Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan salah satu organ vital yang sangat berpengaruh


terhadap kehidupan manusia. Ventrikel Septal Defect merupakan salah satu
penyakit jantung yang menempati urutan pertama penyakit jantung bawaan
pada anak. Ventrikel Septal Defect (VSD) Merupakan lubang abnormal
pada sekat yang memsahkan ventrikel kanan dan kiri. Malformasi jantung
yang paling sering, meliputi 25% penyakit jantung konginetal.

Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,


penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Di Indonesia pada tahun 2007, dengan populasi lebih dari 200 juta
pendudukdan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat
sekitar 30.000 penderita. Angka kejadian VSD sering banyak dijumpai,
yaitu 33% dari seluruh kelainan jantung bawaan.

Sebagian besar penderita VSD penyebabnya masih belum diketahui


namun ada beberapa fator predisposisis dan faktor genetik. Dari kedua
terjadinya penyakit ini komplikasinya dapat menjadi gagal jantung.
Komplikasi ini dapat terjadi akibat penatalaksaan yang inadekuat atau faktor
predisposisi yang tidak dapat dihindari.

Dampak penyakit jantung bawaan mengenai VSD terjadi


pembengkakan dikaki, perut dan daerah di sekitar mata, Sesak napas saat
menyusui, beban yang terlalu berat dari ventrikel menyebabkan
hipertrofi dan pembesaran jantung, dengan meningkatnya resistensi
vascular paru, sering terdapat dispneu dan infeksi paru, pertumbuhan
bayi terganggu dan kesulitan dalam asupan nutrisi. Solusi dari penyakit
tersebut bila diberi minum susu, bayi penderita penyakit jantung bawaan
mudah lelah, minumnya hanya sedikit. Disarankan memberi susu bukan
langsung dari botol tapi dengan sendok atau bisa juga dengan

1
pipet. Jadi bayi dapat minum lebih banyak tanpa harus banyak menguras
tenaganya saat mengisap susu dari botol.

Untuk mengantisipasi kejadian tersebut peran perawat sebagai


tenaga kesehatan memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan agar
kewaspadaan terhadap VSD terutama dari faktor prenatal ibu sewaktu hamil
dapat meningkat. Oleh karena itu, peran perawat dan tim kesehatan lainnya
tidak kalah pentingnya untuk melakukan penanganan secara dini sebelum
terjadinya komplikasi tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pemakalah


mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari ventrikel septum defek ?


2. Bagaimana embriologi dan anatomi dari ventrikel septum defek?
3. Bagaimana patofisiologi dari ventrikel septum defek?
4. Apa saja manifestasi klinis dari ventrikel septum defek?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk ventrikel septum defek?
6. Bagaimana prognosis dan komplikasi dari ventrikel septum defek?
7. Apa saja penatalaksaan medis dari ventrikel septum defek?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan ventrikel septum defek?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan


Anak mencakup materi asuhan keperawatan pada pasien dengan
ventrikel septum defek.

2. Tujuan Khusus

2
Mampu mempelajari mata ajar Keperawatan Anak yang
mencakup materi Keperawatan Anak :
a. Pengertian VSD
b. Patofisiologi VSD
c. Manifestasi Klinik VSD
d. Diagnosis VSD
e. Penatalaksaan Medis VSD
f. Asuhan keparawatan pada pasien ventrikel septum defek.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien ventrikel septum defek
2. Bagi Institusi
a. Menambah wawasan bagi para tenaga medis tentang keperawatan
anak pada asuhan keperawatan pasien dengan Ventrikel Septum
Defek (VSD).
b. Menambah masukan dan sumber baca di perpustakaan khususnya
tentang tentang keperawatan anak pada asuhan keperawatan pasien
dengan Ventrikel Septum Defek (VSD).

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini adalah dengan
menggunakan metode penyusunan yang terdiri dari 4 BAB yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan


penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan

3
Bab II : Tinjauan teoritis yang terdiri dari Pengertian, Patofisiologi,
Manifestasi klinis, Pemeriksaan Diagnostic dan
Penatalaksanaan
Bab III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Evaluasi
Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Defek Septum Ventrikel (Ventrikel Septal Defect)

A. Definisi
Defek Septum Ventrikel (Ventrikel Septal Defect) merupakan
lubang abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri.
Malformasi jantung yang paling sering, meliputi 25% penyakit jantung
konginetal. Defek dapat terjadi pada setiap bagian sekat ventrikel, namun
sebagian besar adalah tipe membranosa. Defek ini ada pada posisi
posteroinferior anterior dari daun katup sekat katup trikuspidal. Defek pada
bagian tengah atau daerah apeks sekat ventrikel adalah tipe muskuler dapat
tunggal atau multipel (sekat swiss – cheese). VSD dapat diklarifikasikan
menurut lokasi defeknya: membranosa atau muskularis. Ukuran vsd dapat
bervariasi dari ukuran mata jarum yang kecil hingga keadaan tanpa
sekat(septum) sehingga kedua ventrikel menjadi satu. VSD sering disertai
dengan defek lainnya seperti stenosis pulmonalis, transposisi pembuluh
darah besar, paten duktus arteriosus, defek antrium dan koarktasio aorta.
Banyak kasus VSD diperkirakan akan menutup secara spontan, penutupan
spontan paling besar kemungkinannya terjadi pada anak –anak dalam usia
0-1 thn defek kecil hingga defek sedang.

B. Embriologi dan Anatomi

Pembagian ventrikel tunggal menjadi ventrikel kiri dan kanan terjadi


pada minggu ke 4 dan minggu ke 8 kehidupan. Bersamaan dengan
pembagian antrium tunggal menjadi antrium kanan dan kiri. Septum
ventrikel yang pertama terbentuk pars mebaranasea yang kemudian
bergabung dengan endocardial cushion dan bulbus kordis (bagian proksimal
trunkus anteriosus) pars muskularis septum kemudian mula terbentuk,
bersama dengan pertumbuhan lebih lanjut bulbus kordis dan endocardial

5
cushion. Hasil perkembangan ini adalah terbentuknya septum ventrikel pars
membranase dan pars muskularis, serta katup mitral yang mempunyai
kontak jaringan dengan aorta, sedangkap katup triskupid dan katup
plpmonal terpisah. Salah satu bentuk pada proses ini dapat menyebabkan
lubang pada septum ventrikel.

C. Patofisiologi

Karena tekanan yang lebih tinggi dalam ventrikel kiri dan karena
sikulasi sitemik darah arteri memberikan tahanan yang lebih tinggi daripada
sirkulasi pulmonal, maka darah mengalir melewati lubang defek kedalam
arteri pulmonalis. Peningkatan volume darah akan dipompa ke dalam paru
dan keadaan ini akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan tahanan
vaskuler pulmonalis. Peningkatan tekanan dalam ventrikel kanan akibat
pemintasan aliran darah dari kiri ke kanan dan peningkatan tahanan
pulmonalis akan menyebabkan hipertrofi otot jantung. Jika ventrikel kanan
tidak sanggup lagi menampung penambahan beban kerja maka antrium
kanan dapat juga membesar karena berupaya mengatasi tahanan yang terjadi
akibat pengosongan ventrikel kanan yang tidak lengkap. Pada defek yang
berat dapat terjadi sindrom Eisenmenger.

6
D. Manifestasi Klinis

Gagal jantung kongestif lazim dijumpai pada VSD. Terdengar


bising jantung yang khas. Pasien VSD beresiko endokarditis bakterialis dan
peyakit obstruksi vaskular pulmonalis. Pada VSD yang berat dapat terjadi
sindrom Eisenmenger.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Elektrokardiogram dua dimensi akan menunjukkan posisi dan besar


VSD. Pada defek yang amat kecil terutama sekat muskuler, defek sendiri
mungkir sukar ditayangkan dan hanya ditampakkan dengan pemeriksaan
dopler berwarna. Ekokardiogram juga berguna dalam memperkirakan
ukuran shunt dengan memeriksa tingkat beban volume berlebih atrium kiri
dan ventrikel kiri. Kataterisasi jantung juga dapat dilakukan namun tidak
dilakukan pada defek kecil.

F. Prognosis dan Komplikasi

7
Sejumlah defek kecil yang berarti (30-50%) akan menutup secara
spontan, paling sering selama umur tahun pertama. Defek ini akan sering
menderita aneurisma sekat ventrikel yang membatasi besarnya shunt. Salah
satu resiko jangka lama penderita ini adalah resiko endokarditis infektif.
Endokarditis terjadi kurang daripada 2% anak pada VSD. Untuk defek
sedang atau besar kurang sering menutup secara spontan, bahkan defek
cukup besar untuk mengakibatkan gagal jantung. Yang lebih sering adalah
bayi dengan defek besar menderita kejadian infeksi pernafasan berulang dan
gagal jantung kongesif walaupun manajemen medik optimal. Penderita ini
beresiko terjadi penyakit vaskuler pulmonal dengan bertambahnya waktu
jika defek tidak diperbaiki.

G. Penatalaksanaan Medis

Pada penderita dengan defek kecil, orang tua harus diyakinkan lagi
mengenai sifat lesi yang relatif jinak, dan anak harus didorong untuk hidup
secara normal tanpa pembatasan aktifitas fisik. Perbaikan secara bedah tidak
dianjurkan sebagai perlindungan terhadap endokarditis. Penderita ini dapat
dipantau dengan kombinasi pemeriksaan klinis dan kadang-kadang uji
laboratorium non infasif sampai defek telah menutup secara spontan. Pada
bayi dengan vsd besar, manajemen medik mempunyai 2 tujuan:
mengendalikan gagal jantung kongesif dan mencegah terjadinya penyakit
vaskular pulmonal. Cara cara pengobatan ditunjukkan pada pengendalian
gejala gagal jantung dan mempertahankan pertumbuhan normal. Penutupan
dengan pembedahan dapat dilakukan resiko kecil pada kebanyakan bayi,
manajemen medik harus tidak diteruskan pada bayi bergejala sesudah
percobaan yang tidak berhasil. Penyakit vaskuler pulmonal dicegah bila
pembelahan dilakukan pad aumur tahun pertama dengan demikian defek
besar yang disertai dengan hipertensi pulmonal harus ditutup secara efektif
pada umur antara 6 dan 12 bulan. Sesudah penutupan (obliterasi shunt) dari
kiri ke kanan jantung yang hiperdinamik menjadi tenang, ukuran jantung
berkurang kearah normal.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan: respon fisiologis terhadap defek (sianosis,
aktifitas terbatas)
2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai, hepatomegali.
3. Kaji adanya tanda hypoxia kronis: clubbing finger
4. Kaji pola makan, pertambahan berat badan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
3. Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap
penyakit anak.

C. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
Tujuan: Curah jantung membaik
Kriteia hasil: adanya tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi :
 Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer,
warna dan kehangatan kulit.

9
 Tegakkan derajat sianosis (membrane mukosa, clubbing)
 Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachipnea, sesak,
lelah saat minum susu, periorbital edema, oliguria dan
hepatomegali.
 Kolaborasi untuk pemberian obat (diuretic, untuk menurunkan
afterload) sesuai indikasi

2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal

Tujuan: Pertukaran gas membaik

Kriteria hasil: tidak adanya tanda-tanda resistensi pembuluh paru

Intervensi :

 Monitor kualitas dan irama pernafasan


 Atur posisi anak dengan posisi fowler
 Hindari anak dari orang yang terinfeksi
 Berikan istirahat yang cukup
 Berikan oksigen sesuai indikasi

3. Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara


pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

Tujuan : Aktifitas klien terpenuhi

Kriteria hasil : Anak berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuanya

Intervensi :

 Ijinkan anak sering istirahat dan hindarkan gangguan saat tidur


 Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktifitas ringan
 Bantu anak untuk memilih aktifitas yang sesuai dengan usia,
kondisi dan kemampuan anak
 Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas

10
 Hindarkan suhu lingkungan terlalu panas atau dingin
 Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan /kecemasan
anak.

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai


oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

Tujuan : Tidak terjadi perubahan pertumbuhan dan perkembangan

Kriteria hasil : Pertumbuhan anak sesuai kurva pertumbuhan BB dan


TB.

Intervensi :

 Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai


pertumbuhan yang adekuat.
 Monitor TB dan BB
 Libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi kepada anak

5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Anak mempertahankan intake makanan dan minuman

Intervensi :

 Timbang BB setiap hari dengan timbangan yang sama


 Catat intake dan out put secara benar
 Berikan makanan dengan porsi kecil sering
 Berikan minum yang banyak.

6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan

Tujuan : tidak terjadi infeksi

11
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi :

 Monitor tanda –tanda vital


 Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
 Berikan istirahat yang adekuat
 Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal.

8. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap


penyakit anak.

Tujuan : Tidak terjadi perubahan peran orang tua

Kriteria hasil ;

- Orang tua mengekspresikan perasaannya


- Orang tua yakin memiliki peranan penting dalam keberhasilan
pengobatan.

Intervensi :

 Motivasi orang tua ntuk mengekspresikan perasaannya sehubungan


dengan anaknya
 Diskusikan dengan orang tua tentang rencana pengobatan
 Berikan informasi yang jelas dan akurat
 Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
 Motivasi keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalam
perawatan anak.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang


ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Adapun contoh penyakit jantung bawaan adalah Ventrikel
Septal Defect (VSD).

Ventrikel septal defect (VSD) suatu keadaan abnormal yaitu


adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Adanya
defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan
resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi
pulmonal. Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal
melalui defek septum.Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi
resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan di ventrikel
kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri kekanan. Ini akan
beresiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot
ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload
sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload,
terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang
disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.

B. Saran
1. Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan
dengan jantung VSD, sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang
bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan efisien .
a. Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mengetahui
konsep ventrikel septum defek dan askep nya guna unttuk
mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien

13
b. Perawat memiliki pengetahuan tentang VSD untuk dapat
mengantisipasi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk
sehingga penyakit lebih berat dapat dihindari .
c. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang
tua untuk melalukan terapi agar VSD dapat teratasi.

14

Anda mungkin juga menyukai