ISI PENELITIAN (adanya teori berhubungan dengan apa yang mau diteliti dan harus
empiris (dapat di tangkap oleh indera manusia).
A. Latar Belakang
Kebijakan dasar pembangunan nasional tertuang dalam Pembukaan UndangUndang
Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dari sekian sektor pembangunan, kebijakan terhadap legalitas tanah menjadi bagian yang
sangat penting bagi masyarakat yang membutuhkan kepastian hukum terhadap lahannya,
baik lahan untuk pertanian dan lahan non pertanian /permukiman.Masyarakat bisa lebih
produktif jika lahan yang dimilikinya telah memiliki kepastian hukum. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 sebagai landasan utama pembangunan nasional
dalam bidang pertanahan, yang menyatakan bahwa: “Bumi dan air beserta kekayaan yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat”.
merupakan Negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan tidak berdasarkan atas
memberikan kepastian hukum terhadap status tanah yang dikuasai masyarakat atau badan
usaha.
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan menjamin segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
menghindarkan pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun penegak hukum
itu sendiri.Untuk itu diperlukan adanya kaidah hukum yang dapat dipergunakan negara
dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Demikian pula mengenai tanah atau lahan,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria di dalam Pasal 19 menyatakan untuk menjamin kepastian hukum oleh
meliputi:
c) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan adanyasetiap jengkal
tanah di mata hukum keagrariaan harus jelas status hak dan pemegang haknya. Misalnya,
tanah Hak Milik jelas bukan tanah Negara dan berbedakriterianya dengan tanah-tanah Hak
Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, Hak Sarusun.Begitupun siapa-siapa saja yang
kriteria-kriteria yang berbeda.Tanah hak milik ataupun tanah hak-hak lainnya wajib
adalah sertifikat tanah yang sekaligus sebagai bukti penguasaan atau pemilikan
merupakan salah satu perwujudan dari tujuan pendaftaran tanah yang dimaksud Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA),
seluruh wilayah Republik Indonesia dan bahwa sertifikat hak atas tanah merupakan bukti
salah satu perwujudan dari tujuan pendaftaran tanah yang dimaksud. UndangUndang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau Undang-Undang Pokok
pendaftaran tanah untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan bahwa sertifikat hakatas
tanah merupakan bukti yang kuat mengenai suatu penguasaan atau pemilikan tanah.
menjelaskan tujuan dan kegunaan pendaftaran tanah dan salah satu produknya bernama
Sertifikat hak atas tanah tersebut. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan. Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
lengkap dilaksanakan untuk seluruh obyek Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik
Angka (2) Peraturan Menteri Negara Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2017 adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia dalam satu wilayah desa atau kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan
itu, yang meliputi : pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya.
Atas dasar ketentuan di atas, perlu adanya tindakan pemerintah serta kesadaran
masyarakat dalam rangka pendataan tanah demi terwujudkan tertib administrasi, tertib
berupa sertifikat sebagai tanda bukti kepemilikan hakatas tanah. Namun dalam
pelaksanaannya, pasti ada hambatan, baik dalam pelaksanaan administrasi maupun dari
masyarakat itu sendiri. Masyarakat masih ada yang belum begitu mengerti akanpentingnya
suatu pendataan tanah. Pemegang hak atau tanah berhak mendapatkan bukti otentik yang
berkekuatan hukum tentang kepemilikan tanahnya dari lembaga yang berwenang, yaitu
Kabupaten Kupang sebagai salah satu Kabupaten penopang yang ada di NTT,
menjadikan setiap jengkal tanah penting untuk memiliki kepastian hukum untuk
tentang cara pendaftaran tanah, cara memperoleh sertifikat, dan cara Badan Pertanahan
juga masih banyak yang kurang paham bagaimana memproses pendaftaran tanah secara
mengacu pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016
a. Terhadap tanah yang sudah dibuatkan berita acara penyelesaian proses Pendaftaran
Tanahnya, dibukukan dalam daftar umum pendaftaran tanah dan daftar lainnya, dan
b. Bidang tanah yang telah dibukukan dan telah ditandatangani sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1), diterbitkan Sertfpikat Hak atas Tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan
atau dapat didelegasikan kepada Ketua Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap.
c. Penerbitan Sertifikat sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diberikan kepada peserta
Sederhana.
3) Badan Hukum keagamaan dan Badan Hukum sosial yang sesuai antara penggunaan
Indonesia.
7) Nazhir, atau
Ayat (3), bidang tanahnya hanya dilakukan pendaftaran pada Daftar Tanah dan daftar
lainnya.
e. Penerbitan Sertifikat Hak atas Tanah peserta Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
sebagaimana dimaksud pada Ayat (4), dilakukan atas biaya sendiri sesuai dengan
perundang-undangan.
g. Dalam hal penerima sertifikat belum mampu melunasi Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan, maka dalam Buku Tanah dan Sertifikat diberi catatan sebagai pajak
h. Pelaksanaan penerbitan Sertifikat yang terdapat catatan pajak terhutang dari pemilik
tanah yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada Ayat (7) dibuatkan daftar secara
i. Penerbitan Sertifikat Hak atas Tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
2) Penerima hak membuat Surat Pernyataan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan Terhutang yang menjadi warkah Hak atas Tanah yang bersangkutan, dan
dicatat dalam Buku Tanah dan Sertifikat Hak atas Tanahnya, dan
3) Peralihan atau perubahan data Sertifikat Hak atas Tanah hanya dapat dilakukan
setelah yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa Bea Perolehan Hak atas
j. Format Surat Pernyataan Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan Terhutang
sebagaimana dimaksud pada Ayat (9) huruf b ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1
Responsibility (CSR), Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, badan
1) Daftar Isian Program Anggaran (DIPA) Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Dana Desa.
Milik Daerah.
dari kerjasama dengan pihak lain yang diperoleh dan digunakan serta
B. Tinjauan Teoritis
1) Kinerja
Keberhasilan kinerja suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumber dayamanusia
dalam organisasi tersebut. Kinerja memiliki makna yang luas, tidakhanya mengenai soal
hasil kerja, melainkan juga mengenai dari proses kerjayang berlangsung. Menurut
Armstrong dan Baron (1998 : 15) kinerja adalahhasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategisorganisasi, kepuasan konsumen dan memberikan
kontribusi ekonomi. Prosespelaksanaan suatu organisasi harus melakukan monitoring,
penilaian danreview terhadap kinerja sumber daya manusia disuatu organisasi tersebut.
Melalui tiga hal tersebut bisa diketahui apakah kinerja dari pegawai sejalandengan
pencapaian target.Apabila target tidak tercapai maka perludilakukan evaluasiterhadap
kinerja dari pegawai.
Perusahaan dalam melakukan evaluasi kinerja pegawai biasanya akanmenggunakan
sebuah indikator penilaian. Menurut Robbins (2006 : 260)pengukuran kinerja pegawai
secara individu ada lima indikator, yaitu:Kualitas, Kuantitas, Ketepatan Waktu,
Efektivitas, Kemandirian.
2) Kualitas
Seberapa jauh, baik proses atau hasil menjalankan aktivitas mendekati kesempurnaan,
ditinjau dari kesesuaian dengan cara ideal menjalankan suatu kegiatan atau memenuhi
tujuan yang dikehendaki oleh suatu aktivitas.
3) Kuantitas
Jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam nilai dolar atau rupiah, jumlahunit, atau
jumlah siklus kegiatan yang telah diselesaikan.
4) Ketepatan Waktu
Seberapa jauh atau baik sebuah aktivitas diselesaikan, atau hasil yangdiproduksi, pada
waktu yang paling awal yang dikehendaki dari sudutpandang koordinasi dengan output
yang lain maupun memaksimumkanwaktu yang ada untuk kegiatan-kegiatan lain.
5) Efektifitas
Dalam suatu organisasi dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan mengamati
efektif tidaknya organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Kata efektivitas pada
dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam hubungan sebab akibat.
Efektifitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti
bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, efektif didefinisikan sebagai berikut
berhasil guna (tentang usaha tindakan), dapat membawa hasil, manjur atau mujarab
(tentang obat), ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesan).
Sedarmayanti (2001 : 59) mendefinisikan efektivitas sebagai “suatu ukuran yang
memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai.” Pengertian efektivitas ini
lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang
menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun
terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat.
Sondang P Siagan (2001 : 24) mendefinisikan : “Efektivitas sebagai pemanfaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapakan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa atas kegiatan yang
dijalankan.”
Efektivitas dalam hal ini menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti
makin tinggi efektivitasnya.
Gambar 1.
Kerangka Berpikir
KUALITAS
KUANTITAS
PENGARUH PELAKSANAAN
KINERJA KETEPATAN PROGRAM PTSL
PEGAWAI WAKTU
EFEKTIFITAS
KEMANDIRIAN
4. Merancang Sampel.
A. Lokasi Penelitian
B. Populasi
Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh Pegawai pada Badan
C. Sampel
sampel yang diambil adalah pegawai yang di angkat melalui SK Kepala Kantor Pertanahan
Satgas pengambil data fisik atau petugas ukur di Kabupaten Kupang yaitu sebanyak 8 orang.
D. Informan
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kepala Kantor Pertanahan
Kupang.
dicapai pegawai satgas fisik atau petugas ukur, dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan organisasi, dan hasil kerjanya tersebut disesuaikan
dengan hasil kerja yang diharapkan organisasi, melalui kriteria-kriteria atau standar kinerja
A. Kualitas
1) Definisi Operasional
Kualitas Kerja (Quality of work) adalah hal yang dicapai berdasarkan syarat-
syarat kesesuaian dan kesiapannya yang tinggi pada gilirannya akan melahirkan
Tingkat Penguasaan dan pemahaman aplikasi Alat Ukur RTK, KKP dan Autocad pada
B. Kuantitas
1) Definisi Operasional
Kuantitas kerja adalah hasil yang dapat dilihat dari jumlah kerja dan penggunaan
waktu. Jumlah kerja adalah banyaknya tugas pekerjaanya, dapat dikerjakan. Penggunaan
waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam menyelesaikan tugas dan
pekerjaan.
Jumlah bidang terukur dan terpetakan oleh petugas satgas fisik pelaksana program
Jumlah hari yang dibutuhkan oleh petugas satgas fisik pelaksana program dalam
program PTSL.
1) Definisi Operasional
diusahakan untuk selesai sesuai dengan rencana agar tidak mengganggu pada pekerjaan
yang lain.
Perbandingan antara target waktu dengan jumlah waktu yang digunakan pelaksana
D. Efektifitas
1) Definisi Operasional
sekelompok orang sesuai dengan waktu dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Klasifikasi : Efektif (3), Kurang efektif (2) dan Tidak Efektif (1).
E. KEMANDIRIAN
1) Definisi Operasional
bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri,
sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-
masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat
menyelesaikan sendiri pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya tampa diawasi oleh
pimpinan atau orang lain sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
Klasifikasi : Mandiri (3), Kurang Mandiri (2) dan Tidak Mandiri (1).
a. Data Primer
b. Data Sekunder
B. Sifat Data
a. Kuantitatif
Yaitu data yang didapat atau dikumpulkan berrbentuk angka dan bilangan.
b. Kualitatif
Yaitu data yang berbentuk non angka atau keterangan yang berhubungan dengan
penulisan ini.
penulis.
untuk diisi.
7. Analisis data.
A. Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, observasi dan kuisioner akan
responden.
disiapkan.
Dalam menganalisis data yang diperoleh, maka penulis menggunakan analisis data deskriptif
yaitu : data yang telah di edit, ditabulasi, diolah dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan.
8. Komunikasi Result.
RANCANGAN PENELITIAN
(Design Research)
TENTANG
PENGARUH KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAKSANAAN
PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP (PTSL)
(Studi padaBadan Pertanahan Negara (BPN) Kabupaten Kupang).
OLEH
N A M A : JIMMY F. BULU
N I M : 181102008