Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.

Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan

kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah. (Suriadi, 2006:

57).

Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit dengue hemorrhagic

fever tercatat pertama kali di Asia pada tahun di 1954, sedangkan di

Indonesia penyakit demam berdarah dengue pertama kali ditemukan pada

tahun 1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF dengan 24 kematian

(CFR: 41,5%) dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. (

Soegijanto, 2006)

Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue

hemorrhagic fever, karena tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya

adalah buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak

mandi. Karena itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya

1
merupakan ibukota provinsi yang padat penduduknya. Data kementerian

kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat jumlah kasus Demam

Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu.

Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus demam

berdarah dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang. Demikian

juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89%. pada

tahun 2009 menjadi 0,87% pada pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420

korban tewas akibat demam berdarah dengue pada 2009 dan sekitar 1.317

korban tewas pada tahun 2010. ( Pramudiarja, 2011)

Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih

dalam waktu dua minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat

berlanjut selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kasus kematian

akibat DHF (denguehemorrhagic fever) sering terjadi pada anak-anak, hal

ini disebabkan selain karenakondisi daya tahan anak-anak tidak sebagus

orang dewasa, juga karena sistem imun anak-anak belum sempurna.

Penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever) jika tidak mendapatkan

perawatan yang memadai dan gejala klinis yang semakin berat yang

mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan gangguan hati dapat

mengalami perdarahan hebat, syok dan dapat menyebabkan kematian.

(Hanifah, 2011)

2
2.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penyakit DHF?


2. Berapa persentase kasus DHF di indonesia?
3. Apa saja penyebab penyakit DHF?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit DHF
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit DHF?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit DHF?

2.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian DHF


2. Dapat mengetahui persentase kasus DHF di Indonesia
3. Dapat memahami dan mengetahuipenyebab penyakit DHF
4. Dapat mengetahui dan memahami patofisiologi penyakit DHF
5. Dapat memahami pemeriksaan penunjang untuk penyakit DHF
6. Dapat mengetahui dan memahami pencegahan penyakit DHF

3
BAB II

DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever)

2.1 Pengertian DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)

2.2 Penyebab DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam
kelompok arbovirus B (Hassan R dan Alatas H, 2007). Virus ini memiliki empat
serotipe dengan antigenik berbeda, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Secara
genetik keempat serotipe berasal dari satu asal yang sama pada populasi primata 1000
tahun yang lalu, dan terpisah menjadi 4 serotipe sesudah memasuki siklus penyebaran
urban pada manusia sejak 500 tahun yang lalu di Asia maupun Afrika. Albert Sabin
melakukan spesifikasi virus-virus ini pada tahun 1944, masing-masing serotipe
memiliki beberapa genotip berbeda (Soedarto, 2012).

Sedangkan menurut, Sudoyo Aru, dkk 2009 Virus dengue termasuk genuk
flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu Den-1,Den-2Den-
3,Den-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan Den-4 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang meamdai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal didaerah endemis dengan dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selam hidupnya. Ke empat serotipe virus dengue
dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia.

2.3 Pathogenesis DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever)

Dengue sampai saat ini masih kontrovesial dan belum dapat diketahui secara
jelas.Terdapat dua teori yang dikemukakan dan paling sering dianut adalah :
Virulensi virus dan Imunopatologi yaitu Hipotesis Infeksi Sekunder Heterolog (The
Secondary Heterologous Infection). Teori lainnya adalah teori endotel, endotoksin,
mediator, dan apoptosis.

4
1. Virulensi
Virus Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (
DNA 1, 2, 3, 4).Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi,
sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu. Kapasitas virus untuk
mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan
melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamesi hebat,
d.Menghindari respon imun mekanisme efektor.
Penelitian terakhir memperkirakan bahwa terdapat perbedaan tingkatan
virulensi virus dalam hal kemampuan mengikat dan menginfeksi sel target.
Perbedaan manifestasi klinis demam dengue, DBD dan Dengue Syok syndrome
mungkin disebabkan oleh varian-varian virus dengue dengan derajat virulensi
yang berbeda-beda.

2. Teori Imunopatologi
Hipotesis infeksi sekunder oleh virus yang heterologous (secondary
heterologous infection) menyatakan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua
kalinya dengan serotype virus dengue yang heterolog akan mempunyai risiko
yang lebih besar untuk menderita Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok
Dengue. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenali virus
lain yang telah menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen
antibodi yang kemudian berikatan dengan reseptor dari membrane selleukosit,
terutama m 8 Berdarah Dengue. Endotoksinemia terjadi pada 75% Sindrom Syok
Dengue dan 50% Demam Berdarah Dengue tanpa syok.

5
3. Teori Mediator
Makrofag yang terinfeksi virus Dengue mengeluarkan sitokin yang disebut
monokin dan mediator lain yang memacu terjadinya peningkatan permeabilitas
vaskuler dan aktivasi koagulasi dan fibrinolisis sehingga terjadi kebocoran
vaskuler dan perdarahan.
4. Teori Apoptosis
Apoptosis adalah proses kematian sel secara fisiologis yang merupakan reaksi
terhadap beberapa stimuli. Akibat dari apoptosis adalah fragmentasi DNA intisel,
vakuolisasi sitoplasma, peningkatan granulasi membran plasma menjadi DNA
subseluler yang berisi badan apoptotik.
5. TeoriEndotel
Virus Dengue dapat menginfeksi sel endotelsecara in vitro dan menyebabkan
pengeluaran sitokin dan kemokin. Selendotel yang telah terinfeksi virus Dengue
dapat menyebabkan aktivasi komplemen dan selanjutnya menyebabkan
peningkatan permeabilitas vaskuler dan dilepaskan nya trombomodulin yang
merupakan pertanda kerusakan sel endotel. Bukti yang mendukung adalah
kebocoran plasma yang berlangsung cepat dan meningkatnya hematokrit dengan
mendadak.

2.5 Patofisiologi DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)

Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan


akut permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma kedalam ruang
ekstra vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah. Volume plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti
efusi pleura, hemo konsentrasi dan hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan
mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat dan menimbulkan
penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada Demam Berdarah Dengue (DBD)
9 dan Dengue Syok Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor yaitu: (1)
perubahan vaskuler; (2) trombositopenia; dan (3) kelainan koagulasi.

6
Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak di
dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti denganviremia yang
berlangsung 5-7 hari. Respon imun humoral atau seluler muncul akibat dari infeksi
virus ini. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi
Dengue primer antibody mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar antibodi
yang ada telah meningkat. Antibodi terhadap virus Dengue dapat ditemukan di dalam
darah sekitar demam pada hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai minggu
ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibody IgG
meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibody IgG
meningkat pada hari kedua.

Diagnosis dini pada infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan


mendeteksi antibody IgM setelah hari kelima, sedangkan pada infeksi sekunder dapat
ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat.2
Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering ditemukan pada
sebagian besar kasus Demam Berdarah Dengue. Trombosit mulai menurun pada masa
demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai pada 7-10 hari
sejak permulaan sakit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap
sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD. Gangguan hemostasis
melibatkan perubahan vaskuler, pemeriksaan tourniquet positif, mudah mengalami
memar, trombositopenia dan koagulopati. DBD stadium akut telah terjadi proses
koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) dapat
dijumpai pada kasus yang berat dan disertai syok dan secara potensial dapat terjadi
juga pada kasus DBD tanpa syok. Terjadi nya syok yang berlangsung akut dapat
cepat teratasi bila mendapatkan perawatan yang tepat dan melakukan observasi
disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostatis .

7
2.6 Gejala DHF (Dengue Hemorrhagi Fever)

2.7 Data Kasus DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) Di Indonesia Tahun 2003-
2011

Penyebaran penyakit DHF atau yang lebih dikenal masyarakat dengan DBD
(Demam Berdarah) cukup banyak, hal ini dikarenakan indonesia menjadi negara
tropis yang memiliki musim penghujan, dengan demikian berpotensi untuk virus
Demam Berdarah ini berkembang biak dengan baik yang biasanya melalui genangan
air.

Dari data di atas, lonjakan angka yang sangat tinggi berawal pada tahun 2003
terdapat 6.272 jiwa yang terkena DHF ini kemudian mengalami peningkatan yang
sangat drastis pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2004 sebanyak lebih dari
25.088 jiwa yang terjangkit penyakit DHF. Kemudian data tersebut melami kenaikan
yang tinggi terjadi pada tahun 2007 sebanyak 25.088 jiwa kembali terjangkit penyakit
DHF ini. Hingga pada tahun 2011 mengalami penurunan yang teratur hingga pada
tahun 2011

8
2.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Price dan Wilson, 2006) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada kasus DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah sebagai berikut:

1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau 4-6
jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), Faal hemostasis, FDP,
EKG, foto dada, BUN, creatinin serum.

2.9 Penatalaksanaan DHF Tanpa Syok

Penanganan DBD tanpa syok

Keluhan DBD
(kriteria WHO 1997)

Hb, Ht Hb,Ht normal Hb,Ht normal Hb,Ht meningkat


(9
Trombosit normal trombo 100.000-150.000 trombo <100.000 trombo normal / turun

Observasi Observasi Rawat Rawat


rawat jalan, periksa Hb , rawat jalan, periksa Hb ,
Ht , leuko,trombo/24 Ht , leuko,trombo/24
jam jam
Protocol penangan inap
untuk DBD
(protocol 2)

9
Pemberian cairan pada pasien DBD dewasa diruang rawat

Suspek DBD
perdarahan spontan dan Masif (-) syok
(-)

-Hb, Ht (n) -Hb, Ht meningkat 10-20% -Hb, Ht meningkat 20%


- Trombo <100.000 - trombo <100.000 - trombo <100.000
- infuse kristaloid -infuse kristaloid
-Hb, Ht Trombo tiap 24 jam -Hb, Ht Trombo tiap 24 jam
Protocol pemberian cairan
Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit > 20% DBDdengan Ht meningkat
≥20%

5% deficit cairan

Terapi awal cairan


intravena kristaloid 6-7
ml/kg/ jam

PERBAIKAN Ht dan Evaluasi 3-4 jam TIDAK MEMBAIK Ht, nadi


frekuensi nadi turun meningkat, tekanan darah
tekanan darah membaik, menurun <20
produksi urine meningkat

TANDA VITAL DAN Infuse kristaloid 10m/ kg/


Kurangi infuse kristaloid
HEMATROKRIT jam
5ml? kg/ jam
MEMBURUK

PERBAIKAN TIDAK MEMBAIK


PERBAIKAN
Kurangi infuse kristaloid
Infuse kristaloid 15m/ kg/
3ml/ kg/ jam
jam

10
PERBAIKAN
KONDISI MEMBURUK
Tanda syok
Terapi cairan dihentikan
24-48 jam
PERBAIKAN Tatalaksanaan sesuai
dengan protocol syok dan
perdarahan

2.10 Pencegahan DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)

Pencegahan untuk menghindari terjangkit penyakit DHF dapat dilakukan dengan


cara:

1. Minum yang cukup, diselingi minuman dari buah-buahan (tidak harus


jus jambu) dan ukur jumlah cairanyang keluar dan yang diminum
2. Upayakan unutk makan dan istirahat yang cukup
3. Untuk perlindungan gunakan obat anti nyamuk yang mengandung
DEET saat mengunjungi tempat dengue
4. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya
5. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air
untuk mencegah nyamuk berkembangbiak dengan menutup tempat
penampungan, mencegah nyamuk berkembangbiak dengan
mengosongkan air tegenang dari ban bekas, kaleng bekas, dan pot
bunga
6. Melakukan abatesasi tenpat-tempat penampungan air untuk mencegah
perkembangbiakan nyamuk. Untuk abate yang ditaburkan kedalam
bak tandon air, satu sendok makan abate utnuk bak ukuran
1mX1Mx1m atau 10mg dalam 100 liter air. Jangan dikuras selama 1
bulan karena obat ini akan melapisi dinding bak air, jika terdapat
jentik, maka jentik akan mati.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam dengue/ DF dan demam berdarah dengue/ DBD (dengue
heomorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan / atau nyeri sendi
yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan tesis
hemoragik.

3.2 Saran

Menjaga lingkungan tetap sehat dan rutin melakukan 3M ( menguras ,


menutup, mengubur) akan menghidari kita terjungkit virus DBD.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nuarif Huda Amin dan Hardhi kusuma.2016. Asuhan keperawatan praktis.


Yogyakarta:Mediaction

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-wiwikdurro-6400-3-
babii.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai