Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Proses
menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga
tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional
limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap)
yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran. Keadaan itu
cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (Hutapea R, 2005).
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan
telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat yaitu
meningkatanya umur harapan hidup (UHH) dari 70,6 tahun pada tahun 2010
menjadi 73 tahun pada tahun 2014. Umur harapan hidup merupakan alat
untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya.
Menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2010
presentase lansia dunia diestimasi 9,11% dari jumlah penduduk dunia. Saat
ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan
orang lanjut usia lebih dari 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan
diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun. Menurut sensus
penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari
angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun
keatas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun keatas. Pada tahun 2000

1
diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99 % dari seluruh
penduduk Indonesia (22.777.700) dengan umur harapan hidup 65-75 tahun.
Pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% (29.120.00 lebih) dengan
umur harapan hidup 70-75 tahun.
Dengan adanya populasi lansia pada saat ini yang semakin lama
semakin meningkat, oleh karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai
kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan
pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan
pada lansia melalui beberapa jenjang (Erfandi, 2008).
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Pelayanan Posyandu lansia
adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi
lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Pemerintah telah merumuskan berbagai peraturan dan
perundang-undangan, yang diantaranya seperti tercantum dalam
Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pada pasal 19
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 tentang
Penbentukan Posyandu, disebutkan bahwa kesehatan manusia usia lanjut
diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu
penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas
hidupnya secara optimal. Oleh karena itu, berbagai upaya dilaksanakan untuk

2
mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif untuk
usia lanjut (Badan Informasi Daerah Pemkot Jogja, 2007).

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan program posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Masaran 1?
2. Apakah masalah kesehatan yang terdapat pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Masaran 1?
3. Bagaimana rencana intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan
tersebut?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program posyandu lansia di wilayah
kerja Puskesmas Masaran 1
2. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang terdapat pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Masaran 1.
3. Untuk mengetahui rencana intervensi dalam mengatasi masalah
kesehatan tesebut.

D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan pengalaman bagi para dokter muda tentang program
kesehatan yang telah dilakukan DKK Sragen dalam pelaksanaan
Posyandu Lansia.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi bidang pelayanan kesehatan khususnya
Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen dalam
pelaksanaan program Posyandu Lansia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu Lansia
1. Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah
perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan mereka. posyandu lansia adalah suatu
forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes,
2000).
2. Tujuan Posyandu Lansia
Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul
(1998), yaitu :
a. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai
kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung
b. Memelihara kemandirian secara maksimal
c. Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai
d. Melaksanakan pengobatan secara tepat
e. Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
f. Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
g. Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
h. Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan
3. Sasaran
Sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh penduduk
yang berusia 60 tahun keatas (Depkes, 2000).
4. Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Depkes RI (2000), manfaat dari posyandu lansia adalah :

4
a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar
b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang
Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain :
1) Upaya meningkatkan/ promosi kesehatan
Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya
merupakan upaya mencegah primer (primary prevention).
Menurut Suyono (1997), ada beberapa tindakan yang
disampaikan dalam bentuk pesan “BAHAGIA” yaitu :
a) Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
b) Aturlah makanan hingga seimbang
c) Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
d) Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang
bermanfaat
e) Gerak badan teratur agar terus dilakukan
f) Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi
yang menegangkan
g) Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
2) Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi kegiatan peningkatan keagamaan (kegiatan doa
bersama). Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu
bulan sekali. Kegiatan ini memberikan kesempatan mewujudkan
keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus memperkokoh
iman dan takwa.
3) Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :
a) Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia
Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara
membentuk suatu pertemuan yang diadakan disuatu tempat
tertentu atau cara tertentu misalnya pengajian rutin, arisan
pertemuan rutin, mencoba memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat sederhana dan dini. Sederhana karena kita
menciptakan sistem pelayanan yang diperkirakan bisa

5
dilaksanakan diposyandu lansia dengan kader yang juga
direkrut dari kelompok pra usia lanjut. Bersifat dini karena
pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan rutin tiap bulan
dan diperuntukkan bagi seluruh lanjut usia baik yang
merasa sehat maupun yang merasa adanya gangguan
kesehatan. Selain itu aspek preventif mendapatkan porsi
penekanan dalam pelayanan kesehatan ini.
b) Penyuluhan gizi
c) Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
d) Olah raga
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang
memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan
fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar.
Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai jenis
kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah olah
raga. Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan
posyandu lansia adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan,
jogging atau berlari-lari, berenang, bersepeda,
bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan tenis lapangan.
e) Rekreasi
4) Peningkatan keterampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan
yang sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa
mendatangkan rasa gembira tersebut tidak jarang menjadi obat
yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang kebetulan anak
cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau usia lanjut yang
selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.
Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
a) Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
b) Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
c) Latihan kesenian bagi lansia

6
5) Upaya pencegahan/ prevention
Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan
kepada :
a) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan
kepada lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan
tetapi belum menderita penyakit.
b) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention)
ditujukan kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap
faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit
hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.
c) Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan
kepada penderita penyakit dan penderita cacat yang telah
memperlihatkan gejala penyakit.
5. Penyelenggaraan posyandu lansia
Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader
kesehatan yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh
tenaga kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang dokter bidan atau
perawat Menurut Budiono (1997), penyelengaraan posyandu lansia
dilakukan dengan sistem 5 meja meliputi :
a. Meja satu untuk pendaftaran
b. Meja dua untuk penimbangan
c. Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia
d. Meja empat untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat dilaksanakan
secara perorangan maupun secara kelompok
e. Meja lima untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pengukuran
tekanan darah dan pemeriksaan fisik.
B. Lansia
1. Pengertian lanjut usia (lansia)
Menurut Undang-undang RI No.13 tahun 1988 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi lanjut
usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia
adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang

7
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.
Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal
19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena
usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial.
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan.
karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian
khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin
dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
2. Perubahan dan Ciri-ciri Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur antara lain :
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai
59 tahun
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
3) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
b. Menurut Masdani dalam Nugroho (2000)
Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia
dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian :
1) Fase iuventus antara 25-40 tahun
2) Fase verilitas antara 40-50 tahun
3) Fase prasenium antara 55-65 tahun
4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
c. Menurut Setyonegoro dalam Nugroho (2000) pengelompokkan
lanjut usia sebagai berikut :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) antara 18-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas antara 25-65
tahun

8
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65-70 tahun. terbagi untuk
umur 70-75 tahun (young old) 76-80 tahun (old) dan lebih dari
80 tahun (very old).
d. Menurut undang-undang No.4 tahun 1965 pasal 1 bahwa seseorang
dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Nugroho (2000), perubahan yang terjadi pada lansia
adalah :
a. Perubahan atau kemunduran biologis
1) Kulit yaitu kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis
lagi. Fungsi kulit sebagai penyekat suhu tubuh lingkungan dan
perisai terhadap masuknya kuman terganggu.
2) Rambut yaitu rontok berwarna putih kering dan tidak mengkilat.
Hal ini berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.
3) Gigi mulai habis.
4) Penglihatan dan pendengaran berkurang
5) Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan kurang
lincah
6) Kerampingan tubuh menghilang disana-sini terjadi timbunan
lemak terutama dibagian perut dan panggul
7) Otot yaitu jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara
jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan
menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang
8) Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh darah
penting khusus yang di jantung dan otak mengalami kekakuan.
Lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi,
diabetes melitus, kadar kolestrol tinggi dan lain-lain yang
memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan trombosis

9
9) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium) menurun
akibat tulang menjadi keropos dan mudah patah
10) Seks yaitu produksi hormon testoteron pada pria dan hormon
progesteron dan estrogen wanita menurun dengan bertambahnya
umur
b. Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif
1) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik
2) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang
terjadi pada masa tuanya yang pertama dilupakan adalah
nama-nama
3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau
tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang
sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah
menyempit
4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang
dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah
sehingga lansia tidak mudah untuk menerima hal-hal yang baru
c. Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiun, nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya
selain itu identitas pensiun dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan
2) Merasakan atau sadar akan kematian
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan
6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
7) Gangguan saraf panca indera
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga
10) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik

10
Dari definisi lanjut usia dan karakteristik lanjut usia perlu pembinaan
untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan lansia dengan
pembentukan posyandu lansia.

C. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup Lansia

1. Behavioural Determinants
Satu mitos mengenai lanjut usia adalah pada fase ini sudah sangat
terlambat untuk gaya hidup sehat. Hal yang sebenarnya terjadi adalah
aktivitas fisik yang cukup, makan makanan yang cukup, tidak merokok,
dan tiduk minum minuman alkohol dan pengobatan yang bijaksana pada
lanjut usia dapat mencegah penyakit dan penurunan fungsi tubuh,
memperpanjang umur dan meningkatkan kualaitas hidup (WHO, 2010).
2. Physical Determinants
Lingkungan fisik yang baik dan mendukung dapat membuat
perbedaan antara mandiri dan ketergantungan pada semua individu dan
sangat penting bagi mereka yang memasuki lanjut usia (WHO, 2010).
Perhatian spesifik harus diberikan pada lanjut usia adalah yang hidup dan
tinggal di pedesaan dimana pola penyakit dapat berbeda tergantung pada

11
kondisi lingkungan dan keterbatasan ketersediaan pelayanan pendukung.
Urbanisasi dan migrasi orang-orang muda untuk mencari pekerjaan
membuat lanjut usia semakin terisolasi di pedesaan dengan keterbatasan
bahkan ketiadaan akses untuk pelayanan kesehatan kesehatan dan sosial.
Akses dan ketersediaan transportasi umum dibutuhakan baik di
kota maupun di desa sehingga orang dengan segala usia dapat
berpartisipasi secara penuh di keluarga dan kehidupan bermasyarakat. Ini
sangat penting untuk lanjut usia yang memilki masalah mobilitas.
Risiko-risiko pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan cedera
yang menyakitkan diantara lanjut usia. Cedera dari jatuh, kecelakan lalu
lintas adalah yang paling sering. (WHO, 2010).
Perumahan yang aman dan nyaman merupakan hal yang penting
bagi semua usia terutama bagi lanjut usia. Untuk lanjut usia, interaksi
antara anggota keluarga, pelayanan dan transportasi dapat membawa
perbedaan antara interaksi sosial positif dan isolasi. Cedera pada lanjut
usia dapat membuat lansia tersebut lebih rentan terhadap disabilitas dan
butuh perawatan yang lebih lama di rumah sakit dan periode yang
panjang untuk rehabilitasi sehingga berisiko tinggi untuk terjadi
kematian.
Air bersih, udara yang bersih dan makanan yang aman terutama
sangat penting untuk sebagian besar kelompok lansia rentan dan mereka
yang mempunyai penyakit kronis dan sistem kekebalan yang menurun.
3. Personal Determinants
Alasan utama mengapa lanjut usia lebih sering sakit daripada orang
muda adalah mereka lebih lama hidup dan terpajan hal eksternal, perilaku
dan lingkungan (Purwanto, 2002). Kapasitas intelegensia dan kognitif
(termasuk kecepatan belajar dan mengingat) secara alamiah menurun
bersamaan dengan penuaan yang terjadi pada lansia.
4. Health and social service
Pada lanjut usia, sistem kesehatan lebih ditekankan pada
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan akses terhadap kualitas
pelayanan kesehatan dan perawatan jangka panjang. Pelayanan kesehatan

12
dan sosial harus terintegrasi, terkoordinasi dan efektif. Peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit adalah proses untuk memungkinkan
seseorang untuk mengontrol dan memperbaiki kesehatannya. Sebagai
contoh, menghindari untuk merokok kemudian skrining untuk
mendeteksi penyakit kronis sehingga dapat mengurangi risiko disabilitas.
5. Economic Determinants
Tiga aspek pada determinan ekonomi yang sangat mempengaruhi
lansia adalah pendapatan, pekerjaan dan perlindungan sosial. Lansia yang
miskin meningkatkan risiko untuk menjadi sakit dan disabilitas (WHO,
2010). Banyak lansia wanita yang tinggal sendiri dan tidak punya cukup
uang untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini mempengaruhi mereka untuk
membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak dan pelayanan
kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai aset,
sedikit atau tidak ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat
membayar keamanan atau merupakan bagian dari keluarga dengan
pendapatan yang sedikit atau rendah. Di semua negara, keluarga
menyediakan dukungan terbesar untuk lansia yang membutuhkan
bantuan. Tradisi bahwa lansia tinggal dengan anak atau keluarga mulai
menurun, sehingga meningkatkan kerentanan lansia.
6. Social Determinants
Dukungan sosial, kesempatan untuk edukasi dan pembelajaran
seumur hidup, kedamaian dan perlindungan dari kekerasan dan
pelanggaran adalah faktor utama pada lingkungan sosial yang
meningkatkan kesehatan pada lansia. Kesepian, isolasi sosial, buta huruf,
kesenjangan pendidikan, pelanggaran dan terlibat dalam situasi konflik
meningkatkan risiko lansia sangat besar untuk mengalami disabilitas dan
kematian lebih awal (WHO, 2010). Dukungan sosial yang tidak cukup,
sangat erat hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan dan
depresi juga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Lansia
yang tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup dapat 1,5 kali lebih
besar untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan daripada
merek yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup (WHO, 2010).

13
D. Faktor yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Lansia ke Posyandu

Pengetahuan
Sarana dan
Jarak Prasarana

Dukungan Kunjungan lansia Keterampilan


Keluarga pada posyandu Kader
lansia

Sikap Kader Pihak


Pemerintah

1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.


Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,
pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.
Jarak adalah jarak antara rumah tempat tinggal dan tempat layanan
kesehatan (dalam km) dan biaya transport adalah biaya yang dikeluarkan
dari rumah menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan (dalam rupiah).
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan
fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan
dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau

14
merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini
dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor yang
membentuk motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
3. Dukungan keluarga yang kurang
Menurut Endah (2002) dukungan sebagai informasi verbal atau
non-verbal, saran, bantuan yang nyata, atau tingkah laku yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga
bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri
untuk mendampingi atau mengantar lania ke posyandu, mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersama lansia. Aspek-aspek dalam dukungan ini
adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberi informasi.
4. Sikap kader posyandu lansia
Sikap adalah pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau respon
terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2003). Sedang
menurut Azizah (2011) sikap adalah pandangan atau perasaan yang
disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap
senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek.
Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan,
lembaga, norma dan lain.lain.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap kader merupakan
dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan ikap yang baik tersebut lansia cenderung untuk selalu
hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini

15
dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cerminan kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
5. Pihak pemerintah/Institusi
Permasalahn yang ada biasanya adalah program posyandu lansia
belum dijadikan sebagai program unggulan sehingga di suatu wilayah
kecamatan hanya terbentuk 1 atau 2 posyandu lansia saja.
6. Keterampilan kader posyandu Lansia
Keterampilan merupakan rancang dari suatu proses komunikasi
belajar untuk mengubah perilaku menjadi cekat, cepat dan tepat melalui
pembelajaran. Perilaku termpil dibutuhkan dalam keterampilan hidup
manusia di dalam masyarakat. Melihat uraian tersebut, secara substansi
bidang keterampilan berasal dari kecakapan dalam melaksanakan,
mengolah dan menciptakan dengan dasar psychomotoric-skill.
Sebagai kader posyandu lansia harus mempunyai kemampuan yang
baik. Dalam hal ini kemampuan dalam pengisisan KMS dengan benar,
menimbang berat badan dengan benar, mengukur tinggi badan dengan
benar, mampu melakukan tensi darah dengan akurat dan mampu dalam
menggunakan peralatan laboratorium sederhana. Bila kader posyandu
lansia tidak terampil dalam melakukan keterampilan pemeriksaan
tersebut, maka dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia akan
berdampak pada tingkat kepercayaan lansia terhadap keterampilan yang
dimiliki kader posyandu lansia, hal ini akan menjadi faktor penghambat
keinginan/motivasi lansia unuk berkunjung ke posyandu lansia, sehingga
perlu peningkatan keterampilan setiap kader dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan yang dikhususkan bagi kader posyandu lansia.
7. Sarana dan prasarana
Menurut Sujanto (2008) sarana prasarana dapat diartikan sebagai
suatu aktifitas maupunmateri yang berfungsi melayani kebutuhan
individu atau kelompok di dalam suatu lingkungan kehidupan. Sarana
prasarana dapt dibagi menjadi dua kategori yaitu sarana prasarana sosial
dan sarana prasaranan fisik. Sarana prasarna sosial adalah aktifitas/materi
yang dapt melayani kebutuhan masyarakat atau kebutuhan yang dapat

16
memberi kepuasan mental dan spiritual, contonya : fasilitas kesehatan,
pengajian, olahraga, rekreasi dan lain-lain. Sarana prasarana fisik adalah
aktifitas/materi yang dapat melayani kebutuhan masrakat akan kebutuhan
fisik, contohnya : sanitasi lingukungan, fasilitas jalanan, fasilitas tempat
kesehatan dan lain-lain.
Semua yang telah dibahas diatas berhubungan dengan sarana prasarana
fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat yaitu posyandu lansia. Sarana
prasarana yang tidak mencukupi memungkinkan kegiatan tidak bisa berjalan
secara optimal sebaliknya sarana yang mencukupi akan menjadi daya tarik
untuk menarik minat lansia berkunjung ke posyandu lansia dan dengan
sendirinya jumlah kunjungan lansia ke posyandu lansia meningkat.

17
BAB III
ANALISIS DATA

A. Profil Kesehatan Kabupaten Sragen


Kabupaten Sragen terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Dengan luas wilayah 941,55 km2. Kabupaten Sragen terbagi dalam 20
kecamatan, 8 kelurahan, dan 200 desa. Batas wilayah Kabupaten Sragen
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah timur : Kabupaten Ngawi
2. Sebelah barat : Kabupaten Boyolali
3. Sebelah selatan : Kabupaten Karanganyar
4. Sebelah utara : Kabupaten Grobogan
Jumlah penduduk Sragen berdasarkan data tahun 2014 sebanyak
902.956 jiwa, terdiri dari 447.359 penduduk laki-laki dan 455.597 penduduk
perempuan. Kepadatan penduduk rata-rata adalah 959 jiwa/km2. Berikut
adalah perincian jumlah penduduk menurut wilayah kecamatan.
Berdasarkan data tahun 2014, sarana kesehatan di Kabupaten Sragen
terdiri dari 12 rumah sakit, 25 puskesmas, 30 rumah bersalin, 53 klinik/balai
pengobatan, 105 praktik dokter perorangan, serta 80 apotek. Dengan adanya
sarana kesehatan yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Sragen serta
kemudahan akses, diharapkan derajat kesehatan masyarakat Sragen dapat
semakin meningkat.

Tabel 3.1 Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Sragen tahun 2015

No Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per km2

1 Kalijambe 48.320 1.029


2 Plupuh 47.041 973
3 Masaran 67.468 1.532
4 Kedawung 61.597 1.237
5 Sambirejo 38.198 789

18
6 Gondang 44.652 1.085
7 Sambungmacan 45.060 1.171
8 Ngrampal 36.992 1.075
9 Karangmalang 60.521 1.408
10 Sragen 67.706 2.483
11 Sidoharjo 52.622 1.147
12 Tanon 55.930 1.097
13 Gemolong 50.251 1.249
14 Miri 33.863 629
15 Sumberlawang 46.895 624
16 Mondokan 35.095 711
17 Sukodono 33.009 725
18 Gesi 22.228 562
19 Tangen 27.866 505
20 Jenar 27.643 432
JUMLAH 902.956 959
Sumber: Data Kantor Statistik Sragen 2015

B. Data Dasar Lansia di Kabupaten Sragen


Berdasarkan data laporan triwulan bulan Mei 2016 yang telah dihimpun
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen dari berbagai wilayah kerja
puskesmas didapatkan berbagai variasi jumlah kunjungan lansia yang lama
dan baru, kelompok umur yang datang, tingkat kemandirian dari lansia
maupun adanya kelainan yang dimiliki oleh mereka dalam tabel 3.2.

19
Tabel 3.2. Pencatatan hasil kegiatan kesehatan kelompok lansia bulan Mei 2016 Kabupaten Sragen
No. Puskesmas Jumlah Jumlah Umur (tahun) Kegiatan sehari-hari Lansia dengan
Kunjungan 45-59 60-69 ≥ 70 Kemandirian kelainan (IMT,
HT, anemia, DM,
gangguan ginjal,
penyakit lain)
Baru Lama P L P L P L A B C Ya Tidak
1 Kalijambe 1.026 2.606 1041 561 804 419 523 288 0 35 0 3.486 146
2 Plupuh I 1.306 2.093 843 502 719 423 576 334 2 239 598 4.220 0
3 Plupuh II 1.045 3.067 1.064 897 730 655 320 450 86 198 540 4.319 207
4 Masaran I 1.059 1.667 462 349 627 604 376 310 0 0 762 914 1.812
5 Masaran II 449 3.191 948 593 835 529 453 333 0 61 2.835 3.519 121
6 Kedawung I 1.821 3.715 1.117 809 1.235 1.068 688 615 0 127 2.134 3.668 1.868
7 Kedawung II 1.403 4.425 1.180 1.002 1.684 974 583 434 0 99 886 3.246 2.036
8 Sambirejo 1.385 4.808 1.066 893 1.719 1.255 803 471 0 125 1.081 552 5.640
9 Gondang 1.612 1.692 1.118 680 511 453 286 235 0 0 1.382 3.305 0
10 Sambung 1.660 3.128 1.160 728 1.003 684 660 578 14 359 322 4.266 522
macan I

20
11 Sambung 380 1.293 722 175 360 115 233 81 0 0 884 1.053 620
macan II
12 Ngrampal 933 592 456 430 286 180 119 54 0 0 49 1.360 165
13 Karangmalang 2.394 3.070 1.405 900 1.084 774 753 548 0 132 1.182 2.234 3.230
14 Sragen 2.996 7.170 3.958 1.880 1.637 1.365 769 557 1.556 258 51 4.997 5.169
15 Sidoharjo 546 3.832 458 421 761 722 1.123 899 1.928 1.483 2.375 734 3.644
16 Tanon I 1.197 3.639 738 336 1.743 615 1.069 335 25 9 2.563 433 4.403
17 Tanon II 721 1.956 780 373 609 308 375 232 0 73 65 2.680 0
18 Gemolong 2.301 4.860 1.992 862 2.022 785 1.025 475 140 313 992 2.527 4.634
19 Miri 1.378 1.649 577 357 687 416 388 314 180 418 527 2.796 231
20 Sumberlawang 3.327 2.285 1.075 819 1.610 790 684 534 0 54 920 4.816 796
21 Mondokan 572 1.625 252 120 541 123 519 118 0 0 62 552 1.645
22 Sukodono 2.172 1.501 1.299 504 712 257 523 368 0 8 364 3.193 480
23 Gesi 361 1.385 373 268 357 195 347 236 0 91 355 1.710 0
24 Tangen 1.337 2.763 877 439 1.223 486 693 355 0 16 1.038 1.933 2.167
25 Jenar 715 1.514 328 247 751 452 247 216 23 21 524 840 1.389
Jumlah 34.096 69.526 25.289 15.145 24.250 14.647 14.135 9.370 3.881 4.119 22.491 5.676 16.756
Sumber: Data Kantor Statistik Sragen 2016

21
C. Data Dasar Lansia di Puskesmas Masaran 1 Kabupaten Sragen
Puskesmas Masaran 1 dalam keberlangsungan kegiatannya mempunyai
7 wilayah dengan berbagai karakteristik dari kelompok lanjut usia.
Puskesmas Masaran 1 juga mempunyai 25 posyandu yang masih aktif
berkegiatan baik berupa senam, penyuluhan kesehatan maupun melakukan
pengobatan. Berikut merupakan data kegiatan posyandu di wilayah
Puskesmas Masaran 1 pada bulan Juni 2016.
Berdasarkan data tabel 3.3, terlihat bahwa selama bulan Juni 2016
semua pelayanan posyandu lansia dan pueskesmas ditemukan 29 kunjungan
baru dari pasien dan sebagian besar yang melakukan kunjungan di seluruh
posyandu kecamatan Masaran adalah wanita. Selain itu, anggota lansia di
Puskesmas Masaran 1 mempunyai tingkat kemandirian yang sangat baik
dimana terdapat seluruh lansia sebanyak 457 orang mampu beraktivitas
sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Dari data yang terpaparkan
juga bisa terlihat bahwa lansia yang ada di daerah kerja Puskesmas Masaran 1
dalam kunjungannya pada bulan Juni 2016 ditemukan adanya sejumlah 174
orang yang mengidap penyakit seperti gangguan mental, anemia, obesitas,
gangguan ginjal, ataupun diabetes melitus.
Berdasarkan data tabel 3.4. terlihat bahwa sasaran usia lanjut atau
jumlah lansia yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Masaran 1 cukup
banyak sedangkan saat pelaksanaan kegiatan posyandu lansia di delapan desa
terlihat hanya sedikit jumlah kunjungan lansia ke posyandu selama bulan
April-Juni 2016.

22
Tabel 3.3. Pencatatan hasil kegiatan kesehatan kelompok lansia bulan Juni 2016 di Puskesmas Masaran 1
Jumlah Kunjungan (tahun) Kegiatan sehari-hari Lansia dengan
kelainan (gangguan
Jumlah mental, IMT, HT,
No. Nama Posyandu
Kunjungan 45-59 60-69 ≥ 70 Kemandirian anemia, DM,
gangguan ginjal,
penyakit lain)
Baru Lama P L P L P L A B C Ya Tidak
1 Sasono Mulyo 1 1 15 1 1 5 3 6 0 0 0 16 7 5
2 Sasono Mulyo 2 0 4 0 0 4 0 0 0 0 0 4 2 2
3 Sasono Mulyo 3 2 14 0 0 6 2 5 3 0 0 16 5 11
4 Sasono Mulyo 4 0 9 2 0 3 0 3 1 0 0 9 4 5
5 Ngudi Waluyo 1 1 9 3 0 5 0 2 0 0 0 10 5 5
6 Ngudi Waluyo 2 0 5 0 0 5 0 0 0 0 0 5 3 2
7 Ngudi Waluyo 3 1 6 0 0 4 0 2 0 0 0 7 2 5
8 Wargo Sehat 1 1 10 2 0 6 0 2 0 0 0 11 4 7
9 Wargo Sehat 2 0 5 2 0 3 0 1 0 0 0 5 2 3
10 Wargo Sehat 3 0 7 3 0 4 0 0 0 0 0 7 5 2

23
11 Panti Husada 1 1 9 7 0 0 0 3 0 0 0 10 4 6
12 Panti Husada 2 0 10 6 0 1 0 3 0 0 0 10 3 7
13 Panti Husada 3 0 4 0 0 4 0 0 0 0 0 4 1 3
14 Panti Husada 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Panti Husada 5 0 6 3 0 3 0 0 0 0 0 6 2 4
16 Rahayu 1 2 15 2 1 4 4 4 0 0 0 17 5 13
17 Rahayu 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Rahayu 3 1 16 3 0 9 0 4 0 0 0 17 6 11
19 Rahayu 4 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 5
20 Ngudi Yuwono 1 0 8 2 0 6 0 0 0 0 0 8 3 5
21 Ngudi Yuwono 2 1 10 4 0 3 1 2 1 0 0 11 3 8
22 Ngudi Yuwono 3 0 5 0 0 5 0 0 0 0 0 5 3 2
23 Puri Waluyo 1 1 6 4 0 1 0 1 0 0 0 7 4 3
24 Puri Waluyo 2 2 9 3 0 5 2 2 0 0 0 11 5 5
25 PWRI 0 40 9 0 15 0 25 0 0 0 40 10 30
Puskesmas 15 201 38 33 43 48 8 37 0 0 216 86 130
Jumlah 29 423 91 35 155 60 73 42 0 0 457 174 283
Sumber: Data Puskesmas Masaran 1 tahun 2016

24
Tabel 3.4. Sasaran dan jumlah kunjungan Lansia pada bulan April-Juni 2016 wilayah kerja Puskesmas Masaran 1
No. Nama Desa Sasaran Lansia Jumlah Kunjungan (tahun)
45-59 60-69 ≥ 70 45-59 60-69 ≥ 70
L P L P L P L P L P L P
1 Masaran 458 463 198 209 98 102 0 46 0 62 4 96
2 Dawungan 316 321 125 134 67 72 0 33 0 47 8 62
3 Krikilan 327 335 110 125 72 85 0 11 0 18 2 22
4 Krebet 332 339 129 132 67 84 0 28 2 27 0 19
5 Sepat 357 366 203 224 109 124 0 55 2 48 6 41
6 Jirapan 239 351 125 95 56 62 0 45 0 14 2 16
7 Gebang 321 348 107 125 67 89 0 48 2 26 3 16
8 PWRI 34 36 53 59 94 98 0 25 0 34 3 39
Jumlah 2384 2559 1050 1103 630 716 0 291 6 276 28 311
Sumber: Data Puskesmas Masaran 1 tahun 2016

25
D. Sumber Daya Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran 1
Sampai saat ini wilayah kerja Puskesmas Ngrampal mempunyai 25
posyandu lansia yang terdaftar dan tersebar di tujuh desa seperti Krebet,
Sepat, Jirapan, Gebang, Masaran, Krikilan, dan Dawungan. Masing-masing
desa mempunyai 2 hingga 5 posyandu lansia. Dari 25 posyandu lansia yang
ada, seluruhnya aktif melakukan kegiatan secara rutin.
Masing-masing posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Masaran 1
mempunyai tenaga 5 orang sebagai pengurus dan penggiat kegiatannya. Lima
orang tersebut terdiri dari 2 bidan desa, 2 bidan puskesmas, dan 1 orang kader
dari warga yang biasanya adalah wanita lansia. Dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu lansia biasanya dilakukan di rumah warga yang memang sudah
menjadi tempat langganan untuk terselenggaranya posyandu. Masing-masing
posyandu rata-rata sudah mempunyai timbangan, alat pengukur tensi,
termometer dan buku posyandu untuk pencatatan. Namun, untuk ketersediaan
alat pengukur tinggi badan dan obat-obatan untuk kebutuhan pengobatan
lansia masih kurang memadai.

E. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas


Masaran 1
Kegiatan posyandu yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Masaran 1 dilakukan rutin setiap bulan 1 kecuali dibeberapa tempat saat
bulan puasa atau bulan Ramadhan kegiatan posyandu lansia tidak
dilaksanakan. Sehingga dalam kurun waktu 1 tahun hanya terdapat 11 kali
kegiatan untuk masing-masing posyandu. Kegiatan posyandu di desa dikelola
oleh masing-masing bidan desa penanggungjawab.
Kegiatan yang dilakukan berupa pencatatan berat badan, pelayanan
kesehatan sederhana dan penyuluhan kesehatan dari bidan mengenai penyakit
degeneratif yang sering diderita usia lanjut. Terkadang juga diselingi dengan
tausyiah keagamaan oleh bidan desa. Pelaksanaan posyandu lansia dilakukan
dengan cara duduk lesehan bersama para lansia ataupun duduk di kursi saat
melakukan pengobatan dan posyandu tidak menggunakan sistem pelayanan 5
meja. Setelah kegiatan posyandu selesai, peserta bisanya mendapatkan

26
makanan tampahan berupa telur, roti, dan buah-buahan. Selain itu kegiatan
senam lansia rutin dilakukan di semua posyandu lansia di kecamatan
Masaran.

27
BAB IV
MASALAH DAN UPAYA PENYELESAIAN MASALAH

Berdasarkan pembahasan yang sudah tertulis pada BAB III, maka dapat
dilakukan identifikasi beberapa masalah menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
A. Pelaksanaan Kegiatan di Posyandu
Kegiatan posyandu lansia yang sudah dilakukan di ketujuh desa
Kecamatan Masaran masih mempunyai beberapa masalah, diantaranya :
1. Posyandu lansia tidak dilaksanakan secara rutin setiap bulan di semua
desa. Hal ini terjadi disebabkan karena pertimbangan saat itu sedang
bulan puasa Ramadhan. Sehingga dalam 1 tahun hanya terdapat 11 kali
pelaksanaan program posyandu. Jika hal ini berlanjut tentu posyandu
akan kehilangan data perkembangan anggota posyandu selama 1 bulan
dan tidak mengetahui perkembangannya. Selain itu, untuk pembuatan
laporan bulanan dan laporan triwulan atau yang lainnya pasti akan
menjadi berbeda karena untuk kegiatan posyandu 1 bulan tidak
terlaksana. Hal ini seharusnya bisa dihindari dengan tetap melaksanakan
kegiatan posyandu lansia yang bisa diadakan dengan beberapa variasi
selama saat datang bulan Ramadhan. Misalnya kegiatan posyandu
dilaksanakan saat pagi hari atau sore hari menjelang buka puasa dan
adanya pemberian takjil untuk meningkatkan minat warga supaya ikut
posyandu.
2. Kegiatan yang dilaksanakan di posyandu hanya kadang-kadang
memberikan penyuluhan kesehatan terhadap anggotanya. Hal ini tentu
sangat disayangkan untuk melewatkan kesempatan dimana petugas
kesehatan dapat bertemu langsung dengan cukup banyak warga namun
tidak dimanfaatkan sebagai media penyampaian berbagai informasi
kesehatan. Seharusnya kegiatan penyuluhan atau penyaluran informasi
dilakukan setiap kali kegiatan posyandu dilakukan.
3. Tidak semua posyandu melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh
(IMT) para lansia. Hal ini disebabkan karena tidak semua posyandu

28
memiliki meter line ataupun menggunakannya untuk melakukan
pengukuran tinggi badan. Data tinggi badan yang ditambahkan dengan
data berat badan berguna untuk melakukan perhitungan IMT lansia.
Pencatatan perkembangan IMT yang teratur akan memberikan data yang
cukup untuk melakukan beberapa intervensi maupun edukasi dan
penyuluhan terhadap lansia dalam mengatur perkembangan gizinya.
4. Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Masaran 1 belum memiliki
sumber dana yang tetap untuk kegiatan rutin setiap bulannya. Dana yang
diperoleh sementara ini untuk membiayai setiap kegiatan sebagian besar
berasal dari iuran warga desa. Seharusnya pendanaan posyandu lansia ini
dapat dibantu oleh pihak Puskesmas Masaran 1 dengan cara memasukkan
kegiatan posyandu lansia ini kedalam rencana strategi bisnis (RSB)
Puskesmas Masaran 1 dimana mulai tahun 2015 puskesmas menjadi
badan layanan umum daerah (BLUD).
5. Posyandu lansia yang diadakan selama ini tidak menggunakan sistem 5
meja seperti yang telah dianjurkan dalam sistem operasional posyandu.
Tentunya hal ini akan memberikan hasil yang berbeda dimana
pelaksanaan posyandu tidak menggunakan sistem ini. Penggunaan sistem
5 meja mempunyai beberapa manfaat dan fungsi seperti yang telah
dijelaskan pada BAB II. Hal ini seharusnya bisa dihindari karena
masing-masing posyandu telah memiliki 4 bidan desa dan bidan
puskesmas serta 1 kader. Penataan tata letak ruang yang tepat,
peningkatan kesadaran dan kemauan diri serta komunikasi yang baik dari
berbagai pihak tentu akan membantu membaiknya sistem posyandu
lansia ini.

B. Jumlah Lansia yang Mengikuti Kegiatan Posyandu


Berdasarkan data laporan triwulan dari puskesmas pada bulan
April-Juni 2016 didapatkan data jumlah lansia yang menjadi sasaran
posyandu sebanyak 4.943 jiwa (usia 40-59 tahun), 2.153 jiwa (usia 60-69
tahun), dan 1.346 jiwa (usia ≥70 tahun) sedangkan jumlah lansia yang
mengikuti posyandu hanya sebanyak 291 jiwa (usia 40-59 tahun), 282 jiwa

29
(usia 40-59 tahun), dan 339 jiwa (usia ≥70 tahun). Jika dilihat dari data yang
ada tentu sesuatu yang salah telah terjadi sehingga dapat menyebabkan hal ini.
Selain itu, hampir sebagian besar lansia yang mengikuti posyandu adalah
kaum wanita sedangkan untuk kaum laki-laki lebih sedikit.
Ketidaksesuaian antara jumlah sasaran posyandu lansia dan jumlah
lansia yang datang pada daerah wilayah kerja Puskesmas Masaran 1
kemungkinan disebabkan karena sebagian besar warga pada saat pagi hingga
siang hari mengutamakan pergi bekerja daripada ke posyandu. Selain itu, bisa
juga dikarenakan terkadang tempat pelaksanaan posyandu tidak berada tepat
di tengah-tengah desa sehingga sebagian warga akan merasa jauh dan
menjadi malas untuk pergi ke posyandu. Hal ini juga bisa dipengaruhi dari
masalah transportasi baik tersedianya kendaraan bermotor di rumah, sepeda,
ataupun tidak adanya anggota keluarga yang dapat mengantarkannya ke
posyandu.
Beberapa hal tadi seharusnya bisa di atasi dengan dengan beberapa cara
seperti pelaksanaa kegiatan di posyandu yang bisa lebih menarik banyak
orang dengan konten yang bervariasi ataupun dengan mendatangkan salah
satu tokoh masyarakat secara bergantian, penyuluhan atau melakukan
promosi pentingnya dan manfaatnya mengikuti kegiatan di posyandu kepada
masyarakat, melakukan rotasi tempat pelaksanaan kegiatan posyandu secara
bergantian sehingga, dan dapat juga dengan melakukan kegiatan home visit ke
beberapa rumah warga.

30
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi, dan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia
khususnya lanjut usia.
2. Sasaran jumlah lansia yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Masaran
1 banyak sedangkan saat pelaksanaan kegiatan posyandu lansia di tujuh
desa hanya sedikit jumlah kunjungan lansia ke posyandu selama bulan
April-Juni 2016.
3. Beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan posyandu wilayah
kerja Puskesmas Masaran 1 yaitu jadwal pelaksanaan yang tidak rutin
setiap bulan, isi kegiatan penyuluhan yang kadang-kadang dilakukan,
belum semua posyandu melakukan pengukuran IMT anggota, belum
adanya sumber dana yang tetap untuk kegiatan posyandu, tidak
menggunakan sistem 5 meja seperti yang telah dianjurkan dalam sistem
operasional posyandu, dan ketidaksesuaian antara jumlah sasaran
posyandu lansia dan jumlah lansia yang datang.

B. Saran
1. Puskesmas Masaran 1 sebaiknya lebih meningkatkan kemanfaatan
adanya posyandu lansia yang ada di wilayah kerjanya baik dalam jadwal
kegiatan, pelaksanaan dan isi kegiatan, sosialisasi serta jumlah dari kader
di posyandu sehingga fungsi dan tujuan posyandu bisa lebih maksimal.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Jenis-jenis Posyandu Lansia. (http://jenis-jenis posyandu


lansia.com).
Azizah. 2011. Keperawatan lanjut usia. Edisi pertama.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Azwar. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta:Binurupa Aksara.
Depkes RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan
I. Jakarta.
Endah. 2002. Penerimaan Diri Pada lansia Usia Ditinjau Dari Kematangan Emosi.
Jurnal Psikologi No 2, 73-88. Yogyakarta:Universitas Gajah Mada.
Erfandi. (2008). Pengelolaan Posyandu Lansia. diambil tanggal 2 januari 2011
dari http://www.puskesmas-oke.blogspot.com.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th
ed.Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
Hardywinoto. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Hutapea, R. (2005). Sehat dan ceria di Usia Senja. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2003). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rosidawati. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta. Salemba
Setiabudhi. 2002. Menuju Bahagia di Usia Lanjut. Jakarta: Pusat Kajian Nasional
Masalah Lanjut Usia.
Sujanto. 2008. Psikologi Perkembangan. Surabaya: Rineka Cipta.
World Health Organization. 2010. Active ageing, a policy framework. Geneva:
World Health Organization.

32

Anda mungkin juga menyukai