NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
BAB III
ASIDI-ALKALIMETRI
1. PRE LAB
1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?
Analisis volumetri atau biasa disebut analisis titirimetri adalah analis
kimia untuk mengukur atau menentukan banyaknya volume suatu
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Dalam volumetri,
reaktan diambil dalam bentuk larutan dan volume larutan standar
yang diperlukan untuk bereaksi sepenuhnya, dengan volume larutan
yang konsentrasinya dicari menggunakan rumus Normalitas (Franks,
2008).
2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa yang
menggunakan larutan asam sebagai standarnya. Sedangkan,
Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam yang
menggunakan larutan basa sebagai standarnya (Franks, 2008).
3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?
Larutan standar primer adalah larutan yang berfungsi untuk
menstradarisasi larutan untuk titrasi yang mengandung senyawa
kimia stabil yang diketahui konsentrasinya dengan kermurnian tinggi
(Franks, 2008).
4. Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder?
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasi belum
diketahui secara tepat,yang untuk mencari konsentrasi tersebut
melalui proses standarisasi (Franks, 2008).
b. Titrasi Pengendapan
Merupakan titrasi yang terbentuk dari proses pengendapan
Contoh: Titrasi Cl- dengan larutan standar AgNO3
Reaksi: Cl-(aq) + Ag+(aq) → AgCl(s) (Tri, 2013).
c. Titrasi Redoks
Titrasi ini adalah cara utamanya atau hanya bisa dilakukan
dengan reaksi redoks.Reaksi ini dapat terjadi jika terdapat
reaksi reduktor dan oksidator.
Contoh: Titrasi Cerimetri, Iodometri
Garam ferro (FeSO4) sebagai reduktor dititrasi dengan garam
ceri (Ce(SO4)2) sebagai oksidator
Reaksi:
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
Fe2+ → Fe3+ + e
Ce4+ + e → Ce3++ e
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+ (Tri, 2013).
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
2. TINJAUAN PUSTAKA
3. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0.1 M
HCl Pekat
Dihitung konsentrasinya
Dihomogenkan
Hasil
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
Dihomogenkan
Diambil 10 mL
Dilakukan duplo
Dihitung M HCl
Hasil
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
Dilarutkan
Hasil
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
Indikator PP
Dilakukan duplo
Dihitung M NaOH
Hasil
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
Asam Cuka
Diambil sebanyak 10 mL
Dihomogenkan
Dilakukan duplo
Hasil
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
4. PEMBAHASAN
1. Analisa Prosedur
Alat dan Bahan
Gelas ukur 25 ml, pipet volume, pipet tetes, labu takar 100 ml,
timbangan analitik, buret, pengaduk, spatula, labu takar 250 ml.
HCl 0,1M, NaOH 0,1M,PP seperlunya, indikator metil orange
seperlunya, Boraks, Aquade, asam cuka perdagangan.
Pembuatan larutan standar HCl 0,1M
Hal pertama yang harus dilakukan untuk pembuatan larutan
standar HCl 0,1 M adalah menghitung volume HCl pekat yang
dibutuhkan dengan menggunakan rumus pengenceran. Setelah
dihitung didapat 0,96 mL,artinya kita membutuhkan 0,96 mL HCl
pekat untuk diencerkan. Kedua,ambil menggunakan pipet volume
sebanyak 0,96 ml HCl pekat lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL. Setelah itu menambahkan aquades hingga mencapai tanda
batas.Lalu tutup labu ukur dengan penutup dan pastikan sudah rapat
menutupnya kemudian menghomogenkan larutan HCl 0,1 M.
Didapatkan hasil larutan standar HCl 0,1 M.Dan dimasukkan larutan
standar HCl 0,1 M tadi ke dalam buret.
Standarisasi larutan HCl
Mula–mula menimbang massa boraks yang akan digunakan
untuk reaksi standarisasi dengan menggunakan rumus Molaritas.
Didapatkan nilai 1,9 gram. Menimbang boraks sebanyak 1,9 gram
dengan menggunakan timbangan analitik. Meletakkan boraks ke
dalam gelas beker dengan cara membilas gelas arloji.
Menambahkan aquades secukupnya. Mengaduk boraks hingga larut
ke dalam air. Memasukkan larutan boraks ke dalam labu ukur 100
mL. Menambahkan aquades hingga mencapai tanda batas. Menutup
labu ukur dan menghomogenkan. Mengambil 10 mL larutan boraks
dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator
metil orange sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi larutan boraks dengan
menggunakan HCl 0,1 M pada percobaan sebelumnya. Mengamati
hingga terjadi perubahan warna dari orange menjadi ungu.
Mencatat volume HCl yang digunakan untuk menitrasi larutan boraks.
Melakukan duplo atau percobaan yang sama sebanyak 2 kali untuk
mendapatkan volume rata–rata HCl yang dibutuhkan untuk Menitrasi
larutan boraks. Menghitung konsentrasi HCl. Didapatkan hasil berupa
larutan HCl yang telah terstandarisasi.
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
2. Analisa Hasil
ANALISA HASIL
M1 = 10,43
M1V1 = M2V2
10,43*V1 = 0,1*100
0,1 𝑥 100
V1 = = 0,96 ml
10,43
Sehingga di dapatkan hasil yang kita butuhkan yaitu 0,96 ml larutan HCl (Chang,
2005).
𝑛
Mboraks = 𝑣
𝑛
0,05 = 0,1
n = 5x10-3
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
𝑔𝑟
n=
𝑀𝑟
𝑔𝑟
5x10-3 = 381
Titrasi dilakukan secara duplo. Yaitu pada percobaan pertama membutuhkan 11,8 ml
HCl. Dan pada percobaan ke dua dibutuhkan 9,9 ml HCl. Sehingga rata rata volume
yang di butuhkan adalah 10,58 ml larutan HCl. Dan juga perlu di tambahkan
indicator metil orange pada boraks sebelum melakukan penstandarisasi larutan HCl.
Perbedaan volume HCl yang di butuhkan untuk proses titrasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor. Salah satunya adalah banyak nya tetesan indicator dalam proses
titrasi.
Setelah diketahui volume HCl yang dibutuhkan untuk proses titrasi, dilakukan
perhitungan untuk mengetahui konsentrasi HCl dengan menggunakan rumus
molaritas. Yaitu dengan perhitungan berikut :
2 . 𝑀𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 .𝑉𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
MHCl = 𝑉𝐻𝐶𝑙
2 .0,05 .10
= 10,85
MHCl = 0,092 M
Sehingga diketahui konsentrasi/molaritas larutan HCl hasil standarisasi adalah
0,092 M (Khopkar, 2008).
𝑔𝑟 1000
MNaOH = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑀𝑟 . 𝑉
gr = 1000
0,1 . 40 . 100
= 1000
= 0,4 gram
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
Setelah itu dilakukan pelarutan 0,4 gram kristal NaOH dengan 100 ml aquadest
agar didapat 100ml larutan NaOH 0,1 M.
2 .0,05 .10
=
13,4
= 0,074 M
Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan percobaan antara lain, kebersihan
alat, perhitungan yang akurat dan teliti, dan pengukuran larutan yang tepat. Teliti
dalam melihat perubahan warna pada saat titrasi, kurang nya ketelitian dalam
melihatvolume NaOH dalam buret, dan adanya tambahan skala buret yang tidak
konstan (Untoro, 2010).
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝐹𝑃
MCH3COOH = 𝑉 CH3COOH
= 51,8 M
Setelah konsentrasi di ketahui , selanjutnya adalah di cari massa dari
𝑔𝑟 1000
asam asetat dengan menggunakan rumus : MCH3COOH = 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑔𝑟 1000
(Chang, 2005). Dengan perhitungan : MCH3COOH = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑔𝑟 1000
51,8 = 60 𝑥 10
gr = 31,08 gram
Dari rumus tersebut didapatkan bahwa berat larutan asam asetat adalah
31,08 gram. Sehingga kadar larutan asam cuka dapat kita ketahui
dengan perhitungan :
𝑔𝑟
Kadar total asam ( % b/v) = 𝑚𝑙 𝑥 100% (Chang, 2005)
31,08
= 𝑥 100%
10
= 310,8 %
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
M1 × V1 = M2 × V2
10,4 × V1 = 0,1 × 100
10
V1 =
10,4
= 0,96 ml
Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus
diperhitungkan?
Karena dalam HCl berat jenis sangat mempengaruhi konsentrasi molaritas dalam
penentuan HCl pekat yang dibutuhkan dalam pembuatan larutan standar HCl (Khopkar,
2008).
Mengetahui bobot jenis/berat jenis suatu larutan menjadi penting karena kita dapat
mengetahui kemurnian dari suatu larutan. Disamping itu dengan mengetahui bobot
jenisnya, kita bisa menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat
lainnya.
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
Karena antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl ( asam kuat ) akan bereaksi
dengan boraks (basa lemah ) membentuk garam yang bersifat asam.
Reaksi :
Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir
titrasinya. Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer dan HCl
merupakan larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
-. Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak mudah
teroksidasi, boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan
murni, tidak korosif. Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/aq.
-. HCl merupakan larutan gas Cl dalam air . Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah
sekali berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan
mempengaruhi konsentrasinya.
-. HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga dimungkinkan
konsentrasi HCl yang didapat tidak tepat. Indikator yang paling tepat digunakan untuk
titrasi ini adalah indikator MO, range pH 3-4,5, karena range pH garam ( bersifat asam )
yang dihasilkan mendekati range pH dari indikator MO, sehingga indikator yang paling
tepat digunakan pada reaksi ini adalah MO (Tim Asisten, 2011).
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
Persamaan reaksi :
Kadar total asam (% b/v) :
Perhitungan:
Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan
keasaman produk pangan yang lain?
6. Kesimpulan
Prinsip
Tujuan
Membuat larutan standar HCl 0,1 M
Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar
primer H2C2O4
Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M
Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 untuk menetapkan kadar
asam asetat cuka perdagangan
Nama Anggi Febriana R U
NIM 185100307111018
Kelas/kel P/P-2
DHP Singkat