Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai mahluk hidup hakikatnya mempunyai kebutuhan

dasar, kebutuhan dasar menurut Teori Hierarki Maslow terdiri dari

kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri yang

menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup manusia (Asmadi, 2008).

Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi melalui

proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan

merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk

menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri, kebutuhan fisiologis

memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow, salah satunya adalah

istirahat dan tidur (Suryono dan Widianti, 2010).

Insomnia merupakan gejala atau kelainan dalam tidur yang berupa

sulit untuk tertidur atau mempertahankan tidurnya. Insomnia bukan

merupakan suatu penyakit, akan tetapi gejala yang memiliki penyebab

seperti halnya kelainan emosional, fisik dan pemakaian obat-obatan, pola

tidur tidak teratur, pola hidup tidak sehat, bahkan kadang adanya

permasalahan psikologi sehingga menyebabkan stress yang berkepanjangan

(Nugroho, 2008).

Menurut ​Amir (2010) sekitar 10 % dari jumlah penduduk Indonesia

mengalami kesulitan tidur. Jumlah jam tidur normal untuk orang

1
dewasa sebanyak 6 sampai 7 jam​, rasa kantuk yang berlebihan pada siang

hari,

2
kuantitas dan kualitas tidur tidak cukup merupakan keluhan yang dialami oleh

penderita insomnia dengan jumlah​ tidur 3 sampai 4 jam saja.

Kurang istirahat selama periode yang lama menyebabkan penyakit

atau memperburuk penyakit yang ada, termasuk kebutuhan tidur yang

terganggu menyebabkan insomnia pada pasien post operasi. Insomnia

menimbulkan dampak seperti penderita akan lebih rentan terhadap sakit,

lebih mudah marah, stress, dan terjadi gangguan memori atau pelupa

(Wartonah dan Tarwoto 2010).

Post operasi merupakan keadaan dimana terjadi perubahan yang

signifikan terhadap pasien, yaitu terjadi komplikasi yang serius seperti nyeri,

camas, dan resiko terjadinya infeksi pada luka operasi, sehingga dapat

mengganggu dari proses pemenuhan kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta,

harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Perry, 2012).

Menurut Maryunani (2014) pembedahan dibagi menjadi dua yaitu

bedah minor merupakan pembedahan sederhana yang sedikit menimbulkan

resiko dan bedah mayor biasanya dilakukan dibawah anestesi umum

dikamar operasi, bedah mayor lebih berat dari pada bedah minor dan bisa

menyebabkan resiko pembedahan atau memiliki faktor resiko yang lebih

besar seperti nyeri, cemas, gangguan psikologis, resiko infeksi dan mobilitas

fisik terganggu.

Berdasarkan data dari RSU Depkes dan Pemda di Indonesia (2007)

mengatakan operasi ​yang dilaksanakan sebanyak 642.632 klien yang

dirincikan menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut

3
diklasifikasikan berdasarkan jenis operasi. Pada kelas A jumlah operasi

mayor adalah 8.364 klien (16, 2%), kelas B jumlah operasi mayor adalah

76.969 (19, 8%), pada kelas C jumlah operasi mayor adalah 65.987 (34,

0%), dan pada kelas D jumlah operasi mayor adalah 3.307 (41, 0%).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan Saryono (2009) yang

berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi

laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gombong. Hasil penelitian ini didapat bahwa tindakan pembedahan

laparatomi menimbulkan rasa nyeri yang hebat setelah operasi, resiko

infeksi, cemas, gangguan lingkungan, gangguan fisiologis dan mobilitas

fisik terganggu mengakibatkan gangguan insomnia pada pasien bedah mayor

laparatomi.

Laporan Depkes RI (2007) menyatakan kasus operasi laparatomi

meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006

dan 1.281 kasus pada tahun 2007. ​Pengambilan data awal yang dilakukan

peneliti di salah satu Rumah Sakit Pemerintah Pontianak yaitu RSUD Dr.

Soedarso Pontianak diruang Instalasi Bedah Sentral didapatkan pasien

operasi bedah mayor untuk tindakan laparatomi pada bulan Desember 2016

sampai Januari 2017 sebanyak 36 orang.

Penelitian yang dilakukan Apriyani (2012) yang berjudul

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

tidur pasien post operasi di RSD HM Ryacudu Kotabumi. Hasil penelitian

ini didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penyakit dan

4
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi. Responden yang

mengalami nyeri mempunyai peluang 11, 6 kali untuk terkena insomnia

dibandingkan responden yang tidak mengalami nyeri.

Penelitian yang dilakukan Nuraini (2013) berjudul Gangguan pola

tidur pasien dua sampai sebelas hari pasca operasi menunjukan hasil pada

pasien dewasa awal (18-30 tahun) mengalami kesulitan untuk memulai tidur,

pasien perlu waktu rata-rata 1 jam 36 menit untuk tertidur. Pada saat tidur

pasien terbangun sekitar 2 sampai 7 kali ini disebabkan oleh gangguan tidur

yang berasal dari nyeri 34,5%, takut penyakit berulang 17,24%, cemas tidak

kembali normal 10,34% serta tindakan perawat 10,34%.

Insomnia merupakan suatu gejala akan tetapi bisa sangat

mengganggu produktifitas dan aktifitas penderita pada usia produktif. Terapi

insomnia ini bisa dilakukan secara farmakologi atau non farmakologi,

berdasarkan tingkat gejala insomnia itu sendiri (Siregar, 2011). Terapi non

farmakalogis untuk penderita insomnia diantaranya latihan relaksasi otot

progresif, terapi musik dan aromaterapi lavender ​(Sulidah, 2013; Sutrisno,

2007; Neiseh, 2012).

Pengobatan non farmakologi memiliki kelebihan dibandingkan

farmakologi seperti terapi musik instrumental dapat menekan pengeluaran

hormon stress sehingga seseorang menjadi rileks (Kurdi, 2011). Penelitian

yang dilakukan Rahmawati, Titi dan Suciana (2015) yang berjudul

Efektivitas mandi air hangat dan aromaterapi lavender terhadap insomnia

pada lansia didapat hasil bahwa aromaterapi lavender dengan kesejukannya

5
dapat mengendalikan perasaan, emosi dan memori menimbulkan efek anti

cemas atau relaksasi.

Penelitian yang dilakukan Merlianti (2014) yang berjudul Pengaruh

terapi musik terhadap kualitas tidur penderita insomnia pada lanjut usia di

Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Hasil penelitian ini

didapat bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur yang

mengalami insomnia sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Penelitian yang dilakukan Swarihadiyanti (2014) yang berjudul

Pengaruh pemberian terapi musik instrumental dan musik klasik terhadap

nyeri saat ​wound care pada pasien ​post operasi diruang Mawar RSUD DR.

Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri. Hasil penelitian ini didapat bahwa

nyeri sesudah pemberian terapi musik instrumental saat ​wound care pada

pasien post operasi menunjukkan dalam kategori nyeri ringan 75%. Nyeri

sesudah pemberian terapi musik klasik saat ​wound ca​re pada pasien post

operasi menunjukan masih terdapat nyeri berat 10%.

Musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stres

seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan

memiliki kaitan yang erat dan tidak diragukan lagi bahwa dengan

mendengarkan musik perasaan seseorang akan mampu terbawa ke dalam

suasana hati yang baik dan positif (Kurdi, 2011).

Musik instrumental adalah musik yang melantun tanpa vokal dan

hanya instrumen atau alat musik saja yang melantunkan tidak menggunakan

6
lirik atau kalimat dari penyanyi. Manfaat musik instrumental adalah

menjadikan badan, fikiran, dan mental lebih sehat (Muttaqin, 2008).

Penelitian yang dilakukan Rahmawati, Titi dan Suciana (2015) yang

berjudul Efektivitas mandi air hangat dan aromaterapi lavender terhadap

insomnia pada lansia. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa aromaterapi

levender lebih efektif menurunkan insomnia daripada mandi air hangat. hasil

ini didukung oleh nilai rata-rata penurunan insomnia kelompok mandi air

hangat 4,455 dan kelompok aromaterapi lavender 6,182.

Aromaterapi merupakan istilah modern yang dipakai untuk proses

penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni

tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh,

pikiran dan jiwa. Sari tumbuhan aromaterapi yang dipakai melalui berbagai

cara pengolahan dan di kenal dengan minyak essensial atau minyak atsiri.

Banyak faedah minyak atsiri sehingga menjadi terkenal (Purwanto, 2013).

Menurut Koensoemardiyah (2009) senyawa pada minyak atsiri itu

masuk kedalam tubuh dan mempengaruhi sistem limbik atau pengatur

emosi, mengatur keadaan emosi seseorang dapat membangkitkan semangat,

tubuh terdorong untuk menyembuhkan diri sendiri. Ketika aroma minyak

atsiri tercium hidung, molekul yang ada akan berikatan dengan

reseptor-reseptor penangkap aroma yang terdapat dihidung kemudian

senyawa itu mengirim sinyal-sinyal kimiawi melalui jalur saraf ke sistem

limbik diotak dan mengatur keadaan emosi seseorang.

7
Berdasarkan dari penelitian terkait diatas, terbukti bahwa terapi

musik instrumental berpengaruh terhadap kualitas tidur pada penderita

insomnia dan aromaterapi lavender efektif menurunkan tingkat insomnia

sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Efektifitas antara terapi musik

instrumental biola dan aromaterapi lavender terhadap penurunan insomnia

pada pasien post operasi bedah mayor di Rumah Sakit Kota Pontianak.

1.2. Rumusan Masalah

Hasil riset tentang musik instrumental dan aromaterapi lavender yang

terbukti dapat menurunkan nyeri pada pasien post operasi, mengatur

hormon-hormon stress, membuat rileksasi, memberikan efek menenangkan

dan memperbaiki kondisi emosional.

Insomnia pada pasien post operasi bedah mayor disebabkan nyeri

pada luka operasi, cemas, stress, resiko infeksi dan gangguan lingkungan

salah satunya terjadi pada operasi laparatomi. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Efektivitas antara terapi musik instrumental biola dan

aromaterapi lavender terhadap penurunan insomnia pada pasien post bedah

mayor di Rumah Sakit Kota Pontianak?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antara

terapi instrumental biola dan aromaterapi lavender t​ erhadap

penurunan insomnia pasien post operasi bedah mayor di Rumah

Sakit Kota Pontianak.

8
1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui karakteristik pasien post operasi bedah mayor

yang mengalami insomnia di Rumah Sakit Kota Pontianak.

1.3.2.2. Mengetahui tingkat insomnia sebelum (​pre test)​ dan

sesudah (​post test)​ terapi musik intrumental biola dan

aromaterapi lavender terhadap insomnia pada pasien post

operasi bedah mayor di Rumah Sakit Kota Pontianak.

1.3.2.3. Mengetahui efektivitas terapi musik instrumental biola

terhadap penurunan insomnia pada pasien post operasi

bedah mayor di Rumah Sakit Kota Pontianak.

1.3.2.4. Mengetahui efektivitas aromaterapi lavender terhadap

insomnia penurunan pada pasien post operasi bedah mayor

di Rumah Sakit Kota Pontianak.

1.3.2.5. Mengetahui efektivitas antara terapi musik instrumental

biola dan aromaterapi lavender terhadap penurunan

insomnia pada pasien post operasi bedah mayor di Rumah

Sakit Kota Pontianak.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1. Peneliti dan Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan skill dibidang

penelitiaan khususnya tentang terapi musik instrumental dan

aromaterapi lavender dalam penurunan insomnia pada pasien post

9
operasi. Serta dapat dijadikan data dasar dalam penelitian

selanjutnya.

1.4.2. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dalam

rangka pengembangan ilmu penelitian dibidang keperawatan

khususnya terkait intervensi non farmakologi dalam asuhan

keperawatan mandiri.

1.4.3. Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau referensi

dalam melakukan intervensi keperawatan non farmakologi dengan

pasien yang mengalami insomnia.

1.4.4. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi penanganan non

farmakologi pada masyarakat yang mengalami insomnia, baik

masyarakat yang sakit dan juga sehat.

1.4.5. Instansi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan dan diterapkan

untuk mengembangkan tehknik intervensi non farmakologi bagi

pasien yang mengalami insomnia.

10
11
12
13

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB LLL
    BAB LLL
    Dokumen12 halaman
    BAB LLL
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • BAB LLL
    BAB LLL
    Dokumen12 halaman
    BAB LLL
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kacong
    Bab 1 Kacong
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Kacong
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kacong
    Bab 1 Kacong
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Kacong
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • BAB I DBD
    BAB I DBD
    Dokumen7 halaman
    BAB I DBD
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • BAB 5 HASIL Dan PEMBAHASAN PENELITIAN 011111 PDF
    BAB 5 HASIL Dan PEMBAHASAN PENELITIAN 011111 PDF
    Dokumen24 halaman
    BAB 5 HASIL Dan PEMBAHASAN PENELITIAN 011111 PDF
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • 9 Ahahahaha
    9 Ahahahaha
    Dokumen6 halaman
    9 Ahahahaha
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Penulisan
    Petunjuk Penulisan
    Dokumen3 halaman
    Petunjuk Penulisan
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Tugas Abang Ke 2
    Tugas Abang Ke 2
    Dokumen2 halaman
    Tugas Abang Ke 2
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • 9 Ahahahaha
    9 Ahahahaha
    Dokumen6 halaman
    9 Ahahahaha
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Penulisan
    Petunjuk Penulisan
    Dokumen3 halaman
    Petunjuk Penulisan
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Latar Belakang Skripsi
    Bab 1 Latar Belakang Skripsi
    Dokumen13 halaman
    Bab 1 Latar Belakang Skripsi
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • 9 Ahahahaha
    9 Ahahahaha
    Dokumen6 halaman
    9 Ahahahaha
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • 9 Ahahahaha
    9 Ahahahaha
    Dokumen6 halaman
    9 Ahahahaha
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab I - Fix
    Bab I - Fix
    Dokumen16 halaman
    Bab I - Fix
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kacong
    Bab 1 Kacong
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Kacong
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Distritmia
    Distritmia
    Dokumen14 halaman
    Distritmia
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Tugas Abang Ke 2
    Tugas Abang Ke 2
    Dokumen2 halaman
    Tugas Abang Ke 2
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Post Partum
    Laporan Pendahuluan Post Partum
    Dokumen14 halaman
    Laporan Pendahuluan Post Partum
    Ahmad Ismadi
    82% (38)
  • Tugas Abang Ke 2
    Tugas Abang Ke 2
    Dokumen2 halaman
    Tugas Abang Ke 2
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Distritmia
    Distritmia
    Dokumen14 halaman
    Distritmia
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kacong
    Bab 1 Kacong
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Kacong
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab I - Fix
    Bab I - Fix
    Dokumen16 halaman
    Bab I - Fix
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • 9 Ahahahaha
    9 Ahahahaha
    Dokumen6 halaman
    9 Ahahahaha
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kacong
    Bab 1 Kacong
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Kacong
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kacong
    Bab 1 Kacong
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Kacong
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • 9 Ahahahaha
    9 Ahahahaha
    Dokumen6 halaman
    9 Ahahahaha
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • 9 Ahahahaha
    9 Ahahahaha
    Dokumen6 halaman
    9 Ahahahaha
    Angga Damury
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kacong
    Bab 1 Kacong
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Kacong
    Angga Damury
    Belum ada peringkat