Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia sekarang, salah satu masalah yang sering
terjadi adalah penularan dan penyebaran berbagai macam penyakit, untuk
mencegahnya para peneliti menemukan berbagai macam obat. Obat dapat
didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam
diagnosi, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia dan hewan (Ansel,1989).
Salah satu kualitas obat ialah mempunyai beraneka ragam kerja dan
efek pada tubuh. Sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh harus
ditentukan termasuk menentukan toksisitasnya, untuk mempelajarinya
ilmu farmasi adalah bidang yang terkait dengan kajian berbagai aspek obat
(Nahar, 2009).
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi
atau pembakuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaan yang aman. Penyediaan obat-obatan
mengandung arti penggumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan
bahan obat-obatan (Syamsuni, 2006).
Farmasi termasuk ilmu terapan yang terdiri dari prinsip dan metode
yang telah dipetik dari disiplin ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi dan
farmakologi. Farmasi fisika merupakan salah satu ilmu dibidang farmasi
yang menerapkan ilmu fisika dalam sediaan farmasi.
Farmasi fisika mempelajari sifat fisik dari berbagai zat yang digunakan
untuk membuat sediaan obat dan juga meliputi evaluasi akhir sediaan obat
tersebut. Sehingga akan menghasilkan sediaan yang sesuai standar, aman
dan stabil yang nantinya akan di distribusikan kepada pasien yang
membutuhkan (Martin, 1990).

1
Senyawa obat memiliki sifat fisika yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal-hal
tersebut diantaranya viskositas dan rheologi.
Mempelajari viskositas dan rheologi sangat penting karena untuk
mempermudah penyelidikan kekentalan dari cairan sejati, larutan dan
sistem koloid baik yang encer maupun yang kental, jauh bersifat praktis
dari pada bersifat teoritis. Mempelajari rheologi juga penting dalam bidang
farmasi karena rheologi digunakan penerapannya dalam formulasi dan
analisis dari produk farmasi seperti emulsi, pasta, supositoria dan
penyalutan tablet (Martin, 1993).
Dalam percobaan ini menentukan viskositas minyak kelapa dengan
mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung dengan
temperatur tetap serta mengukur viskositas emulsi dengan menggunakan
alat viscometer Brookfield.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui cara menghitung Viskositas dan Rheologi suatu cairan
Newton dan Non Newton
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan Viskositas dari sediaan emulsi dengan menggunakan
Viskometer Brookfield
2. Menentukan Viskositas minyak kelapa menggunakan viskometer
bola jatuh
3. Menentukan sifat aliran dari sediaan emulsi
4. Menentukan sifat aliran dari sediaan minyak kelapa
I.3 Prinsip percobaan
Menentukan viskositas gliserin dengan mengukur kecepatan bola
jatuh melalui cairan dalam tabung yang berisi gliserin pada suhu tetap
dengan melihat waktu bola sampai pada dasar tabung. Disamping itu juga
dapat menggunakan alat viskometer Brookfield, dimana berguna untuk
mengukur viskositas krim dengan menggunakan nomor spindle yang

2
sesuai tergantung dari bentuk sediaan yang akan di ukur viskositasnya
dengan mengatur kecepatan berputar spindle dalam rpm 3 menit dengan
membandingkan rate of share maksimum dari no spindle yang digunakan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan dari
suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas, semakin besar
tahanannya. Cairan sederhana dapat dijelaskan dalam istilah absolut. Akan
tetapi sifat-sifat rheologi dispersi heterogen lebih kompleks dan tidak
dapat dinyatakan dalam suatu satuaan tunggal (Martin, 1993).
Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan
untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi
koloid dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase dispersi dengan
viskositas rendah, sedangkan sistem dispersi yang mengandung koloid-
koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan
viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel (Respati, 1981).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka
viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas
dari suatu cairan yang merupakan kelebihan dari viskositas akan
meningkat dengan makin tingginya temperatur (Bird,1993).
Rheologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan
ke dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan
penuangan dari botol, pengeluaran dari tube atau pelewatan dari jarum
suntik. Rheologi dari suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam
konsistensi dari bentuk cair ke semisolid, sampai ke padatan, dapat
mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabilitas fisika, dan bahkan
availabilitas biologis jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju
absorpsi obat dari saluran cerna (Martin, 1993).
Adapun alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat
yaitu viscometer, dimana ada dua jenis viscometer yaitu (Sinko, 2011):
1. Viscometer satu titik
Viscometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja,
sehingga hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya

4
dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton, yang
termasuk kedalam jenis alat ini yaitu viscometer kapiler, viscometer
bola jatuh, dan penetrometer.
2. Viscometer banyak titik
Viscometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada beberapa
harga kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang
sempurna. Viscometer jenis ini dapat digunakan untuk menentukan
viskositas cairan newton maupun cairan non newton, yang termasuk
kedalam jenis alat ini yaitu viscometer rotasi tipe Stromer, viscometer
Brookfield dan Rotovisco.
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe
aliran dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton
(Wiroatmojo, 1988):
1. Cairan Newton yaitu cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan
viskositas.
2. Cairan non Newton yaitu aturannya tidak mengikuti aturan viskositas.
Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau
mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan
cairan bukan cairan Newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau
jika perlu memecah strukturnya.
Berdasarkan grafik sifat aliaran (rheogram) cairan non newton
terbagi atas dua kelompok yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini
terbagi atas tiga aliran yaitu:
1) Aliran plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong
sumbu shearing stress pada titik tertentu yang dikenal dengan
harga yield. Bingham bodies tidak akan mengalir sampai shearing
stress dicapai sebesar harga yield tersebut.

5
2) Aliran pseudoplastis
Viskositas cairan pseudoplastis akan berkurang dengan
meningkatnya rate of shear.

3) Aliran dilatan
Viskositas cairan dilatan akan bertambah dengan meningkatnya
rate of shear.

2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini


terbagi atas tiga aliran yaitu (Sinko, 2011):

6
1) Aliran Tiksotropi
R
a
t
e

O
f

s
h
e
r
e

Shearing stress

Tiksotropi bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang


isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan
konsistensinya karena shearing. Gejala tiksotropi sering dikenal
dengan shear thinning sistem (aksi plastis dan pseudoplastis).
Kurva menurun seringkali diganti ke sebelah kiri dan kurva yang
menaik menunjukkan bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih
rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva menurun
dibandingkan dengan pada kurva menaik. Ini menunjukkan adanya
pemecahan struktur dan juga shear thinning yang tidak terbentuk
kembali dengan segera jika stress tersebut dihilangkan atau
dikurangi.
2) Aliran Rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala R
a
dimana suatu sol membentuk suatu t
e
gel lebih cepat jika diaduk perlahan-
O
lahan atau kalau di shear daripada f
jika dibiarkan membentuk gel S
h
tersebut tanpa pengadukan. Dalam a
r
suatu sistem reopektis, gel tersebut e
Shearing steess

adalah bentuk keseimbangan. Sedangkan dalam anti tiksotropi


keadaan keseimbangan adalah sol.

7
3) Antitiksotropi
R
a
t
e

O
f

S
h
a
r
e

Shearing stress

Antithiksotropi yang menyatakan kenaikan bukan


pengurangan konsistensi pada kurva menurun. Kenaikan dalam hal
kekentalan atau hambatan (resisten) mengalir dengan
bertambahnya waktu shear ini telah di selidiki oleh Chong et. Al.
II.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Etanol
Nama Lain : Alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07
Rumus Struktur : H H

H C C O H

H H

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan praktis
bercampur dengan semua pelarut organik
Kegunaan : Mensterilkan alat praktikum
Khasiat : Sebagai antiseptik dan desinfektan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari api.

8
2. Gliserin (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : Glycerolum
Nama Lain : Gliserol
RM/BM : C3H8O3 / 92,09
Rumus Struktur :
H OH H

OH C C C OH

H H H
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol;
tidak larut dalam kloroform; dalam eter, dalam
minyak lemak, dan dalam minyak menguap
Kegunaan : Sebagai sampel
` Khasiat : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Minyak Kelapa (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Oleum Cocos
Nama Lain : Minyak kelapa
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat,
bau
khas, tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu
60°, sangat mudah larut dalam kloroform P, dan
dalam eter P.
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk

9
4. Tween 80 (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Polysorbatum 80
Nama Lain : Polisorbat 80, tween 80
RM / BM : C64H124O26 / 1310
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau


asam lemak, khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P,
dalam etil asetat P dan dalam metanol P, sukar
larut dalam parafin cair P dan dalam minyak biji
kapas P.
Kegunaan : Sebagai surfaktan
Khasiat : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Span 60 (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Sorbitan Monooleat
Nama Lain : Sorbitan, span
RM/BM : C3O6H27Cl17 / -
Rumus Struktur :

10
Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau
karakteristik dari asam lemak
Kelarutan : Praktis, tidak larut tetapi tidak terdispersi dalam
air dan dapat bercampur dengan alkohol sedikit
larut dalam minyak biji kapas.
Kegunaan : Sebagai surfaktan
Khasiat : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

11
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Batang pengaduk
2. Botol
3. Cawan porselin
4. Gelas kimia
5. Kelereng/bola
6. Mixer
7. Neraca analitik (AND (A & D Compang Limited))
8. Pipet tetes
9. Stopwatch
10. Termometer
11. Viskometer brookfield
12. Water bath (Memmert)
III.1.2 Bahan
1. Alumunium foil
2. Alkohol 70%
3. Minyak kelapa
4. Span
5. Tissue
6. Tween
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Viskometer Brookfield
1. Dipasang spindel pada gantungan spindel
2. Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelup
kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
3. Dipasang stop kontak
4. Dinyalakan motor sambil menekan tombol
5. Dibiarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala

12
6. Dibaca angka yang ditunjukkanoleh jarum tersebut. Untuk menghitung
viskositas maka angka pembacaan tersebut dikalikan dengan skala
suatu factor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur
alat.
7. Diubah RPM sampai didapat viskositas pada beberapa RPM.
III.2.2 Viskometer Bola Jatuh
1. Diisi tabung yang ada didalam alat dengan cairan yang akan diukur
viskositasnya sampai hampir penuh.
2. Dimasukkan bola yang sesuai
3. Ditambahkan cairan sampai tabung penuh dan tutuplah sampai
sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara didalam
tabung.
4. Dikembalikan bola pada posisi semula dengan cara membalikkan
tabung
5. Dihitung waktu yang diperlukan oleh bola melalui tabung mulai dari
garis m1 sampai garis m3 dalam detik
6. Dientukan bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer
7. Dihitung viskositas dengan cairan dengan menggunakan rumus:
η = B (ρ₁- ρ₂) t

13
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
IV.1.1 Viskositas Emulsi Menggunakan Viskometer Brookfield
Nama Bahan
No RPM Viskositas (cps) Rata-Rata
Sampel
10.000
2 25.800 16.800
12.500
1 Emulsi Parafin
25.800
3 27.800 27.766
30.080

IV.1.2 Viskositas Minyak Kelapa Menggunakan Viskometer Bola Jatuh


BJ
No. Sampel Sampel t (menit)
Kelereng
1. Minyak kelapa Kelereng 3 0,60

IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Pembuatan Emulsi
Paraffin cair 5% × 100 mL = 5 g HLB 12
Lipokol 6% × 100 mL = 6 g HLB 14
Isopropil merista 2% × 100 mL = 2 g HLB 11,5
Lanolin anhidrat 2% × 100 mL = 2 g HLB 10
Propilenglikol 2% × 100 mL = 2 g
Tween-80 HLB 14,7
3% × 100 mL = 3 g
Span-60 HLB 4,7
Metil paraben 0,18% × 100 mL = 0,18 g
Propil paraben 0,02% × 100 mL = 0,02 g
BHT 0,05% × 100 mL = 0,05 g

14
Jasmin oil q.s
Air add 100 mL

Parafin cair 12 5g
Lipocol 14 6g
Isopropil 11,5 2g
Lanolin 10 2g +
Jumlah fase minyak 15 g

5 6 2 2
HLB butuh = (15 x 12) + (15 x 14) + (15 x 11,5) + (15 x 10)

= 4 + 5,6 + 1,5 + 1,3


= 12,4

Tween-80 14,9 7,7


12,4
Span-60 4,7 2,5 +
10,2
Yang akan ditimbang:
7,7
Tween-80 = × 3g = 2,3g
10,2
2,5
Span-60 = × 3g = 0,7g
10,2
IV.2.2 Viskositas emulsi dengan viscometer brookfield:
Diketahui : TK = 1 (ketetapan)
SMC = 10
TK × SMC × 10.000
Penyelesaian : ɳ maks. =
RPM
1 × 10 × 10.000
ɳ maks (2 RPM) =
2
= 50.000 cP

15
1 × 10 × 10.000
ɳ maks (3RPM) =
3
= 33,333 cP
IV.2.3 Viskositas Minyak Kelapa dengan Viskometer Bola Jatuh
Diketahui: Β = 0,0725
ρ1 =3
ρ2 = 0,08598
t = 0,6 s
Penyelesaian: ɳ = Β (ρ1- ρ2) t
= 0,0725 ( 3  0,8598 ) 0,6
= 0,0725 × 2,1402 × 0,6
= 0,093 cP

16
BAB V
PEMBAHASAN
Viskositas merupakan cara pengukuran resistensi suatu cairan ketika
mengalir. Secara mudah, viskositas ini mungkin dapat dianggap derajat
kekentalan cairan, meskipun tidak semuanya demikian karena kekentalan suatu
cairan juga ditentukan oleh sifat-sifat lain seperti elasticity maupun cohesivenees.
Sedangka rheologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai perubahan sifat-sifat
fisik suatu larutan (benda cair) yang berkaitan dengan penerapan suatu energi atau
gaya pada benda cair tersebut (Soekardi, 2004).
Percobaan kali ini untuk menentukan viskositas dari sediaan emulsi
dengan menggunakan viskometer brookfield dan viskositas minyak kelapa
menggunakan viskometer bola jatuh.
V.1 Pembuatan Emulsi
Menurut FI IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe
emulsi ada dua yaitu oil in water (o/w) atau minyak dalam air (M/A), dan
water in oil (w/o) atau air dalam minyak (A/M).
Dalam percobaan kali ini yang digunakan adalah emulsi tipe
minyak dalam air (M/A). dapat dilihat dari nilai HLB yang di dapatkan
12,5. Nilai HLB yang ditetapkan antara 3-6 termasuk minyak dalam air
(M/A) dan nilai HLB 8-18 termasuk air dalam minyak (A/M) (Ansel,
1989).
Langka pertama yang dilakukan dalam pembuatan emulsi,
menimbang tween 80 dan span 60 sebagai fasa minyak. Nilai tween 80
yang akan ditimbang adalah 2,3 g dan span 60 yang akan ditimbang adalah
0,7, selanjutnya memisahkan air dan minyak di wadah yang berbeda,
kemudian dipanaskan air dan minyak menggunakan water bath. Minyak
dipanaskan dengan suhu 70°C sedangkan air dipanaskan dengan suhu
80°C, tujuan dipanaskan dengan suhu yang berbeda karena minyak lebih
lama dingin dari pada air, jika suhu air lebih rendah dari minyak maka air

17
akan terlebih dahulu dingan sehingga suhunya tidak sama lagi dengan
minyak (Tungadi, 2014).
Selanjutnya fase internal (minyak) dicampurkan pada fase
eksternal (air) dengan pengaduk ultra turax. Tujuan penggunaan ultra turax
untuk memecah partikel menjadi ukuran yang lebih kecil, sehingga alat ini
sangat baik digunakan untuk proses pengadukan (Ansel,1989).
V.2 Menentukan Viskositas Emulsi Menggunakan Viskometer Brookfield
Penentuan viskositas emulsi dengan menggunakan alat viskometer
Brookfield karena viscometer Brookfield dapat menentukan kekentalan
suatu cairan dan rheologi cairan Newton dan Non Newton dengan
menentukan kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang
sempurnah.
RPM yang digunakan dalam viscometer Brookfield adalah 2 dan 3,
hasil yang didapatkan untuk RPM 2 yaitu 10.000, 25.800, 12.500 dengan
viskositas rata-rata 16.800 dan viskositas maksimum yang di dapatkan
50.000 cP. Sedangkan untuk RPM 3 yaitu 25.800, 27.800, 30.080 dengan
viskositas rata-rata 27.766 dan viskositas maksimum 33,333 cP.
Sifat aliran emulsi merupakan aliran tiksotropi. Aliran tiksotropi
merupakan aliran yang paling baik karena gabungan dari aliran plastis dan
aliran pseudoplasti. Aliran yang di dapat dari bahan tiksotropi sangat
bergantung pada laju yang meningkatkan dan yang mengurangi shearing
stress serta lamanya waktu sampel tersebut mengalami rate of shear
(Martin,1993)
V.3 Menentukan Viskositas dan Rheologi Menggunkan Viskometer Bola
Jatuh
Selanjutnya menentukan kekentalan dan sifat aliran minyak kelapa
dengan menggunakan viscometer bola jatuh. Viscometer ini baik
digunakan untuk mengukur cairan yang mempunyai viskositas tinggi atau
sukar diukur dengan viscometer kapiler. Viscometer bola jatuh ini bekerja
pada satu titik kecepatan geser saja, sehingga hanya dihasilkan satu titik
pada rheogram (sifat aliran) (Martin,1993).

18
Langka awal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah mengisi
minyak kelapa ke dalam tabung hampir penuh, kemudian masukan
kelereng ke dalam tabung tersebut lalu tambahkan lagi minyak kelapa
sampai penuh dan ditutup rapat sehingga tidak terdapat gelembung udara
didalam tabung yang dapat mempengaruhi kecepatan bola untuk berpindah
(Martin, 1993).
Bila bola sudah turun melampau garis awal kembalikan bola ke
posisi semula dengan cara membalikkan tabung sambil menghitung
kecepatan bola menggunakan stopwatch. Waktu yang didapatkan dari hasil
percobaan dengan melihat kelereng sampai pada dasar tabung adalah 0,6 s.
Serta viskositas minyak kelapa dihitung menggunakan rumus η=B (ρ1 -
ρ2 ) t adalah 0,093 cP. Jadi aliran dari minyak kelapa yaitu aliran non
newton yang dipengaruhi oleh waktu, hal ini dapat dilihat dari percobaan
yang dilakukan dengan mengukur kecepatan kelereng sampai pada dasar
tabung menggunakan stopwatch memperoleh waktu 0,6 saja sehingga
viskositas dari minyak kelapa rendah.

19
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Viskositas dari sediaan emulsi dengan menggunakan viskometer
brookfield adalah 33,333 cp
2. Viskositas minyak kelapa menggunakan viskometer bola jatuh adalah
0,093 cp
3. Sifat aliran dari sediaan emulsi adalah tiksotropik
4. Sifat aliran dari sediaan minyak kelapa adalah aliran newton yang
dipengaruhi oleh waktu

VI.2 Saran
Diharapkan agar penyediaan alat dan bahan dilaboratorium lebih
diperhatikan agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan lebih baik dan
lancer serta asisten lebih memperhatikan lagi praktikan agar hal-hal yang
tidak diinginkan tidak terjadi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Martin, A., Cammarata, dan Swarbrick. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Universitas Indonesia

Nahar, L., dan Satyajit S. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga

Sinko dan Patrick. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi 5.
Jakarta: EGC

Soekardi, I. dan Hutauruk. 2004. Transisi Menuju Fakoemulsifikasi. Jakarta:


Granit

Syamsuni, H. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolida. Jakarta: Sagung


Seto

Wiroatmojo. 1998. Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi.


Jogjakarta: Gajah Mada University Press

21

Anda mungkin juga menyukai