PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Banyak ibu di seluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa membaca mengenai ASI (Proverawati & Rahmawati,
2010). Dalam menyusui diperlukan cara-cara sederhana untuk mencapai
kesuksesan menyusui, antara lain, menyusu di areola, percaya diri, meningkatkan
frekuensi menyusui, dukungan yang optimal, konsumsi makanan dan minuman
yang sehat serta rileks ketika menyusui (Proverawati & Rahmawati, 2010).
Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui
vagina tidak memungkinkan atau karena adanya indikasi medis maupun nonmedis.
Tindakan medis hanya dilakukan jika ada masalah paa proses kelahiran yang bisa
mengancam nyawa ibu dan janin (Judhita, 2009).
Pada Tahun 2014 jumlah pasien yang mengalami tindakan SC sejumlah 798
pasien, sedangkan pada tahun 2015 berjumlah 983 pasien dan mengalami
peningkatan sebesar 2,3%, tahun 2015 tercatat angka kejadian persalinan dengan
SC rata-rata setiap bulan sebanyak 26,11% dari jumlah kelahiran (medrec RS
Gambiarn). Sedangkan survey yang dilakukan oleh badan penilitian dan
pengembangan dibidang kesehatan, pada tahun 2015 didapatkan 46%
ketidakefektifan pemberian ASI terjadi akibat perawatan payudara yang kurang,
25% akibat frekuensi menyusui yang kurang dari 8x/hari, 19% akibat BBLR, 10%
akibat premature. (Depkes, 2015).
ASI tidak hanya memiliki zat gizi yang lengkap untuk bayi, namun ASI juga
mengandung zat protektif yang bisa melindungi bayi dari penyakit, selain itu
memberikan ASI dapat membuat pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi
baik. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk pemberian inisiasi menyusui dini
(IMD) saat bayi baru lahir agar bayi mendapatkan kolestrum dan tidak bingung
putting (Kristiyanasari, 2009).
Secara umum, produksi ASI dapat dipengaruhi oleh masalah payudara dan juga
masalah kelelahan ( Chan, et all, 2006). Faktor lain yang mempengaruhi produksi
ASI yaitu dari faktor fisik dan faktor psikis. Terkait faktor fisik ibu yaitu adalah
status kesehatan ibu, umur dan paritas, asupan nutrisi dan cairan, faktor merokok,
nyeri luka operasi. Nyeri luka operasi bisa disebabkan karena tindakan Sectio
Caesarea. Terkait faktor psikis ibu seperti kecemasan. Akibat dari kecemasan ibu
dapat menghambat produksi ASI. Jika ibu tidak mulai memberikanASI lebih dari
dua jam setelah postpartum, respon pengeluaran prolaktin akan sangat
menurun(Kristiyanasari, 2009).
Salah satu hal yang diperlukan untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian
ASI pada pasien yang telah dilakukan tindakan SC yaitu dengan dilakukan tindakan
perawatan payudara sejak dini dan teratur. Payudara harus dibersihkan dengan teliti
setiap hari ketika hendak menyusui. (Hamilton, 2005)
Permasalahan tersebut memerlukan perawatan yang komprehensif dari
perawat. Perawatan yang baik terhadap payudara akan menyebabkan ibu merasa
aman dan nyaman, ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya serta produksi ASI
menjadi lancer. Maka untuk mengatasi hal tersebut peran perawat sebagai
pelaksana keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam
menanggulanginya, diantaranya kemampuan untuk membantu ADL (Activity Daily
Living) pasien, mengajari ibu teknik menyusui yang benar, mengajari perawatan
payudara, memberikan kompres hangat pada payudara, konseling laktasi
(Prawiroharjo, 2008).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertark untuk melakukan study kasus
tentang ketidakefektifan pemberian ASI pada post SC.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan pada karya
tulis ilmiah ini adalah “bagaimana asuhan keperawatan tentang ketidakefektifan
pemberian ASI pada Post Sectio Caesarea?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mempelajari dan mempraktekkan asuhan
keperawatan dengan masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu
Post SC.
2. Tujuan khusus
a) Melakukan pengkajian dengan masalah Ketidakefektifan Pemberian
ASI pada ibu post SC.
b) Menggambarkan diagnose keperawatan yang muncul pada masalah
dengan ketidakefektifan pemberian asi pada ibu post SC.
c) Menetapkan intervensi pada masalah dengan ketidakefektifan
pemberian ASI pada ibu post SC.
d) Melakukan imlementasi pada masalah dengan ketidakefektifan
Pemberian ASI pada ibu post SC.
e) Mengevaluasi efektifitas asuhan keperawatan yang diberikan dan
memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
D. Manfaat
a) Teoritis
Menjelaskan bahwa hasil studi ketidakefektifan pemberian ASI pada post
SC dapat bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang ilmu.
b) Praktis
a. Institusi
Sebagai sumber referensi untuk informasi dalam bidang
keperawatan maternitas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
ketidakefektifan pemberian ASI pada post SC yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
b. Lahan
Dapan membantu meningkatkan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan masalah Asuhan Keperawatan dengan Ketidakefektifan
Pemberian ASI pada post SC.
c. Klien
Memberikan pengetahuan pada masalah Ketidakefektifan
Pemberian ASI pada post SC sehingga pengetahuan ibu bertambah.
d. Penulis
Memberikan pengalaman dan pemahaman secara komprehensif
dari teori yang dimiliki penulis setalh diapikasikan dalam kondisinya
dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Tujuan
1) Mempertahankan keefektifan pemberian ASI selama yang
diinginkan bayinya.
2) Dapat menggambarkan peningkatan kepercayaan diri terkait
pemberian ASI.
3) Mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera.
4) Tidak mengalami nyeri tekan pada putting
5) Mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI
4. Intervensi
1) Bantuan pemberian ASI
Rasional; menyiapkan seorang ibu baru untuk menyusui bayinya.
2) Konseling laktasi
Rasional; menggunakan proses bantuan interaktif untuk membangtu
mempertahankan keberhasilan menyusui
3) Supresi laktasi
Rasional; memfasilitasi penghentian produksi ASI dan meminimalkan
kongesti payudara setelah melahiran
5. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang
mengasuh klien sebaiknya tidak bekrja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara
intergrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan.
(Setiadi 2008)
Beberapa hal yang dapat dilakukan perawat pada klien ketidakefektifan
pemberian ASI adalah memberitahukan kepada klien/keluarga tentang
pemahaman tentang proses menyusui, mengetahui tentang cara merawat
payudara.
6. Evaluasi
Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu:
a. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
rencana munkin diberikan.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga
perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi sebagai tujuan
berhasil.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan.
Untuk kasus ketidakefektifan pemberian ASI evaluasi yang
diharapkan adalah:
a. Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui
b. Klien mengetahui tentang cara merawat payudara
c. Menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan
bayi dipuaskan setelah menyusui disertai dengan keluhan kolostrom.
BAB III
METODOLOGI
1. Jenis penelitian
Desain penelitian hakikatnya merupakan refeksi pemikiran setiap penelitian yang akan
melakukan sebuah riset, berupa pendekatan dan metode yang akan digunakan dalam
arah dalam merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian yang diperoleh dari
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian observasional
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti studi kasus adalah peneliti yang
menempatkan sesuatu obyek yang diteliti sebagai studi kasus (Setiadi, 2007).
Semua yang menjadi masalah tersebut akan dianalisa secara mendalam baik dari segi yang
berhubungan dengan kasusnya sendiri, faktor risiko, yang mempengaruhi, kejadian yang
berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan
atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya berbentuk unit
tunggal, namun dianalisis secara mendalam. Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan
sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat (Setiadi, 2007).
Jenis penelitian ini, digunakan untuk meneliti studi kasus pada klien dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI pada pasien post section caesarea. Tujuan dari
penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk di teliti oleh peneliti atau subyek yang
menjadi pusat perhatian atau sarana peneliti (Arikunto, 2006). Subyek penelitian pada kasus
ini adalah 2 pasien dengan diagnose Asuhan Keperawatan dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada pasien post SC dengan kriteria pasien yaitu : produksi ASI masih sedikit,
ibu dan bayi yang mengalami rawat pisah atau rawat gabung parsial, serta frekwensi meneteki
tidak adekuat (Setiadi, 2007).
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan (Setiadi,
2007).
b. Data Sekunder
Dilakukan dengan cara melihat atau mencatat dokumentasi dari rekam medic
yang ada dan catatan perkembangan dari pasien (Setiadi, 2007).
Data dari dokumen rekam medic, pemeriksaan fisik, keluarga klien di RS. Jenis
data yang diambil dari studi kasus ini adalah data primer dan data sekundder.
5. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara, observasi
langsung, dan studi dokumen rekam medic (Setiadi, 2007).
1. Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan tanya jawab secara
lisan dengan respondem atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan respondem dan
keluarga (Setiadi, 2007). Dalam hal ini perawat menanyakan pada klien dengan masalah
ketidakefektifan pemberian ASI post Sectio Caesarea.
2. Pengamatan (observasi)
a. Pengamatan terlibat (Observasi Partsipasi)
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau
observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan dilapangan.
Pengamat benar-benar mengambil bagian dalam keiatan-kegiatan yang
dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas yang
telah diselidiki (Setiadi, 2007).
b. Pengamatan sistematis
Pengamatan sistematik adalah observasi yang sudah ditentukan terlebih
dahulu kerangkanya.
Pengamatan yang mempunyai kerangka atau struktur yang jelas. Dan pada
umumnya observasi sistematis ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni
dengan observasi partisipatif (Setiadi, 2007).
3. Dokumentasi
Pada metode dokumentasi peneliti melihat rekam medic untuk mencari data yang
diperlukan. Apabila terdaapat / muncul data yang dicari, maka peneliti memberi tanda
cek atau tally ditempat yang sesuai. Dari hasil data yang sudah diperoleh meliputi
wawancara, pengkajian, dan observasi untuk memvalidasi hasil tersebut peneliti
melakukan check list hasil yang didapat dengtan data pada rekam medic, pemeriksaan
fisik, keluarga klien (Arikunto, 2006).
6. Pengmpulan Data
1. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini intrumen yang digunakan adalah
format asuhan keperawatan. Format yang termasuk terdiri dari pengkajian, diagnose,
intervensi, implementasi dan evaluasi (Arikunto, 2006).
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses penetapan subyek dan pengumpulan data
yang diperlukan untuk penelitian. Langkah nyata dalam pengumpulan data bersifat
khusus untuk tiap penelitian dan tergantung pada desain serta teknik pengukuran.
Selama masa penumpulan data, peniliti memfokuskan pada bagaimana mendapatkan
subjek, melatih pengumpulan data, serta mengumpulkan data dengan cara yang
konsisten, mempertahankan kontrol penelitian, melindungi integritas (atau validasi)
penelitian dan menyelesaikan masalah yang menimbulkan gangguan terhadap proses
penelitian (Hamid, 2007)
Cara pengumpulan data dimulai dari peneliti mencari klien yang sesuai dengan
kasus atau judul penelitiannya. Setelah klien yang sesuai ditemukan, peneliti melakukan
tindakan preorientasi atau memperkenalkan diri serta menjelaskan maksut an tujuan
pada klien. Kemudian lebih lanjut peneliti melakukan informed consent berkaitan
dengan meminta kesediaan klien untuk dijadikan subyek penelitian secara sukarela
tanpa keterpaksaan. Setelah klien menyatakan kesediaannya untuk menjadi subyek
penelitian maka peneliti harus meminta bukti kesediaan klien secara tertulis dengan
mendatangani surat persetujuan menjadi subjek penelitian. Setelah persetujuan
didapatkan, peneliti mulai melakukan pengkajian pada klien kemudian merumuskan
diagnose keperawatan, menyusun rencana kperawatan, melakukan tindakan
keperawatan sesuai rencana dan mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan. Jika ada
kesulitan saat pengumpulan data misalnya klien tidak ditemukan pada Rumah Sakit
yang dituju maka peneliti harus menecari klien yang sesuai di rumah sakit lain (Hamid,
2007).
7. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara diskriptif baik data yang didapat dari wawancara,
observasi, dan rekam medic pasien post section caesarea.
a. Mengkaji dan menganalisis data klien dengan masalah ketidakefektifan pemberian
ASI pada post section caesarea.
b. Menetapkan diagnose keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada post section caesarea.
c. Menetapkan intervensi keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada post sectio caesarea.
d. Melakukan imlementasi keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefketifan
pemberian ASI pada post sectio caesarea
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada post sectio caesarea.
(Setiadi, 2007)
8. Etika Penelitian
Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar Pesetujuan (Informed Concent)
Lembar pesetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat
penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian.
Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa tetap menghormati hak-hak
subjek.
b. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut
hanya diberi kode tertentu.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
(Setiadi, 2007)