Anda di halaman 1dari 35

PRAKTEK KOMPREHENSIF FARMASI

INDUSTRI
PRODUCT DEVELOPMENT (PREFORMULASI)
SEDI AAN I NFUS NATRI UM KLO RI DA 0 , 9 %

DISUSUN OLEH:
KELAS D
NI NYOMAN KRISNA TRI SUPUTRI 1808611045
NI KOMANG SASI ANI 1808611046
NI WAYAN MUSDWIYUNI 1808611047
NI KETUT AYU SUKSMAWATI 1808611048
NI KETUT PUTRI AYU PURWANINGSIH 1808611049
KOMANG PUJA LAKSANA 1808611050
JUWITA SUSIARNI 1808611051
NI LUH PUTU MELYANDARI 1808611052
KADEK MEGAYANTI 1808611053
IDA AYU PUTU YUDIA 1808611054
PUTU LIA HENDRAYATI 1808611055
GEDE MAHENDRA DHARMA PUTRA 1808611056
NI MADE DHATU DEWI ADNYANI 1808611057
RAHAYU WIRAYANTI 1808611058
LATAR BELAKANG

Rute pemberian obat kepada pasien didasarkan pada faktor umur, berat, dan status penyakit.
Jika pasien dalam keadaan :
 gawat darurat
 Koma
 tidak memungkinkan untuk menerima terapi secara oral
Pilihan yang tepat adalah terapi parenteral

Memiliki efek yang cepat karena


obat akan langsung masuk ke
sistem sistemik tubuh
Sal ah satu se di aan p are nt eral yang se ring digun a kan adalah
infu s int rave na , y aitu infu s n ormal salin y ang m engand ung
nat rium klori d a. natrium klori da merup akan suatu senyawa yang
m engan dung i on na+ dan cl - y ang p entin g bag i kelan gsungan
hi dup manu si a . normal salin d apat dipak ai seb agai cairan
re su sit asi (rep laceme nt t herapy ) , te rut ama pad a k asu s se p er ti
k ad ar n a+ yan g ren dah , d iman a rl ti d ak c oco k untu k digunak an
( sep er ti p a da al kal osi s, ret en si kalium ). kegun aan l ainnya untu k
t er api p asi en yan g kehilan gan ion na+ d an cl - k aren a d ehid r asi
d an untu k bil asan /ir igasi . se d iaan infu s b anyak d ip akai , t erutam a
u n t uk t e rap i saat p asi e n d i r aw at d i r u m ah sak i t

 Tingginya kebutuhan dan manfaat yang banyak dari sediaan infus, maka PT.
Everlasting Farma melihat adanya peluang untuk mengembangkan produk
infus NaCl 0,9%.
 Selama proses produksi sediaan infus harus memperhatikan beberapa aspek
yaitu ruangan, personil, peralatan yang steril sesuai peraturan yang berlaku.
Selain itu, pemilihan bahan yang tepat juga berperan penting agar dapat
menghasilkan sediaan yang memenuhi persyaratan dan memiliki efek terapi
yang sesuai.
ALUR KONSEP PRODUCT DEVELOPMENT
PREFORMULASI
Formula Standar Pertimbangan Pemilihan Formula

Merupakan sediaan injeksi dosis tunggal. Pada komposisi tidak terdapat yang
berfungsi sebagai agen depirogenasi. Apabila terdapat pirogen yang tahan
terhadap pemanasan dan masih bertahan setelah dilakukan sterilisasi akhir, maka
pirogen tersebut tidak dapat dihilangkan yang berpengaruh terhadap mutu
sediaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, formula A kurang tepat digunakan
untuk produk yang akan dikembangkan PT. Everlasting Farma.
Merupakan sediaan injeksi dosis ganda yang ditunjukkan dengan adanya
penambahan benzil alkohol dalam formulasi. Benzil alkohol berfungsi sebagai
pengawet yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri terutama gram positif
dengan konsentrasi tidak lebih dari 2 % (Rowe et al., 2009). Formula B kurang
tepat untuk dipilih, karena PT. Everlasting Farma akan membuat Sediaan infus
NaCl 0,9% dalam dosis tunggal sehingga tidak membutuhkan penambahan bahan
pengawet.
Merupakan sediaan injeksi yang dibuat untuk dosis tunggal. Pada formula sudah
terdapat bahan karbon aktif yang berguna sebagai agen depirogenasi untuk
menghilangkan pirogen yang tahan terhadap pemanasan pada saat sterilisasi
akhir dengan autoklaf. Produksi sediaan infus NaCl 0,9% oleh PT. Everlasting
Farma akan memanfaatkan teknik sterilisasi akhir, sehingga formula C paling
tepat untuk dipilih.
FORMULA YANG DIPILIH
Berdasarkan beberapa pertimbangan telah dipilih formula C sebagai formula acuan dengan
beberapa modifikasi sebagai berikut:

Nama Bahan Kegunaan Persentase Bobot Volume

NaCl Bahan Aktif 0,9 % 4,5 gram 2,08 mL

Karbon Aktif Absorbing agent - (0,25 gram) -

NaOH Buffer 0,16 % 0,79 gram 0,37 mL

KH2PO4 Buffer 0,67 % 3,4 gram 1,45 mL

WFI Pelarut 98,28 % 496,1 gram 496,1 mL

Total 100 % 504,79 gram 500 mL


PERTIMBANGAN PEMILIHAN BAHAN

• Karbon aktif sebagai agen depirogenasi


Pirogen merupakan produk metabolisme dari suatu mikroorganisme, yang secara kimia tersusun dari lipopolisakarida-protein-lipid
kompleks yang diproduksi oleh bakteri gram negatif yang melekat pada permukaan bakteri dan bertanggung jawab terhadap timbulnya
reaksi panas. Efek adanya pirogen ini menghasilkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam , sakit badan, vasokontriksi pada kulit dan
kenaikan tekanan darah dalam arteri
• WFI sebagai pelarut
Pelarut ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, bebas pirogen dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh British Pharmacope
(BP) 2002 dan Europian Pharmacopoiea (EU) 2001 . Pertimbangan lain dalam pemilihan pelarut adalah karena NaCl mudah larut dalam air
dan memenuhi syarat sebagai pembawa sediaan steril yaitu tidak toksik
• Buffer
Nilai pH sediaan infus harus diperhatikan karena harus memiliki pH yang mendekati pH darah yaitu 7,4. Natrium klorida stabil pada pH
6,7-7,3. Oleh karena itu, pH sediaan akhir infus normal salin harus memenuhi rentang pH ideal untuk menjaga kestabilan zat aktif dalam
sediaan sehingga pada formulasi sediaan infus NaCl 0,9 % dilakukan pembuatan buffer NaOH dan KH2PO4. Buffer berfungsi sebagai
larutan penyangga agar pH infus yang dibuat tetap berada pada pH stabilnya yaitu (6,7 – 7,3).
PERHITUNGAN BAHAN
Berikut merupakan perhitungan bahan untuk 1 sediaan (volume 500 mL) sesuai formula yang akan
digunakan :
Monografi Bahan
dan
Material Safety Data Sheet
3 . 1 N AT R I U M K L O R I D A
1. Organoleptis 6. Higroskopis
hablur berbentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin higroskopik di atas 75% dari kelembapan relatif (rowe et al., 2009).
(DEPKES RI, 1995).
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul: 7. Stabilitas
Terhadap cahaya
NaCl tidak stabil, sehingga penyimpanan di tempat yang terlindung cahaya
(McEvoy, 2002).
Terhadap suhu
NaCl tidak stabil dengan pendinginan karena dapat menghilangkan sifat
bakteriostatik NaCl (McEvoy, 2002).
Terhadap pH
NaCl stabil pada rentang pH 6,7-7,3 (Kibbe, 2000).

8. Inkompatibilitas
Fase air dari cairan natrium klorida bersifat korosif terhadap besi. NaCl juga
gambar 1. struktur kimia natrium klorida berat molekul nacl: 58,44 bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan merkuri.
gram/mol (Depkes RI, 1995). NaCl merupakan oksidator kuat yang membebaskan klorin dari larutan asam
3. Ukuran Partikel natrium klorida. Kelarutan pengawet antimikroba metilparaben menurun
ukuran partikel nacl 30 µm dalam bentuk serbuk (rowe et al., 2009). dalam larutan natrium klorida dan viskositas gel karbomer dan larutan
hidroksietil selulosa atau hidroksipropil selulosa berkurang dengan
4. Kelarutan penambahan natrium klorida (Rowe et al., 2009).
mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam gliserin; sukar larut dalam etanol (DEPKES RI, 1995).
9. Penyimpanan
5. Titik Lebur Bahan padat NaCl stabil dan harus disimpan dalam wadah yang tertutup dan
natrium klorida memiliki titik lebur pada suhu 804oc (rowe et al., 2009). di tempat yang sejuk dan kering (Rowe et al., 2009). Penyimpanan diatur
padaruangan bersuhu 15-300C (59-860F). Hindari dari pembekuan (McEvoy,
2002).
A N A L I S I S F A R M A KO L O G I N AT R I U M K L O R I D A
n a t r i u m klorida digunakan untuk •Natrium klorida diindikasikan untuk kehilangan natrium yang
mengatasi kekurangan ion natrium dapat timbul dari keadaan seperti gastroenteritis, ketoasidosis
dan ion klorida di dalam tubuh. diabetik, ileus, dan asites. Pada defisit yang berat dari 4 hingga 8
n a t r i u m klorida merupakan sumber liter, 2-3 liter natrium klorida isotonik dapat diberikan dalam 2-
utama dari natrium, klorida dan air 3 jam. Pada kondisi diare dan muntah yang persisten, kombinasi
ketika terjadi dehidrasi. kehilangan natrium, kalium, klorida, dan air sangat sering timbul,
l a r u t a n n a t r i u m k l o r i d a 0 , 9 % d e n g a n penggantian dilakukan dengan infus natrium klorida 0,9%
pelarut air merupakan larutan yang intravena dan infus glukosa intravena 5% dengan jumlah kalium
isoosmotik dan isotonis terhadap yang sesuai
serum (darah) dan cairan mata.
D o s i s dapat ditingkatkan dengan
•Natrium umunya juga diperluka pada neonatus sehat adalah 3
meningkatkan kosentrasi meq, mmol atau mmol/kg bb/hari. Bayi prematur, terutama yang berusia di
massa (mg) dari NaCl yang digunakan. bawah 30 hari, dapat memerlukan sampai dengan 6
mmol/kgbb/hari. Hiponatremia dapat terjadi karena kehilangan
 Nilai plasma normal untuk
natrium dalam jumlah banyak, dilusi dan pembatasan asupan
elektrolit ion natrium dan ion klorida
cairan yang tidak sesuai. Suplementasi natrium kadang
yaitu 142 mmol/l dan 103 mmol/l.
dibutuhkan jika kadar natrium dalam serum berkurang secara
I n f u s n a t r i u m k l o r i d a 0 , 9 % m e n g a n d u n g nyata (PIONAS, 2017).
150 mmol/l baik untuk ion natrium dan
ion klorida. natrium klorida dengan
jumlah 394 mg setara dengan 17,1 mmol
atau 17,1 meq (sweetman, 2009).
3.2 KARBON AKTIF
1. Organoleptis
Serbuk, hitam, tidak berbau. Diperoleh dari residu destilasi destruktif berbagai bahan organik, diolah untuk peningkatan kapasitas adsorbsi zat warna
organik dan basa nitrogen (Depkes RI, 1995).
2. Struktur kimia dan berat molekul Rumus Kimia
Berat molekul : 12,01 gr/mol (Rowe et al, 2009).

Gambar 2. Struktur Kimia Karbon Aktif


3. Ukuran Partikel dan Luas Permukaan
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel
yang sangat halus berukuran 0,01-0,0000001 mm.Sifat adsorptif karbon aktif diperlihatkan oleh adanya permukaan (1) makropori dengan diameter >
50 nm, (2) mesopori diameter 2-50 nm dan mikropori diameter lebih kecil dari 2 nm (Laszlo et al., 2001).

4. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan etanol (Depkes RI, 1995).

5. Stabilitas
Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara (Depkes RI, 1995).

6. Inkompatibilitas
Karbon aktif dapat menurunkan bioavailabilitas dari beberapa obat seperti loperamid, dan riboflavin. Oksidasi dari hidrokortison ditingkatkan dengan
adanya attapulgite (Kibbe, 2000).
3.3 Aqua pro Injeksi
1. Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan hambar (Depkes RI, 1995).

2. Struktur Kimia dan Berat Molekul


Aqua pro injeksi (H2O) dengan berat molekul 18.02 g/mol

Gambar 3. Struktur Kimia Aqua Pro Injeksi


3. Kelarutan
Larut dalam pelarut polar.

4. Stabilitas
Stabil dalam semua bentuk fisik (es, air, dan uap) (Rowe et al., 2009).

5.Titik Lebur
Titik Lebur Aqua pro injeksi adalah 0o C (Rowe at al., 2009).

6.Titik Didih
Aqua pro injeksi memiliki titik didih pada suhu 100oC.

7. Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi
dalam adanya air atau kelembaban) dilingkungan dengan peningkatan suhu. Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan cepat dengan
alkali logam dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida (Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009).
3.4 KH2PO4
a. Nama : Kalium Dihidrogen Fosfat
b. Rumus Empiris : KH2PO4
c. Struktur Kimia :

Gambar 4. Struktur Kimia KH2PO4

d. Bobot Molekul : 136,09


e. Pemerian : Kristal tidak berwarna atau berwarna putih, tidak berbau
f. Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
g. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan : Stabil dalam bentuk larutan dan dapat disterilisasi dengan autoklaf.
Dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk
h. Fungsi : Buffer pH
i. Inkompatibilitas :Aluminium, magnesium, dan kalsium yang dapat mengikat fosfat (Rowe et al., 2009).
3.5 NaOH
a. Organoleptis
Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah.
Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida (Depkes RI, 1979).
b. Struktur Kimia dan Berat Molekul
BM NaOH : 40,00 gram/mol (Depkes RI, 1995)

Gambar 5. Struktur Kimia NaOH


c. Kelarutan
Mudah larut dalam air dan dalam etanol (Depkes RI, 1995).
d. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Disimpan pada wadah yang kedap udara dan material wadah yang non metal pada tempat sejuk dan kering. Apabila terkena udara,
sodium hidroksida akan mengabsorbsi udara dan terjadi lembab dan sedikit mencair tetapi akan kembali padat apabila diabsorbsi
dengan karbondioksida (Rowe et al., 2009).
e. Titik Lebur
Titik lebur dari NaOH : 318oC (Rowe et al., 2009).
d. Higroskopisitas
Bila dibiarkan diudara, akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab (Depkes RI, 1995).
e. Inkompaktibilitas
Natrium hidroksida adalah basa kuat dan inkompaktibel dengan beberapa komponen yang dapat menghidrolisis dan mengoksidasi.
Senyawa ini akan bereaksi apabila dengan asam, ester dan ether dan terutama dengan pelarut air (Rowe et al., 2009).
FORMULASI
INFUS
N AT R I U M K L O R I D A 0 , 9 %
4.1 Standar Infus
4.2 Formula Infus yang akan dibuat Skala Laboratorium

Bobot Bobot Volume Volume


Nama Bahan Kegunaan Persentase
1 sediaan 15 sediaan 1 sediaan 15 sediaan

NaCl Bahan Aktif 0,9 % 4,5 gram 67,5 gram 2,08 mL 31,2 mL

Karbon Aktif Absorbing agent - (0,25 gram) (3,75 gram) - -

NaOH Buffer 0,16 % 0,79 gram 11,85 gram 0,37 mL 5,55 mL

KH2PO4 Buffer 0,67 % 3,4 gram 51 gram 1,45 mL 21,75 mL

WFI Pelarut 98,28 % 496,1 gram 7441,5 gram 496,1 mL 7441,5 mL

Total 100 % 504,79 gram 7571,85 gram 500 mL 7500 mL


4.3 Metode
Pembuatan
UJI
EVALUASI
Sediaan infus NaCl 0,9% setelah diproduksi dan
dikemas, dilakukan tahap evaluasi baik secara fisik,
kimia dan mikrobiologi pada sediaan dengan
melakukan uji organoleptis, uji pH, uji partikulat, uji
kejernihan, uji keseragaman bobot dan volume, uji
kebocoran, uji pirogen, dan uji sterilitas
1 UJI ORGANOLEPTIS
Pada pengujian organoleptis, dilakukan
pengamatan secara visual terhadap bau, warna
rasa dari sediaan. Uji organoleptis dilakukan dengan
cara diambil sediaan infus NaCl 0,9% dan diamati
bau, warna dan rasa dari sediaan secara visual. Hasil
yang diharapkan adalah tidak adanya bau,
berwarna bening dan tidak berasa dari sediaan
yang teramati secara visual.

2 UJI pH
Pengujian pH sediaan, pada tahap awal
dilakukan proses kalibrasi terhadap pH meter
sebelum digunakan. Dilakukan pembakuan pH
meter dengan cara membilas elektroda dan sel
beberapa kali dengan larutan uji. Dicelupkan
elektroda ke larutan uji hingga terendam, dibaca
nilai pH yang dihasilkan dari larutan uji tersebut. Hasil
pH sediaan infus NaCl 0,9% yang diharapkan yaitu
7,2.
3 UJI PARTIKULAT
Pengujian partikulat dilakukan dengan cara sebagai berikut kemasan dari larutan
infus harus bebas dari label dan stiker yang melekat, Pegang kemasan pada bagian
atas dan secara hati-hati putar bagian pinggang kemasan dengan gerakan memutar
perlahan. Jika terlalu cepat, gerakan memutar dapat menimbulkan gelembung pada
bagian permukaan.
Gelembung ini akan menjadi bias antara partikulat pengotor dengan gelembung.
Pegang kemasan secara horizontal sekitar 4 inci di bawah sumber cahaya, yang
berlawanan arah dengan background hitam putih. Cahaya harus dijauhkan dari
inspektor, dan tangan harus berada di bawah sumber lampu agar tidak terlalu silau.
Jika tidak ada partikel yang terlihat, balik kemasan dan amati ada atau tidaknya
partikel berat yang tidak tersuspensi dengan gerakan memutar.
Observasi setidaknya dilakukan selama 5 detik untuk setiap bagian hitam, dan 5
detik lagi untuk bagian putih. Hasil yang diharapkan yaitu sediaan untuk infus harus
bebas dari partikulat (partikel halus yang ada pada sediaan).
4 UJI KESERAGAMAN VOLUME
Uji keseragaman volume dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: dihilangkan etiket
10 wadah, cuci bagian luar wadah dengan air, keringkan, kemudian ditimbang satu persatu,
dalam keadaan terbuka, dikeluakan isi wadah dan dicuci wadah dengan air kemudian dengan
etanol (95%) P, Dikeringkan wadah pada suhu 105°C hingga botol tetap dan dinginkan,
ditimbang satu persatu wadah tersebut.
Volume isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera pada daftar
berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera,
Dikeringkan wadah pada suhu 105°C hingga botol tetap dan dinginkan, ditimbang satu
persatu wadah tersebut. Hasil yang diharapkan yaitu volume isi netto tiap wadah harus
sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan.
5 UJI PIROGEN
Uji pirogen dilakukan dalam ruang terpisah menggunakan LAL (Limulus Amebocyte Lysate)
dengan metode gel-clot. Pada metode ini digunakan standar kontrol endotoksin dan pereaksi LAL
single test vial (STV). Diambil sediaan injeksi natrium klorida sebanyak 0,2 mL menggunakan
mikropipet dan dimasukkan ke dalam LAL single test vial. Campuran dalam vial dikocok
menggunakan pencampur vortex selama 1-2 detik kemudian vial dimasukkan ke dalam inkubator
dan diinkubasi pada suhu 37±1oC selama 60±2 menit. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
gel yang kompak yaitu jika STV diputar hingga 180o gel yang terbentuk tidak tumpah (Syah dkk.,
2009).
6 UJI STERILITAS
Uji sterilitas, dilakukan kultur sediaan infus dalam media. Media yang digunakan dapat media
tioglikolat cair, media tioglikolat alternatif, media soybean, penanaman sediaan kedalam pembenihan
dilakukan di ruangan steril (cawan petri sudah di isi media pembenihan), Sediaan yang akan
diperiksa dikeluarkan dari wadah, ditampung dengan batang pengaduk steril. Sediaan dioleskan
kedalam media, kemudian di inkubasi selama 7 hari pada suhu 25 °C dan dilihat ada pertumbuhan
mikroba atau tidak.
Hasil yang diharapkan dari pengujian yaitu jumlah batasan cemaran mikroba yang
dipersyaratkan adalah <1.
7 UJI STABILTAS
Uji stabilitas dilakukan setiap batch selang tahun untuk skala yang stabil, dan untuk produk
yang profil stabilitasnya telah diketahui satu batch stiap 3-5 tahun kecuali perubahan besar dari
produk misalnya formula atau proses atau metode manufaktur.Batch untuk uji stabilitas harus
terperinci, no. Batch, tanggal manufaktur, ukuran batch, kemasan dan sebagainya. Sampel terpilih
dimasukkan ke dalam climatic chamber.
Pengujian dilakukan pada suhu terkontrol (40oC + 2oC) dengan kelembaban 75% + 5%
Pengujian dilakukan pada bulan ke-0, 1, 2, 3, dan 6.
PENUNJANG PENELITIAN DAN PENGUJIAN
LABORATORIUM
(Spesifikasi Ruangan Laboratorium Research and
Development)
Departemen Research and Development (R&D) berperan antara lain dalam
pengembangan produk baru, pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus,
penentuan spesifikasi bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa,
penentuan shelf-life product, dan penunjang data untuk penyusunan formula, data stabilitas, dan
kemasan.
Ruangan laboratorium research and development menggunakan grade kelas C dengan
spesifikasi sebagai berikut.

• Dinding : Beton padat dengan permukaan dilapisi cat epoksi


• Lantai : Lembaran vinil
• Langit-langit : beton yang dicat dengan bahan epoksi
• Sistem HVAC : Sistem terpusat dengan filter pada masing-masing ruangan. Filter yang
digunakan berupa medium filter.
• Aliran udara : Penanganan udara khusus untuk mengondisikan suhu 16-25°C.
Pertukaran udara yang dilakukan minimal 20 kali per jam.
(Spesifikasi Alat-alat Laboratorium)
Sekian
dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai