Anda di halaman 1dari 41

RUMAH SAKIT

“BUNDA ”
Jl. Tanjung Sari No. 481 Kelurahan Tiuh Balak Pasar
Kecamatan Baradatu – Kabupaten Way Kanan
Telp./HP.07234760022/081278579322
Izin dinas Kesehatan Nomor.446/003/REK/III.03-WK/X1/2014

SURAT KEPUTUSAN
Nomor: 0605b/KPTS-RSB/A/XI/2015

Tentang
KEBIJAKAN KOMUNIKASI PEMBERIAN
INFORMASI DAN EDUKASI YANG AFEKTIF
DIRUMAH SAKIT BUMDA

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Bunda, maka diperlukan penyelenggaraankomunikasi efektif
dalam penyelenggaraan yang bermutu tinggi.
b. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Bunda,
diperlukan peningkatan efektifitas komunikasi diantara petugas
c. Bahwa untuk hal tersebut perlu ditetapkan dengan suatu surat
keputusanDirektur Rumah Sakit Bunda

MENGINGAT : 1. Undang-Undang kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


2. Undang-Undang Repoblik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang
praktek kedokteran.
3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Mentri Kesehatan No. 12/2012 tentang standar
Akreditasi Rumah Sakit.
5. SK Pengurus RS Bunda Way Kanan Nomor: 0001/BJMU-
KPTS/J/VI/2015 tentang Jabatan dr........................... Sebagai Plt
Direktur RS Bunda Periode
RUMAH SAKIT
“BUNDA ”
Jl. Tanjung Sari No. 481 Kelurahan Tiuh Balak Pasar
Kecamatan Baradatu – Kabupaten Way Kanan
Telp./HP.07234760022/081278579322
Izin dinas Kesehatan Nomor.446/003/REK/III.03-WK/X1/2014

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

Pertama : Keputusan direktur Rumah Sakit BUNDA. tentang


Kebijakan Kornunikasi Efektif tialam Penyelenggaraan
Pelayanan Rumah Sakit BUNDA

Kedua : Kebijakan komunikasi efektif Rumah Sakit BUNDA


sebagai mana tercantum dalam lampiran surat keputusan
ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan komunikasi efektif dalam


penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit BUNDA

Keempat : Surat keputusan ini berlaku sejak diterbitkan surat


keputusan ini.

DITETAPKAN DI BARADATU
TANGGAL / /20...
DIREKTUR RUMAH SAKIT BUNDA

dr
RUMAH SAKIT
“BUNDA ”
Jl. Tanjung Sari No. 481 Kelurahan Tiuh Balak Pasar
Kecamatan Baradatu – Kabupaten Way Kanan
Telp./HP.07234760022/081278579322
Izin dinas Kesehatan Nomor.446/003/REK/III.03-WK/X1/2014

Lampiran I : SK Direktur Rumah Sakit


BUNDA
Nomor :
Tanggal :
KEBIJAKAN KOMUNIKASI PEMBERIAN
INFORMASI DAN EDUKASI YANG EFEKTIF
DI R1UMAH SAKIT BUNDA

1. Rumah sakit rnengembangkan pendekatan untuk meningkatkan F fektifitas komuniasi


antar pars pemteri peiayanan
2. Sistem pelaporan kepada dolcter / staf kesehatan lain nya seperti
a. Perintah Iiean dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan di tuliskan secara
lengkap oleh penerima perintah teidiei dari jam, tanggal, isi perintah, nama penerima
perintah disertai tandatargan, nama pemberi perintah disertai tandatangan, dan nama
saksi disertasi tandatangan.
b. Perintah lisan raelalui telepon atau hasil pemeriksaan secara 1 engkap di Eacakan
kembali oleh penerima perintah yang mengandung nama obat LASA maka nama
obat harus dieja satu persatu hurufnya deugan teknik verifikasi (write back, read
back, dan repeat back).
c. Komunikasi melalui telepon menggunakan metode SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recommendation) Situasi : Situasi dan Kundisi terkini yang di lihat pada
pasien yang terjadi Background : informasi penting apa yang berhubungan dengan
kondisi Pasien terkini Assesment : Hasil Pengkajian kondisi pasien terkini (penilaian
atau kondisi terkait dengan sitwAsi terkait) Recommendation : Tindak lanjut yang
dianjnrkan saat itu.
3. Di unit pelayanau hams tersedia dear obat Look Alike Sound Alike (LASA), dan
penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap tipe tes.
4. Hasil pemeriksaan laboratorium atau radiologi kritis harus segera di Iaporkan selambat-
lambatnya 15 menit stelah hasil selesai untuk dilaporkan.
5. Konfumasi tertulis drragan tanda tangan pemberi perintah yang hams di minta pada
kunjngan / visite befilcutnya.
6. Pada setiap ruangan terdapat dattar singlcatan Rumah Sakit BUNDA
7. Pada form pelaporau terdapat keterangan yang dapat digunakan untuk mencata hal-hal
yang perlu dicatat, contohnya pemberi perintah tidak mau memberi tanda tangan.
DITETAPKAN DI BARADATU
TANGGAL / /20...
DIREKTUR RUMAH SAKIT BUNDA
lampiran II : Peraturan Direktur RS BUNDA
Nomor :
Tanggal :

BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagi ide dan pengetahuan. Hal ini
berupa proses duo arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai
pemahaman bersarna. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif.
Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan
sesuatu.
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui
suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betuk apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi". (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1938).

B. TUJUAN
Secara umum tujuan penyusiman pedoman komunikasi efelctif ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter tnengenai
cam berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
2. Agar petugas, pera xat dan dokter dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan
pasien dan keluarganya.
3. Menghindarkan kesaiatipahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktik.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP
1. Panduan komunikasi efektif ini diterapkan kepada :
a. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan atau melalui telepon
b. Petugas laboratorium saat membacakan basil laboratoruim secara lisan atau
melalui telepon
c. Petugas informasi sant meniberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan
d. Semua karyawan saat be lornunikasi via telpon dan lisan
2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium,
petugas informasi, dan semua karyawan
B. PRINSIP
1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip terima, catat,
verifikasi dan klarifikasi:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
d. Pemberi pesac memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi
2. Baca Wang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di HCTJ dan UGD
3. Penggunaan code alfabetis internasional digunakan saat melakukan klarifikasi hal-
hal penting, misal nama obat, nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan
mengeja huruf -huruf tersebut saat membaca ulang (read back) dan verifikasi.
4. Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untuk memperkecil terjadinya
kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan maupun via telepon.
BAB III
TATALAKSANA

A. JENIS KOMUNIKASI
a. Komunikasi Tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik manual
maupun melalui media seperti email, surat, media cetak lainnya.
Pririsip-prinsip komunikasi tertulis, yaitu :
 Lengkap
 Ringkas
 Pertimbangan
 Konkrit
 Jelas
 Sopan
 Benar
Dalam Rumah Sakit, komunikasi tertulis dapat berupa catatan perkembangan pasien,
catatan medis, iaporan perawat dan catatan lainnya yang memiliki fungsi sebagai
berikut :
 Setbagai tanda bukti tertulis otentik, misalrya persetujuan operasi.
 Alai pengingat / berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah
diarsipkan.
 Dokumentasi histoiis, misalnya rekam medis pasien.
 Jaminan keamanan, misalnya surat keterangan
 Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan, SP3.
b. Komunikasi Verbal Merupakar. komunikasi yang disampaikan secara lisaa.
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana. komunikasi
seperti telepon.
Hal-hal yang hams diperhatikan dalam komunikasi verbal :
11 Memahami arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama dengan kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
dalam suatu kata "kritis". secara denotatif, kritis berarti cerdas, tetapi perawat
menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian.
Ketika berkomunikasi dengan pasien, tenaga medis harus berliati-hati memilih
kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalahartikan terutama saat menjelaskan
pasien mengenai kondisi kesehatannya dan saat terapi.
12 Kosa kata mudah dipahami
Banyak istilah teknis yang digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit,
misalnya istilah "auskultasi", akan lebih mudah dipahami oleh pasien bila
diucapkan dengan menggunakau kosa kata "mendengarkan".
13 Intonasi Pembicaraan seseorang dapat diartikan berdasarkan pada intonasi atau
nada. Seseorang yang berbicara dengan nada yang tinggi menunjulckan bahwa
orang tersebut sedang marah. Sebaliknya seseorang yang berbicara dengan nada
riang menunjukkan bahwa orang tersebut sedang bergembira. Petugas dan
tenaga medis rumah sakit hendaknya menjaga intonasi yang menunjukkan
perhatian dan ketulusan kepada pasien.
14 Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, ringkas dan maksudnya dapat
diterima dengan jelas. Semakin sedikit kata-kata yang digunakan semakin kecil
kemungkinan terjadinya kerancuan.
15 Selaan dan tempo bicara Kecepatan atau tempo bicara yang tepat dapat
menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan
yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesai
bahwa komunikator sedang menyembunyikan sesuatu. Hal ini harus
diperhatikan oleh petugas dan tenaga medis di rumah sakit, jangan sampai
pasien menjadi curiga karena selaan yang lama dan pengalihan yang cepat.
16 Ketepatan waktu dan relevausi
Komunikasi yang dilakukan pada waktu yang tepat akan membawa basil sesuai
dengan yang diharapkan.
17 Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa dapat
mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress dan dapat
meningkatkan keberhasilan tenaga medis dalam memberikan dukungan
emosional terhadap pasien.
Dalam menyebhtkan kata-kata yang sulit maka pemberi pesan harus mengeja hurufnya
dengan menggunakln kode alfabeth Internasional, yaitu :

CHARACTER MOSE CODE TELEPHONY PHONIC


(PRONUNCIATION)

A.

B.

C.

D.

E.

F.

G.

H.

I.

J.

K.

L.

M.

N.

O.

P.

Q.

R.

S.

T.

U.

V.

W.
X.

Y.

Z.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

0
c. Komunikasi Non Verbal
Merupakan proses komunikasi dintana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-
kata. Komunikasi non verbal meliputi beberapa hal sebagai berikut :
• Metakomunikasi
Suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara komunikator
dan komunikan disebut metakomunikasi misalnya, tersenyum meskipun Kati
kecewa atau marah.
B. KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DAN PASIEN
Tahapan komunikasi dalam keperawataa meliputi tahap pengkajian, perumusan
diagnosa, perencanaan. pelaksanaan dan evaluasi.
11 Tahap Pergkajian Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah
sakit yang dilakukan oleh petugas registrasi/admisi dan perawat untuk
mengumpulkan data pasien. Data tersebut diperlukan sebagai dasar pelaksanaan
proses keperawatan pada tahap selanjutnya. Data pasien diperoleh dari :
a. Wawancara, terdiri dari :
 Wawancara admisi
Wawancara ini dilakukan pada saat pertama kali pasien masuk rumah
sakit dengan tujuan untuk mendapatkan data umum atau identitas
pasien.
 Wawancara riwayat hidup
Wawancara ini dilakukan oleh perawat untuk nendapatkan informasi
mengenai keluhan pasien, riwayat kesehatan, perjalanan penyakit
dengan tujuan untuk mengetahui alasan pasien datang ke rumah sakit
dan menjadi acuan rencina tindakan keperawatan.
 Wawancara terapeutik
Wawancara ini ditekankan pada fakta, ide dan isi dalam rangka
pengembangan huhungan sehat yang bertujuan untuk membantu pasien
mengidentifikasi masalahnya. Wawancara ini memberikan peluang
kepada pasen untuk mengungkapkan perasaan, mengenal dan
mengetahu masa lalunya. Wawancara terapeutik banyak digunakan
oleh professional kesehatan seperti perawat, dokter, psikolog dan
psikiater, biasanya diterapkan pada pasien yang mengalami gangguan
psikologis.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan diaznestic (laboratoritun, radiologi, dsb)
d. informasi catatan daei tenaga medis lain dan dari kelurga pasien
12 Tahap perumusan diagnosa
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh dari tahap pengkajian.
Perumusaa diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan
melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain yang berkenaan
dengan masalah yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat
memerlukan sikap komunikatif perawat dan sikap kooperatif pasien.
13 Tahap perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien diperlukan
interaksi dan komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk menentukan alternative
rencana keperawatan yang akan diterapkan
14 Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merapakan realisasi dari perencanaan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Aktifitas ini memerlukan ketrampilan dalam berkomunikasi
dengan pasien.

dalam komunikasi di Rumah Sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan
proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan catat, baca
kembali dan konfirmasi ulang (CABAK), yaitu:
1. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan.
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau mealui sarana
komunikasi seperti telepon. pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata
yang di gunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil) jelas,
singak, dan padat.
2. Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut (CATAT)
Untuk mengbindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus
mencatat pesan yang diberikan secara jelas.
3. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan. (BACA)
Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan
tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapan
diterima dengan baik.
4. Penerima pesan mengkonfiimasi kembali isi pesan kepada pemberi pesan.
(KONFIRMASI)
Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan oleh penerima
pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang
kurang atau salah.

C. KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER DAN PASIEN


Pada dasarnya komunikasi efektif adalah bagaimana menyatukan sudut pandang pasien
maupun dokter rnenjadi sebuah bentuk relasi dokter pasien (doctor-patient partnership),
keduanya berada dalam level yang sejajar dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan
masalah keseratan pasien. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada
umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepausan bagi kedua belah pihak,
khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat
diraih melalui kecukupan dokter akan listening skills dan training skills yang dapat diraih
melalui latihan. Carma L Bylund & Gregory Malcoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communication in Physician-patiesit Encouter 2002, menyatakan betapa pentingnya
empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi
berikut :
1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien.
2. Kemampuan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien.
3. Kemampuau perilaku dokter dalam memaperhatikan / menyampaikan empatinya
kepada pasien.
Berikut adalah contoh aplikasi empati yang dikenbangkan oleh Bylund & Makoul 2002
Tingkat atau level empati dalam komunikasi dikodekan dalam suatu sistem. Ada 6 level
pada pengkodean ini, yaitu :
Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien.
Level1 : Dokter mengenal secara sambil
Level 2 : Dokter mengenal sudut Pandang pasien secara implicit
Level 3 : Dokter raenghargai pendapat pasien.
Level 4 : Dokter mengkonfimiasi kepada pasien.
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengar. pasien.
Keterangan :
Level 3 — 5 adalah pengenalin dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya,
secara eksplisit
Contoh-contoh kalimat : Level 5 : Berbagi pengalaman maupun perasaan "Ya saya mengerti
hal ini dapat menghawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi
spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat khawatir.
Level 4 : KonfiAmasi
"Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk
menyempatkan berolahraga."
Level 3 : Penghargaan
"Anda bilang Anda sangat stress datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa
yang membuat Anda stress?"
Level 2 : Pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien (terhadap penyakitanya) secara
implicit.
Pasien : "Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja."
Dokter : "Ya...? Bagaimana bisnis Anda ahir-ahir ini?"
Level 1 : Pengenalan secara sambil lalu
"A-ha", tapi dokter mengerjakan hal lain, menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan
lain-lain.
Level 0 : Penolakan terhadap apa yang menjadi sudut pandang pasien.
- Mengaculikali pendapat pasien
- Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien, seperti "Kalau stress ya,
mengapa datang ke sini?!" atau "Ya, lebih baik operasi saja sekarang."
Ketrampilan empati bukan hanya sekedar basa-basi atau bermanis mulut kepada pasien,
melainkan :
1. Mendengarkan aktif.
2. Responsif pada kebutuhan pasien.
3. Responsif pada kepentingan pasien.
4. Usaha memberikan pertolongan kepada pasien.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien :
• Membukakan pintu atau berdiri ketika pasien datang.
• Menyilakan masuk, pasien masuk terlebih dahulu baru dokter.
• Memanggil/meryapa pasien dengan namanya.
• Menyilakan duduk, menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup
waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak
lelah).
• Mengucapkan salam ("Selamat pagi/siang/sore/malam") Memperkenalkan diri,
menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis, dokter keluarga. dokter
paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).
• Menilai suasana hati lawan bicara.
• Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimic, gerak/bahasa tubuh dari pasien
• Menatap mata pasien secara professional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan
• Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak
perlu
• Apabila pasien marah, rnenangis, takut dan sebaganya maka dokter tetap
menunjukan raut wajah dan sikap yang tenang.
• Melibatkan pasien dalam rencana medis selanjutnya atau pengambilan keputusan.
• Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua helah pihak.
• Melakukan liegosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belaih
pihak.

Di dalam koinunikasi dokter-pasien, ada dua tahap yang penting :


11 Tahap pengumpulan informasi Dimulai dengan tahap penggalian informasi yang terdiri
dari :
a. Mampu meagenali alasan kedatangan pasien. Penggalian informasi akan berhasil
apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif sehingga pasien dapat
mengungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal
ini akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang merupakan
data-data penting untuk menegakkan diagnosis.
b. Penggalian riwayat penyakit Penggalian riwayat penyakit (anamnesis) dapat
dilakukann melalui pertanyaan- pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti
dengan pertanyaan tertutup yang membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak". Inilah
yang dimaksud dalam kotak kedua, dalam Van Dalen
(2005), dokter merupakan seorang ahli yang akan menggali riwayat kesehatan pasien sesuai
kepentingan medis.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan :
 Bagaimana pusing tersebut Anda rasaken, dapat diceritakan lebih jauh?
 Menurut Anda, pusing, tersebut Anda melakukan sesuatu, meminum obat tertentu atau
bagaimana menurut Anda?
Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi :
 Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu
 Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga
 Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman
Macleod's din/cal examination seperti disebutkan dalam Kurtz (1998).

Macleod's clinical examination :


 Dimana dirasakan?
 Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan?
 Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut? Hilang frribul? Nyeri teus
menerus?
 Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar?
 Berapa lama nyeri berlangsung Sebentar? Berjam-jam? Berhari-hari?
 Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulangulang? Tidak tentu?
 Apa yang membuatnya reda? Apa yang mernbuatnya kumat? Saat istirahat? Ketika
kerja? Sewaktu minum obat tertentu?
 Adakah keluhan lain yang menyertainya ?
12 Tahap penyampaian informasi Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan
akurat, maka dokter masuk ke tahap pengumpulan informasi. Tanpa informasi yang
akurat di tahap pengumpulan informasi, dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang
tidak beralasan.
Secara ringkas ada 6 (enam) hal penting yang harus diperhatikan agar akurat dalam
berkomunikasi dengan pasien, yaitu :
a. Materi informasi apa yang disampaikan
• Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisi (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit
saat pemeriksaan).
• Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
• Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis
(manfaat, resiko, efek samping/komplikasi).
• Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
• Diagnosis, jenis atau tipe.
• Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara).
• Prognosi.,
• Dukungan (support) yang terseciia.
b. Siapa yang diberi informasi
 Pasien, kalau pasiennya menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
 Keluarga atau prang lain yang ditunjuk oleh pasien.
 Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung
jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung.
c. Berapa banyak atau sejauh mana
 Untuk pasien : sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu
dengan memperbatilcan kesiapan mental pasien.
 Untuk keluarga : sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang
dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
d. Kapan menyampaikan informasi
 Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
e. Dimana menyampaikannya
 Di ruang praktik dokter
 Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat
 Di ruang diskusi
 Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter
f. Bagaimana menyampaikannya
 Informasi penting sebaiknya uikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telepon, juga tidak diberikan rialam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
facsimile, sms, Internet.
 Persiapan, meliputi :
 Materi yang akan (bila diagnosis, tindakan medis, prcgnosis sudah discpakati
oleh tim).
 Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu
lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon
 Waktu yang cukup
 Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemui oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya
lebih dan satu orang).
 Jejaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan.
 Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan
amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

D. KOMUNIKASI ANTAR PEMBERI LAYANAN


Dalam memberikan pelayanan di RS BUNDA antar pemberi layanan melakukan
komunikasi dengan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang
dipergunakan dalam melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu
mertingkatIcan kemampuan komunikasi antara perawat dengan dokter. Dengan
komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi pasien
lebih informatif dan terstruktur.
4 (Empat)Unsur SEAR :
11 Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien. Misalnya :
penurunan tekauan darah, gangguan irama jantung, sesak nafas, dll.
12 Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya
keluhan klinis. misalnya : Riwayat alergi obat-obatan, hasil pemeriksaan
laboratorium yang sudah diberikan, hasil pemerisaan penunjang, dll.
13 Assessment
Penilaian/peineriksaan terhadap kondisi pasieu terkini sehingga perlu diantisipasi
agar kondisi pasien tidak memburuk.
14 Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini. Misalnya : menghubungi dokter, mengarahkan pasien untuk
melakukan pemeriksaan penunjang, dll.

Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, K.M.,


dkk.,2006) :
Situation (S)
• Sebutkan nama Anda dan unit
• Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar pasien.
• Sebutkan masalah pasien tersebut (misalnya sesak nafas, nyeri dada, dsb).
Background (B)
• Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan :
• Status kardiovaskular (nyeri dada, tekanan darah, EKG, dsb.)
• Status respirasi (frekuensi pernafasan, Sp02, analisis gas darah, dsb.)
• Status gastro-intestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan, dsb.)
• Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb.)
• Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya.
Assessment
(A) Sebutkan problem pasien tersebut :
 Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dsb.)
 Problem gastro-intestinal (perdarahan massif dan syok)
Recommendation (R) Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan) :
 Saya meminta dokter untuk :
 Memindahkan pasien ke ICU
 Segera datang melihat pasien
 Mewakilkan dokter lain untuk datang
 Konsultasi ke dokter lain
 Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan
 Foto rontgen
 Pemeriksaan analisi gas darah
 Pemeriksaan EKG
 Pemberian oksigenasi
 Beta 2 agonis irtbulizer
E. KOMUNIKASI ASUHAN DAN EDUKASI
Komunikasi di rurnah sakit memiliki dua tujuan, yaitu :
1. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan.
2. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien.
Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan ini biasa dilakukan oleh
petugas customer service, registrasi dan admission yang meliputi :
a. Jam peliyanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Contoh sikap petugas customer service, registrasi dan admission ketika
meneriraa pasien :
 Berdiri ketika pasien datang.
 Mengucapkan salam dan meruperkenalkan diri ("Selamat
pagi/siang/sore/malam, saya (nama)").
 Mempersilahkan pasien duduk,
 Menanyakan nama pasien ("Maaf dengan Bpk/Ibu?").
 Tawakan bantuan kepada pasien ("Ada yang bisa dibantu Bpk/Ibu (nama)?" )
 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting infonnasi yang akan diberikan, menghindari tampak
lelah).
 Menilai suasana hati lawan bicara.
 Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/miinic, gerak/bahasa tubuh dari
pasien).
 Menatap mata pasien secara professional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
 Memberikan informasi yang diperlukan oleh pasien.
 Memberikan informasi jadwal praktek/paket dan tangsung tanyakan apakah
mau dibantu untuk dibuatkan perjanjian.
 Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang
tidak perlu.
 Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan yang disampaikan.
 Apa bila pasien marah, menangis, takut dan sebagainya maka dokter tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenting.
 Menawarkan kembali bantuan kepada pasien (" Ada lagi yang bisa kami
bantu Bpk/Ibu?").
 Mengucapkan salam penutup ("Terima kasih atas waktunya Bpk/Ibu.
Apabila ada lagi yang bisa saya bantu, kami siap melayani dengan penuh
cinta kasih."
 Berdiri ketika pasien hendak pulang.
F. KOMUNIKASI EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA PASIEN
Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa memahami pentingnya mengikuti proses
pengohatan yang telah ditetapkan.
Prosesnya:
1. Tahap asesmen pasien Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien & keluarga berdasarken : (data ini didapatkan dari RM):
 Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keuarga.
 Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
 Hambatan emosional dan niotivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah)
 Keterbatasan fisik dan kognitif.
 Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
2. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif Setelah melalui tahap
asesmen pasien, di tentukan :
a. Pasien dalarn kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
c. Jika pada tahap asesmen pasin ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka kornimikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi petugas kesehatan yang bersangkutan.
3. Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi
yang diberikan:
a. Apabila pasien pada tahap cara mcmberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah : menanyakan
kembali eduksi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: " Dari materi edukasi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang opk/ibu bisa pelajari ?".
b. Apabila pasien pada tahap cara rnemberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatau fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: "Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?".
c. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emaosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan
kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar
pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komonikasi yang
disampaikan .Dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien
mengikuti semun arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien. Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi
pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani
kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan
sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan
informasi yang benar.
Lampiran:
SK Direktur Utama No
PerIhal : Pedoman Pelaporan Nilai Kritis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik

PANDUAN PELAPORAN NILAI KRITIS


HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PENDAHULUAN
Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk
membedakan, mengkonfirmasikan diagnosis, menilai status klinik pasien, mengevaluasi
efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan. Dalam melakukan uji
laboratorium diperlukan bahan, seperti : darah lengkap (vena, arteri), plasma, serum, urine,
feses, sputum, keringat, saliva, sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan serobrospinal dan
jaringanyang didapat melalui tindakan invansif atau non invansif.
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif, kualitatif
atau semi kuantitatif. Angka kuantitatif yang dimaksud berupa angka pasti atau rentang nilai,
sebagai contoh nilai hemoglobin pada wanita adalah 12 - 16 g/dL. Sedangkan angka kualitatif
dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa menyebut angka pasti, sedangkan angka
semikuantutatif dinyatakan sebagai contoh 1+,2+,3+

LATAR BELAKANG
Nilai kritis dan suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan kelainan
atau gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan perhatian atau tindakan. Nilai abnormal
suatu hasil pemeriksaan tidak selalu bermakna secara klinik, sebaliknya nilai normal
dianggap tidak normal pada kondisi klinik tertentu. Oleh karena itu perlu diperhatikan nilai
rujukan sesuai kondisi khusus pasien.Karena nilai kritis merupakan gambaran keadaan
patofisiologis yang mengancam jiwa dan hams segera mendapat tindakan, maka RS BUNDA
menetapkan pelaporan hasil kritis pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu indikator
utama di rumah sakit.
TUJUAN
1. Pasien segera memperoleh tatalaksana pengobatan segera sesuai dengan indikasi yang
tepat
2. Petugas dari Unit terkait segera waspada dan memberikan laporan berjenjang kepada
dokter yang bertuga/DPJP

TATA CARA
Pelaporan hasil kritis pemeriksaan laboratorium di RS BUNDA diatur dalam sebuah
prosedur dimana hasil kritis pemeriksaan laboratorium harus segera tersampaikan ke DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan). Dalam indikator utama ini, RS BUNDA menetapkan
bahwa hasil pemeriksaan Laboratorium yang masuk dalam daftar hasil kritis harus segera
dilaporkan oleh petugas Laboratorium ke peminta pemeriksaan atau ruangan dimana pasien
dirawat selambat - lambatnya 60 menit.
Proses pelaporan ini pun didokumentasikan dalam buku expedisi pelaporan basil kritis
pemeriksaan laboratorium ke ruang rawat inap/IGD/DPJP dengan harus mencantumkan nama
pasien, permintaan pemeriksaan, hasil pemeriksaan, jam hasil jadi, jam hasil dilaporkan,
nama petugas yang melaporkan serta nama petugas yang menerima hasil laporan.

Keterlambatan pelaporan basil kritis dari laboratorium, dapat disebabkan karena :


 Masih adanya perawat atau ruangan yang tidak segera melaporkan basil pemeriksaan
laboratorium kritis kepada DPJP
 Ruangan sulit untuk dihubungi ( misal : telepon nada sibuk )
 Petugas laboratorium lupa

Dari analisa tersebut kemudian dilakukan upaya - upaya perbaikannya bersama, agar basil
capaian bisa mencapai standar 0 %. Upaya perbaikan - perbaikan tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
Resosialisasi tentang Standar Prosedur Operasional Cara Pelaporan Hasil Kritis baik kepada
unit rawat inap /IGD/DPJP maupun intra Laboratorium
 Pendisiplinan pengisian buku Expedisi pelaporan hasil kritis
 Pembinaan terhadap staf yang kurang faham tentang prosedur - prosedur yang telah
ditetapkan rumah sakit.
 Adanya bukti stempel "Nilai Kritis " dalam dokumen rekam medis
SPO
PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI KEPADA PASIEN DAN
KELUARGA

No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1

Tgl Terbit Baradatu,


Prosedur Tetap

Direktur

Pemberian materi- materi/ bahan/ informasi pendidikan kepada pasien


Pengertian
dan atau keluarga berkaitan dengan kondisi kesehatannya.

Sebagai acuan dalam memberikan edukasi dan informasi tentang hal-hal


Tujuan yang harus diperhatikan pasien atau keluarga dalam mengambil
keputusan berhubungan dengan kondisi kesehatan pasien di RS.

Surat keputusan direktur rumah sakit


Kebijakan

1. Pelayanan edukasi dan informasi diberikan oleh petu gas RS


(Dokter, Dokter Muda/Coass, Perawat/Bidan, Farmasi, Gizi)
2. Petugas RS mengucapkan salam "Assalamu'alaikum Bapak/Ibu
(nama) "
3. Petugas RS memperkenalkan diri kepada pasien dan atau keluarga:
"Saya (nama), dan jelaskan tugas dan peran anda"
4. Petugas RS menjelaskan tujuan memberikan edukasi
5. Petugas RS menciptakan suasana yang nyaman
Prosedur 6. Petugas RS memberikan materi/informasi pendidikan sesuai
kebutuhan pasien dan atau keluarga
7. Petugas RS memberikan informasi bila terjadi penundaan pelayanan
atau pengobatan oleh pasien
8. Petugas RS memberikan informasi biaya sesuai yang dibutuhkan
oleh pasien
9. Materi/informasi pendidikan kesehatan yang dapat di peroleh dari
RS ini mela lui beberapa media, antara lain
a. Secara langsung Ceramah, seminar, diskusi, demonstrasi, tatap
muka
b. Secara tidak langsung
SOP
PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI KEPADA PASIEN
DAN KELUARGA
No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2
263/ -SPO/XII/2016
1) Leaflet : selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang
suatu masalah khususnya untuk suatu sasaran dengan
tujuan tertentu
2) Poster : pesan yang singkat dalam bentuk gambar dengan
tujuan untuk mempengaruhi seseorang/kelompok agar
tertarik pada objek materi yang diinformasikan
3) Papan pengumuman
4) Spanduk
5) Media cetak, seperti majalah, surat kabar
6) Media elektronik, seperti radio, video, televisi
10. Petugas RS memberikan kesempatan kepada pasien dan atau
keluarga pasien untuk bertanya
11. Petugas RS mencatat kegiatan pendidikan pada dokumentasi
pemberian edukasi dan informasi
12. Petugas RS memberikan dokumentasi pemberian edukasi dan
informasi tersebut kepada pasien dan atau keluarga untuk
ditandatangani sebagai bukti bahwa telah mendapatkan
materi/informasi pendidikan
13. Petugas RS menawarkan bantuan kembali " Apakah masih ada
yang dapat saya bantu ?"
14. Petugas RS mengucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh
15. Petugas RS mengucapkan Wassalamu'alaikum wr.wb Unit terkait
Semua unit terkait

Unit terkait Semua unit terkait


TRANSFER PASIEN DALAM RUMAH SAKIT

No.Dokumen No. Revisi Halaman

Prosedur 2. Pasien ditranfer ke palyanan diagnostic


2.1 Keluarga atau pasien diberitahu bahwa pasien memerlukan
pemeriksaan diagnostic
2.2 Bila keluarga/pasien setuju diminta mengisi form persetujuan
pemeriksaan diagnostic
2.3 Dokter membuat formulir pemeriksaan diagnostic sesuai
jenisnya.
2.4 Petugas dimana pasien dirawat mengatarkan pasien tersebut ke
tempat pemeriksaan.
2.5 Apabila pasien akan di rawat inap dan kamar telah slap, maka
petugas IGD akan langsung mengirim pasien ke unit rawat inap
yang dituju.
2.6 Apabila pasien akan dirawat inap namun kamar belum siap,
setelah selesai dilakukan pemeriksaan diagnostic, pasien akan
dibawa kembali ke IGD oleh petugas IGD untuk menunggu
sampai ruangan slap.
1. POLL KLINIK
2. Igd
3. Irna
UNIT TERKAIT 4. Icu
5. OK
6. VK
7. Unit Penunjang
RUMAH SAKIT No RM :
“BUNDA ” Nama :
Jl. Tanjung Sari No. 481 Kelurahan Tanggal Lahir / Umur :
Tiuh Balak Pasar (Mohon diisi atau tempelkan stiker bila ada)
Kecamatan Baradatu – Kabupaten
Way Kanan
FORM.RM.RSAS 50

TRANSFER INTERNAL

Dari Ruangan :.............................Ke Ruangan:.................................................


No. RM :...................................................................................................
Nama Pasien :...................................................................................................
Tanggal Lahir :...................................................................................................
Diagnosa Masuk :........................................Jenis Kelamin: Laki-laki / Perempuan
Diagnosa Sekarang :...................................................................................................
Dokter yang merawat :.........................................Dokter Konsulen:..............................

ISI PESANAN

Keadaan Umum :...................................................................................................


Mobilisasi :...................................................................................................
Diet :...................................................................................................
Skema Infus :...................................................................................................
Obat Injeksi :...................................................................................................
:...................................................................................................
:...................................................................................................
Obat Oral :...................................................................................................
:...................................................................................................
Obat Lain :...................................................................................................
Perawatan Luka/Lain-lain :...................................................................................................
0
Observasi Akhir :Jam : T: / mmHg, Suhu : C
N: x/ Mt, Pernap : /mt
Sp02: %

Alat yang dipakai :( ) NGT ( ) Spalk


( ) Catheher ( ) Mayo tube / gudel
( ) Drain ( ) dll.............................................
RS BUNDA, Tanggal .................................

Perawat Pengirim Perawat Penerima

( ...................................) (...................................)
Nama dan Tanda Tangan Nama dan Tanda Tangan
TRANSFER PASIEN DALAM TUMAH SAKIT

No.Pokok No. Revisi Halaman


1/2
Tgl Terbit Ditetapkan :
STANDAR Direktur RS BUNDA
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr.

Obat Lasa (Look Alike Saound Alike) atau NORUM ( nama Obat Rupa
PENGERTIAN Ucapan Mirip) adalah obat-obat dengan nama generik maupun merek
dagang yang rupa atau nama (bunyi) hampir sama dengan obat lain.

1. Mengidentifikasi obat-obat yang termasuk dalam LASA di


iingkungan RS
2. Meminimalkan bahaya terhadap pasien pada penggunaan LASA
medications.
TUJUAN
3. Menyusun suatu standar proses penanganan obat untuk LASA
medications
4. Memantau dan terus memperbaiki proses penerangan dan pemberian
obat LASA medications demi keamanan pasien

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS BUNDA

A. Lokais penyimpanan obat yang eprlu diwaspadai berada di logistik


farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi
tinggi terhadap juga di unit pelayanan, yaitu ICU dan kamar bersalin
(VK) dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan
kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, utamakan dengan
memeprhatikan jenis sediaan obat (rak/kotak, penyimpanan, lemari,
PROSEDUR pendingin), sistem FEFO dan FIFO serta ditempatkan sesuai
ketentuan obat "High Alert"
B. Penimpanan Elektrolit Konsentrat Tinggi
1. Obat higt alert (Obat dengan kewaspadaan tinggi) disimpan
dalam lemari dan diebri garis merah.
2. Obat high alart (obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi)
harus disimpan di tempat terpisah dan diberi label khusu
mengikuti SPO penyimpanan obat higt alart)
3. Penyimpanan konsentrat tinggi :
- Asistesten apoteker (logistik farmasi/pelayanan farmasi)
yang menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk
kelompok obat yang "higt Alert" sesuai daftar obat Higt
Alert RS BUNDA
- Tempelkan Stiker merah bertuliskan "High Alert" pada
setiap kemasan obat higth alert.
4. Petugas melakukan identifikasi obat Higt Alert (Elektrolit
Konsentrat Tinggi) lokasi pelabelan dan penyimpanan di area
yang di batasi ketat, berikan selitip merah pada sekeliling tempat
penyimpanan obat Higt Alert yang terpisah dari obat yang lain.
C. Penyimpann Obat Lasa (LOOK ALIKE)
1. LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan
(Warning) untuk keselamatan pasein (Patient Safety) Obat-
obatan yang bentuk/rupanya mirip dan pengucapannya/
namanya mirip TIDAK BOLEH diletakkan berdekatan dan
harus diberi label LASA.
2. Walaupun tertelak pada kelompok abjad yang sama harus
diselingi dengan minimal 1 atau 2 (satu atau dua) obat dengan
kategori LASA diantara atau ditengah.
3. Bisakan mengeja nama obat dengan katageri LASA saat
memebri/ menerima intruksi
D. PEMEBERIAN LABEL
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dbedakan menajdi
dua jenis :
1. "High Alert" untuk elektrolit konsentrat tinggi injeksi atau infus
tententu, mis, Heparin, Insulin, dan lain-lain. Penandaan obat
High Alert dilakukan dengan stiker "High Alert" pada obat
2. "LASA" untuk obat-obat yang termasuk kelompok
LASA/NORUM
a. Obat kategori Look alike sound Alike (LASA) diberikan
penanda dengan stiker hijau bertuliskan LASA pada tempat
penyimpanan obat.
b. Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien,
maka diberikan tanda stiekr hijau LASA pada kemasan
primer obat.
E. Penyiapan Obat High Alert
1. Apoteker/Asisten Apoteker memverifikasi resep obat higt alert
sesuai pedoman pelayanan farmasi penanganan Higt Alert
2. Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat higt
alert dapat didelegasikan pada asisten apoteker yang sudah
ditentukan.
3. Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang
berbeda sebelum obat diserahkan kepada perawat.
4. Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda
tangan dan naam jelas di bagian belakang resep sebagai bukti
telah dilakukan double check.
5. Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan
infomiasi yang cukup.

Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Care unit
RUMAH SAKIT No RM :
“BUNDA ” Nama :
Jl. Tanjung Sari No. 481 Kelurahan Tanggal Lahir / Umur :
Tiuh Balak Pasar (Mohon diisi atau tempelkan stiker bila ada)
Kecamatan Baradatu – Kabupaten
Way Kanan
FORM.RM.RSAS 50

TRANSFER INTERNAL

Dari Ruangan :.............................Ke Ruangan:.................................................


No. RM :...................................................................................................
Nama Pasien :...................................................................................................
Tanggal Lahir :...................................................................................................
Diagnosa Masuk :........................................Jenis Kelamin: Laki-laki / Perempuan
Diagnosa Sekarang :...................................................................................................
Dokter yang merawat :.........................................Dokter Konsulen:..............................

ISI PESANAN

Keadaan Umum :...................................................................................................


Mobilisasi :...................................................................................................
Diet :...................................................................................................
Skema Infus :...................................................................................................
Obat Injeksi :...................................................................................................
:...................................................................................................
:...................................................................................................
Obat Oral :...................................................................................................
:...................................................................................................
Obat Lain :...................................................................................................
Perawatan Luka/Lain-lain :...................................................................................................
0
Observasi Akhir :Jam : T: / mmHg, Suhu : C
N: x/ Mt, Pernap : /mt
Sp02: %

Alat yang dipakai :( ) NGT ( ) Spalk


( ) Catheher ( ) Mayo tube / gudel
( ) Drain ( ) dll.............................................
RS BUNDA, Tanggal .................................

Perawat Pengirim Perawat Penerima

( ...................................) (...................................)
Nama dan Tanda Tangan Nama dan Tanda Tangan
SURAT KEPUTUSAN DIREKTURRUMAH SAKIT BUNDA
NOMOR
TENTANG
PENETAPANNILAI KRITIS RUMAH SAKIT BUNDA

Direktur RS.BUNDa, setelah :

MENIMBANG :

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Betha Medika
khususnya pemriksaan laboratorium maka perlunya penetapan nilai kritis untuk
setiap item pemeriksaan laboratorium;
b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Laboratorium Klinik di Rumah Sakit BUNDA dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan direktur sebagai landasan
bagi penyelenggara pelayanan Instalasi Laboratorium di Rumah Sakit Bunda;
c. Bahwa berkaitan dengan butir-butir diatas perlu ditetapkan dalam Surat Keputusan
Direktur;

MENGINGAT :

1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/MENKES/Per/111/2010 tentang
Laboratorium Klinik;
4. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/SK/III/2011 tentang Standar
Profesi Teknologi Laboratorium Kesehatan
5. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/11/2008 tentang Standar
Profesi Teknologi Laboratorium Kesehatan;
6. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Menetapkan Nilai Kritis lnstalasi Laboratorium Klinik di Rumah Sakit
BUNDA
KEDUA : Kebijakan Penetapan Nilai Kritis Instalasi Laboratorium Klinik Rumah Sakit
BUNDA sebagaimana yang terlampir dalam surat keputusan ini dan
merupakan lampiran yang takterpisahkan.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan akan diadakan
perbaikan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

DITETAPKAN DI : BARADATU
PADA TANGGAL :
RS. BUNDA
Direktur,

(dr. ...........................)
SOP
KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR
No.Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Di Tetapkan


OPERATING
PROCEDURE

Pengertian Suatu cara untuk menyampaikan informasi mengenai suatu kondisi balk
kondisi pasien, hash pemeriksaan penunjang yang kritis, ruangan,
peralatan, permintaan dll, kepada seseorang (dokter, perawat, kabag/
karu, atasan, bawahan dip melalui telepon maupun secara lisan yang
dilakukan secara akurat, lengkap, dimengerti, tidak duplikasi dan tepat
kepada penerima informasi sehingga dapat mengurangi kesalahan dan
untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan komunikasi efektif (SBAR) di RS


BUNDA

Kebijakan 1. Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas
pasien (SK Direktur No. xxxx tanggal xxxxx tentang Kebijakan
Umum Pelayanan RS).
2. SK Direktur No.xxxxx tanggalxxxxxx tentang Pemberlakuan
Panduan Keselamatan Pasien RS.

Prosedur Komunikasi SBAR via telepon antara Perawat/ Bidan — Dokter (dr.
Jaga dan dr. DPJP)

Sebelum menelpon dokter jaga atau dokter penanggungjawab pasien,


perawat/ bidan telah melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa
(pengkajian), dan membaca rekam medis pasien. Perawat/ bidan menulis
hal-hal yang akan dilaporkan di formulir lembar komunikasi SBAR
untuk pertama kali melaporkan pasien, selanjutnya bila akan menelepon
dokter kembali, perawat/ bidan menuliskan di lembar instruksi dokter/
catatan terintegrasi. Perawat/ bidan membaca status dan data pasien yang
akan dilaporkan untuk memastikan bahwa data sudah benar. Perawat/
bidan menyiapkan Rekam Medis pasien dan lembar komunikasi SBAR
yang telah diisi didekat pesawat telepon lengkap dengan data-data yang
akan dilaporkan. Sebelum melaporkan, perawat/ bidan menyampaikan
salam singkat, seperti: "selamat pagi/ siang/ sore/ malam dokter?"
Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip komunikasi
SBAR
Situation
Sebutkan identitas perawat dan ruangan/ unit RS tempat perawat
bertugas, dan sebutkan nama lengkap pasien, umur, kamar/ ruangan,
serta masalah utama pasien saat ini (misalnya: sesak nafas, nyeri dada,
badan panas, dll)
Background Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai
kebutuhan:
Status Kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, EKG, dsb)
Status Respirasi (frekuensi pernapasan, SPO2, Analisis Gas Darah, dsb)
Status Gastro-Intestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan, dsb)
Status Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb)
Hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya
Assesment
Sebutkan problem pasien tersebut:
Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dsb)
Problem Gastro-Intestinal (perdarahan massif dan syok, dsb)
Recommendation
Rekomendasi: (pilih sesuai kebutuhan)
Saya meminta dokter untuk:
Memindahkan pasien ke ICU?
Segera datang melihat pasien?
Mewakilkan dokter lain untuk datang?
Konsultasi ke dokter lain?
Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan:
Foto Rontgen?
Pemeriksaan Analisa Gas Darah?
Pemeriksaan EKG? Pemberian Oksigenasi?
Beta2 antagonis nebulizer?
Apabila ada perubahan terapi kemudian tanyakan :
Seberapa sering diperlukan pemeriksaan tanda vital Bila respon terapi
tidak ada kapan harus menghubungi dokter lagi?
Konfirmasi :
Saya telah mengerti rencana tindakan pasien Apa yang harus saya
lakukan sebelum dokter sampai disini?
Perawat/bidan mencatat (writing down) semua rekomendasi/ instruksi
dari dokter dalam kolom lembar komunikasi SBAR yang tersedia/
lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dalam rekam medik pasien:
Tanggal dan jam pesan diterima
Dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik
untuk menghindari salah penafsiran/ hasil test kritis yang dilaporkan.
Perawat/ bidan memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah
sesuai dengan cara mengulang dan membacakan kembali (repeat back
dan read back) ke pengirim pesan (dokter) untuk konfirmasi kebenaran
pesan yang telah dituliskan dan hal-hal yang telah diinstruksikan oleh
dokter. Hal ini dibuktikan dengan menulis pada lembar komunikasi
SBAR untuk komunikasi per telepon yang pertama kali dan dengan
memberikan cap/ stempel "read back (+)" berwarna merah pada catatan
perkembangan terintegrasi untuk komunikasi per telepon selanjutnya.
Dokumentasikan secara lengkap instruksi dokter dalam formulir lembar
komunikasi SBAR/ Lembar instruksi dokter/ catatan
terintegrasi dan berikan paraf serta nama jelas perawat/ bidan yang
melapor, dan nama dokter yang memberikan pesan/ instruksi. Dokter
yang menerima laporan harus melihat dan memberikan paraf, nama jelas,
tanggal dan jam verifikasi pada kolom yang tersedia di lembar
komunikasi SBAR/ lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi pada
saat: Untuk dokter jaga: pada saat pergantian shift atau selambat-
lambatnya dlm waktu 1 x 24 jam Untuk dokter DPJP: pada saat visite
pertama kali atau selambat-lambatnya dalam waktul x 24 jam . Apabila
dokter DPJP (yang menerima laporan) berhalangan (cuti, sakit) maka
yang melakukan verifikasi menandatangani catatan pesan yang ditulis -
penerima pesan adalah dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP
tersebut dalam waktu 1 x 24 jam. . Saat pertamakali akan melaporkan
pasien kepada dokter, perawat/ bidan menggunakan formulir lembar
komunikasi SBAR, selanjutnya bila akan melaporkan kondisi pasien
melalui telepon untuk pasien yang sama, maka perawat/ bidan menulis di
lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan ditandatangani. .
Formulir lembar komunikasi SBAR dilampirkan di dalam rekam medis
pasien yang bersangkutan (untuk pasien rawat imp) Penulisan/
pendokumentasian pelaporan komunikasi SBAR ke dokter oleh petugas
rawat jalan (perawat/ bidan) di dalam catatan terintegrasi di status pasien
yang bersangkutan.

Komunikasi SBAR antar Dokter - DPJP/ Dokter Konsulen


Sebelum menelpon dokter DPJP atau dokter konsulen, dokter jaga
ruangan telah melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa (pengkajian), dan
membaca rekam medis pasien. Dokter menulis hal-hal yang akan
dilaporkan di formulir lembar komunikasi SBAR untuk pertama kali
melaporkan pasien, selanjutnya bila akan menelepon dokter kembali,
dokter menuliskan di lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi. Dokter
membaca status dan data pasien yang akan dilaporkan untuk memastikan
bahwa data sudah benar. Dokter menyiapkan Rekam Medis pasien dan
lembar komunikasi SBAR yang telah diisi didekat pesawat telepon
lengkap dengan data-data yang akan dilaporkan Sebelum melaporkan,
dokter menyampaikan salam singkat, seperti: "selamat pagi/ siang/ sore/
malam dokter?" Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip
komunikasi SBAR
6.1 Situation
Sebutkan identitas perawat dan ruangan/ unit RS tempat perawat
bertugas, dan sebutkan nama lengkap pasien, umur, kamar/ ruangan,
serta masalah utama pasien saat ini (misalnya: sesak nafas, nyeri
dada, badan panas, dll)
6.2 Background
paraf dan nama jelas pada kolom yang tersedia di lembar
komunikasi SBAR/lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi pada
saat visite pertama kali atau selambat-lambatnya dalam waktu 1 x 24
jam. . Apabila dokter DPJP (yang menerima laporan) berhalangan
(cuti, sakit) maka yang melakukan verifikasi menandatangani
catatan pesan yang ditulis oleh penerima pesan adalah dokter
pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP tersebut. . Saat
pertamakali akan melaporkan pasien kepada dokter, dokter
menggunakan formulir lembar komunikasi SBAR, selanjutnya bila
akan melaporkan kondisi pasien melalui telepon untuk pasien yang
sama, maka dokter menulis di lembar instruksi dokter/ catatan
terintegrasi dan ditandatangani Formulir lembar komunikasi SBAR
dilampirkan di dalam rekam medis pasien yang bersangkutan

Komunikasi SBAR antara Petugas Penunjang — Perawat/ Dokter/


Bidan
Sebelum menelpon perawat/ dokter/ bidan, petugas penunjang (farmasi,
laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik, apoteker, dan petugas lain)
sudah menyiapkan data-data yang akan dilaporkan melalui telepon.
Petugas penunjang mencatat dahulu hal-hal apa saja yang akan
dilaporkan dan membaca kembali untuk memastikan bahwa data yang
akan dilaporkan sudah benar. Petugas penunjang menyiapkan catatan
yang telah dicatat didekat pesawat telepon lengkap dengan data-data
yang akan dilaporkan Sebelum melaporkan, petugas penunjang
menyampaikan salam singkat, seperti : "selamat pagi/ siang/ sore/
malam" Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip
komunikasi SBAR
Situation
Sebutkan identitas petugas penunjang dan ruangan/ unit RS tempat
petugas tersebut bertugas, dan ceritakan dengan jelas kondisi/situasi
yang membuat anda khawatir
Background
Merupakan penemuan/ data obyektif berdasarkan pengamatan anda
,aporkan yang penting dan relevan
Assesment
Hasil analisa anda terhadap situasi tersebut yang memerlukan tindak
lanjut atau dianggap memiliki risiko
Recommendation Berikan usul atau saran: Petugas penunjang yang
melaporkan basil kritis harus mencatat tanggal dan waktu menelepon,
nama lengkap petugas kesehatan yang dihubungi dan nama lengkap yang
menelpon Petugas penunjang mendokumentasikan secara lengkap hal-
hal yang sudah dilaporkan ke dalam buku catatan/ buku laporan kritikal
result di unit masing-masing.
Unit Terkait 1. Pelayanan Medik
2. Pelayanan Keperawatan
3. Pelayanan Penunjang Medis
SPO
KOMUNIKASI VIA TELEPON
No.Pokok No. Revisi

Tgl Terbit Baradatu,

Direktur

Pengertian Pengertian Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh


perawat untuk melaporkan segala bentuk keluhan , keadaan dan
permasalahn pasien kepada dokter yang merawat secara tepat waktu.
lengkap . akurat. jelas dan dipahami oleh kedua belah pihak

Tujuan 1. tintuk menjalin kerjasama dokter dan peraw-at .


2. Mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Kebijakan

Kebijakan PERMENKES NOMOR 1691/MENKES / PER/VIII/2011

Prosedur 1. Identifikasi pasien secara langsung dengan tanya nama pasien atau
keluarga bila pasien tidak sadar, melihat gelang identifikasi dan
siapkan status pasien
2. Verifikasi identifikasi pasien sesuai antara gelang pasien, status
pasien dan nama pasien, siapkan lembar konsul pertelepon
3. Tekan nomor ekstensi dokter yang merawat pasien
4. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam
5. Laporkan identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin .umur,
keluhan. Hasil pemeriksaan dan pengamatan serta obat- obatan bila
ada
6. Tanyakan tindak lanjut pengobatan kepada dokter yang merawat
7. Catat secara lengkap perintah dari dokter yang merawat pada form
yang telah disediakan .
8. Konfirmasi apa yang sudah dituliskan dan bacakan ulang kepada
pemberi perintah ( dokter)
9. Eja ulang obat- obat yang diberikan secara perlahan —perfahan
terutama untuk obat —obatan yang termasuk dalam golongan
NORUM ( nama obat rupa obat mirip ) , untuk konsultasi pertelepon
yang nama obat mirip , blangko terlampir untuk obat- obat yang
nama rnirip
10. Cantum tanda cawang pada kolom membaca ulang isi laporan bila
sudah dibacakan ulang
11. Telepon ulang pemberi perintah bila laporan belum dibacakan
ulang, dan konfirmasi ulang isi perintah
12. Cantumkan nano lengkap chill tanda tangan pelapor pada form yang
TRANSFER PASIEN DALAM TUMAH SAKIT

No.Pokok No. Revisi

PROSEDUR Tgl Terbit Baradatu,


OPERASIONAL

Direktur
PENGERTIAN Transfer pasien dari unit satu ke unit yang lain di dalam rumah sakit
pasien yang ditransfer adalah pasien yang memerlukan tindakan lebih
lanjut balk memerlukan rawat inap, konsultasi maupun pemeriksaan
penunjang.

TUJUAN Sebagai acuan peenrapan langkah-langkah dalam transfer pasien intra


rumah sakit.

KEBIJAKAN 1. Pasien ditranfer ke ruang rawat inap sebagai berikut :


a. Isi form tranfer intra rumah sakit dengan lengkap
b. Sebelum pasien ditranfer ke ruangan, kondisi pasien harus
distabilkan terlebih dahulu, agar transportasi pasien berjalan
lancar sampai ruangan yang dituju
1.1. Kriteria pasien stabil :
Keadaan umum baik, tanda- tanda vital stabil
Sistole 90-140 mm/Hg
Diastole 60-90 mm/Hg
1.2. kriteria pasien stabil :
keadaan umum baik, tanda-tanda vital stabil
sistole 90-140 mm/Hg
Diastole 60-90 mm/Hg
Nadi 60-100 x/mt
Suhu 36°C -38 °C RR 16-24 X/mt
Skala nyeri 1 s/d 4

PROSEDUR 1.2 Perawat dimana pasien dirawat menelepon akan dituju dan
menjelaskan keadaan umum pasien, serta peralatan yang harus
disiapkan oleh ruangan yang di tuju.
1.3 Pasien indikasi ICU/HCU diantar oleh 2 perawat GD yang
bersertifikat PPGD dengan membawa peralatan dan obat-obatan yang
dibutuhkan.
1.4 Pasien indikasi rawat inap selain ICU, yang memerlukan tindakan
pemeriksaan diagnostik bila keadaan umum dan tanda-tanda vital
stabil, pasien diantar ke ruangan oleh 1 orang perawat IGD yang
sudah bersertifikat PPGD dan di bantu 1 orang tenaga lain.
1.5 Pasien indikasi rawat inap di ruang bersalin, akan dipastikan oleh
dokter terlebih dahulu, jika sudah terjadi pembukaan lengkap ketuban
pecah, pasien diantar oleh 2 orang perawat dan bidan IGD yang yang
bersertifikat PPGD/APN, bila belum terjadi pembukaan
lengkap/ketuban balum pecah, apsien diantar oleh bidan IGD dengan
kursi roda.
KOMUNIKASI EFEKTIF VIA TELEPON ANTARA PEMBERI
PELAYANAN ( DOKTER DAN PERAWAT )
No.Dokumen No. Revisi Halaman :

PROSEDUR Tgl Terbit Baradatu,


OPERASIONAL
(SPO)
Direktur
PENGERTIAN Komunikasi efektif melelui telepon melaporkan segala bentuk keluhan,
kepada dokter yang merawat secara dan dipahami oleh kedua belah pihak
perawat unutk pasien akurat, jelas

TUJUAN 1. Untuk menjalin kerjasama dokter dan perawat


2. Mengurangi kesalahan / miskomunikasi antara pem.beri perintah
dan penerima perintah
3. Meningkatkan keselamatan pasien
4. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Kebijakan

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Identifikasi pasien secara langsung Tanya nama pasien dan melihat
gelang verifikasi dan siapkan status pasien
2. Verifikasi pasien dan siapkan lembar konsul per telepon
3. Tekan no Ekstensi dan siapkan lembar konsul pertelepon
4. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam
5. Laporkan Identitas pasien meliputi nama jelas, jenis kelamin, umur,
keluhan hasil pemeriksaan dan pengamatan serta obat-obat bila ada
6. Tanyakan tindak lanjut pengobatan kepada dokter
7. Catat secara lengkap perintah Dokter yang merawat pada format
yang tersedia
8. Konfirmasi ulang apa yang sudah di tulis dan dibaca ulang kepada
pemberi perintah
9. Untuk obat — obat di eja ulang perlahan — lahai terutama untuk
obat — obat yang termasuk golongan Tiopum ( Mina bbat Rupa
Obat Mirip )
10. Cantumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada fonfiiie'
it,1 yang disediakan
11. Cantumkan tanda tangan saksi yang ikut mendengarkan scat
menelepon Dokter ( Bisa perawat juga atau keivarga pasien )
12. Ucapkan terima kasih dan salam
13. Mintakan tanda tangan pada saat dokter V isit

UNIT TERKAIT 1. Pelayanan Medis


2. Pelayanan Keperawatan
3. Pelayanan penunjang Medis
PROSEDUR KOMUNIKASI VIA TELEPON ANTAR PEMBERI
PELAYANAN DENGAN BAGIAN LABORATORIUM
No.Dokumen No. Revisi Halaman :

PROSEDUR Tgl Terbit Baradatu,


OPERASIONAL
(SPO)
Direktur
PENGERTIAN Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh perawat untuk
menanyakan hasil pemeriksaan atau menginformasikan adanya
pemeriksaan laboraturium pada petugas laboraturium dan dicatat oleh , ,.
perawat secara lengkap, akurat dan jelas.

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Identifikasi pasien sebelum menelepon dengan mencocokan


identifikasi pasien
2. Tanya nama pasien, lihat gelang identifikasi siapkari status pasien
bila sudah selesai hubungi No Unit laboraturium
3. Tekan No Ekstensi ruang Laboraturium
4. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam
5. Sebutkan identifikasi diri / ruang perawatan
6. Siapkan lembar status pasien
7. Sebutkan nama / nomor rekan medis / alamat pasien yang.......
dimaksud
8. Informasikan adanya pemeriksaan laboraturium untuk pasien
tersebut atau catat hasil pelaporan dari petugas laboraturium pada
status pasien
9. Bacakan kembali hasil pelaporan secara lengkap, akurat dan jelas .
pada petugas laboraturium
10. Telepon ulang petugas laboraturium bila hasil laboraturium belum di
konfmnasikan ke petugas laboraturium.
11. Cantumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada form yang
disediakan
12. Cantumkan tanda tangan saksi yang mendengarkan saat
menanyakan hasil laboratorium ( Keluarga pasien, Pasien atau
perawat jaga, Dokter jaga atau Dokter yang merawat ).
Ucapkan terimakasih dan salam

UNIT TERKAIT 1. UGD


2. Ruang rawat inap keperawatan
3. Unit bedah sentral
4. Unit rawat jalan
5. Unit laboraturium
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
No.Dokumen No. Revisi Halaman :

PROSEDUR Tgl Terbit Baradatu,


OPERASIONAL
(SPO)

PENGERTIAN Proses mengirim pesan yang di lakukan dua arah antara tenaga
keperawatan dan dokter secara lisan atau VIA telepon untuk melaporkan
hasil pemeriksaan medis yang di anggap kritis di dukung dengan hasil
pemeriksaan penunjang lain nya.

TUJUAN 1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien berorientasi kepada


keselamatan pasien.
2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam melaporkan hasil
pemeriksaan medis.
3. Memastikan ke akuratan pelaporan hasil pemeriksaan medis.
Kebijakan

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Semua hasil pemeriksaan medis kritis harus di tulis secara lengkap
oleh petugas
2. Semua hasil pemeriksaan medis kritis harus di bacakan kembali :41\
secara lengkap oleh petugas.
3. Semua hasil pemeriksaan medis kritis hams di konfirmasikan oleh
dokter atau petugas yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Penerima pesan boleh tidak melakukan pembacaan kembali ( read
back ) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan
"situasi gawat darurat di IGD atau HCU

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan , Rawat Inap, IGD .


2. Para Dokter, Perawat, Petugas Laboratorium, Petugas Radiologi
SPO KOMUNIKASI VIA TELEPON ANTAR PARA PEMBERI
LAYANAN ( PERAWAT DAN PETUGAS LAB )
No.Dokumen No. Revisi Halaman :

PROSEDUR Tgl Terbit Baradatu,


TETAP

PENGERTIAN Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh perawat untuk
menanyakan hasil pemeriksaan laboratorium pada petugas laboratorium
dan dicatat oleh perawat secara lengkap, akurat dan jelas

TUJUAN 1. Sebagai acuan untuk melaporkan hasil pemeriksaan laboratorium


klinis
2. Terjadinya kelancaran komunikasi antar perawat dan petugas
laboratorium
3. Mengurangi kesalahan / kekeliruan hasil pelaporan pemeriksaan
laboratorium
4. Mengurangi keselahan / kekeliruan dalam pemberian therapi
5. Meningkatkan keselamatan pasien
6. Terpeliharanya mutu pelayanan Kebijakan

KEBIJAKAN PERMENKES NOMOR 1691 / MENKES/ PER/VIII/ 2011

PROSEDUR 1. Identifikasi pasien sebelum menelpon ruang laboratorium dengan


mencocokkan kebenaran identitas pasien
2. Tanya nama pasien atau keluarga pasien, lihat gelang identitas,
siapkan status pasien
3. Bila antara pertanyaan, gelang identifikasi dan status pasien sudah
sesuai hubungi no unit laboraturium .
4. Tekan nomor ekstensi ruang laboratorium.
5. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam
6. Sebutkan identitas diri/ruangan perawatan
7. Siapkan lembar status pasien
8. Sebutkan nama / nomor rekam medis / alamat pasien yang dimaksud
9. Catat hasil laporan dari petugas laboratorium pada status pasien
10. Bacakan kembali hasil pelaporan secara lengkap,akurat dan jelas
pada petugas laboratorium
11. Telpon ulang petugas laboratorium bila hasil laborat belum
dikonfirmasikan ke petugas laborat.
12. Catumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada form yang
disediakan.
13. Catumkan tandatangan saksi yang mendengarkan saat menanyakan
hasil laboratorium ( keluarga apsien ,pasien atau perawat jaga
,dokter jaga,dokter yang merawat )
14. Ucapkan terima kasih dan salam

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Ruang Rawat Inap
3. unit Czre Intensive
4. Unit Bedah Sentral
5. Unit Rawat Jalan
6. Unit Laboratoriun

Anda mungkin juga menyukai