Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu adapun tema dari makalah kami ini adalah model dari endapan batubara.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan
dan Estimasi Cadangan pada jurusan Teknik Pertambangan STTNAS Yogyakarta.
Dan tugas makalah ini merupakan tugas kelompok.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari maklah ini, baik
secara materi maupun penyajian oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Batasan Penulisan...........................................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan.............................................................................................3
1.5 Metode Penulisan............................................................................................3
1.6 Manfaat penulisan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

2.1 Proses Pembentukan Batu Bara......................................................................4


2.1.1 Materi pembentukan batubara.................................................................5
2.1.2 Tempat Terbentuknya Batubara...............................................................6
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara......................................9
2.2.1 Lingkungan Pengendapan........................................................................9
2.3 Klasifikasi Batubara......................................................................................10
2.4 Model-model endapan batubara....................................................................12
2.4.1 Model atau Pola Stratigrafi (Stratigraphic Pattern)...............................12
2.4.2 Lapisan atau Seam Batubara yang Tebal...............................................13
2.4.3 Lapisan atau Seam Batubara yang Tipis................................................13
2.4.4 Lapisan atau Seam Batubara dengan Sisipan Sedimen Lain.................13
2.4.5 Batubara yang Berlapis-Lapis atau Terkadang dengan Batugamping...14
2.4.6 Bentuk Burried Hill...............................................................................14
2.4.7 Bentuk Lapisan (Seam) Bercabang.......................................................15
2.4.8 Bentuk Clay Vein (Urat Lempung)........................................................15

3
2.4.9 Bentuk Fault (Patah)..............................................................................16
2.4.10 Bentuk Fold (Melipat)..........................................................................17
2.4.11 Bentuk Horse Back (Punggung Kuda)..................................................17
2.4.12 Bentuk Pinch..........................................................................................18
BAB III PENUTUP.....................................................................................................19

3.1 Kesimpulan...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model tektonik Indonesia bagian barat........................................................8

Gambar 2. Peringkat batubara.....................................................................................12

Gambar 3. Endapan batubara bentuk Burried Hill.....................................................15

Gambar 4. Endapan batubara bentuk Clay Vein.........................................................16

Gambar 5. Endapan batubara bentuk Fault (Patah)....................................................16

Gambar 6. Endapan batubara bentuk Fault (Patah)....................................................17

Gambar 7. Endapan batubara bentuk horse back........................................................17

Gambar 8. Endapan Batubara Bentuk Pinch...............................................................18

5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Bumi yang kita tinggali, sebenarnya merupakan sebuah benda cair (liquid)
panas yang diselimuti oleh suatu lapisan padat yang lebih dingin, yang dikenal
sebagai kerak atau lempeng bumi. Suatu massa cair yang panas akan selalu
bergejolak, ditambah lagi dengan adanya rotasi bumi menghasilkan energi yang luar
biasa, hingga dirasakan pengaruhnya sampai ke kerak bumi bagian atas. Hal ini
ditandai dengan munculnya pergerakan, pergeseran, tumbukan dan pemekaran kerak
(lempeng) bumi.

Di Indonesia dan wilayah sekitarnya, tedapat beberapa lokasi tumbukan


lempeng itu, baik yang terbentuk di sebelah barat dan selatan Indonesia, maupun
yang terjadi di Indonesia bagian timur Salah satu dari tumbukan lempeng yang
terkenal adalah tumbukan antara lempeng benua Asia dari utara dan lempeng
samudera Hindia yang bergerak dari selatan mendesak ke utara.
Akibat tumbukan itu menghasilkan suatu morfologi yang khas, yaitu palung
(jurang laut yang sempit dan dalam), punggungan mélange akibat sesar naik,
cekungan-cekungan, dan jajaran gunung-gunung api atau jalur batuan beku. Dari
model morfologi yang terbentuk akibat tumbukan ini, yang terpenting dan terkait erat
dengan pembentukan batubara adalah munculnya cekungan-cekungan. Cekungan-
cekungan ini dikelompokkan menjadi cekungan busur muka, cekungan antar
pegunungan dan cekungan busur belakang.

Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi


lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-
pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut
dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi
Batubara adalah batuan sedimen yang dapa

1
t terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan.

Proses pembentukan batubara sendiri melibatkan dua hal yang penting yaitu,
pertama lingkungan atau kondisi yang bagaimana batubara itu dapat terbentuk
(lingkungan pengendapan/pembentukan batubara) dan kedua ; tahapan dan proses apa
saja yang berlangsung serta yang menyertainya selama pembentukan batubara, dari
mulai tanaman hingga menjadi batubara.

Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya
gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’
Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda
menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimana tahapan dan Proses Terjadinya Batubara Bagaimana


3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pembentukan batubara?
4. Apa saja klasifikasi batubara?
5. Bagaimana model-model endapan batubara?

2
1.3 Batasan Penulisan

Sesuia dengan rumusan malah diatas, maka batasan penulisan yang di


lampirkan yaitu :
1. Tahapan dan proses terjadinya endapan batubara;
2. Faktor yang mempengaruhi endapan batubara;
3. Klasifikasi batubara;

4. Serta, model-model endapan batubara.


1.4 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:

1. Tahapan dan proses terjadinya batubara;

2. Faktor yang mempengaruhi endapan batubara;


3. Klasifikasi batubara;

4. model-model endapan batubara.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan Internet (membuka


situs tentang endapan batubara)

1.6 Manfaat penulisan

Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu:


1. Untuk memberikan informasi tentang endapan batubara
2. Memudahkan para pembaca untuk mengetahui tentang tahapan hingga
model-model endapan batubara.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembentukan Batu Bara


Untuk mengetahui bagaimana batubara itu terbentuk, ada dua hal
penting yang harus diketahui, yaitu pertama; lingkungan atau kondisi yang
bagaimana batubara itu dapat terbentuk (lingkungan
pengendapan/pembentukan batubara) dan kedua ; tahapan dan proses apa saja
yang berlangsung serta yang menyertainya selama pembentukan batubara,
dari mulai tanaman hingga menjadi batubara..
Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah kompleks dan
membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk
dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta
tahun dan mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh
fisika, kimia, maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam
kategori bahan bakar fosil, proses pembnetukan batubara yaitu :

a. Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan


(decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam
suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan
seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
b. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan
terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya
terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
c. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan
mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya
air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02),
karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).
d. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya
tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan
patahan. Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya
intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi

4
high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat
e. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa
pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada
menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang
dieksploitasi pada saat ini.

2.1.1 Materi pembentukan batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis


tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai
berikut:

a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.


Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

2.1.2 Tempat Terbentuknya Batubara

Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori:

5
1. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses
transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification. Jenis batubara yang terbentukdengan cara ini mempunyai
penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya
relative kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di
lapangan batubara Muara Enim (Sumatera Selatan).
2. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan
berkebang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media
air dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat,
kualitas kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang
terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke
tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia
didapatkan di lapangan batubara delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.

2.1.3 Tumbukan Lempeng dan Kaitannya dengan Pembentukan Batubara

Bumi yang kita tinggali, sebenarnya merupakan sebuah benda cair (liquid)
panas yang diselimuti oleh suatu lapisan padat yang lebih dingin, yang dikenal
sebagai kerak atau lempeng bumi. Suatu massa cair yang panas akan selalu

6
bergejolak, ditambah lagi dengan adanya rotasi bumi menghasilkan energi yang luar
biasa, hingga dirasakan pengaruhnya sampai ke kerak bumi bagian atas. Hal ini
ditandai dengan munculnya pergerakan, pergeseran, tumbukan dan pemekaran kerak
(lempeng) bumi

Di Indonesia dan wilayah sekitarnya, tedapat beberapa lokasi tumbukan


lempeng itu, baik yang terbentuk di sebelah barat dan selatan Indonesia, maupun
yang terjadi di Indonesia bagian timur. Salah satu dari tumbukan lempeng yang
terkenal adalah tumbukan antara lempeng benua Asia dari utara dan lempeng
samudera Hindia yang bergerak dari selatan mendesak ke utara.

Akibat tumbukan itu menghasilkan suatu morfologi yang khas, yaitu palung
(jurang laut yang sempit dan dalam), punggungan mélange akibat sesar naik,
cekungan-cekungan, dan jajaran gunung-gunung api atau jalur batuan beku. Dari
model morfologi yang terbentuk akibat tumbukan ini, yang terpenting dan terkait erat
dengan pembentukan batubara adalah munculnya cekungan-cekungan. Cekungan-
cekungan ini dikelompokkan menjadi cekungan busur muka, cekungan antar
pegunungan dan cekungan busur belakang.

Cekungan antar pegunungan jarang terjadi, kecuali bila ada sesar mendatar
yang sangat besar, seperti yang membelah pulau Sumatera hingga bagian barat
Myanmar, menghasilkan cekungan antar pegunungan. Batubara di Ombilin adalah
contoh endapan batubara yang terbentuk di cekungan antar pegunungan. Sebagai
contoh, adalah penampang yang memotong Sumatera bagian tengah pada arah barat
daya – timur laut.

Di Jawa, endapan batubara terbatas pada daerah tepian cekungan busur muka.
Karena tidak dijumpai sesar mendatar yang cukup besar di Jawa, maka cekungan
antar gunung yang mengandung batubara tidak berkembang. Sampai saat ini, belum
ada penemuan batubara yang berarti di daerah cekungan bususr belakang di Jawa.

7
Cekungan busur belakang membentang mulai pesisir timur Sumatera dan
utara Jawa hingga Kalimantan. Gambut dan batubara dengan deposit yang besar
banyak ditemukan di cekungan ini. Batubara di Bukit Asam terjadi di cekungan busur
belakang, demikian pula gambut dan batubara di seluruh Kalimantan terbentuk di
cekunagan busur belakang

Gambar 1. Model tektonik Indonesia bagian barat

Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu


lapisan batubara dari :

8
 Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
 Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan,
atau patahan.
 Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan
batubara yang dihasilkan.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara

Faktor-faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap


bentuk maupun kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh
dalam pembentukan batubara adalah :
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun
yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona
fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat
sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
2. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang
terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
3. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk
material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka
proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan
batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
4. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu
lapisan batubara dari :
a. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
b. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil,
lipatan, atau patahan.
c. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari
lapisan batubara yang dihasilkan.

9
2.2.1 Lingkungan Pengendapan
Pembentukan batubara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi lingkungan dan
geologi disekitarnya. Distribusi lateral, ketebalan, komposisi dan kualitas batubara
banyak dipengaruhi oleh lingkungan pengendapanya.

1. Telmatis/Terestrial
Lingkungan yang berada pada daerah pasang surut ini menghasilkan gambut
yang tidak terganggu dan tumbuh insitu (forest peat, reed peat dan high moor
moss peat)
2. Limnik
Lingkungan ini terendapkan di bawah air rawa danau. Batubara yang
terendapkan pada lingkungan telmatis dan limnis sulit dibedakan karena pada
forest Swamp biasanya ada bagian yang berada di bawah air (feed Swamp)
3. Marine
Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini mempunyai ciri khas kaya
abu, S dan N yang mengandung fosil laut. Untuk daerah tropis biasanya
terbentuk dari mangrove (bakau) dan kaya S

4. Ca-rich
Lingkungan ini menghasilkan batubara yang kaya akan Ca dan mempunyai
ciri yang sama pada endapan payau. Batubara Ca-rich selalu terjadi pada
lingkungan bawah air dengan kondisi oksigen terbatas. Lingkungan
pengendapan ini juga banyak mengandung fosil. Batubara Ca-rich banyak
mengasilkan bitumen.

2.3 Klasifikasi Batubara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,


panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas :
1. . Antrasit: peringkat teratas batubara, biasanya dipakai untuk bahan
pemanas ruangan di rumah dan perkantoran. Batubara antrasit berbentuk
padat (dense), batu-keras dengan warna jet-black berkilauan (luster)
metalik dengan struktur kristal dan konkoidal pecah. mengandung antara

10
86% - 98% karbon dari beratnya, 9,3% abu, dan 3,6% bahan volatile.
Antarasit terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame)
dengan sedikit sekali asap. Antrasit terbentuk pada akhir Karbon oleh
pergerakan bumi yang menyebabkan pemanasan dan tekanan tinggi yang
merubah material berkarbon seperti yang terdapat saat ini.
2. Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Dan batubara ini masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. batubara ketel uap atau batubara termal atau yang disebut steam
coal, banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik,
pembakaran umum seperti pada industri bata atau genteng, dan
industri semen
b. batubara metalurgi (metallurgical coal atau coking coal) digunakan
untuk keperluan industri besi dan baja serta industri kimia.
3. Sub-Bituminous: karakteristiknya berada di antara batubara lignite dan
bituminous, terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU. Sub-
bituminous coal mengandung sedikit carbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien
4. Lignite, disebut juga batubara muda. Merupakan tingkat terendah dari
batubara, berupa batubara yang sangat lunak dan mengandung air 70%
dari beratnya. Batubara ini berwarna hitam, sangat rapuh dan seringkali
menunjukkan struktur serat kayu. Nilai kalor rendah karena kandungan air
yang sangat banyak (30-75 %), kandungan karbon sangat sedikit (60-
68&), kandungan abu dan sulfur yang banyak (52.5-62.5). Batubara jenis
ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU).Lignite dijumpai pada kondisi yang masih muda,
berkisar Cretaceous sampai Tersier.
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

11
Gambar 2. Peringkat batubara

2.4 Model-model endapan batubara

Endapan batubara sering dijumpai berlapis-lapis atau berselang-seling dengan


batuan sedimen lain (clay stone, sand stone, limestone, dll.). Terkadang lapisan
batubara ini (biasa disebut seam) sangat tebal, tipis-tipis, bercabang dan terkadang
dijumpai pula sisipan-sisipan (lenses) batu lempung atau batu pasir .
Pada dasarnya model atau pola (pattern) endapan dan perlapisan pada
batubara dapat digolongkan menjadi dua model, yaitu yang terjadi karena
stratigrafinya (stratigraphic pattern) dan karena pengaruh struktur geologi (structural
pattern).

2.4.1 Model atau Pola Stratigrafi (Stratigraphic Pattern)

Endapan batubara model ini terjadi bilamana tidak ada pengaruh struktur
geologi (patahan, lipatan, dll.) yang berarti, tetapi oleh proses sedimentasi normal
atau adanya erosi dan ketidakselarasan (unconformity). Model-model lapisannya
berupa lapisan yang normal mendatar atau sedikit miring (tebal atau tipis, atau
berselangseling) dan terkadang dijumpai sisipan-sisipan lempung atau batupasir.

2.4.2 Lapisan atau Seam Batubara yang Tebal

12
Lapisan (seam) batubara yang tebal diperkirakan terjadi karena pada saat
pembentukan lapisan gambut, dasar rawa mengalami penurunan yang signifikan dan
terus-menerus. Apabila kecepatan penurunan dasar rawa tempat pembentukan lapisan
gambut tersebut sebanding (seimbang) dengan kecepatan pembentukan materi asal
batubara (gel atau gambut), maka gambut yang terbentuk akan tebal, hingga
memungkinkan terbentuk seam batubara yang tebal.. Keseimbangan ini dikenal
sebagai keseimbangan biotektonik.

2.4.3 Lapisan atau Seam Batubara yang Tipis

Lapisan (seam) batubara yang tipis diperkirakan terjadi karena beberapa hal,
diantaranya adalah ketersediaan bahan-bahan pembentuk gambut (tetumbuhan)
kurang mencukupi. Kemungkinan lain adalah karena pada saat pembentukan lapisan
gambut, rawa terus mengalami pendangkalan karena tidak adanya penurunan dasar
rawa, hingga akhirnya ekosistem rawa berubah menjadi ekosistem darat.
Perubahan ekosistem dan iklim yang ekstrim (perubahan iklim basah ke iklim
kering) diperkirakan juga menjadi penyebab terputusnya proses pembentukan dan
sedimentasi gambut, hingga menghasilkan lapisan gambut dan batubara yang tipis.

2.4.4 Lapisan atau Seam Batubara dengan Sisipan Sedimen Lain.

Model lapisan batubara jenis ini diperkirakan terjadi erosi oleh sungai yang
memotong lapisan-lapisan gambut pada saat pembentukannya. Perpindahan letak
sungai, seperti yang sering dijumpai pada proses meander, pada daerah rawa tempat
pembentukan gambut tersebut diperkirakan menjadi penyebab utama munculnya
sisipan-sisipan lempung atau pasir pada suatu seam batubara.
Pembentukan lapisan gambut pada suatu rawa gambut (moor), dapat tererosi
dan terpotong oleh aliran sungai, sehingga akan diendapkan sedimen asing di tempat
tersebut. Apabila kemudian sungai ini mati/atau berpindah (sering dijumpai pada
peristiwa meander sungai), sedimen yang terdapat di bekas sungai itu akan dapat

13
tertutup lagi oleh sedimentasi gambut. Hasil akhir dari proses ini menghasilkan
bentuk-bentuk perlapisan (seam) batubara yang disisipi oleh sedimen lempung atau
pasir.
2.4.5 Batubara yang Berlapis-Lapis atau Terkadang dengan
Batugamping

Batubara yang berlapis-lapis, diperkirakan terjadi karena terputusnya proses


penggambutan akibat beberapa hal, seperti penurunan dasar rawa yang terlalu cepat,
sehingga dapat mengubah ekosistem rawa secara ekstrim.

Penurunan dasar rawa yang lebih cepat dari wilayah sekitarnya,


mengakibatkan daerah tersebut lebih rendah, sehingga air dan sedimen-sedimen asing
cenderung masuk ke daerah ini, membawa lempung dan pasir. Masuknya aliran air
dan sedimen asing akan mempengaruhi ekosistem dan biokimia rawa, menyebabkan
mikroorganisme pembentuk humin (gel dan gambut) mati.

Penurunan dasar rawa dekat pantai yang terlalu cepat dapat menyebabkan air
laut masuk ke rawa (transgression), menyebabkan ekosistem rawa berubah menjadi
ekosistem laut. Perubahan ekosistem ini dapat menghasilkan terbentuknya lapisan-
lapisan batu gamping diantara lapisan-lapisan batubara. Apabila ekosistem ini
berubah kembali ke ekosistem rawa karena terjadinya kemunduran laut (regression),
proses penggambutan dapat terjadi lagi, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan
lapisan batubara lagi, berselang-seling dengan lapisan batugamping dan sedimen lain.
2.4.6 Bentuk Burried Hill

Bentuk ini terjadi apabila ditempat dimana proses penggambutan terjadi,


terdapat suatu kulminasi (puncak/punggungan di dasar rawa), sehingga lapisan
batubara yang terbentuk seperti terpotong oleh semacam “intrusi”

Model atau pola ini terjadi akibat struktur geologi yang berkembang selama proses
penggambutan maupun pembatubaraan. Struktur geologi yang mempengaruhi antara
lain adanya perlipatan (fold), patahan/pensesaran (fault), subsidence, dll.

14
Gambar 3. Endapan batubara bentuk Burried Hill

2.4.7 Bentuk Lapisan (Seam) Bercabang

Percabangan pada batubara dapat terjadi manakala pada saat proses


penggambutan (dimana pada tahap ini lapisan yang terbentuk masih dianggap
plastis), terjadi penurunan dasar rawa setempat-setempat (tidak merata secara luas).
Akibatnya ada sebagian lapisan gambut yang tertarik melengkung ke bawah
Perbedaan penurunan dasar rawa (lebih cepat daripada di tempat lain) ini
mengakibatkan daerah yang lebih rendah akan terisi oleh aliran air baru yang
membawa sedimen asing (pasir atau lempung), sehingga proses penggambutan di
cekungan ini terhenti. Apabila kedudukan dasar rawa yang terisi sedimen asing ini
sudah seimbang dengan dasar rawa di sekitarnya, ekosistem rawa dapat terbentuk
lagi, sehingga memungkinkan proses-proses penggambutan dapat terjadi lagi.

2.4.8 Bentuk Clay Vein (Urat Lempung)

Bentuk ini terjadi apabila diantara dua bagian deposit batubara terdapat urat
lempung. Bentuk ini terjadi apabila dalam proses penggambutan atau pembatubaraan
mengalami patahan (jenis patahan geser/mendatar, atau patahan normal), kemudian

15
pada bidang patahan yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung
atau pasir.

Gambar 4. Endapan batubara bentuk Clay Vein

2.4.9 Bentuk Fault (Patah)

Bentuk ini terjadi dari lapisan batubara yang mengalami beberapa tahap
patahan. Patahan umumnya terjadi setelah lapisan batubara terbentuk, dengan bidang
patahan relatif tidak terbuka, sehingga tidak memunculkan urat lempung.

Gambar 5. Endapan batubara bentuk Fault (Patah)

2.4.10 Bentuk Fold (Melipat)

16
Bentuk melipat terjadi bilamana lapisan batuan mengalami perlipatan akibat
gaya-gaya yang bekerja.

Gambar 6. Endapan batubara bentuk Fault (Patah)

2.4.11 Bentuk Horse Back (Punggung Kuda)

Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupinya
melengkung ke arah akibat gaya kompresi. Ketebalan kea rah lateral lapisan batubara
kemungkinana sama atau lebih kecil atau menipis.

Gambar 7. Endapan batubara bentuk horse back

2.4.12 Bentuk Pinch

17
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada
umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis, misal batu
lempung, sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh batu pasir
yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.

Gambar 8. Endapan Batubara Bentuk Pinch

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

18
1. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap
selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan
(coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi, oleh karena
itu batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil,prores pembentukan
batubara yaitu: pembusukan, pengendapan, dekomposisi, geoteknik, dan erosi.
2. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batubara adalah materi dasar yakni
flora yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu kemudian terakumulasli pada
suatu lingkungan dan zona fiografi dengan iklim clan topografi tertentu,
proses dekomposisi yakni proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara, umur geologi yakni skala waktu
(dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material dasar yang
diendapkan mengalami transformasi, dan posisi geotektonik
3. Klasifikasi batubara antara lain: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignite,
dan gambut.
4. Bentuk endapan batubara antara lain : Model atau Pola Stratigrafi
(Stratigraphic Pattern), Lapisan atau Seam Batubara yang Tebal, Lapisan
atau Seam Batubara yang Tipis, Lapisan atau Seam Batubara dengan Sisipan
Sedimen Lain, Batubara yang Berlapis-Lapis atau Terkadang dengan
Batugamping, Bentuk Burried Hill, Bentuk Lapisan (Seam) Bercabang,
Bentuk Fault (Patah), Bentuk Fold (Melipat), Bentuk Horse Back (Punggung
Kuda), Bentuk Pinch.

DAFTAR PUSTAKA
http://downklik.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo_14.html (akses
tanggal 19 september 2017 pukul 20:22 WIB)
https://www.google.com/search?q=gambar+Tahapan+pembentukan+batubara (akses
tanggal 19 september 2017 pukul 20:22 WIB)

19
https://www.slideshare.net/vestersaragih/tugas-batubara-ii-lingkungan-dan-bentuk-
endapan-batubara-kalsifikasi-dan-jenis-batubara-dan-cekungan-dan-formasi-
batubara(akses tanggal 20 september 2017 pukul 17:00 WIB)
http://www.geologinesia.com/2016/01/macam-macam-lingkungan-
pengendapan.html(akses tanggal 21 september 2017 pukul 22:10 WIB)
http://usaha321.net/proses-tektonik-dan-pembentukan-gunung-api.html(akses tanggal
27 september 2017 pukul 15:30 WIB)
http://www.academia.edu/9888591/GENESA_BATUBARA (akses tanggal 28
september 2017 pukul 16:10 WIB)
https://www.scribd.com/document/216788954/Coal-II-Genesa-Batubara(akses
tanggal 28 september 2017 pukul 21:14 WIB)

20

Anda mungkin juga menyukai