Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PALLIATIVE CARE

TEKNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

Oleh:

KELOMPOK 4
KEPERAWATAN B

SRI HARTINA HM
RULYANIS
NURFADILAH
MUHRINA
YULIADI YUSUF
LAODE AGUSTINO SAPUTRA
NUR ANNISA BERLIN
AINUN RAFIQA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2018-2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur atas

kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga kita masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih

dapat bekerja demi dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan

sholawat dan salam kepada Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya

sekalian, yang sang Murobbi tebaik kita di dunia dan akhirat.

Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Teknik Penyampaian Berita

Buruk”. Makalah ini bersumber dari berbagai referensi berupa buku dan artikel

ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman da bermanfaat bagi

pembaca semua. Terima kasih.

Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Samata, 1 November 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR
ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan
Masalah................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Berita Buruk………………………………………………………
B. Tujuan Penyampaian Berita Buruk…………………………………………
C. Kesulitan Menyampaikan Berita Buruk……………………………………
D. Jenis – Jenis Berita Buruk…………………………………………………
E. Teknik Menyampaikan berita Buruk………………………………………
F. Hal–Hal yang Dianggap Penting oleh Pasien dalam Penyampaian
Berita Buruk................................................................................................
G. Penyampaian berita buruk yang kurang tepat………………………………
H. Jenis-jenis Reaksi Pasien Terhadap Frustasi……………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melakukan pekerjaan sehari hari, seorang petuga medis tidak jarang
menghadapi situasi yang dilematis terkait dengan kondisi pasien dan
keluarganya. Salah satu kondisi yang sering kali berpengaruh secara fisik dan
mental bagi penderita, keluarganya maupun masyarakat lingkungannya adalah
suatu berita buruk dalam medis yang harus disampaikan. Berita buruk dalam
medis yang dimaksud adalah suatu berita yang secara drastis dan negatif
mengubah pandangan pasien terhadap dirinya dan atau masa depannya.
Berita buruk yang dimaksud adalah setiap informasi yang merugikan dan
berpotensi serius untuk mempengaruhi individu terhadap pandangan pada
dirinya dan atau masa depannya dan atau menempatkan mereka pada situasi
akan perasaan tidak adanya harapan, putus asa, ancaman terhadap
kesejahteraan mental atau fisik seseorang, berisiko mengganggu kemapanan,
atau di mana suatu pesan yang diberikan menimbulkan suatu pilihan yang
sempit bagi individu dalam hidupnya.
Ada banyak alasan mengapa seorang petugas medis merasa mengalami
kesulitan dalam menyampaikan berita buruk. Sutau rasa empati dan
keprihatinan bersama terhadap suatu berita yang akan mempengaruhi pasien
sering kali digunakan untuk membenarkan pemotongan berita buruk sehingga
tidak tersampaikan. Ketrampilan berkomunikasi dalam penyampaian kepada
pasien dengan baik bukan merupakan keterampilan opsional. Hal itu adalah
suatu bagian penting dari praktek profesional. Kesalahan dalam komunikasi
dapat menimbulkan dampak yang serius baik secara fisik maupun psikis
bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan di
pengadilan. Itu sebabnya penguasaan ketrampilan dalam komunikasi
khususnya dalam menyampaikan sutau berita buruk merupakan hal penting
dalam praktek medis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian berita buruk ?
2. Bagaimana teknik menyampaikan berita buruk ?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu berita buruk ?
2. Untuk mengethaui teknik menyampaikan berita buruk ?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Berita Buruk


Berita buruk secara medis didefinisikan sebagai informasi yang
menciptakan pandangan buruk bagi kesehatan seseorang. Berita buruk tersebut
dapat menimbulkan perasaan tanpa harapan pada pasien, ancaman terhadap
kesehatan mental dan fisik pasien, atau resiko mengganggu atau mengacaukan
gaya hidup atau keseharian pasien (Wright dkk, 2013).
Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab
seorang petugas medis yang harus dikerjakan dalam praktek pelayanan
kesehatan. Menyampaikan berita buruk merupakan keterampilan komunikasi
yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral bagi
petugas medis untuk bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita
buruk. Secara medikolegal petugas medis berkewajiban menyampaikan atau
menginformasikan diganosis yang secara potensial berakibat fatal. Jika petugas
medis tidak menyampaikan dengan tepat, komunikasi tentang berita buruk
akan berakibat pada munculnya perasaan ketidak percayaan, kemarahan,
ketakutan, kesedihan atau pun rasa bersalah pada diri pasien. Hal-hal tersebut
dapat berefek konsekuensi emosional jangka panjang pada keluarga pasien.
Terdapat hubungan yang kuat antara persepsi pasien yang menerima informasi
adekuat tentang penyakit dan pengobatannya dengan penyesuaian psikologis
pasien dalam jangka waktu yang lebih lama. Pasien yang menyadari mereka
menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi mempunyai risiko lebih
besar untuk mengalami stress atau berkembang menjadi cemas dan atau
depresi. (Wright dkk, 2013).
Petugas medis sering merasa kesulitan dalam menyampaikan berita buruk
terutama untuk penyakit yang mengancam jiwa. Alasannya antara lain merasa
tidak siap dan tidak mempunyai pengalaman dalam menyampaikan berita
buruk, khawatir berita tersebut akan membuat stress dan memberi efek negatif
pada pasien dan keluarganya, serta akan mengganggu hubungan terapetik.
Petugas medis merasakan bahwa tugas tersebut tidak menyenangkan dan tidak
nyaman; Petugas medis tidak ingin menghilangkan harapan pasien, khawatir

6
dengan reaksi emosional pasien dan atau keluarganya, atau merasa tidak yakin
bagaimana menghadapi respon emosi yang sangat dalam. Hal-hal tersebut
sering dijadikan alasan dokter untuk menunda menyampaikannya. Padahal
hasil penelitian menunjukkan 50-90% pasien di Amerika menginginkan
mendapatkan informasi yang lengkap mengenai diagnosis terminal yang
mungkin terjadi pada mereka. (Wright dkk, 2013).
B. Tujuan Penyampaian Berita Buruk
1. Merupakan pekerjaan yang akan sering dilakukan namun membuat stress
Selama karirnya, seorang dokter akan mengalami keadaan dimana ia
harus menyampaikan informasi buruk kepada pasien atau keluarganya.
Penyampaian berita buruk akan menjadi sangat menegangkan ketika
seorang dokter kurang berpengalaman, sedang menghadapi pasien yang
masih muda, dan ketika prospek keberhasilan pengobatan minim
(Campble,2013).
2. Pasien menginginkan kebenaran
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 96% orang berharap diberi tahu
ketika ia menderita kanker dan 85% berharap mendapat informasi mengenai
perkiraan umur mereka (Campble,2013)..
3. Prinsip hukum dan etik
Di Amerika Utara, prinsip informed consent, otonomi pasien, dan hukum
telah menciptakan kewajiban etika dan hukum yang jelas untuk memberikan
informasi sebanyak yang pasien inginkan tentang penyakit mereka dan
pengobatannya. Dokter tidak mungkin menahan informasi medis bahkan
jika mereka tahu itu akan memiliki efek negatif pada pasien
(Campble,2013).
4. Hasil pemeriksaan klinis
Bagaimana cara penyampaian kabar buruk dapat mengubah pemahaman
pasien akan informasi, kepuasan perawatan, tingkat harapan, dan psikologi
pasien. Banyak pasien mengharapkan informasi yang akurat untuk
membantu mereka menentukan pilihan (Campble,2013).
Masalah muncul bila dokter harus berhadapan dengan keadaan khusus
atau kepribadian pasien yang berbeda-beda. Contohnya, penyakit yang

7
dipengaruhi oleh faktor psikososial. Keadaan lainnya adalah pasien yang
berpenyakit kronis, menderita cacat, dan pada pasien kanker. Permasalahan
yang sebenarnya muncul ketika kita harus menyampaikan prognosis
penyakit dan berapa lama pasien itu dapat bertahan hidup
5. Penyampaian pada pasien mengenai kecacatan/penyakit kronis
Pada penyakit kronis atau penyakit yang disertai dengan kecacatan yang
berat, sebaiknya dokter memberitahukan kenyataan atau fakta yang ada.
Terutama cara adaptasi yang cepat dan tepat terhadap perubahan hidupnya.
Pasien penyakit kronis seharusnya menerima kenyataan agar mereka lebih
cepat untuk menyesuaikan diri dengan keadaannya. Kecemasan dan rasa
takut yang berlebihan tidak saja ditimbulkan dari penyakit yang diderita,
tetapi juga dari tekanan masyarakat yang sering memberikan simbol tertentu
pada penyakitnya (Campble,2013).
Jika semua stress menumpuk, pasien akan banyak menghadapi masalah.
Hal ini dapat melampaui kemampuan dirinya dalam menangani stress.
Dokter seharusnya sadar akan segala kemungkinan dan siap membantu serta
menolong pasiennya. Khususnya bila informasi yang disampaikan dapat
meningkatkan kecemasan, menghilangkan harapan, menimbulkan keinginan
untuk bunuh diri, atau timbulya gejala psikopatologik lain. Dalam
menentukan suatu penyakit yang kronis dan kecacatan, informasi harus
diberikan secara perlahan. Pemberian informasi dapat dimulai dari awal
dugaan penyakit sampai diagnosis akhir ditegakkan. Adanya keinginan
pasien untuk mengetahui penyakitnya merupakan kesempatan baik bagi
dokter untuk menyampaikan keadaan yang mungkin terjadi dan risikonya di
kemudian hari (Campble,2013).
6. Penyampaian pada pasien mengenai penyakit kanker/tumor ganas
Penyakit kanker merupakan penyakit yang sering ditanggapi dengan cara
yang tidak realistis. Pasien sering dijauhi oleh masyarakat dan seolah-olah
kematiannya sudah dekat. Kanker sebagai suatu penyakit yang fatal
membuat dan mendorong keadaan kurangnya perhatian untuk mendapatkan
pengobatan. Ketakutan masyarakat terhadap penyakit kanker memberikan
beban tersendiri pada penderitaan pasien, disamping dari akibat proses

8
kanker itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum diagnosis kanker disampaikan,
tim dokter harus benar-benar sudah yakin. (Campble,2013).
Pengobatan kanker biasanya memerlukan waktu yang lama dan hasilnya
sering diragukan. Tercipta kesan bahwa penyakit ini lebih buruk dari
penyakit infark jantung yang prognosis kematiannya lebih jelek. Namun,
karena pengobatan infark jantung lebih jelas, seolah-olah penyakit itu lebih
baik. Pada penyakit kanker pemberian informasi kepada pasien semestinya
meliputi dua hal, yaitu dokter bersikap jujur dan hormat terhadap pasiennya.
Dokter harus dapat menumbuhkan rasa percaya kepada pasien/keluarganya
dengan baik sehingga memudahkan dalam memberikan terapi, baik itu
radioterapi maupun sitostatika (Campble,2013).
C. Kesulitan Menyampaikan Berita Buruk
Ada banyak faktor penyebab seorang dokter mengalami kesulitan dalam
menyampaikan berita buruk. Berdasarkan American Medical Association's
first code of medical ethics pada tahun 1847 dikatakan bahwa
kehidupan orang sakit dapat dipersingkat tidak hanya oleh tindakan, tetapi
juga oleh kata-kata dan perilaku seorang dokter.
Berikut adalah beberapa faktor penyebab sulitnya penyampaian berita
buruk:
1. Khawatir bahwa berita itu akan menyebabkan efek buruk
2. Merasa bertanggung jawab dan takut jika disalahkan
3. Tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk melakukannya
4. Tidak memiliki pengalaman pribadi
5. Khawatir bahwa akan sulit untuk menangani reaksi pasien atau keluarga
6. Keengganan untuk mengubah hubungan dokter-pasien yang ada
7. Tidak tahu kemampuan dan keterbatasan pasien
8. Tantangan tiap individu
9. Ketidak pastian tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya dan tidak
memiliki jawaban atas beberapa pertanyaan
10. Kurangnya kejelasan peran seorang pelayan kesehatan.
D. Jenis – Jenis Beita Buruk

9
Di dunia kedokteran, terdapat berbagai jenis berita buruk yang hendak
disampaikan kepada pasien. Berikut contoh-contohnya:
1. Kegagalan operasi
2. Vonis kanker.
3. Penyakit kronik seperti gagal ginjal kronik
4. Terminal Ilness
5. Tidak bisa mempunyai anak.
6. Kematian, dan lain-lain.
E. Teknik Menyampaikan berita Buruk
Adapun tekhnik/cara penyampaian berita buruk sebagai berikut :
1. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pertemuan untuk menginformasikan berita yang kurang
menyenangkan
3. Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada pasien yang
mengindikasikan bahwa informasi yang akan disampaikan selanjutnya
adalah informasi yang penting
4. Menanyakan pasien ingin mendengar informasi sendiri atau perlu
pendampingan
5. Menanyakan pasien mengenai hal-hal yang telah diketahui, dan perasaannya
terhadap masalah yang dia alami
6. Menanyakan sejauh mana informasi yang ingin diketahui oleh pasien
(apakah pasien ingin mengetahiu secara umum atau secara mendalam)
7. Menjelaskan informasi secara sistematis dengan bahasa yang sederhana,
mudah dimengerti dan penuh empati.
8. Menanggapi momunikasi non verbal yang ditunjukkan oleh pasien dengan
mempertimbangkan perasaan, keprihatinan, dan nilai-nilai yang dianutnya.
9. Memberikan waktu kepada pasien untuk bereaksi dengan cara hening atau
berdiam diri sejenak
10. Mendorong pasien untuk memberikan tanggapan serta mengungkapkan
keprihatinan dan perasaannya

10
11. Menunjukkan perilaku non verbal yang baik (kontak mata, posisi dan
postur tubuh yang sesuai, gerakan tubuh, ekspresi wajah, suara termasuk
kecepatan dan volume.)
12. Menyatakan dukungan kepada pasien (contohnya mengekspresikan
keprihatinan, pengertian dan keinginan untuk menolong.)
13. Menyusun rencana tindak lanjut bersama pasien
(PB IDI : 2017)

F. Hal–hal yang dianggap penting oleh pasien dalam penyampaian


berita buruk
1. Isi
Yang dimaksud di sini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa
banyak informasi atau keterangan yang diberikan oleh perawat. Item ini
sangat berhubungan dengan angapan/ kepercayaan pasien terhadap
kompetensi perawat di bidangnya, juga tentang pengetahuan perawat
mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit/ kasus mereka.
Pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi diketahui lebih banyak
mementingkan isi. Pasien muda, wanita, serta pendidikan tinggi dilaporkan
juga menginginkan informasi yang lebih detail mengenai kondisi penyakit,
terapi, serta prognosisnya. Pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi
dan motivasi tinggi untuk menjalankan terapi, juga menginginkan informasi
yang lebih detail.
2. Support
Yang dimaksud di sini adalah aspek supportif dalam komunikasi
perawat. Jadi apakah dalam penyampaian berita buruk ini perawat bersikap
baik, memberi support/ dukungan yang cukup, dll. Termasuk pula di sini
apakah perawat bersedia mengkomunikasikan hal – hal yang menyangkut
diagnosis,prognosis, treatment, dll kepada keluarga atau orang lain, dan
juga menyediakan berbagai informasi yang ingin diketahui pasien.
Diketahui pasien wanita lebih banyak mementingkan hal tersebut di atas.
Aspek penting dalam memberikan support adalah mendengarkan

11
pasien, serta memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
pasien.
3. Fasilitas
Yang dimaksud di sini adalah kapan dan di mana informasi diberikan.
Apakah dalam ruangan dengan privacy yang cukup, perawat
memperhatikan pasien dengan sungguh – sungguh (tidak sambil lalu saja).
Juga apakah perawat menunggu sampai seluruh hasil diperoleh, sehingga
sudah cukup data untuk menyimpulkan situasi pasien sebelumakhirnya
perawat menyampaikan berita buruk pada pasien.
Diketahui pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan
pasien muda sangat mementingkan hal ini.
4. Cara penyampaian
Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus memberikan
informasi dengan singkat, jelas, dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh
pasien. Perlu memperhatikan intonasi yang lembut, mendengarkan
pasien, memberikan support dan meyakinkan pasien dalam menjalani
terapi, tanpa melakukan kontak fisik.
5. Penyampaian berita buruk yang kurang tepat itu antara lain sebagai
berikut:
1. Menunda penyampaian berita buruk sampai saat yang dianggap tepat
Kerugian dari cara ini adalah bahwa seringkali pasien dapat menerka
maksud dokter dan reaksi-reaksi emosionalnya muncul justru waktu dokter
belum siap mental. Akibatnya dokter bertambah sulit mengendalikan emosi
pasien.(Pradana, 2012)
2. Membiarkan pasien menyimpulkan sendiri
Dalam cara ini dokter tidak secara terbuka menyampaikan berita buruk
itu, akan tetapi pasien diharapkan menyimpulkan nasibnya sendiri. Dokter
dalam cara ini hanya memberikan pertanyaan sambil “mengiringi” pasien ke
arah kesimpulan yang akan dibuatnya. (Pradana, 2012)
Teknik ini hanya dapat dilakukan pada pasien-pasien yang mempunyai
pendidikan atau kecerdasan yang cukup untuk membuat kesimpulan sendiri.
Akan tetapi biasanya pasien tidak sabar dan malahan bertambah jengkel

12
karena ditanya-tanya terus padahal ia sudah dalam keadaan sangat khawatir
terhadap kesehatannya. Pasien bisa sampai kepada kesimpulan bahwa
dokter mau melepaskan diri dari tangung jawabnya memberi tahu pasien
tentang berita buruk itu. (Pradana, 2012)
3. Membungkus berita buruk
Dalam cara ini dokter “membungkus” berita buruk itu dengan kata-kata,
sedemikian rupa sehingga kedengarannya berita buruk itu lebih baik dari
keadaan yang sebenarnya. (Pradana, 2012)
Kelemahan dari cara ini adalah bahwa tidak semua pasien bisa menerima
kenyataan-kenyataan yang dibungkus seperti itu.Beberapa pasien malah
akan bertambah frustasi karena ia tahu bahwa keadaan yang sebenarnya
tidaklah sebaik yang disampaikan dokter. Pasien bisa beranggapan bahwa
dokter membohonginya. (Pradana, 2012)
4. Banyak memberi alasan
Dengan cara ini, dokter memberikan berbagai alasan ke pasien untuk
membenarkan ‘berita buruk’ tersebut.Sebagai contoh, dokter akan
mengemukakan alasannya setelah penyampaian berita buruk ke pasien
Pada penggunaan teknik ini justru membuat pasien putus asa. Dalam
keadaan sudah sangat khawatir, biasanya pasien masih mengharapkan
petunjuk tentang cara lain yang masih dapat diupayakan untuk mengatasi
penyakitnya. Dengan adanya alasan-alasan pembenaran yang dilakukan
dokter terhadap pasien justru akan menyebabkan putusnya harapan pasien
dan membuat pasien sangat frustrasi. (Pradana, 2012)
Keempat cara yang telah dikemukakan diatas untuk mengurangi frustrasi
pasien, dapat dilakukan secara terpisah atau dikombinasikan menurut selera
dokternya sendiri. Cara-cara tersebut tidak mungkin meniadakan seluruh
frustrasi. Frustrasi yang masih ada dapat dirasakan berat atau ringan,
tergantung dari kondisi kejiwaan pasien itu sendiri. (Pradana, 2012)
6. Jenis-jenis Reaksi Pasien Terhadap Frustasi :
Berikut penggolongan jenis-jenis reaksi pasien terhadap frustasi.
1. Menerima kenyataan itu dengan sabar
Misalnya:

13
Pasien : Baiklah, dok. Barangkali memang sudah demikian nasib saya.
Sekarang, apa yang perlu saya lakukan selanjutnya untuk mencegah
keparahan penyakit saya?
2. Bereaksi agresif
Misalnya:
Pasien : Rahang saya akan diangkat dok? Oh ini adalah kesalahan dokter.
Dulu saya sudah minya agar pengobatan saya dilakukan di luar negeri saja.
Tapi dokter mengatakan bahwa di sini pun dokter dapat melakukannya.
Sekarang kalau sudah begini, apa yang dapat dokter lakukan?
3. Penolakan terhadap kenyataan
Misalnya:
Pasien : Tidak mungkin. Tidak mungkin saya akan kehilangan rahang saya.
Setelah diterapi yang terakhir itu mulut saya rasanya sudah lebih enak tidak
sakit lagi untuk menelan, bagaimana bisa jadi seperti ini? Paman saya ada
yang lebih parah tumornya daripada saya, tetapi dia tidak sampai diangkat
rahangnya. Para dokter bisa menolongnya.
4. Regresi
Regresi yaitu memberi reaksi dengan mundur kepada tingkat yang kekanak-
kanakan. Misalnya, menangis keras-keras, menjerit-jerit sambil menarik-
narik rambutnya atau memukul-mukul meja, pingsan, atau mengeluarkan
kata-kata sebagai berikut:
5. Stereotipi
Stereotipi merupakan reaksi berulang-ulang terus.
Misalnya:
Pasien : Sungguh saya tidak kira . . . rahang saya akan diangkat? . . .
sungguh-sungguh di luar dugaan saya . . . Kehilangan rahang! . . .
Bagaimana mungkin? Sungguh tidak saya kira . . . dan seterusnya.
Bagaimanapun juga reaksi pasien terhadap frustasi, dokter tidak boleh
menanggapinya dengan kontra reaksi yang sama emosionalnya. Dokter harus
tetap tenang, tetap menggunakan akal sehat, waaupun tetap harus dapat
menunjukkan simpati pada pasien. Untuk itu dokter sebaiknya menggunakan
cara yang lebih langsung dalam menyampaikan berita buruk.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berita buruk secara medis didefinisikan sebagai informasi yang
menciptakan pandangan buruk bagi kesehatan seseorang. Berita buruk
tersebut dapat menimbulkan perasaan tanpa harapan pada pasien, ancaman
terhadap kesehatan mental dan fisik pasien, atau resiko mengganggu atau
mengacaukan gaya hidup atau keseharian pasien
2. Adapun tekhnik dalam menyampaikan berita buruk yaitu :
a. Melakukan persiapan
b. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya
c. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya
d. Mampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan
penuh empati
e. Merencanakan tindak lanjut
f. Mengkomunikasikan Prognosis tentang bagaimana perjalanan penyakit
mereka ke depannya.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan untuk menertapakan cara
penyampaian berita buruk ini di rumah sakit, guna untuk meningkatkan kulitas
pelayanan keperawatan paliatif dan dapat meringankan beban psikologis pada
pasien dengan penyakit kronis.

15
DAFTAR PUSTAKA
Pengurus besar ikatan dokter Indonesia. (2017). Panduan Keterampilan Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Jakarta : PB IDI
Pradana. (2012). Hubungan Perawatan Paliatif Dengan Kualitas Hidup Pasien.
denpasar.
Campbel. L. Margaret. (2013). Nurse To Nurse : Perawatan Palliative Care.
Salemba Medika
Repository UGM : Komunikasi Efektif Dokter-Pasien 2017

16

Anda mungkin juga menyukai