Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir. Semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya. Cairan sederhana
dapat dijelaskan dalam istilah absolut. Akan tetapi sifat-sifat rheologi dispersi
heterogen lebih kompleks dan tidak dapat dinyatakan dalam suatu satuaan
tunggal (Martin, 1993).
Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk
membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi koloid
dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase dispersi dengan viskositas rendah,
sedangkan sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier viskositasnya
lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat
solvasi dari partikel (Respati, 1981).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas
cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan
yang merupakan kelebihan dari viskositas akan meningkat dengan makin
tingginya temperatur (Bird,1993).
Rheologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan ke
dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan penuangan
dari botol, pengeluaran dari tube atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari
suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke
semisolid, sampai ke padatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pasien,
stabilitas fisika, dan bahkan availabilitas biologis jadi viskositas telah terbukti
mempengaruhi laju absorpsi obat dari saluran cerna (Martin, 1993).
2.2 Macam-Macam Viskometer
Adapun alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat yaitu
viscometer, dimana ada dua jenis viscometer yaitu (Sinko, 2011):
1. Viscometer satu titik
Viscometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja, sehingga hanya
dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya dapat digunakan untuk
menentukan viskositas cairan newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu
viscometer kapiler, viscometer bola jatuh, dan penetrometer.
2. Viscometer banyak titik
Viscometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada beberapa harga
kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang sempurna. Viscometer
jenis ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton maupun
cairan non newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu viscometer rotasi
tipe Stromer, viscometer Brookfield dan Rotovisco.
Untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat digunakan viskometer.
Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain : (Martin, 2008)
1. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar,1990).
2. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip
kerjanya adalah menggelindingkanz bola ( yang terbuat dari kaca) melalui tabung
gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan
fungsi dari harga resiprok sampel (Moechtar,1990).
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob
dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang
tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan
konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990).
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang
semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).
Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan
intrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan membandingkan secara langsung
kecepatan aliran suatu larutan dengan pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh
dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun
kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan
dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer
kapiler. Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang
paling tepat adalah viskometer Ubbelohde (Moechtar,1990).
2.3 Aliran Newton dan Non newton
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe aliran
dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo,
1988):
1. Cairan Newton yaitu cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan
viskositas.
2. Cairan non Newton yaitu aturannya tidak mengikuti aturan viskositas.
Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau mempunyai
struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan cairan
Newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika perlu memecah strukturnya.
2.3 Grafik Aliran Non newton
Berdasarkan grafik sifat aliaran (rheogram) cairan non newton terbagi atas
dua kelompok yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini
terbagi atas tiga aliran yaitu:
1) Aliran plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong sumbu
shearing stress pada titik tertentu yang dikenal dengan harga yield.
Bingham bodies tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai
sebesar harga yield tersebut.

2) Aliran pseudoplastis
Viskositas cairan pseudoplastis akan berkurang dengan meningkatnya
rate of shear.

3) Aliran dilatan
Viskositas cairan dilatan akan bertambah dengan meningkatnya rate of
shear.
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi
atas tiga aliran yaitu (Sinko, 2011):
1) Aliran Tiksotropi
R
a
t
e

O
f

s
h
e
r
e

Shearing stress

Tiksotropi bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan


lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena
shearing. Gejala tiksotropi sering dikenal dengan shear thinning sistem (aksi
plastis dan pseudoplastis). Kurva menurun seringkali diganti ke sebelah kiri dan
kurva yang menaik menunjukkan bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih
rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva menurun dibandingkan dengan
pada kurva menaik. Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur dan juga shear
thinning yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut
dihilangkan atau dikurangi.
2) Aliran Rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu R
a
sol membentuk suatu gel lebih cepat jika diaduk t
e
perlahan-lahan atau kalau di shear daripada jika
O
dibiarkan membentuk gel tersebut tanpa f
pengadukan. Dalam suatu sistem reopektis, gel S
h
tersebut adalah bentuk keseimbangan. Sedangkan a
r
dalam anti tiksotropi keadaan keseimbangan adalah e
Shearing steess

sol.
3) Antitiksotropi
R
a
t
e

O
f

S
h
a
r
e
Shearing stress

Antithiksotropi yang menyatakan kenaikan bukan pengurangan konsistensi


pada kurva menurun. Kenaikan dalam hal kekentalan atau hambatan (resisten)
mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini telah di selidiki oleh Chong et. Al.

Dapus
DAFTAR PUSTAKA

Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia

Martin, A., Cammarata, dan Swarbrick. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Universitas Indonesia

Martin, A. 2008. Kimia Fisika Edisi ke-3. Jakarata : UI Press

Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga

Sinko dan Patrick. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi 5.
Jakarta: EGC

Sinko, P. 2012. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Jakarta : EGC


Soekardi, I. dan Hutauruk. 2004. Transisi Menuju Fakoemulsifikasi. Jakarta:
Granit

Wiroatmojo. 1998. Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi.


Jogjakarta: Gajah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai