Anda di halaman 1dari 7

PATOFISIOLOGI dan PATOGENESIS

GANGGUAN KESEIMBANGAN TUBUH

MAKALAH

Tugas mata kuliah Patologi

yang dibina oleh Ibu Yeni S.

Oleh

Kelompok 7

TINGKAT 1A

1. Yosi Puspitasari (1101300015)


2. Rita Cahyanti (1101300017)
3. Rio Chandra W (1101300033)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLITAR

A. Definisi keseimbangan tubuh


• Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat
posisi tegak.
• Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam
keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang
minimal.

• Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk


mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center
of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu:

1. Keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan


pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan
keseimbangan);
2. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.

B. Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan


postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan
sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan.

Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah


tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian
tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

C. Sistem Informasi Sensori

a. Visual

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi


terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja
otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

b. Vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor
sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.
c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-


kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis
medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum,
tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan
talamus.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi
terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada
tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata.

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui


pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat
gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan


permukaan tumpuan. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.
Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan
satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas
tubuh makin tinggi.

E. Contoh gangguan keseimbangan tubuh

1) Vertigo
Vertigo – berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar –
merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari
jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Gb. Fisiologi telinga

 Jenis-jenis vertigo
1. Vertigo Perifer

Vertigo perifer (peripheral vertigo) disebabkan oleh disfungsi


struktur perifer hingga ke batang otak (brain stem). Beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan vertigo perifer antara lain:

1. Benign paroxysmal positional vertigo

2. Drug-induced vertigo (vertigo yang disebabkan oleh obat)

3. Labyrinthitis

4. Ménière's disease

5. Vestibular neuritis

2. Vertigo Sentral

Vertigo sentral (central vertigo) melibatkan proses penyakit yang


memengaruhi batang otak (brain stem) atau cerebellum. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan vertigo sentral antara lain:

1. Acoustic schwannomas atau meningiomas

2. Cerebellar pontine angle tumors

3. Cerebellar infarction

4. Cerebellar hemorrhage
5. Vertebrobasilar insufficiency

Gb. Profil waktu serangan Vertigo pada beberapa penyakit

 Penyebab vertigo

Penyebab
Keterangan
No penyakit Vertigo

1 Sistemik Adalah gejala vertigo yang disebabkan


penyakit tertentu, misal diabtetes, darah
tinggi, penyakit jantung.

2 Neurologik Adalah gangguan penyakit vertigo yang


disebabkan oleh gangguan fungsi syaraf

3 Ophtalmologik Gangguan penyakit vertigo yang disebabkan


oleh gangguan mata atau berkurangnya daya
pengelihatan
4 Otolaringologi Gangguan penyakit vertigo yang disebabkan
oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran

5 Psikogenik Ini adalah penyebab paling banyak,


penyebab penyakit vertigo non fisik, pola
hidup tidak teratur, kurang tidur,
memikirkan suatu masalah sampai stress
atau tekanan emosional yang tinggi.

 Gejala-gejala vertigo
1. Vertigo perifer
Cenderung intermitten, berakhir dalam periode singkat dan lebih
menghasilkan distress daripada vertigo yang asalnya sentral. Nistagmus
(osilasi ritmik dari bola mata) selalu dihubungkan dengan vertigo perifer;
biasanya unidirectional dan tidak pernah vertikal (lihat dibawah). Lesi
perifer biasanya menghasilkan gejala-gejala tambahan dari telinga tengah
atau disfungsi nervus akustik, yaitu hearing loss dan tinitus.

2. Vertigo sentral
Dapat terjadi dengan atau tanpa nistagmus; jika ada nistagmus, lesi dapat
vertikal, unidirectional, atau multidirectional dan dapat berbeda pada
karakter kedua mata. (nistagmus vertikal adalah osilasi permukaan
vertikal; yang dihasikkan oleh pandangan keatas atau kebawah yang tidak
penting pada tingkat vertikal). Lesi sentral dapat menghasilkan tanda
batang otak atau serebelar intrinsik, seperti defisit motorik atau sensorik,
hiperrefleksia, respon plantar extensor, dysarthria, atau ataxia tungkai atau
lengan.

F. MENIERE DISEASE (Vertigo perifer)


• Patofisologi
Meniere disease dikarakteristik oleh pengulangan episode vertigo dalam
beberapa menit sampai hari, bersamaan dengan tinitus dan progressive
sensorineural hearing loss.
• Patogenesis
Beberapa kasus sporadik, tapi kejadian familial juga dapat ditemukan, dan
dapat diantisipasi, untuk serangan awal generasi. Beberapa kasus terlihat
sebagai akibat mutasi dari gen cochlin pada kromosom 14q12-13. Onset
terjadi antara umur 20 tahun dan 50 tahun pada kira-kira 4/3 kasus, dan
pria lebih banyak dibandingkan wanita. Penyebabnya akibat terjadi
peningkatan volume endolimfe labirin (endolimpatik hydrop), tapi
mekanisme patogennya tidak diketahui.
Pada saat serangan pertama, pasien mulai dapat merasakan serangan
tinitus, hearing loss dan sensasi rasa penuh pada telinga. Serangan akut
dikarakteristik oleh vertigo, nausea, dan vomitus dan berulang pada
interval-interval antara beberapa minggu sampai tahun. Pendengaran
memburuk dengan pola stepwise, terjadi bilateral, dilaporkan pada 10-70
% pasien. Karena peningkatan hearing loss, vertigo cenderung kurang
berat.
• Pemeriksan fisik selama episode akut memperlihatkan spontaneous
horizontal atau rotatory nystagmus (atau keduanya) dapat berubah oleh
arah. Walaupun nystagmus spontan khasnya tidak muncul diatara
serangan, tes kalori biasanya kerusakan fungsi vestibular dapat ditemukan.
Defisit pendengaran tidak selalu cukup terdeteksi saat perawatan.
Audiometri memperlihatkan pure-tone hearing loss frekuensi rendah,
walaupun fluktuasi berat ringannya sama dengan gangguan diskriminasi
percakapan dan peningkatan sensitifitas suara keras.
Seperti yang telah dicatat, episode vertigo cenderung berlanjut sebagai
hearing loss progress. Penanganan dilakukan dengan pemberian diuretik,
seperti hydrochlorothiazide dan triamterene. Obat tercatat pada tabel 3- 8
dapat juga membantu selama serangan akut. Pada kasus persisten, ketidak
mampuan, kasus resisten obat, prosedur oprerasi seperti endolymphatic
shunting, labyrinthectomy, atau seksio nervus vestibular dapat membantu.

G. Perdarahan cerebellar (Vertigo sentral)


• Patofisiologis
Banyak perdarahan cerebellar diakibatkan oleh penyakit hipertensi
vaskuler; jarang disebabkan antikoagulasi, malformasi arteri-vena,
dyscrasia darah, tumor dan trauma. Hemoragik cerebellar hipertensi
biasanya berlaksi pada white matter dalam cerebellum dan bisanya meluas
kedalam ventrikel keempat.
• Patogenesis
Gambaran klinik klasik hypertensive cerebellar hemorrhage terdiri dari
serangan sakit kepala tiba-tiba, yang dapat bersama-sama dengan nausea,
vomiting, dan vertigo, diikuti oleh gait ataxia dan gangguan kesadaran,
biasanya berlangsung dalam periode beberapa jam. Saat anamnesa pasien
dapat sadar penuh, kebingungan, atau comatose. Pada pasien yang sadar,
nausea dan vomiting biasanya menonjol. Tekanan darah meningkat dan
rigiditas nuchal bisa muncul. Pupil sering mengecil dan lembab reaktif.
Palsy pandangan ipsilateral (dengan pandangan selalu menjauhi sisi
hemoragik) dan palsy facial perifer ipsilateral sering terjadi.
Pandangan satu arah tidak dapat berubah oleh tes kalori.
Nystagmus dan depresi ipsilateral dari refleks kornea dapat terjadi.
Pasien, jika sadar, memperlihatkan ataksia saat berdiri dan berjalan; ataxia
tungkai jarang terjadi. Pada stadium akhir penekanan batang otak, kedua
kaki spastik dan respon plantar ekstensor dapat terlihat.
CSF kadang-kadang bercampur darah, tapi punksi lumbal harus
dihindari jika diduga terjadi perdarahan cerebellar, karena dapat
menyebabkan sindroma herniasi.

Anda mungkin juga menyukai