Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi/ Pengertian Asma

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan,
penyempitan bronkus tersebut terdapat ventilasi yang lebih normal (Sylvia A.price
,2011)
Asma merupakan asma penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran napas
reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi saluran napas
serta peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai rangsangan
(hiperreaktif).Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, sumbatan pada mukus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Karena jalan
nafas yang rentan dan hiperresponsif, reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi,
keduanya dapat terjadi bersamaan. (Nadya Azzhara).

2. Epidemiologi

Asma dapat timbul pada segala umur, di mana 30% penderita mempunyai
gejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80–90% anak yang menderita asma gejala
pertamanya muncul sebelum usia 4–5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena
kadang-kadang hanya mendapat serangan ringan sampai sedang yang relatif mudah
ditangani. Sebagian kecil mengalami asma berat yang berlarut-larut, biasanya lebih
banyak yang terus menerus dari pada musiman. Hal tersebut yang menjadikannya tidak
mampu dan mengganggu kehadirannya di sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi dari
hari ke hari. Prevalensi asma anak di Australia dengan usia 12–13 tahun pada tahun
1982 sebesar 12,9% meningkat menjadi 29,7% pada 1992. Penelitian di Indonesia
memberikan hasil yang bervariasi antara 3–8%, penelitian yang dilakukan di Medan,
Palembang, Ujung Pandang, dan Yogyakarta memberikan angka berturut-turut 7,99%,
8,08%, 17% dan 4,8%. Penelitian epidemiologi asma yang dilakukan pada siswa SMP
di beberapa tempat di Indonesia, antara lain Palembang di mana prevalensi asma
sebesar 7,4%, Jakarta prevelansi asma sebesar 5,7% dan Bandung prevalensi asma
sebesar 6,7%. Belum disimpulkan kecendrungan perubahan prevalensi berdasarkan

1
bertambahnya usia karena sedikitnya penelitian dengan sasaran siswa SMP, namun
tampaknya terjadi penurunan prevalensi siswa SMP sebanding dengan bertambahnya
usia terutama setelah usia sepuluh tahun. Hal ini yang menyebabkan prevelansi asma
pada orang dewasa lebih rendah dibandingkan dengan angka kejadian asma pada anak.

3. Etiologi/ Penyebab

a) Zat allergen
Adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dap menimbulakan serangan
asma misalanya debu rumah, tengau debu rumah( dermatophagoides pteronissynus),
spora, jamur, bulu kucing, bulu binatang , beberapa makanan laut, dan sebagainya.

b) Infeksi saluran pernapasan ( respiratorik )


Infeksi saluaran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza
merupakan salah satu factor pencetus yang paling sering menimbulakan asma.
Diperkirakan, dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh
infeksi saluaran pernapasan. ( sundaru 1991 )

c) Olahraga / kegiatan jasmani yang berat.


Sebagin penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olaharaga
atau aktivitas visik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepada adalah dua jenis kegiatan
paling mudah menimbulahan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani (
exercise induced asma -EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup
berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.

d) Perubahan suhu udara, Udara dingin, panas, kabut

e) Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udar berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok,
asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.

f) Memiliki kecenderungan alergi obat-obatan,

Beberapa klien denga asma sensitive atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penisilin, salisilat beta bloker, kodein,dan sebainya.

2
g) Riwayat keluarga (factor genetic) Orang tua menderita asma

h) Beberapa infeksi pernapasan selama masa kanak-kanak

4. Patofisiologi
Faktor- factor penyebab seperi virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan,
cuaca, keluarga jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus
dalam salura pernafasan sehingga selk plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE).
IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast
tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang
mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamine dan
bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos
bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan
daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran gas O2 dan CO2
terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru
terutama alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan CO2 dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis
respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi
primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga
menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan
difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguang perfusi dima oksigenasi ke jaringan
tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis.

3
5. WOC (Web Of Caution)
Etiologi

Faktor infeksi Faktor non infeksi


-Virus (respiratory syntitial - Alergi
virus) dan virus parainfluenza - Iritan
- Bakteri (pertussis dan streptoccus) - Cuaca
-Jamur (aspergillus) - Kegiatan
jasmani
- Psikis

Reaksi hiperaktivitas bronkus


Antibody muncul ( IgE )
Sel mast mengalami degranulasi
Mengeluarkan mediator (histamine dan bradikinin)

Peningkatan Edema mukosa Kontraksi otot


produksi mukus polos bronkus

Mempermudah proliferasi
Terjadi sumbatan dan daya konsolidasi a. Batuk, pilek
Gangguan ventilasi b.Mengi/wheezing
c. Sesak
Hipoventilasi Hiperventilasi
Bersihan jalan
nafas tidak efektif

Konsentrasi O2 Konstrasi CO2


Dalam alveolus menurun Dalam alveolus meningkat

Gangguan difusi

Oksigenasi ke jaringan tidak memadai


Gangguan ferfusi

4
Hipoksemia dan hipoksia -Kelelahan
- Lemah
- Sianosis
Intoleransi
- Takipnea aktivitas
- Gelisah aktivitas
-Nafas cuping hidung
- Retraksi otot dada
Keluarga bertanya
tentang penyakit Kerusakan
pertukaran gas
anaknya

Ansietas orang tua

6. Klasifikasi

1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :


a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang
menjadikan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional status
asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak pribadi menunjukkan respon
terhadap dosis umum bronkodilator. Status Asmatikus yang dialami penderita asma
dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya bunyi bising
ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan
ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis,
dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi

5
di bronkus maka bunyi wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi menerangkan
ancaman gagal pernapasan
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
d. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik yaitu bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi
penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang
yang sehat.
e. Asma intrinsik
Asma intrinsik yaitu asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari
allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk
menyerupai klembaban, suhu, polusi udara dan kegiatan olahraga yang berlebihan.

7. Tanda dan gejala

1 Sering batuk, terutama pada malam hari


2 Sulit bernapas atau sesak nafas
3 Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
4 Mengi atau batuk setelah latihan
5 Merasa mudah lelah, kesal, atau murung
6 Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter, dengan
cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
7 Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan dan sakit kepala)
8 Sulit tidur.

8. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatnya


kelainan. Selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya.
Tanda asma yang paling sering ditemukan adalah wheezing (mengi), tetapi pada
sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Pada serangan asma
umumnya terdengar mengi,disertai tanda-tanda lainnya, pada asma yang sangat berat
mengi dapat terdengar (silent chest) dan pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran
menurun.
6
Pasien yang mengalami serangan asma, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
(sesuai derajat serangan):
a. Inspeksi : pasien terlihat gelisah atau tidak, sesak (nafas cuping hidung, nafas
cepat, retraksi epigastrium,retraksi suprasternal),sianosis.
b. Palpasi : biasanya tidak ada kelainan nyata (pada serangan berat dapat terjadi
pulsus paradoksus)
c. Perkusi: biasanya tidak ada kelainan yang nyata
d. Auskultasi : ekspirasi memanjang atau tidak, adanya wheezing/tidak

9. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


a. Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Tes provokasi :
Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus. Tes provokasi dilakukan bila
tidak dilakukan lewat tes spirometri. Tes provokasi bronchial, Untuk menunjang
adanya hiperaktivitas bronkus , test provokasi dilakukan bila tidak dilakukan test
spirometri. Test provokasi bronchial seperti : Test provokasi histamin, metakolin,
alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan
aqua destilata.
b. Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum. Pemeriksaan
radiologi umumnya rontgen foto dada normal. Analisa gas darah dilakukan pada
asma berat. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah dan Pemeriksaan sputum

10. Penatalaksanaan

a. Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernapasan, bisa dirawat di
rumah hanya dengan terapi penunjang. Tidak perlu diberi bronkodilator

b. Anak dengan distres pernapasan atau mengalami wheezing berulang, beri


salbutamol dengan nebulisasi atau MDI (metered dose inhaler). Jika salbutamol
tidak tersedia, beri suntikan epinefrin/adrenalin subkutan. Periksa kembali anak
setelah 20 menit untuk menentukan terapi selanjutnya.

7
c. Jika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas cepat, nasihati ibu
untuk merawat di rumah dengan salbutamol hirup atau bila tidak tersedia, beri
salbutamol sirup per oral atau tablet.

d. Jika distres pernapasan menetap, pasien dirawat di rumah sakit dan beri terapi
oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan obat lain seperti yang diterangkan di
bawah.

e. Jika anak mengalami sianosis sentral atau tidak bisa minum, rawat dan beri terapi
oksigen, bronkodilator kerja-cepat.
f. Jika anak dirawat di rumah sakit, beri oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan dosis
pertama steroid dengan segera.
g. Respons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk terdengar lebih baik
saat auskultasi) harus terlihat dalam waktu 20 menit. Bila tidak terjadi, beri
bronkodilator kerja cepat dengan interval 20 menit.
h. Jika tidak ada respons setelah 3 dosis bronkodilator kerja-cepat, beri aminofilin IV

11. Komplikasi

-Masalah psikologis (cemas, stres dan depresi)


-Menurunnya sistem kekebalan tubuh
-Tubuh merasa sering lelah
-Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak
-Status asmatikus
-Pneumonia
-Gagal pernafasan
-Kerusakan pada bagian atau seluruh paru-paru
-Kematian

8
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1. Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, penanggung jawab,
dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama klien.
b. Riwayat penyakit sekarang.
c. Riwayat penyakit dahulu Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit
sekarang.
d. Riwayat penyakit keluarga.
e. Riwayat social (tempat tinggal pasien).

2. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeabronkial
2. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
kurangnya pengetahuan
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar
kapiler
4. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,ketidakseimbangan
suplay kebutuhan O2

9
3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


No Rasional
Keperawatan NOC NIC
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan O: Ukur ttv 1. Untuk mengetahui
nafas tidak asuhan keperawatan N: Observasi perkembangan
efektif selama…x 24jam keadaan pasien
berhubungan bersihan jalan nafas pasien 2. Untuk mengetahui
dengan efektif dengan Kriteria E: Kaji frekuensi efektivitas perawatan
inflamasi hasil: atau dan perkembangan
trakeabronkial 1.TTV dalam rentang kedalaman pasien
normal. pernafasan 3. Untuk mengetahui
2. Menunjukkan jalan dan gerakan takipnea, pernafasan
nafas yang paten. dada dangkal dan gerakan
3.Mendemostrasikan C: Auskultasi dada
batuk efektif dan suara area paru, 4. Untuk mengetahui
nafas yang bersih. bunyi bunyi nafas bronkial
nafas,misal dapat juga terjadi
krekel, mengi pada area
dan ronchi. konsolidasi,krekel,
mengi dan ronchi
terdengar pada
inspirasi atau
ekspresi pada respon
bertahap
pengumpulam cairan
atau spasme jalan
nafas.
2. Ansietas orang Setelah dilakukan O : Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
tua b/d asuhan keperawatan pengetahuan sejauh mana
perubahan selama…x24jam orang tua pengetahuan yang
status pengetahuan orang tua N:Beri dimiliki orang tua
kesehatan, bertambah, memahami penjelasan dan kebenaran

10
kurangnya kondisi px dengan pada orang informasi yang
pengetahuan Kriteria hasil: tua tentang didapat.
1. Keluarga keadaan, 2. Untuk memberi
mampu pengertian, informasi dan
menyakan penyebab, menambah
pemahaman tanda gejala, pengetahuan orang
tentang pencegahan tua.
penyakit dan dan 3. Untuk mengetahui
kondisi pasien. perawatan orang tua bisa
2. Keluarga pasien memperoleh
mampu E:Beri informasi yang jelas.
menjelaskan kesempatan 4. Untuk mengetahui
kembali apa pada orang apakah orang tua
yang tua unuk sudah benar-benar
dijelaskan bertanya mengerti dengan
perawat/ tim tentang hal- penjelasan yang
kesehatan hal belum diberikan.
lainnya. diketahui.
C:Lakukan
evaluasi
3. Kerusakan Setelah dilakukan O:Observasi 1. Untuk
pertukaran gas asuhan keperawatan keadaan mengetahui
b/d perubahan selama…x 24jam umum dan keadaan umum
membrane ventilasi dan vital sign. dan perubahan
alveolar pertukaran gas efektif N:Observasi vital sign px
kapiler dengan Kriteria hasil: warna kulit, 2. Untuk
1.Mendemonstrasikan membran mengetahui
peningkatan ventilasi mukosa . sianosis
dan oksigenasi yang E:Tinggikan menunjukkan
adekuat. kepala dan vasokontriksi,
2.TTV dalam rentang sering hipoksemia
normal. mengubah sistemik.
posisi 3. Untuk

11
C : Berikan meningkatkan
terapi oksigen inspirasi
sesuai maksimal,
indikasi. meningkatkan
pengeluaran
secret dan
memperbaiki
ventilasi.
4. Untuk
mempertahankan
PaO2
4. Intoleransi Setelah dilakukan O:Kaji tingkat 41 Untuk mengetahui
aktivitas b/d asuhan keperawatan kemampuan penerapan
kelemahan selama…x 24jam pasien dalam kemampuan atau
umum, aktivitas dapat aktivitas. kebutuhan pasien
ketidakseimba ditingkatkan dengan N : Bantu pasien dan memudahkan
ngan suplay Kriteria hasil: dalam memenuhi pilihan intervensi.
kebutuhan O2 1.Pasien dapat kebutuhannya. 42 Untuk
berpatisipasi dalam E: Bantu pasien meminimalkan
aktivitas dalam memilih kelelahan dan
2.Pasien dapat posisi yang membantu
memenuhi kebutuhan nyaman untuk keseimbangan
secara mandiri. istirahat. suplay dan
C: Libatkan kebutuhan oksigen
keluarga dalam 43 Untuk mengetahui
pemenuhan px mungkin nyaman
kebutuhan dengan kepala
pasien. tinggi, atau
menunduk kedepan
meja dan bantal
44 Untuk mengetahui
keluarga mampu
melakukan

12
perawatan secara
mandiri.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang di lakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi ke status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan .

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah di lakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2015.DiagnosisKeperawatanNandaNICNOC,EdisiRevisi

 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-

Kesehatan-Indonesia-2017.pdf

(Diaksespadatanggal 12Oktober 2018)

 http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf(

Diaksespadatanggal 12Oktober 2018)

https://www.academia.edu/29136270/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASMA

(Diaksespadatanggal 13 Oktober 2018)

 https://edoc.site/lp-ispa-pada-anak-pdf-free.html(Diaksespadatanggal 13 Oktober 2018)

 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nurhadig2a-6164-2-babii.pdf

(Diaksespadatanggal 13 Oktober 2018)

14

Anda mungkin juga menyukai