyak yang
mengakibatkan bau tengik pada minyak. Semakin tidak jenuh minyak maka
tingkat oksidasi menjadi semakin tinggi. Hal ini karena minyak yang tidak jenuh
terdapat ikatan rangkap. Sedangkan pada bahan akan terjadi perpindahan panas
dan pelepasan uap air. Perubahan bahan pangan akibat penggorengan antara lain
pembentukan crust, perubahan cita rasa, aroma, tekstur, warna, penurunan kadar
air, kerusakan vitamin, gelatinisasi pati, dan denaturasi protein.
inin
INPUT BLACK BOX OUTPUT