Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah
ini membahas tentang Desain dengan Alam dan Penampilan Alam Dalam Desain yang
utamanya mengambil objek sebuah bangunan umum non komersial seperti bangunan dengan
fungsi Banjar atau Puskesmas yang dimana ini merupakan salah satu bagian pembahasan
dalam mata kuliah Ekologi Arsitektur, Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Udayana.
Dalam penyusunannya, makalah ini mengambil materi dari beberapa sumber literatur yang
diantaranya didapatkan dari tim pengajar mata kuliah ini. Maka dari itu diucapkan
terimakasih kepada orang-orang yang terlibat dalam mendukung proses penyelesaian
makalah ini baik dalam bentuk dukungan materi, sumber literatur, maupun moral. Adapun
diantaranya :
1. Dr. Ir. Widiastuti, MT. Sebagai koordinator dalam mata kuliah Ekologi Arsitektur
dan dosen yang memberikan materi Ekologi secara garis besar.
2. Ni Made Mitha Mahastuti,ST, MT. Sebagai tim dosen sekaligus dosen
pembimbingan dalam fokus teori yang dibahas.
3. Teman-teman yang memberikan dukungan moral dalam penyelesaian makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi refrensi untuk mengetahui lebih banyak
tentang apa yang dimaksud dengan desain dengan alam dan penampilan alam dalam desain
kaitannya dalam arsitektur yang ekologis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
URAIAN TEORI........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................14
KONDISI FOKUS...................................................................................................................14
BAB IV....................................................................................................................................19
ANALISIS................................................................................................................................19
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 2
BAB V......................................................................................................................................25
PENUTUP................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................25
3.2 Saran...............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 3
1.1 Latar Belakang
Pembuatan makalah ini dilatarbelakangi oleh penugasan dari mata kuliah Ekologi
Arsitektur yang dimana dalam tugas ini diberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
melakukan observasi lapangan secara langsung menuju objek yang dibahas dalam fokus teori
yang didapat. Dengan demikian, sistem pembelajaran akan menjadi lebih efektif dengan
memberikan pengalaman langsung yang nantinya akan menjadi sumber ilmu bagi mahasiswa
tersebut. Observasi yang dilakukan pada objek akan dikaitkan dengan teori yang didapat
untuk dijadikan sebuah laporan hasil studi berupa makalah.
Selain itu, latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah tidak lain untuk
memberikan kesadaran bagi mahasiswa yang notabene merupakan calon Arsitek masa depan
untuk lebih perduli terhadap lingkungan dalam hal ekologi arsitektur. Faktor alam dan
lingkungan memang sering dipandang sebelah mata akibat adanya sifat egois dari masing-
masing individu terutama dalm hal merancang sebuah bangunan yang menggunakan teori
introfert yiatu membangun tanpa memperdulikan keadaan sekitar dengan berfokus pada area
yang merupakan wilayah dimana bangunan itu berdiri.
Faktor alam dan lingkungan terkadang menjadi faktor besar dalam penilaian
kesuksesan seorang perancang terhadap rancangannya. Hal ini dilihat dari seberapa besar
kepedulian perancang tersebut dengan alam dan lingkungan disekitar lokasi bangunan yang
dirancang. Tidak hanya itu, kontribusi yang diberikan oleh perancangn tersebut kepada alam
dan lingkungan disekitarnya juga menjadi titik penialain bagi seorang perancang yang dapat
dikatakan sebagai perancangan yang ekologis. Inilah hal yang ingin disampaikan dalam
makalah ini yang merupakan salah satu latar belakang dalam pembuatan makalah ini.
1.3 Tujuan
Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah membahas lebih dalam apa yang
dimaksud dalam teori yang dibahas yaitu desain dengan alam dan tampilan alam dalam
desain. Dengan mengetahui hal tersebut tentunya akan memberikan wawasan yang lebih
tentang hal yang berkaitan dengan Arsitektur yang memiliki nilai ekologi utamanya dalam
bangunan umum non komersial seperti puskesmas dan banjar. Selain itu yang menjadi tujuan
dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan laporan hasil observasi terhadap objek
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 4
yang digunakan dalam pembahasan makalh ini kaitannya dengan teori ekologi desain dengan
alam dan tampilan alam dalam desain.
Tujuan yang tidak kalah penting dalam makalah ini adalah hasil analisa dari objek
yang digunakan sebagai bahan pembahasan berkaitan dengan teori yang didapatkan mengenai
ekologi arsitektur. Analisa bangunan dalam hal penilaian bangunan ini dilakukan dengan
melakukan observasi secara langsung pada bangunan yang dijadikan objek dan
mengaitkannya dengan landasan teori yang didapatkan mengenai desain dengan alam dan
tampilan alam dalam desain.
BAB II
URAIAN TEORI
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 5
2.1.1 Pola Perencanaan Eko-Arsitektur
1. Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas,
angin dan hujan.
2. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat
pembangunan harus seminal mungkin.
3. Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian
Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
4. Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya
serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di
dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa
menghemat banyak energi.
1. Perhatian pada iklim setempat Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim
Pembangunan yang menghemat energi Orientasi terhadap sinar matahari dan angin
Penyesuain pada perubahan suhu siang-malam
2. Subsitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui Meminimalisasi penggunaan
energi untuk alat pendingin Menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
3. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang menghemat energi
Memilih bahan bahan bangunan menurut penggunaan energi Menghemat sumber
bahan mentah yang tidak dapat diperbaharui Minimalisasi penggunaan sumber bahan
yang tidak dapat diperbaharui Upaya memajukan penggunaan energi alternatif
Penggunaan kembali sisa-sisa bangunan (limbah) Optimalisasi bahan bangunan yang
dapat dibudidayakan
4. Pembentukan peredaran yang utuh di antara peneyediaan dan pembuangan bahan
bangunan, energi, dan air Gas kotor, air limbah, sampah, dihindari sejauh mungkin
Menghemat sumberdaya alam (Udara, air, dan tanah)Perhatian pada bahan mentah
dan sampah yang tercemar erhatian pada peredaran air bersih dan limbah air
5. Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi Memanfaatkan/ mengguanakan
bahan bangunan bekas pakai. Menghemat hasil produk bahan bangunan.Mudah
dirawat dan dipelihara Produksi yang sesuai dengan pertukangan hipotesis Gaia
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 6
1. Konservasi Energi
2. Bersahabat dengan iklim
3. Meminimalisir perubahan
4. Respect terhadap pengguna
5. Respect terhadap site holism
Selain itu dituliskan juga dalam aspek sadar lingkungan terdapat 6 aspek yang terdiri
didalamnya yaitu :
1. Teknis
2. Ekonomi
3. Ergonomis
4. Sosial Budaya
5. Hemat Energi
6. Pelestarian Lingkungan
Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah
beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal, dalam hal ini
khususnya rumah tradisional. Kondisi iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin,
kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional.
Masyarakat pada zaman dahulu dalam membangun rumahnya berusaha untuk menyesuaikan
kondisi iklim yang ada guna mendapatkan desain rumah yang nyaman dan aman.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 7
Sumber : Bangunan Arsitektur yang Ramah Lingkungan Menurut Arsitektur Tropis,
Ahmad Nidlom, 2001
Di samping itu, arsitektur rumah tradisional sebagai ungkapan bentuk rumah tinggal
karya manusia adalah merupakan salah satu unsur budaya yang tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan suatu masyarakat, suku atau
bangsa yang unsur-unsur dasarnya tetap bertahan untuk kurun waktu yang lama dan tetap
sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan suatu masyarakat, suku, atau
bagsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, arsitektur tradisional, pada khususnya arsitektur
rumah tradisional, akan merupakan salah satu identitas sebagai pendukung kebudayaan
masyarakat, suku, atau bangsa tersebut.
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis,
dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh
terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada
tingkat kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara
dalam rumah, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis.
Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk
(tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang
berkembang dalam masyarakat; sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi
dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos
lainnya.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 8
(Ahmad Nidlom : 2001 : Bangunan Arsitektur yang Ramah Lingkungan Menurut
Arsitektur Tropis)
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 9
Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas
dari permukaan, terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai
penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya.
Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik.
Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan
perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan
menyebabkan aliran panas yang besar.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 10
melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit atau
permukaan bawah dari atap.
(Ahmad Nidlom : 2001 : Bangunan Arsitektur yang Ramah Lingkungan
Menurut Arsitektur Tropis.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 11
Desain rumah tropis bekerja menuju satu tujuan utama dasar: tinggal nyaman tanpa
bergantung pada AC. Hal ini dilakukan dengan moderasi dari tiga variabel: temperatur,
kelembaban dan sirkulasi udara. Victor Olgay dalam bukunya, “Desain dengan Iklim”,
mengembangkan garis panduan untuk arsitektur iklim responsif dalam empat daerah iklim
yang berbeda, salah satunya adalah lingkungan tropis panas lembab. Merancang sebuah
rumah pasif didinginkan dimulai dengan situs dan mencakup setiap aspek dari rumah sampai
ke warna. (Ahmad Nidlom : 2001 : Bangunan Arsitektur yang Ramah Lingkungan
Menurut Arsitektur Tropis)
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 12
BAB III
KONDISI FOKUS
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 13
pekerjaan sukarela tanpa pembayaran). Sebagai penghuni Gerenceng ia dianggap mengetahui
kompeten semangat dan asal dusun rumahnya. Oleh karena itu, pertimbangan kreatif,
pengalaman panjang dalam desain arsitektur dan pengetahuan dalam karya-karya modern
diharapkan dapat membawa kembali semangat bangunan tradisional dari bale banjar
Gerenceng seperti yang kita dapat amati hari ini.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 14
3.1.1 Proses Perancangan dan Pengerjaan
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 15
Gambar 7, 3.1.1 Gambar kajian letak Gambar 8, 3.1.1 Gambar visualisasi 3D
dan tata nilai Sumber : http://www.gerenceng.blogspot.com/
Sumber :
http://www.gerenceng.blogspot.com/
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 16
Gambar 9, 3.1.1 Gambar kerja 3D Bale Banjar Gerenceng
Sumber : http://www.gerenceng.blogspot.com/
Pada bagian ruang utama bale banjar menghadap ke dalam, dibuat level
menyerupai panggung yang berfungsi sebagai wadah aktifitas banjar, baik kesenian
maupun kegiatan banjar lainnya. Dengan melalui tangga dari bagian belakang banjar
maka kita akan sampai di lantai dua tempat menyimpan dan berlatih gamelan
sekaligus pada bagian luarnya kita dapat berjalan mengitari sekeliling atap bagian
utama.
Finishing dari tiap bagian dengan pemilihan materi yang beragam dikerjakan
begitu rapi dan modern; mampu
memberikan penawaran ruang dan
estetika bagi kepentingan saat ini dan
masa depan. Integrasi antara fungsi
tradisional bale banjar dan penataannya
yang bernuansa modern, membuat bale
banjar Gerenceng secara kesatuan
menjadi matching dengan ruang
Gambar 10, 3.1.1 Finishing Bale Banjar
Sumber : sekitarnya yang urban.
http://www.gerenceng.blogspot.com/
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 17
3.2.2 Posisi dan Fungsi
Gambar 11, 3.1.1 Tampilan Bale banjar Gerenceng dari Jalan Sutomo
Sumber : http://www.gerenceng.blogspot.com/
Jika dilihat dari Jalan Sutomo, maka bale banjar ini akan memberi impresi
yang bukan hanya menarik perhatian kita, tetapi secara kuat memberikan gambaran
dan kesan keindahan yang tercipta dari hasil pencapaian esetetik perancangnya.
Sedari awal, memang bangunan bale banjar Gerenceng ini diposisikan untuk menjadi
sebuah landmark di area memasuki kota Denpasar ini.
Banjar Gerenceng yang baru ini banyak memberikan nilai-nilai baru bagi
aktifitas banjar, seperti disampaikan oleh prajuru Banjar Gerenceng. Mereka bersama
mengakui bahwa selain memberikan kebanggaan bagi Gerenceng, bale banjar yang
baru ini memperkuat tali persaudaraan diantara warga masyarakat. Masyarakat
berharap fungsi banjar akan semakin mengakomodasi setiap kegiatan warga.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 18
BAB IV
ANALISIS
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 19
1. Kenyamanan thermal
Kenyamanan Thermal akan dapat dicapai dengan adanya iklim mikro
yang terbentuk atas perancangan sebuah bangunan yang memenuhi standar
dari segi kelembaban, suhu, dll. Pada bangunan ini kenyamanan thermal dapat
dicapai dengan adanya penggunaan atap yang berbentuk limasan dengan
tumpangan atap yang memiliki celah untuk udara panas keluar melalui atap
bangunan. Selain itu suhu dalam bangunan juga terbilang cukup nyaman
dengan membiarkan adanya sirkulasi udara bergerak bebas dengan tidak
adanya dinding penutup pada beberapa sisi bangunan.
Namun dengan tidak menggunakan dinding pada beberapa sisi
bangunan terutama pada sisi barat bangunan menjadi salah satu kelemahan
pada bangunan ini. Hal ini akan menyebabkan radiasi panas matahari akan
dengan mudah masuk kedalam bangunan karena memang bangunan ini
menggunakan arah barat sebagai arah orientasi bangunannya.
2. Aliran sirkulasi udara melalui bangunan
Seperti pada pembahasan sebelumnya yang mengatakan bahwa
bangunan ini didesain tanpa memnggunakan dinding penutup pada beberapa
sisi nya. Dengan demikian aliran udara yang melalui bangunan ini akan sangat
leluasa untuk bergerak dan melalui bangunan ini. Ditambah dengan
penggunaan pola masa jamak yang memberikan jarak antara setiap bangunan
akan memberikan keleluasaan udara untuk bergerak baik didalam maupun
diluar bangunan.
3. Radiasi panas
Dengan desain yang tidak menggunakan dinding pada beberapa sisi
bangunan memamng memiliki kelemahan pada sisi perlindungan civitas
terhadap radiasi panas matahari tanpa adanya pembatas dinding. Hal ini
semakin diperparah dengan bangunan ini yang menghadap kearah barat dan
overstek atap yang dapat dikatakan kurang memadai untuk menahan sinar
matahari langsung untuk masuk kedalam bangunan secara langsung. Dengan
demikian, radiasi matahari kedalam bangunan akan sangat mudah untuk
masuk dan mengganggu kenyamanan dari civitas didalam bangunan terutama
pada sore hari.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 20
Bali yang dimana
bangunan tersebut
terpisah satu sama lain
berdasarkan fungsinya
masing-masing dan
memiliki jarak-jarak
tertentu pada setiap
antara bangunan. Namun
Gambar 15, 4.1.2 Contoh susunan pola masa
jamak jika dilihat berdasarkan
Sumber : www.wacananusantara.org
yang sesuai dengan dasar teori yang diuraikan pada bab sebelumnya yaitu tentang
pola perencanaan, hemat energi dan bahan baku, Bangunan ini terbilang cukup
memenuhi prinsip tersebut.
Dalam hal pola perencanaan eko arsitektur bangunan ini memang cukup
memiliki nilai dengan adanya penggunaan prinsip arsitektur tropis yang digunakan
pada perencanaan bangunan ini, dengan demikian keberadaan bangunan yang ada di
daerah tropis akan dapat didukung dengan adanya desain berbasis arsitektur tropis
tersebut. Namun kesalahan rancangan ini terlihat pada pemilihan keputusan desain
dengan tidak menggunakan dinding pada bagian sisi barat bangunan yang menjadi
arah orientasi bangunan terhadap jalan. Hal ini sangat merugikan mengingat radiasi
panas matahari yang seharusnya dapat dihentikan dengan adanya pembatas ruang
seperti dinding tidak dapat terlihat pada bangunan ini.
Dari sisi lain prinsip ekologi arsitektur yaitu hemat energy dan bahan baku,
bangunan ini memiliki nilai yang cukup baik. Hal ini terlihat dengan bukaan
bangunan yang membuat adanya biasan sinar yang masuk kedalam bangunan secara
alami dan udara yang bersirkulasi dengan bebas didalam bangunan. Hal ini akan
berdampak besar pada penghematan energy karena tidak diperlukannya penggunaan
lampu pada aktivitas disiang hari dan tidak perlunya menggunakan alat elektronik
untuk penghawaan dan pengkondisian udara pada bangunan ini.\
Untuk bahan baku banguna terbilang cukup baik dalam hal penghematan.
Dengan menggunakan bata merah sebagai bahan utama bangunan yang terbilang
cukup familiar dengan bangunan di Kota Denpasar, batu bata merah menjadi bahan
yang mudah ditemukan dan memiliki nilai tradisi dan budaya khususnya di Kota
Denpasar. Selain itu penggunaan material alang-alang sebagai penutup atap jineng
dan genteng sebagai penutup atap bangunan utama memberikan kemudahan dalam
pencarian dan persiapan bahan baku ketika perancangan. Namun adanya penggunaan
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 21
ornament dan dekorasi yang cukup banyak guna memberikan estetika dan nilai tradisi
dan budaya pada bangunan ini memberikan nilai kurang pada penghematan bahan
baku dari bangunan ini.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 22
dengan alam. Selain itu keterbukaan bangunan ini terhadap lingkungan dan masih
adanya pengaplikasian nilai budaya dalam bangunan ini d membuat bangunan ini
memiliki niali social budaya yang sangat tinggi.
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 23
sebagai inti dari struktur bangunan. Ini membuat
tampilan bangunan menjadi kaku dengan
penggunaan balok-balok beton disetiap sudut
bangunan. Penggunaan beton tentunya kurang
mengindahkan kondisi alam pada daerah tropis
yang dikenal dengan banyaknya sumber daya alam
yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan
seperti kayu dan bambu.
Dengan penggunaan material beton sebagai
material utama, bangunan ini tidak sesuai dengan
Gambar 18, 4.2.1 Penggunaan
salah satu syarat bangunan ekologis yaitu syarat beton pada bangunan
Sumber :
ekonomis. Penggunaan material dari alam http://www.gerenceng.blogspot
.com/
tentunya salah satu cara untuk mencapai srayat ekonomis tersebut. Ini tentunya karena
ketersediaan bahan material dari alam yang melimpah dan layak digunakan.
Namun disamping penggunaan beton yang tidak mengindahkan kondisi alam, terdapat
pengunaan batu bata merah
sebagi bahan finishing estetika
dari bangunan ini. Penggunaan
batu bata merah pada tampilan
bangunan ini mencerminkan
kepedulain perancang terhadap
tradisi dari lingkungan sekitar.
Batu bata merah yang identik
Gambar 19, 4.2.1 Penggunaan material
batu bata merah dengan bangunan Arsitektur Bali
Sumber :
membuat bangunan ini memiliki budaya
dan tradisi didalam tampilannya. Dengan demikian kontribusi bangunan terhadap
kelestarian budaya dan tradisi disekitar memiliki nilai lebih.
BAB V
PENUTUP
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 24
3.1 Kesimpulan
Sebuah karya arsitektur tidak haya dinilai berdasarkan seberapa baik atau menarik
estetika yang ditampilkan oleh bangunan tersebut. Selain dapat memenuhi fungsi dan efektif
dalam penggunaannya, hubungan yang sinergi antara bangunan dengan alam juga menjadi
nilai yang penting dalam sebuah perancangan bangunan. Hal ini akan muncul dengan adanya
penggunaan konsep ekologi dalam perancangan sebuah bangunan. Konsep ini akan membuat
bangunan dengan alam dapat berjalan tanpa saling mengganggu dan saling menguntungkan.
Banjar Gerenceng ini memiliki nilai yang cukup baik dalam hal pengaplikasian
Arsitektur Tripis pada bangunan. Dengan menggunakan atap limasan, dinding terbuka,
mengutamakan sirkulasi udara, menggunakan bahan material yang umum dan alami,
bangunan ini menjadi bangunan yang sangat mendukung iklim yang ada dimana bangunan ini
berdiri. Penghematan energy juga didapatkan dengan adanya sirkulasi udara yang baik dan
adanya pencahayaan alami yang masuk kedalam bangunan.
Penggunaan desain bangunan tanpa dinding penutup pada beberapa sisi bangunan
khususnya pada arah barat yang menjadi orientasi bangunan terhadap jalan menjadikan
bangunan ini sedikit buruk dalam hal penanggulangan radiasi panas sinar matahari langsung
di siang hingga sore hari. Hal ini diperparah dengan minimnya penggunaan pohon sebagai
penghalang radiasi matahari. Namun dibalik kelemahan tersebut, dengan tidak menggunakan
dinding pada bagian sisi barat bangunan yang menjadi orientasi tersebut membuat bangunan
ini terkesan familiar dengan warga dan orang-orang yang melewatinya. Hal ini lah yang
membuat bangunan ini memiliki nilai social yang tinggi dengan membuat Banjar sebagai
balai pertemuan dengan sangat familiar dan terkesan mengundang warga untuk datang.
3.2 Saran
Seorang Arsitek harus belajar mencoba bersinergi dengan alam guna menciptakan
hubungan yang harmonis antara karyanya dengan alam itu sendiri. Dengan menahan egoisme
dari Arsitek tersebut yang hanya mementingkan tampilan bangunan sebagai yang utama dapat
menjadi salah satu jembatan menuju kepeduliuan terhadap lingkungan dan alam sekitar.
Dengan memperhatikan faktor alam dan lingkungan dengan tetap mengaplikasikan estetika
yang baik pada bangunan tentunya akan memperlengkap nilai yang akan dihasilkan oleh
bangunan tersebut.
Dalam rancangan Banjar Gerenceng ini sebaiknya lebih ditekankan pada efektivitas
bangunan terhadap aktivitas dan civitas pengguna bangunan dengan memberikan desain yang
fungsional pada bangunan. Dengan lebih memperhatikan kepentingan estetika bangunan,
Penghematan bahan baku yang dapat menghemat biaya pembangunan tidak akan dapat
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 25
dicapai. Selain itu kurangnya minimnya penggunaan pohon sebagai penghalang sinar
matahari langsung membuat orientasi bangunan yang menghadap kearah barat dan tidak
adanya dinding sebagai partisi menjadi masalah pada bangunan yang mengakibatkan dengan
bebasnya radiasi matahari langsung masuk kedalam bangunan dan mengurangi rasa nyaman
civitas yang beraktivitas didalam bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 26
Ekologi Arsitektur | Desain dengan alam dan tampilan alam dalam desain 27