Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

1. Rekomendasi Imunisasi berdasarkan IDAI terbaru

Sejak Januari 2017, IDAI sudah merekomendasikan jadwal imunisasi yang


baru. Sosialisasi ini penting karena sebagian besar dokter masih berpatokan
pada jadwal imunisasi tahun 2014. Ada beberapa perubahan penting terkait
jadwal hingga perkenalan dua pendatang baru yakni vaksin dengue
dan japanese encephalitis.
Ada paduan warna yang mulai diperkenalkan pada tabel imunisasi
IDAI 2017. Warna hijau muda menandakan waktu yang optimal untuk
melakukan imunisasi, sementara kuning untuk catch up, biru
untuk booster, dan merah muda untuk daerah endemis.
Vaksin Hepatitis B yang selama ini dijadwalkan pada bulan ke-0, 1,
dan 6 kini diubah menjadi bulan ke-0, 2, 3, 4. Tujuan perubahan jadwal ini
salah satunya untuk meningkatkan ketaatan orang tua dalam melakukan
imunisasi (menginat setiap bulan lebih mudah daripada tiap dua bulan).
Pemberian vaksin hepatitis B sebagian besar sudah bersama dengan DTP dan
HIB, dikenal dengan vaksin Pentabio (5 vaksin dalam satu sediaan). Namun,
pada pemberian bersama dengan DTPa, vaksin hepatitis B diberikan pada
bulan ke-2, 4, dan 6.
Vaksin polio, DTP, dan HIB pun juga dimajukan jadwalnya menjadi
bulan ke-2, 3, dan 4. Tidak ada lagi anjuran booster vaksin polio pada usia 5
tahun. Sementara itu, booster (vaksinasi ke-4) DTP dan polio optimal hanya
pada bulan ke-18 (sebelumnya bulan ke-18 sampai 24).
Vaksin rotavirus kini dianjurkan pada jadwal yang ketat tanpa ada
waktu catch up, meningat tingginya risiko intususepsi. Vaksin baru
adalah vaksin Japanese encephalitis (JE) yang direkomendasikan hanya
apabila berada/ berpergian ke daerah endemis. Jadwal optimal vaksin JE
adalah usia 12 bulan dan diulangi 1 hingga 2 tahun berikutnya. Sementara
itu, vakisn dengue yang telah ramai diperbincangkankan dalam penelitian
beberapa tahun terakhir akhirnya direkomendasikan oleh IDAI. Vaksin
dengue mulai dapat diberikan pada anak berusia 9 tahun, diberikan 3 kali
dengan interval 6 bulan. Harapannya mortalitas akibat infeksi virus dengue
semakin menurun di kemudian hari.
2. Rangkuman mengenai MTBM dan MTBS
a. MTBM
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang
terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun
yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi
oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada
bayi muda usia 0 – 2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan yang
termsuk dalam MTBS-M:
1. Perawatan esensial bayi baru lahir
2. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila
memang diperlukan
3. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir
Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja,
namun hingga bayi mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami
keluhan tertentu yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib segera
ditindaklanjuti. Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi
baru lahir dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada
saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di
rumah sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika
ditemukan pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:
 Tidak bisa menyusu
 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apneu (pernapasan berhenti selama
>15 detik)
 Frekuensi napas > 60 kali/menit
 Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
 Sianosis sentral.
Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6
– 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi
hanya memerlukan perawatan sederhana pada saat dilahirkan, yaitu diberikan
kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai warna untuk
menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.
Penilaian yang dilakukan adalah penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Klasifikasi yang dibuat berdasarkan penilaian membuat
keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat
keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan
bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit. Hal yang dilakukan pada
pemeriksaan diantaranya adalah:
1) Periksa Bayi Muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri. Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya
yang ditemukan
2) Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa tanda dan
gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Bayi Muda untuk dehidrasi nya dan
klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri
3) Periksa semua Bayi Muda untuk ikterus dan klasifikasikan berdasarkan
gejala yang ada
4) Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
pemberian ASI. Selanjutnya klasifikasikan Bayi Muda berdasarkan tanda
dan gejala yang ditemukan
5) Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi?. Tentukan
status imunisasi Bayi Muda
6) Menanyakan status pemberian Vit K1
7) Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma
lahir, perdarahan tali pusat dan sebagainya.
8) Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan
kesehatan bayinya.
Jika Bayi Muda membutuhkan rujukan segera, maka lanjutkan pemeriksaan
secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan
memperlambat rujukan. Berikut adalah form penilaian MTBM :
b. MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59
bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu manejemen untuk balita yang datang
di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi,
status gizi, status imun maupun penanganan dan konseling yang diberikan.
Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah :
1) Meningkatkan keterampilan petugas
2) Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
4) Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
5) Memperbaiki sistem kesehatan

Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah :


1) Langkah-Langkah Kegiatan
 Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
 Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
 Petugas melaksanakan anamnesa
 Petugas melakukan pemeriksaan
 Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan
dan memberikan penyuluhan
 Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu
dirujuk ke ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
2) Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari - 2 bulan
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan - 5 tahun. Menentukan
jenis pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan
pelayanan tindak lanjut.
3) Protap Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
 Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai
keluhan utama, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan
riwayat penyakit lainnya.
 Pemeriksaan: Untuk bayi umur 1 hari-2 bulan periksa kemungkinan
kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan
pencernaan, BB, status imun. Untuk bayi 2 bulan - 5 tahun periksa
keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status
gizi, imun, penilaian pemberian makanan.
IDENTIFIKASI TINDAKAN MTBS
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare,
tindakan MTBS mencangkup 3 rencana terapi :
a. Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan
berupa oral gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam.
b. Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit
c. Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL

KONSELING MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien
sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah
yang dihadapi.
KONSELING BAGI IBU

Salah satu poin dalam panduan terapi MTBS adalah mengenai diare.
Konselin bagi ibu bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan
anak secara dini, penilaian berupa :

Menilai cara pemberian makan anak :

Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan, tanyakan kepada ibu cara


pemberian makanan anak sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban
ibu dengan anjuran pemberian makan yang sesuai umur anak. Hal yang
ditanyakan :
a. Apakah ibu meneteki anak? berapa kali? apa ibu juga meneteki pada
malam hari?
b. Apakah anak mendapat makanan/minuman lain? makanan/minuman
apa? berapa kali sehari? alat apa yang digunakan untuk memberi
makanan? jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa
banyak makan/minum yang diberikan? Apakah anak dapat porsi
tersendiri? Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
c. Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak di ubah? bila ya,
bagaimana caranya? Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak
sehat
0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari.
6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI ex:
pisang, pepaya, air jeruk dan air tomat, makan pendamping diberikan
2x/hari ,sesuai pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah
kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging, wortel, bayam, kacang
hijau, santan/minyak. frekuensi 7-8 sendok/hari
9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara
bertahap dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga.
Berikan 3x/hari frekuensi 9-11 sendok, dan beri makanan selingan
2x/hari ex: bubur kacang hijau, pisang, biskuit dan lain-lain diantara
waktu makan.
12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang
ditambah telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam,
kacang, santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan selingan 2x/hari.
> 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur
dan buah, makanan selingan 2x/hari.
Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama. Jangan diberi
susu kental.
3. Penjelasan dan perbedaan dari pemeriksaan Denver dan BINS
a. Denver
Denver II merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk skrining
perkembangan anak, alat ini bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
penyimpangan yang terjadi pada anak sejak lahir hingga berusia 6 tahun.
Peningkatan kematangan individu dapat dilihat dari perkembangan anak
sehingga perkembangan setiap anak harus dipantau secara berkala. Bayi
atau anak dengan risiko tinggi perlu mendapatkan prioritas dalam skrining
tumbuh kembang. Contoh dari bayi atau anak dengan risiko tinggi adalah
bayi prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, ibu dengan diabetes
melitus, memiliki riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia dll.

PERLENGKAPAN TEST
- Gulungan benang wol berwarna merah dengan diameter 10 cm
- Kismis
- Krincingan dengan gagang yang kecil
- 10 buah kubus berwarna dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm
- Bel kecil
- Bola tenis
- Pinsil warna
- Boneka kecil dengan botol susu
- Cangkir plastik dengan gagang atau pegangan
- Kertas kosong

FORMULIR DENVER II
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun
berisi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk
menjaring fungsi tersebut. Bidang aspek yang dinilai antara lain:
 Personal sosial : Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian
terhadap kebutuhan perorangan.
 Motorik halus : Koordinasi mata, tangan, memainkan atau menggunakan
benda-benda kecil
 Motorik kasar : Duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar
 Bahasa : Mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa

Skala usia tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari usia dalam bulan
dan tahun sejak lahir hingga usia 6 tahun. Setiap ruangan (garis 1 dengan garis
lain) antara tanda usia mewakili 1 bulan sampai anak berusia 24 bulan, kemudian
mewakili 3 bulan sampai anak usia berusia 6 tahun. Pada setiap tugas
perkembangan yang beejumlah 125 terdapat batas kemampuan perkembangan
yaitu 25%, 50%, 90% dari populasi anak lulus pada tugas perkembangan tersebut.
Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak
sebelah kiri
PELAKSANAAN
1. Hitung usia anak dan buat garis usia

2. Bila anak lahir prematur koreksi dengan faktor prematuritas

3. Tarik garis usia dari atas ke bawah pada lembar Denver II, cantumkan
pula tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis usia.
4. Lakukan test tugas perkembangan untuk tiap sektor tugas
perkembangan, dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan
tugas perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis usia, kemudian
lanjutkan hingga kanan garis usia.
5. Beri skor penilaian (P. F. R. D. No)
6. Interpretasi nilai individu - Lebih (andvance) - Normal - Caution -
Delayed - No opportunity

b. BINS
Bayley Infant Neurodevelopmental Screener (BINS) adalah alat skrining
perkembangan yang berlaku untuk usia 3–24 bulan. BINS dikembangkan
bersamaan dengan Bayley Scales of Infant Development — Edisi Kedua
(BSID-II). BINS merupakan alat skrining yang digunakan untuk
mengidentifikasi bayi yang berisiko mengalami masalah perkembangan saraf
dan yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut lebih rinci dengan instrumen
seperti Bayley. BINS dirancang untuk mengevaluasi 4 bidang kemampuan
yaitu fungsi neurologis dasar, fungsi reseptif, fungsi ekspresif dan fungsi
kognitif. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam 3 kategori yaitu risiko rendah,
risiko sedang dan risiko tinggi.
5. Penjelasan mengenai PONED
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial
Dasar. Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi atau komplikasi
tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (Kemenkes RI, 2013).
Penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
memerlukan sumber daya yang jumlah dan ketersediaannya harus mencukupi,
antara lain fasilitas, obat-obatan, peralatan, dan petugas kesehatan. Terdapat
batasan kewenangan dalam kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
dapat ditangani oleh Puskesmas mampu PONED, yaitu (Kemenkes RI, 2013):
a) Maternal
1. Perdarahan pada kehamilan muda
2. Perdarahan post Partum
3. Hipertensi dalam Kehamilan
4. Persalinan macet
5. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis
6. Infeksi Nifas
b) Neonatal
1. Asfiksia pada neonatal
2. Gangguan nafas pada bayi baru lahir
3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
4. Hipotermi pada bayi baru lahir
5. Hipoglikemi dari ibu dengan diabetes mellitus
6. Ikterus
7. Kejang pada Neonatus
8. Infeksi Neonatus

Tim kesehatan dalam penyelenggaraan PONED terdiri dari (Kemenkes RI,


2013):
a. Tim Inti Sebagai Pelaksana PONED
Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED
harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga
Kesehatan yang telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat
PONED. Tim ini pelaksana Puskesmas mampu PONED yaitu minimal
satu orang Dokter Umum, satu orang Bidan (minimal D3), dan satu orang
Perawat (minimal D3). Tenaga tim inti pelaksana PONED harus selalu
siap (on side) selama 24 jam/hari dan 7 hari/minggu.
b. Tim Pendukung Tim pendukung penyelenggaraan Puskesmas mampu
PONED yaitu Dokter Umum minimal 1-2 orang, Perawat D3 minimal 5
orang, Bidan D3 minimal 5 orang, Analis Laboratorium minimal 1 orang,
dan Petugas Administrasi minimal 1 orang.
c. Tim Promosi Kesehatan Memiliki kemampuan Komunikasi Informasi
Edukasi/Komunikasi Inter Personal dan Konseling (KIE/KIPK) dan
pemberdayaan masyarakat.
d. Tenaga-tenaga Non Kesehatan Sebagai Penunjang Pelayanan Diperlukan
dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan, sebagai tenaga
penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di Puskesmas.
Tenaga penunjang tersebut adalah petugas dapur, petugas laundry, penjaga
malam, cleaning service, dan pengemudi ambulan satu orang (bertugas
bergantian dengan pengemudi Puskesmas Keliling).
Fasilitas Rawat Inap di Puskesmas Mampu PONED adalah:
a. Area tindakan yang berada di area terbatas (restrictive area), merupakan
area tindakan secara umum yang dapat digunakan untuk tindakan kasus
dalam PONED.
b. Ruang kerja sekaligus sebagai kamar jaga untuk perawat/bidan jaga (nurse
station)
c. Ruang perawatan pasien:
 Ruang rawat persalinan dengan 4 tempat tidur dewasa dan 3-4 box
bayi yang akan digunakan sebagai Ruang rawat gabung (rooming
in) untuk ibu dan neonatal
 Pantry, ruang penyiapan makanan pasien
 Kamar mandi dan WC pasien di luar kamar
 Gudang tempat penyimpanan persediaan perlengkapan untuk
ruang rawat. Gudang ini bukan tempat barang bekas

Peralatan dalam Penyelenggaraan PONED


a. Peralatan sesuai standar dalam jenis dan jumlahnya, harus selalu tersedia
dalam keadaan bersih atau dalam keadaan steril dan siap pakai, untuk
kelengkapan di fasilitas rawat inap, ruang tindakan atau persalinan, UGD
obstetri atau neonatal maupun UGD umum, dan peralatan standar KIA di
ruang rawat jalan Puskesmas.
b. Peralatan medis dan perawatan di fasilitas rawat jalan ibu dan bayi, UGD,
Klinik KB, sebagai bagian peralatan yang tidak terpisahkan dari peralatan
khusus PONED harus tersedia lengkap dan terpelihara baik dan siap
pakai.
c. Peralatan penunjang medis sesuai standar.
d. Peralatan non medis sesuai standar, terdiri atas:
 Perlengkapan tempat tidur pemeriksaan ibu hamil, bayi,
gynecologis bed di klinik KB, berada di fasilitas rawat jalan,
masing-masing dilengkapi dengan meja dan kursi untuk pemberi
pelayanan.
 Perlengkapan di UGD, berupa beberapa tempat tidur periksa, dan
kelengkapan penunjangnya, berada di fasilitas khusus UGD.
 Perlengkapan di area terbatas.
 Perlengkapan di Ruang Perawatan Bayi Khusus, di dekat ruangan
perawat jaga.
 Perlengkapan meubelair bagi tenaga kesehatan pemberi layanan di
rawat inap termasuk PONED dalam melaksanakan tugasnya.
 Perlengkaan ruang perawatan berupa kebutuhan jumlah tempat
tidur perawatan maternal, kebutuhan meubelair sederhana untuk
pasien di ruang rawat inap, sebanyak tempat tidur untuk ibu, dan
kursi tunggu keluarga pasien diluar ruangan rawat inap (teras
fasilitas rawat inap), sebagai kelengkapan ruang rawat inap
umumnya.
 Tempat dan perlengkapan ruangan cuci linen atau laundry.
 Kebutuhan perlengkapan kebersihan untuk ruangan di restrictive
area disediakan tersendiri, ruangan perawatan umumnya, ruangan
dapur, ruang cuci, dan area lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai