PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas
zona glomerulosa, fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa
mensekresikan aldosteron dan dikendalikan oleh mekanisme renin-
angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona fasikulata dan
retikularis mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan
oleh hipofisis melalui ACTH. Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh
(1) faktor pelepas kortikotropin hipotalamus, dan (2) efek umpan balik
kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada pembentukan hormon-hormon
tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan mempengaruhi tubuh dan
menimbulkan keabnormalan. Sindrom cushing akan terjadi jika jumlah
kortisol berlebih.
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap. Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah
yang pertama kali mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912. Sindroma
Chusing ini ditandai dengan adanya peningkatan berat badan (obesitas),
distribusi lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah (moon face),
striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan
lain sebagainya.
Jenis sindrom cushing terbagi atas 2 yaitu: (1) Dependen ACTH dan (2)
Independen ACTH. Prevalensi sinndroma Chusing ini pada laki-laki sebesar
1:30.000 dan pada perempuan 1:10.000.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Cushing Syndrome?
2. Apa saja klasifikasi dari Cushing Syndrome?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Cushing Syndrome?
4. Bagaimana patofisiologi dari Cushing Syndrome?
5. Bagaimana etiologi dari Cushing Syndrome?
6. Apa saja manifestasi klinis dari Cushing Syndrome?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Cushing Syndrome?
8. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan dari Cushing Syndrome?
9. Apa saja komplikasi dari Cushing Syndrome?
10. Bagaimana pencegahan dari Cushing Syndrome?
11. Bagaimana prognosis dari Cushing Syndrome?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari Cushing Syndrome?
C. Tujuan Penulisan
1. Apa yang dimaksud dengan Cushing Syndrome?
2. Apa saja klasifikasi dari Cushing Syndrome?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Cushing Syndrome?
4. Bagaimana patofisiologi dari Cushing Syndrome?
5. Bagaimana etiologi dari Cushing Syndrome?
6. Apa saja manifestasi klinis dari Cushing Syndrome?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Cushing Syndrome?
8. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan dari Cushing Syndrome?
9. Apa saja komplikasi dari Cushing Syndrome?
10. Bagaimana pencegahan dari Cushing Syndrome?
11. Bagaimana prognosis dari Cushing Syndrome?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari Cushing Syndrome?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi Fisiologi
Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri
dan kanan. Terbagi atas 2 bagian yaitu:
3
Fungsi kelenjar renalis (mendula)
Hipersekresi glukokortikoid
4
1) Melepas asam lemakdari jaringan menambah bahan bakaran
2) Mobilisasi glukosa dengan menambah glikogenesis
3) Mengurangi pelepasan insulin guna menghindari pemakaian
glukosa.
5
3. Klasifikasi
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
a. Sindrom Cushing tergantung ACTH
Pada tipe ini hipersekresi glukokortikoid dipengaruhi oleh
hipersekresi ACTH. Hipersekresi kronik ACTH akan menyebabkan
hiperplasia zona fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal.
Hiperplasia ini mengakibatkan hipersekresi adrenokortikal seperti
glukokortikoid dan androgen. Pada tipe ini ditemukan peninggian kadar
hormon adrenokortikotropik dan kadar glukokortikoid dalam darah.
Yang termasuk dalam sindrom ini adalah adenoma hipofisis dan sindrom
ACTH ektopik.
6
bentuk cat-brochial karsinoma. Gejalanyaklinis di tandai penyakit yang
cepat menjadi berat, penurunan BB dan edema serta pigmentasi.
d. Alkoholisme, ini dapat menyebabkan sindrom cushing sementara.
4. Patofisiologi
Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom Cushing menyebabkan
katabolisme protein yang berlebihan sehingga tubuh kekurangan protein.
Kulit dan jaringan subkutan menjadi tipis, pembuluh-pembuluh darah
menjadi rapuh sehingga tampak sebagai stria berwarna ungu di daerah
abdomen, paha, bokong, dan lengan atas. Otot-otot menjadi lemah dan sukar
berkembang, mudah memar, luka sukar sembuh, serta rambut tipis dan
kering.
Keadaan hiperglukokortikoid di dalam hati akan meningkatkan enzim
glukoneogenesis dan aminotransferase. Asam-asam amino yang dihasilkan
dari katabolisme protein diubah menjadi glukosa dan menyebabkan
hiperglikemia serta penurunan pemakaian glukosa perifer, sehingga bisa
menyebabkan diabetes yang resisten terhadap insulin. Pengaruh
hiperglukokortikoid terhadap sel-sel lemak adalah meningkatkan enzim
lipolisis sehingga terjadi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia.
Pada sindrom Cushing ini terjadi redistribusi lemak yang khas. Gejala
yang bisa dijumpai adalah obesitas dengan redistribusi lemak sentripetal.
Lemak terkumpul di dalam dinding abdomen, punggung bagian atas yang
membentuk buffalo hump, dan wajah sehingga tampak bulat seperti bulan
dengan dagu ganda.
Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan
peningkatan resorpsi matriks protein, penurunan absorbsi kalsium dari usus,
dan peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal. Akibat hal tersebut terjadi
hipokalsemia, osteomalasia, dan retardasi pertumbuhan. Peningkatan ekskresi
kalsium dari ginjal bisa menyebabkan urolitiasis.
Pada keadaan hiperglukokortikoid bisa timbul hipertensi, namun
penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh
peningkatan sekresi angiotensinogen akibat kerja langsung glukokortikoid
7
pada arteriol atau akibat kerja glukokortikoid yang mirip mineralokortikoid
sehingga menyebabkan peningkatan retensi air dan natrium, serta ekskresi
kalium. Retensi air ini juga akan menyebabkan wajah yang bulat menjadi
tampak pletorik.
Keadaan hiperglukokortikoid juga dapat menimbulkan gangguan emosi,
insomnia, dan euforia. Pada sindrom Cushing, hipersekresi glukokortikoid
sering disertai oleh peningkatan sekresi androgen adrenal sehingga bisa
ditemukan gejala dan tanda klinis hipersekresi androgen seperti hirsutisme,
pubertas prekoks, dan timbulnya jerawat.
5. Manifestasi Klinis
Secara umum tanda dan gejala penderita Cushing Syndrome:
a. Wajah yang khas (moon face)
b. Penipisan rambut kepala disertai jerawat dan hirsutisme (pertumbuhan
rambut berlebihan pada wajah dan tubuh seperti layaknya pria)
c. Obesitas, perubahan muskuluskuletal dan intoleransi glukosa.
d. Striae pada kulit
e. Kelemahan dan atropi otot
f. Osteoporosis
g. Kulit yang rapuh dan penyembuhan luka yang lama
h. Ulkus peptikum
i. Hipertensi
j. Kelabilan emosi
8
Moon Face
Hirsutisme Striae
9
Manifestasi klinis dapat digolongkan menurut faal hormon korteks
adrenal yaitu : Cortisol, Ketosteroid, Aldosteron dan Estrogen.
a. Gejala hipersekresi kortisol (hiperkortisisme) yaitu :
1) Obesitas yang sentrifetal dan “moon face”.
2) Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan
ekimosis.
3) Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.
4) Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi
dan kifosis.
5) Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.
6) Diabetes melitus.
7) Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia.
b. Gejala hipersekresi ketosteroid :
1) Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki ).
2) Suara dalam.
3) Timbul akne.
4) Amenore atau impotensi.
5) Pembesaran klitoris.
6) Otot-otot bertambah (maskulinisasi)
c. Gejala hipersekresi aldosteron.
1) Hipertensi
2) Hipokalemia.
3) Hipernatremia.
4) Diabetes insipidus nefrogenik.
5) Edema (jarang)
6) Volume plasma bertambah
10
timbul, kemudian terjadi kelemahan, mudah infeksi, timbul ulkus peptikum
dan mungkin fraktur vertebra. Kematian disebabkan oleh kelemahan umum,
penyakit serebrovaskuler (CVD) dan jarang-jarang oleh koma diabetikum.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
11
ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 – 3 kali,
pada kasinoma tidak ada kenaikan.
12
8. Komplikasi
a. Krisis Addisonia
b. Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
c. Patah tulang akibat osteoporosis
d. Penyakit arteri koroner, terjadi karena hipertensi berat.
e. Infeksi berat, terjadi jika pasien mengalami diabetes melitus dan
mengalami luka, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berat.
f. Penyakit serebro vaskuler (Cerebro vaskuler desease/CVD).
9. Pencegahan
Pencegahan yang diupayakan untuk menghindari Sindrom Cushing
adalah memperhatikan dosis pemakaian obat golongan steroid yang diberikan
dan hindari pemakaian obat golongan ini secara berlebihan. Pasien bisa
berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan hasil terapi yang baik,
sehingga bisa meminimkan efek untuk terkena Sindrom Cushing.
10. Prognosis
Sindrom Cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahun
oleh karena gangguan kardiovaskular dan sepsis. Setelah pengobatan radikal
kelihatan membaik, bergantung kepada apakah gangguan kerusakan
kardiovaskular irreversible. Pengobatan substitusi permanent memberikan
resiko pada waktu pasien mengalami stress dan diperlukan perawatan khusus.
Karsinoma adrenal atau yang lainnya cepat menjadi fatal oleh karena
kakeksia dan/atau metastasis.
13
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tgl lahir ,
umur, pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk RS. Lebih lazim
sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dan mempunyai insiden
puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien mengeluh lemah, terjadi
kenaikan berat badan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan
kartekosteroid dalam jangka waktu yang lama.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing
sindrom.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala: terjadi penipisan rambut kepala
2) Wajah: terjadi hirsutisme, berjerawat, moon face.
3) Mata: pupil dilatasi, katarak, glaukoa.
4) Hidung: simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret.
5) Mulut: membran mukosa pucat, bibir kering.
6) Leher: distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7) Integumen: sriae, buffalo hump, penipisan kulit, petechiae, ekimosis,
jerawat.
8) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi: tidak terlihat retraksi intercosta hidung, pergerakan dada
simetris
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi: sonor
Auskultasi: tidak ada suara tambahan
14
b) Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba pada ICS 4-5 midclavicula
Perkusi: pekak
Auskultasi: irama teratur
9) Abdomen
Inspeksi: tidak simetris, dan edema, striae.
Palpasi: nyeri tekan
Perkusi: suara redup
Auskultasi: bising usus meningkat
10) Ekstremitas
Atrofi otot ekremitas, tulang terjadi osteoporosis, otot lemah, fraktur
spontan, nekrosis aseptik femur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
b. Keletihan b/d kelelahan fisik
c. Nyeri akut b/d agen cidera
d. Kerusakan integritas kulit b/d gangguan turgor kulit
(NANDA Diagnosis Keperawatan 2015-2017 Edisi 10)
3. Intervensi
15
Kode: control pasien latihan dan lihat
Diagnosa: meningkat respon pasien saat
Hambatan mobilitas Dengan kriteria hasil: latihan
fisik b/d penurunan Klien meningkat Konsultasi dengan
kekuatan otot dalam aktifitas terapi visik tentang
Batasan fisik rencana ambulasi
Karakteristik Klien mengerti sesuai dgn
Perubahan cara tujuan dari kebutuhan
berjalan peningkatan Bantu klien untuk
Keterbatasan mobilitas menggunakan
kemampuan Memperagakan tongkat
melakukan penggunaan alat Ajarkan pasien
motorik kasar bantu tekhik ambulasi
Keterbatasan Bantu untuk Latih pasien dlm
rentang mobilisasi (walker) pemenuhan
pergerakan sendi kebutuhan ADLs
ketidak stabilan secara mandiri
postur sesuai kemampuan
Pergerakan Berikan alat bantu
lambat jika klien
memerlukan.
16
Batasan yang menyebabkan
Karakteristik kelelahan
Kurang energi Monitor nutrisi dan
Perasaan lelah sumber energi
Lemah yang ade kuat
Lesu Monitor akan
Peningkatan adanya kelelahan
kebutuhan fisik secara
istrahat berlebihan
Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istrahat
pasien
3. Domain: 12 Selama di lakukan Pain magement:
keamanan tindakan keperawatan Lakukan
Kelas: 1 selama 2x24 jam di pengkajian nyerri
kenyamanan fisik harapkan pasien secara
Diagnosa: Nyeri mampu mengontrol: komprehensif
akut b/d agen cidera - Pain level seperti lokasi,
Batasan - Pain control karakteristik,
Karakteristik: - Comfort level durasi, frekuensi,
Mengespresikan Dengan kriteria hasil: dan kualitas nyeri
perilaku seperti: Klien mampu Observasi reaksi
gelisah, mengontrol nyeri non verbal dari
merengek, dan (Tahu penyebab ketidak nyaman
menangis nyeri dan mampu Gunakan teknik
Sikap melindungi menggunakan komunikasi
area nyeri teknik non terapeutik untuk
Fokus menyempit farmakologi untuk mengetahui
Melaporkan nyeri mengurangi nyeri ) pengalaman nyeri
secara ferbal Melaporkan bahwa klien
Gangguan tidur nyeri berkurang Kaji kultur yang
17
dengan mempengaruhi
menggunakan nyeri
mananemen nyeri Kontrol
Mampu mengenali lingkungan yang
skala dan frekuensi mempengaruhi
nyeri. nyeri seperti: suhu,
Menyatakan rasa pencahayaan, dan
nyaman setelah kebisingan
nyeri berkurang. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
farmakologi,
nonfarmakologi,
dan interpersonal
Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan teknik non
farmakologi
Kolaborasi dengan
dokter tentang
pemberian obat
analgetik
Monitor
penerimaan pasien
tentang
management nyeri
4. Domain: 11 Selama tindakan Pressure
Keamanan/Perlindun keperawatan selama management
gan 2x24 jam diharap Anjurkan pasien
Kelas: 2 mampu: untuk
Cidera fisik - Tissue integrity menggunakan
18
Kode: Dengan kriteria hasil: pakaian yang
00046 Integritas kulit longgar
Diagnosa: klien baik dan bisa Hindari kerutan
Kerusakan integritas di pertahanka n pada tempat tidur
kulit b/d gangguan sperti Jaga kebersihan
turgor kulit temperatur,tdk ada kulit agar tetap
Batasan luka/lesi pada kulit bersih
Karakteristik: Menunjukkan Ubah posisi pasien
Gangguan pemahaman dalam setia[ 2 jam sekali
permukaan kulit proses perbaikan Monitor adanya
Kerusakan kulit dan kemerahan pada
lapisan kulit mencegah kulit
terjadinya cidera Monitor aktivitas
berulang dan mobilisasi
Mampu pasien
melindungi kulit Monitor status
dan nutrisi klien.
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
(NANDA Diagnosis Keperawatan 2015-2017 Edisi 10)
4. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana keperawatan
dilakukan sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria
keberhasilan pada tujuan rencana keparawatan. Dengan demikian
evaluasi dapat dilakukan sesuai dengan kriteria / susunan rinci ditulis
pada lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Dari makalah ini semoga dapat diambil manfaat untuk penulis dan
pembaca.Semoga pembaca dapat mengambil beberapa hal-hal yang penting
dalam memahami materi tentang Asuhan keperawatan gangguan sistem
endokrin hiper/ hipofungsiadrenal : Cushing Syndrome
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena kami menyusun makalah ini dalam rangka mengembangkan
kemampuan diri.
20
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC
http://hamdan-hariawan-fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-84575-Askep-
Asuhan%20keperawatan%20pada%20pasien%20dengan%20Sindrom%20C
ushing.html diakses pada tanggal 18 Maret 2018
https://plus.google.com/101592536099109091775/posts/YRaKRXXMYzA
diakses pada tanggal 18 Maret 2018
21