Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti
tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki
keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak
(berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic
Purpura. (Family Doctor, 2006).
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) juga bisa dikatakan merupakan suatu
kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga
menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah
hingga ruam kebiruan. (Imran, 2008).
ITP atau idiopatic trombositopenic perpura adalah penyakit autoimun yang ditandai
dengan penurunan trombosit dan muncul bintik bintik merah atau memar pada kulit.

B. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran,
2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan
antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah
respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi
untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah ubuhnya sendiri.
(Family Doctor, 2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit
yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga
bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun membuat
antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun
melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh
masih belum diketahui. (ana information center, 2008).
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi
makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor
pematangan (misalnya malnutrisi). (ana information center, 2008)
C. Manifestasi Klinis
1. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan
menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya
pendarahan dibawah kulit.
2. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut)
disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan
yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat
membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
3. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin dan feses.
Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk
menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan
gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
4. Nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi.

D. Patofisiologi
Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti
antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan organ
retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau meningkat
pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma, yang merupakan progenitor
proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada
ITP kronis.
Mediator lainnya yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap produksi
trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi
sistem imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibodi
spesifik terhadap antibodi.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit < 20.000 / mm3).
2. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
3. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
F. Pencegahan
1. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi
platelet dan meningkatkan risiko pendarahan.
2. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan. Lakukan terapi
yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang.
3. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting
bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama :Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung dan
perdarahan pada gusi gigi.
b. Riwayat penyakit sekarangang ditandai dengan dengan Memar, bintik-bintik pada
kulit, keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
c. Eliminasi.
1) Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
2) Tanda : Distensi abdomen.
d. Makanan / cairan.
1) Gejala : Penurunan masukan diet, Mual dan muntah.
2) Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
e. Neurosensori.
1) Gejala : Sakit kepala, pusing, Kelemahan, penurunan penglihatan.
2) Tanda : Epistaksis.
f. Nyeri / kenyamanan.
1) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
2) Tanda : Takipnea, dispnea.
g. Pernafasan.
1) Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
2) Tanda : Takipnea, dispnea.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun, intake
makanan kurang, kongjungtiva.
b. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik)
ditandai dengan gangguan pola tidur, klien meringis kesakitan di daerah nyeri, skala
nyeri (data subyektif).
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan imobilisasi
d. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan keterbatasan
belajar, tidak familiar dengan sumber informasi.
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis
ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan turgor kulit.

3. Intervensi
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
NOC Intervensi (NIC)
Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
keperawatan 2x24 jam diharapkan sering.
pemenuhan nutrisi klien terpenuhi 2. Pantau pemasukan makanan dan
dengan timbang berat badan setiap hari.
Tujuan: 3. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Menghilangkan mual dan muntah 4. Libatkan keluarga pasien dalam
Criteria hasil: perencanaan makan sesuai dengan
Menunjukkan berat badan stabil indikasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik).
NOC Intervensi (NIC)
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam 1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan
diharapkan nyeri yang dirasakan klien intensitas
berkurang dengan 2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi,
Tujuan : khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan
Melaporkan nyeri yang dialaminya keluarga tentang cara menghadapinya.
Klien mampu mengontrol rasa nyeri 3. Berikan pengalihan seperti reposisi dan
melalui aktivitas aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
Mengikuti program pengobatan musik atau nonton TV
Mendemontrasikan tehnik relaksasi 4. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik
dan pengalihan rasa nyeri melalui relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan
aktivitas yang mungkin. berikan sentuhan therapeutik.
5. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
6. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter
dan juga dengan klien
7. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin,
methadone, narkotik dll

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


NOC Intervensi (NIC)
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam 1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
diharapkan klien dapat melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan,
aktivitas sendiri tanpa bantuan dari keletihan
orang lain dengan 2. Awasi TD, nadi, pernafasan
Tujuan: 3. Berikan lingkungan tenang.
Meningkatkan partisipasi dalam 4. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau
aktivitas. terhadap pusing.
Criteria hasil:
Menunjukkan peningkatan toleransi
aktivitas.
d. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
NOC Intervensi(NIC)
Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam 1. Berikan informasi tntang ITP. Diskusikan
diharapkan keluarga mengerti akan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan
penyakit klien dengan beratnya ITP.
Tujuan: 2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan
Pemahaman dan penerimaan terhadap diagnostic.
program pengobatan yang diresepkan. 3. Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk
Criteria hasil: pemeriksaan laboratorium tidak akan
Menyatakan pemahaman proses memperburuk ITP.
penyakit.
Faham akan prosedur dagnostik dan
rencana pengobatan.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis

NOC Intervensi (NIC)

Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam 1. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek
diharapkan kerusakan bisa berkurang samping therapi kanker, amati penyembuhan
dengan luka.
Tujuan : 2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian
Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang gatal.
yang berhubungan dengan kondisi 3. Ubah posisi klien secara teratur.
spesifik 4. Berikan advise pada klien untuk menghindari
Berpartisipasi dalam pencegahan pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa
komplikasi dan percepatan rekomendasi dokter.
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A Newma, 2006, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, EGC : Jakarta

DRUGS.2008.Idiopathic (Immune) Thrombocytopenic Purpura Medications.

http://www.drugs.com/condition/idiopathic-immune-thrombocytopenic-purpura.html.

Emedicine.2008. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari

http://www.emedicine.com/med/topic1151.html.

Anda mungkin juga menyukai