Anda di halaman 1dari 18

`BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Banyak ibu di seluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa membaca mengenai ASI (Proverawati & Rahmawati,
2010). Dalam menyusui diperlukan cara-cara sederhana untuk mencapai
kesuksesan menyusui, antara lain, menyusu di areola, percaya diri, meningkatkan
frekuensi menyusui, dukungan yang optimal, konsumsi makanan dan minuman
yang sehat serta rileks ketika menyusui (Proverawati & Rahmawati, 2010).
Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui
vagina tidak memungkinkan atau karena adanya indikasi medis maupun nonmedis.
Tindakan medis hanya dilakukan jika ada masalah paa proses kelahiran yang bisa
mengancam nyawa ibu dan janin (Judhita, 2009).
Pada Tahun 2014 jumlah pasien yang mengalami tindakan SC sejumlah 798
pasien, sedangkan pada tahun 2015 berjumlah 983 pasien dan mengalami
peningkatan sebesar 2,3%, tahun 2015 tercatat angka kejadian persalinan dengan
SC rata-rata setiap bulan sebanyak 26,11% dari jumlah kelahiran (medrec RS
Gambiarn). Sedangkan survey yang dilakukan oleh badan penilitian dan
pengembangan dibidang kesehatan, pada tahun 2015 didapatkan 46%
ketidakefektifan pemberian ASI terjadi akibat perawatan payudara yang kurang,
25% akibat frekuensi menyusui yang kurang dari 8x/hari, 19% akibat BBLR, 10%
akibat premature. (Depkes, 2015).
ASI tidak hanya memiliki zat gizi yang lengkap untuk bayi, namun ASI juga
mengandung zat protektif yang bisa melindungi bayi dari penyakit, selain itu
memberikan ASI dapat membuat pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi
baik. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk pemberian inisiasi menyusui dini
(IMD) saat bayi baru lahir agar bayi mendapatkan kolestrum dan tidak bingung
putting (Kristiyanasari, 2009).
Secara umum, produksi ASI dapat dipengaruhi oleh masalah payudara dan juga
masalah kelelahan ( Chan, et all, 2006). Faktor lain yang mempengaruhi produksi
ASI yaitu dari faktor fisik dan faktor psikis. Terkait faktor fisik ibu yaitu adalah
status kesehatan ibu, umur dan paritas, asupan nutrisi dan cairan, faktor merokok,
nyeri luka operasi. Nyeri luka operasi bisa disebabkan karena tindakan Sectio
Caesarea. Terkait faktor psikis ibu seperti kecemasan. Akibat dari kecemasan ibu
dapat menghambat produksi ASI. Jika ibu tidak mulai memberikanASI lebih dari
dua jam setelah postpartum, respon pengeluaran prolaktin akan sangat
menurun(Kristiyanasari, 2009).
Salah satu hal yang diperlukan untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian
ASI pada pasien yang telah dilakukan tindakan SC yaitu dengan dilakukan tindakan
perawatan payudara sejak dini dan teratur. Payudara harus dibersihkan dengan teliti
setiap hari ketika hendak menyusui. (Hamilton, 2005)
Permasalahan tersebut memerlukan perawatan yang komprehensif dari
perawat. Perawatan yang baik terhadap payudara akan menyebabkan ibu merasa
aman dan nyaman, ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya serta produksi ASI
menjadi lancer. Maka untuk mengatasi hal tersebut peran perawat sebagai
pelaksana keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam
menanggulanginya, diantaranya kemampuan untuk membantu ADL (Activity Daily
Living) pasien, mengajari ibu teknik menyusui yang benar, mengajari perawatan
payudara, memberikan kompres hangat pada payudara, konseling laktasi
(Prawiroharjo, 2008).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertark untuk melakukan study kasus
tentang ketidakefektifan pemberian ASI pada post SC.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan pada karya
tulis ilmiah ini adalah “bagaimana asuhan keperawatan tentang ketidakefektifan
pemberian ASI pada Post Sectio Caesarea?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mempelajari dan mempraktekkan asuhan
keperawatan dengan masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu
Post SC.
2. Tujuan khusus
a) Melakukan pengkajian dengan masalah Ketidakefektifan Pemberian
ASI pada ibu post SC.
b) Menggambarkan diagnose keperawatan yang muncul pada masalah
dengan ketidakefektifan pemberian asi pada ibu post SC.
c) Menetapkan intervensi pada masalah dengan ketidakefektifan
pemberian ASI pada ibu post SC.
d) Melakukan imlementasi pada masalah dengan ketidakefektifan
Pemberian ASI pada ibu post SC.
e) Mengevaluasi efektifitas asuhan keperawatan yang diberikan dan
memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
D. Manfaat
a) Teoritis
Menjelaskan bahwa hasil studi ketidakefektifan pemberian ASI pada post
SC dapat bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang ilmu.
b) Praktis
a. Institusi
Sebagai sumber referensi untuk informasi dalam bidang
keperawatan maternitas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
ketidakefektifan pemberian ASI pada post SC yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
b. Lahan
Dapan membantu meningkatkan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan masalah Asuhan Keperawatan dengan Ketidakefektifan
Pemberian ASI pada post SC.
c. Klien
Memberikan pengetahuan pada masalah Ketidakefektifan
Pemberian ASI pada post SC sehingga pengetahuan ibu bertambah.
d. Penulis
Memberikan pengalaman dan pemahaman secara komprehensif
dari teori yang dimiliki penulis setalh diapikasikan dalam kondisinya
dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sectio Caesarea


1. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut depan, sectio caesarea
juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Rustam Mochtar, 2011).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan
utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2009).
2. Indikasi
a. Indikasi ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar
35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi
pada wanita dengan usia 40 tahun keatas. Pada usia ini, biasanya
seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia.
2) Tulang panggul
Ukuraan lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan
mulus tidaknya proses persalinan.
3) Ketuban pecah dini
Robeknya tulang ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat
air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit atau habis.
b. Indikasi janin
1) Ancaman Gawat Janin
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung
janin berkisar 120-160. Namun denga CTG (cardiotography)
detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea
segera untuk menyelamatkan janin.
2) Kelainan letak
Letak yang emikian dapat menyebabkan poros janin tidak
sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala
pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain.
3) Faktor plasenta
a. Plasenta Previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
b. Plasenta Lepas
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas
lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.
Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong
janin segera lahir sebelum janin mengalami kekurangan
oksigen atau keracunan air ketuban.
c. Plasenta Acreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot
rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami
persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk
hamil (diatas 35 tahun), dan ibu ang pernah operasi
(operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan
menempelnya plasenta)
4) Kelainan tali pusat
1. Terlilit tali pusat
Lilitan tali puat ketubuh janin tidak selalu berbahaya
selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran
oksigen dan nutrisi dari plasenta ketubuh janin tetap aman.
2. Perkembangan bayi yang terhambat
c. Indikasi sosial
1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
2) Wanita yang ingin SC elektif karena takutnya bayinya
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau
mengurangi resiko kerusakan dasar panggul.
3) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau
sexuality imange setelah melahirkan.
3. Komplikasi
a. Infeksi puerperal (nifas).
1) Ringan; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
3) Berat; dengan peritonitis dan ileus paralitk. Infeksi berat sering
kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi nifas,
telah terjadi infeksi intra partum karena ketuban yang telah
pecah atau terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit
dan antibiotic yang adekuat dan tepat
b. Perdarahan karena
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placental bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperionialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
4. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu ditorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan
lunak. Placenta previa, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin.
Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi
post partum bak dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat
akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entries bagi kuman. Oleh karena itu perlu dberikan antibiotic
dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. (Saifuddin, Mansjoer &
Prawiroharjo).
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anastesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anastesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu, dan janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan
upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anastesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri
berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitujalan nafas yang tidak efektif akibat secret yang berlebihan
karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan morbilitas usus (Saifuddin, Mansjoer
& Prawiroharjo).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Pemberian ASI Post Sectio


Caesarea
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan umum
HPL : tanggal berapa, bulan, dan tahun berapa.
Pemerksaan umum untuk mengetahui keadaan ibu meliputi: K,U,
tekanan darah, nadi, TB, BB sebelum hamil, BB sekarang.
b. Pemeriksaan khusus (fisik)
1) Kepala
Bagaimana bentu kepalanya, dilihat ari kebersihan kepala,
keadaan rambutnya.
2) Mulut
Bagaimana kebersihan mulutnya, kotor atau bersih, adakah
caries apa tidak.
3) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya kelenjar tiroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
4) Mata
Simetris atau tidak, dilihat konjungtivanya anemis atau tidak.
5) Telinga
Dilihat apakah bentuk telingan simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
6) Hidung
Dilihat bentu hidung simetris atau tidak, ada lesi apa tidak,
adanya polip atau tidak.
7) Payudara
Dilihat bentuk payudara simetris atau tidak, adanya bendungan
ASI atau tidak, terdapat pembesarah payudara, adakkah nyeri
payudara atau tidak.
8) Abdomen
Ada bekas oprasi selain SC atau tidak, kontraksi uterus baik apa
tidak, TFU bagaimana.
9) Genetalia
Pada klien nifas pada bagian vulva ada pengeluaran darah apa
tidak, dipasang dorsal kateter atau tidak.
10) Anus
Kadang-kadang pada kien nifas ada luka rupture pada anus.
11) Ekstremitas
Dilihat bagaimana kakinya mengalami pembengkakan atau
tidak, bisa menggerakkan tangan dan kaki dengan bebas atau
tidak.
12) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post prtum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh menurun.
(Wiknjosastro, 2007)
2. Diagnose
a. Definisi ketidakefektifan pemberian ASI
Keadaan ketika ibu, bayi atau anak mengalami atau beresiko
mengalami ketidakpuasan atau kesukaran dengan proses menyusui
(Carpenito, 2012)
b. Batasan Karakteristik
1) Subyektif
a) Persepsi suplai ASI yang tidak adekuat.
b) Ketidakpuasan proses menyusui (seperti yang
diungkapkan oleh ibu)
2) Obyektif
a) Ketidakadekuatan suplai ASI
b) Rewel dan menangis dalam waktu satu jam setelah
menyusui
c) Ketidakmampuan bayi untuk menempel pada paudara ibu
dengan benar
d) Menunjukkan ketidakadekuatan asupan bayi
e) Putting terus lecet dalam seminggu prtama menyusui
f) Tidak berespons terhadap tindakan kenyamanan
c. Faktor yang berhubungan
1) Fisiologis
Berhubungan dengan kesulitan neonates untuk menmpel atau
menghisap, sekunder akibat:
a) Bibir sumbing
b) Prematuritas
c) Riwayat pasca pembedahan SC
d) Putting inverse
e) Ketidakefektifan reflek let-down
f) Stress ibu
2) Situasional (personal, lingkungan)
a) Berhubungan dengan keletihan ibu
b) Berhubungan dengan ansietas ibu
c) Berhubungan dengan kelahiran kembar
d) Berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
e) Berhubungan dengan asupan cairan tidak adekuat
f) Berhubungan dengan riwayat ketidakberhasilan meyusui
g) Berhubungan dengan pasangan atau keluarga yang tidak
mendukug
h) Berhubungan dengan berhentinya menyusui, akibat : bayi
yang sakit, ibu yang sakit.
i) Berhubungan dengan jadwal kerja atau hambatan
dilingkungan kerja
3. Intervensi
A. Kriteria hasil
1) Dapat mengcengkram dan mengompresi areola dengan tepat.
2) Menghisap dan menempatkan lidah bayi dengan benar
3) Suara menlan yang dapat didengar
4) Minimal menyusu delapan kali sehari
5) Keppuasan bayi setelah menyusu
6) Kenaikan berat badan sesuai usia

B. Tujuan
1) Mempertahankan keefektifan pemberian ASI selama yang
diinginkan bayinya.
2) Dapat menggambarkan peningkatan kepercayaan diri terkait
pemberian ASI.
3) Mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera.
4) Tidak mengalami nyeri tekan pada putting
5) Mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI
4. Intervensi
1) Bantuan pemberian ASI
Rasional; menyiapkan seorang ibu baru untuk menyusui bayinya.
2) Konseling laktasi
Rasional; menggunakan proses bantuan interaktif untuk membangtu
mempertahankan keberhasilan menyusui
3) Supresi laktasi
Rasional; memfasilitasi penghentian produksi ASI dan meminimalkan
kongesti payudara setelah melahiran
5. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang
mengasuh klien sebaiknya tidak bekrja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara
intergrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan.
(Setiadi 2008)
Beberapa hal yang dapat dilakukan perawat pada klien ketidakefektifan
pemberian ASI adalah memberitahukan kepada klien/keluarga tentang
pemahaman tentang proses menyusui, mengetahui tentang cara merawat
payudara.
6. Evaluasi
Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu:
a. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
rencana munkin diberikan.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga
perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi sebagai tujuan
berhasil.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan.
Untuk kasus ketidakefektifan pemberian ASI evaluasi yang
diharapkan adalah:
a. Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui
b. Klien mengetahui tentang cara merawat payudara
c. Menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan
bayi dipuaskan setelah menyusui disertai dengan keluhan kolostrom.
BAB III

METODOLOGI
1. Jenis penelitian
Desain penelitian hakikatnya merupakan refeksi pemikiran setiap penelitian yang akan

melakukan sebuah riset, berupa pendekatan dan metode yang akan digunakan dalam

melaksanakan dalam merancang, melaksanakan penelitian untuk memberikan pedoman dan

arah dalam merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian yang diperoleh dari

lapangan (Setiadi, 2007)

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian observasional

deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti studi kasus adalah peneliti yang

menempatkan sesuatu obyek yang diteliti sebagai studi kasus (Setiadi, 2007).

Semua yang menjadi masalah tersebut akan dianalisa secara mendalam baik dari segi yang

berhubungan dengan kasusnya sendiri, faktor risiko, yang mempengaruhi, kejadian yang

berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan

atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya berbentuk unit

tunggal, namun dianalisis secara mendalam. Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan

sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat (Setiadi, 2007).

Jenis penelitian ini, digunakan untuk meneliti studi kasus pada klien dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI pada pasien post section caesarea. Tujuan dari

penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga

atau masyarakat (Setiadi, 2007).


2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di RS sekitar Kediri. Lama penelitian selama 3 hari .

3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk di teliti oleh peneliti atau subyek yang
menjadi pusat perhatian atau sarana peneliti (Arikunto, 2006). Subyek penelitian pada kasus
ini adalah 2 pasien dengan diagnose Asuhan Keperawatan dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada pasien post SC dengan kriteria pasien yaitu : produksi ASI masih sedikit,
ibu dan bayi yang mengalami rawat pisah atau rawat gabung parsial, serta frekwensi meneteki
tidak adekuat (Setiadi, 2007).

4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan (Setiadi,
2007).
b. Data Sekunder
Dilakukan dengan cara melihat atau mencatat dokumentasi dari rekam medic
yang ada dan catatan perkembangan dari pasien (Setiadi, 2007).
Data dari dokumen rekam medic, pemeriksaan fisik, keluarga klien di RS. Jenis
data yang diambil dari studi kasus ini adalah data primer dan data sekundder.
5. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara, observasi
langsung, dan studi dokumen rekam medic (Setiadi, 2007).
1. Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan tanya jawab secara
lisan dengan respondem atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan respondem dan
keluarga (Setiadi, 2007). Dalam hal ini perawat menanyakan pada klien dengan masalah
ketidakefektifan pemberian ASI post Sectio Caesarea.
2. Pengamatan (observasi)
a. Pengamatan terlibat (Observasi Partsipasi)
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau
observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan dilapangan.
Pengamat benar-benar mengambil bagian dalam keiatan-kegiatan yang
dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas yang
telah diselidiki (Setiadi, 2007).
b. Pengamatan sistematis
Pengamatan sistematik adalah observasi yang sudah ditentukan terlebih
dahulu kerangkanya.
Pengamatan yang mempunyai kerangka atau struktur yang jelas. Dan pada
umumnya observasi sistematis ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni
dengan observasi partisipatif (Setiadi, 2007).
3. Dokumentasi
Pada metode dokumentasi peneliti melihat rekam medic untuk mencari data yang
diperlukan. Apabila terdaapat / muncul data yang dicari, maka peneliti memberi tanda
cek atau tally ditempat yang sesuai. Dari hasil data yang sudah diperoleh meliputi
wawancara, pengkajian, dan observasi untuk memvalidasi hasil tersebut peneliti
melakukan check list hasil yang didapat dengtan data pada rekam medic, pemeriksaan
fisik, keluarga klien (Arikunto, 2006).
6. Pengmpulan Data
1. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini intrumen yang digunakan adalah
format asuhan keperawatan. Format yang termasuk terdiri dari pengkajian, diagnose,
intervensi, implementasi dan evaluasi (Arikunto, 2006).
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses penetapan subyek dan pengumpulan data
yang diperlukan untuk penelitian. Langkah nyata dalam pengumpulan data bersifat
khusus untuk tiap penelitian dan tergantung pada desain serta teknik pengukuran.
Selama masa penumpulan data, peniliti memfokuskan pada bagaimana mendapatkan
subjek, melatih pengumpulan data, serta mengumpulkan data dengan cara yang
konsisten, mempertahankan kontrol penelitian, melindungi integritas (atau validasi)
penelitian dan menyelesaikan masalah yang menimbulkan gangguan terhadap proses
penelitian (Hamid, 2007)
Cara pengumpulan data dimulai dari peneliti mencari klien yang sesuai dengan
kasus atau judul penelitiannya. Setelah klien yang sesuai ditemukan, peneliti melakukan
tindakan preorientasi atau memperkenalkan diri serta menjelaskan maksut an tujuan
pada klien. Kemudian lebih lanjut peneliti melakukan informed consent berkaitan
dengan meminta kesediaan klien untuk dijadikan subyek penelitian secara sukarela
tanpa keterpaksaan. Setelah klien menyatakan kesediaannya untuk menjadi subyek
penelitian maka peneliti harus meminta bukti kesediaan klien secara tertulis dengan
mendatangani surat persetujuan menjadi subjek penelitian. Setelah persetujuan
didapatkan, peneliti mulai melakukan pengkajian pada klien kemudian merumuskan
diagnose keperawatan, menyusun rencana kperawatan, melakukan tindakan
keperawatan sesuai rencana dan mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan. Jika ada
kesulitan saat pengumpulan data misalnya klien tidak ditemukan pada Rumah Sakit
yang dituju maka peneliti harus menecari klien yang sesuai di rumah sakit lain (Hamid,
2007).
7. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara diskriptif baik data yang didapat dari wawancara,
observasi, dan rekam medic pasien post section caesarea.
a. Mengkaji dan menganalisis data klien dengan masalah ketidakefektifan pemberian
ASI pada post section caesarea.
b. Menetapkan diagnose keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada post section caesarea.
c. Menetapkan intervensi keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada post sectio caesarea.
d. Melakukan imlementasi keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefketifan
pemberian ASI pada post sectio caesarea
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada post sectio caesarea.
(Setiadi, 2007)
8. Etika Penelitian
Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar Pesetujuan (Informed Concent)
Lembar pesetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat
penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian.
Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa tetap menghormati hak-hak
subjek.
b. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut
hanya diberi kode tertentu.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
(Setiadi, 2007)

Anda mungkin juga menyukai