Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu adapun tema dari makalah kami ini adalah model dari endapan batubara.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan
dan Estimasi Cadangan pada jurusan Teknik Pertambangan STTNAS Yogyakarta.
Dan tugas makalah ini merupakan tugas kelompok.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari maklah ini, baik
secara materi maupun penyajian oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
3
2.4.9 Bentuk Fault (Patah)..............................................................................16
2.4.10 Bentuk Fold (Melipat)..........................................................................17
2.4.11 Bentuk Horse Back (Punggung Kuda)..................................................17
2.4.12 Bentuk Pinch..........................................................................................18
BAB III PENUTUP.....................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model tektonik Indonesia bagian barat........................................................8
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bumi yang kita tinggali, sebenarnya merupakan sebuah benda cair (liquid)
panas yang diselimuti oleh suatu lapisan padat yang lebih dingin, yang dikenal
sebagai kerak atau lempeng bumi. Suatu massa cair yang panas akan selalu
bergejolak, ditambah lagi dengan adanya rotasi bumi menghasilkan energi yang luar
biasa, hingga dirasakan pengaruhnya sampai ke kerak bumi bagian atas. Hal ini
ditandai dengan munculnya pergerakan, pergeseran, tumbukan dan pemekaran kerak
(lempeng) bumi.
1
t terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Proses pembentukan batubara sendiri melibatkan dua hal yang penting yaitu,
pertama lingkungan atau kondisi yang bagaimana batubara itu dapat terbentuk
(lingkungan pengendapan/pembentukan batubara) dan kedua ; tahapan dan proses apa
saja yang berlangsung serta yang menyertainya selama pembentukan batubara, dari
mulai tanaman hingga menjadi batubara.
Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya
gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’
Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda
menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
2
1.3 Batasan Penulisan
BAB II
3
PEMBAHASAN
4
high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat
e. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa
pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada
menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang
dieksploitasi pada saat ini.
5
1. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses
transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification. Jenis batubara yang terbentukdengan cara ini mempunyai
penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya
relative kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di
lapangan batubara Muara Enim (Sumatera Selatan).
2. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan
berkebang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media
air dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat,
kualitas kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang
terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke
tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia
didapatkan di lapangan batubara delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.
Bumi yang kita tinggali, sebenarnya merupakan sebuah benda cair (liquid)
panas yang diselimuti oleh suatu lapisan padat yang lebih dingin, yang dikenal
sebagai kerak atau lempeng bumi. Suatu massa cair yang panas akan selalu
6
bergejolak, ditambah lagi dengan adanya rotasi bumi menghasilkan energi yang luar
biasa, hingga dirasakan pengaruhnya sampai ke kerak bumi bagian atas. Hal ini
ditandai dengan munculnya pergerakan, pergeseran, tumbukan dan pemekaran kerak
(lempeng) bumi
Akibat tumbukan itu menghasilkan suatu morfologi yang khas, yaitu palung
(jurang laut yang sempit dan dalam), punggungan mélange akibat sesar naik,
cekungan-cekungan, dan jajaran gunung-gunung api atau jalur batuan beku. Dari
model morfologi yang terbentuk akibat tumbukan ini, yang terpenting dan terkait erat
dengan pembentukan batubara adalah munculnya cekungan-cekungan. Cekungan-
cekungan ini dikelompokkan menjadi cekungan busur muka, cekungan antar
pegunungan dan cekungan busur belakang.
Cekungan antar pegunungan jarang terjadi, kecuali bila ada sesar mendatar
yang sangat besar, seperti yang membelah pulau Sumatera hingga bagian barat
Myanmar, menghasilkan cekungan antar pegunungan. Batubara di Ombilin adalah
contoh endapan batubara yang terbentuk di cekungan antar pegunungan. Sebagai
contoh, adalah penampang yang memotong Sumatera bagian tengah pada arah barat
daya – timur laut.
Di Jawa, endapan batubara terbatas pada daerah tepian cekungan busur muka.
Karena tidak dijumpai sesar mendatar yang cukup besar di Jawa, maka cekungan
antar gunung yang mengandung batubara tidak berkembang. Sampai saat ini, belum
ada penemuan batubara yang berarti di daerah cekungan bususr belakang di Jawa.
7
Cekungan busur belakang membentang mulai pesisir timur Sumatera dan
utara Jawa hingga Kalimantan. Gambut dan batubara dengan deposit yang besar
banyak ditemukan di cekungan ini. Batubara di Bukit Asam terjadi di cekungan busur
belakang, demikian pula gambut dan batubara di seluruh Kalimantan terbentuk di
cekunagan busur belakang
8
Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan,
atau patahan.
Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan
batubara yang dihasilkan.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara
9
2.2.1 Lingkungan Pengendapan
Pembentukan batubara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi lingkungan dan
geologi disekitarnya. Distribusi lateral, ketebalan, komposisi dan kualitas batubara
banyak dipengaruhi oleh lingkungan pengendapanya.
1. Telmatis/Terestrial
Lingkungan yang berada pada daerah pasang surut ini menghasilkan gambut
yang tidak terganggu dan tumbuh insitu (forest peat, reed peat dan high moor
moss peat)
2. Limnik
Lingkungan ini terendapkan di bawah air rawa danau. Batubara yang
terendapkan pada lingkungan telmatis dan limnis sulit dibedakan karena pada
forest Swamp biasanya ada bagian yang berada di bawah air (feed Swamp)
3. Marine
Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini mempunyai ciri khas kaya
abu, S dan N yang mengandung fosil laut. Untuk daerah tropis biasanya
terbentuk dari mangrove (bakau) dan kaya S
4. Ca-rich
Lingkungan ini menghasilkan batubara yang kaya akan Ca dan mempunyai
ciri yang sama pada endapan payau. Batubara Ca-rich selalu terjadi pada
lingkungan bawah air dengan kondisi oksigen terbatas. Lingkungan
pengendapan ini juga banyak mengandung fosil. Batubara Ca-rich banyak
mengasilkan bitumen.
10
86% - 98% karbon dari beratnya, 9,3% abu, dan 3,6% bahan volatile.
Antarasit terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame)
dengan sedikit sekali asap. Antrasit terbentuk pada akhir Karbon oleh
pergerakan bumi yang menyebabkan pemanasan dan tekanan tinggi yang
merubah material berkarbon seperti yang terdapat saat ini.
2. Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Dan batubara ini masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. batubara ketel uap atau batubara termal atau yang disebut steam
coal, banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik,
pembakaran umum seperti pada industri bata atau genteng, dan
industri semen
b. batubara metalurgi (metallurgical coal atau coking coal) digunakan
untuk keperluan industri besi dan baja serta industri kimia.
3. Sub-Bituminous: karakteristiknya berada di antara batubara lignite dan
bituminous, terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU. Sub-
bituminous coal mengandung sedikit carbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien
4. Lignite, disebut juga batubara muda. Merupakan tingkat terendah dari
batubara, berupa batubara yang sangat lunak dan mengandung air 70%
dari beratnya. Batubara ini berwarna hitam, sangat rapuh dan seringkali
menunjukkan struktur serat kayu. Nilai kalor rendah karena kandungan air
yang sangat banyak (30-75 %), kandungan karbon sangat sedikit (60-
68&), kandungan abu dan sulfur yang banyak (52.5-62.5). Batubara jenis
ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU).Lignite dijumpai pada kondisi yang masih muda,
berkisar Cretaceous sampai Tersier.
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
11
Gambar 2. Peringkat batubara
Endapan batubara model ini terjadi bilamana tidak ada pengaruh struktur
geologi (patahan, lipatan, dll.) yang berarti, tetapi oleh proses sedimentasi normal
atau adanya erosi dan ketidakselarasan (unconformity). Model-model lapisannya
berupa lapisan yang normal mendatar atau sedikit miring (tebal atau tipis, atau
berselangseling) dan terkadang dijumpai sisipan-sisipan lempung atau batupasir.
12
Lapisan (seam) batubara yang tebal diperkirakan terjadi karena pada saat
pembentukan lapisan gambut, dasar rawa mengalami penurunan yang signifikan dan
terus-menerus. Apabila kecepatan penurunan dasar rawa tempat pembentukan lapisan
gambut tersebut sebanding (seimbang) dengan kecepatan pembentukan materi asal
batubara (gel atau gambut), maka gambut yang terbentuk akan tebal, hingga
memungkinkan terbentuk seam batubara yang tebal.. Keseimbangan ini dikenal
sebagai keseimbangan biotektonik.
Lapisan (seam) batubara yang tipis diperkirakan terjadi karena beberapa hal,
diantaranya adalah ketersediaan bahan-bahan pembentuk gambut (tetumbuhan)
kurang mencukupi. Kemungkinan lain adalah karena pada saat pembentukan lapisan
gambut, rawa terus mengalami pendangkalan karena tidak adanya penurunan dasar
rawa, hingga akhirnya ekosistem rawa berubah menjadi ekosistem darat.
Perubahan ekosistem dan iklim yang ekstrim (perubahan iklim basah ke iklim
kering) diperkirakan juga menjadi penyebab terputusnya proses pembentukan dan
sedimentasi gambut, hingga menghasilkan lapisan gambut dan batubara yang tipis.
Model lapisan batubara jenis ini diperkirakan terjadi erosi oleh sungai yang
memotong lapisan-lapisan gambut pada saat pembentukannya. Perpindahan letak
sungai, seperti yang sering dijumpai pada proses meander, pada daerah rawa tempat
pembentukan gambut tersebut diperkirakan menjadi penyebab utama munculnya
sisipan-sisipan lempung atau pasir pada suatu seam batubara.
Pembentukan lapisan gambut pada suatu rawa gambut (moor), dapat tererosi
dan terpotong oleh aliran sungai, sehingga akan diendapkan sedimen asing di tempat
tersebut. Apabila kemudian sungai ini mati/atau berpindah (sering dijumpai pada
peristiwa meander sungai), sedimen yang terdapat di bekas sungai itu akan dapat
13
tertutup lagi oleh sedimentasi gambut. Hasil akhir dari proses ini menghasilkan
bentuk-bentuk perlapisan (seam) batubara yang disisipi oleh sedimen lempung atau
pasir.
2.4.5 Batubara yang Berlapis-Lapis atau Terkadang dengan
Batugamping
Penurunan dasar rawa dekat pantai yang terlalu cepat dapat menyebabkan air
laut masuk ke rawa (transgression), menyebabkan ekosistem rawa berubah menjadi
ekosistem laut. Perubahan ekosistem ini dapat menghasilkan terbentuknya lapisan-
lapisan batu gamping diantara lapisan-lapisan batubara. Apabila ekosistem ini
berubah kembali ke ekosistem rawa karena terjadinya kemunduran laut (regression),
proses penggambutan dapat terjadi lagi, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan
lapisan batubara lagi, berselang-seling dengan lapisan batugamping dan sedimen lain.
2.4.6 Bentuk Burried Hill
Model atau pola ini terjadi akibat struktur geologi yang berkembang selama proses
penggambutan maupun pembatubaraan. Struktur geologi yang mempengaruhi antara
lain adanya perlipatan (fold), patahan/pensesaran (fault), subsidence, dll.
14
Gambar 3. Endapan batubara bentuk Burried Hill
Bentuk ini terjadi apabila diantara dua bagian deposit batubara terdapat urat
lempung. Bentuk ini terjadi apabila dalam proses penggambutan atau pembatubaraan
mengalami patahan (jenis patahan geser/mendatar, atau patahan normal), kemudian
15
pada bidang patahan yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung
atau pasir.
Bentuk ini terjadi dari lapisan batubara yang mengalami beberapa tahap
patahan. Patahan umumnya terjadi setelah lapisan batubara terbentuk, dengan bidang
patahan relatif tidak terbuka, sehingga tidak memunculkan urat lempung.
16
Bentuk melipat terjadi bilamana lapisan batuan mengalami perlipatan akibat
gaya-gaya yang bekerja.
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupinya
melengkung ke arah akibat gaya kompresi. Ketebalan kea rah lateral lapisan batubara
kemungkinana sama atau lebih kecil atau menipis.
17
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada
umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis, misal batu
lempung, sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh batu pasir
yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
1. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap
selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan
(coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi, oleh karena
itu batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil,prores pembentukan
batubara yaitu: pembusukan, pengendapan, dekomposisi, geoteknik, dan erosi.
2. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batubara adalah materi dasar yakni
flora yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu kemudian terakumulasli pada
suatu lingkungan dan zona fiografi dengan iklim clan topografi tertentu,
proses dekomposisi yakni proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara, umur geologi yakni skala waktu
(dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material dasar yang
diendapkan mengalami transformasi, dan posisi geotektonik
3. Klasifikasi batubara antara lain: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignite,
dan gambut.
4. Bentuk endapan batubara antara lain : Model atau Pola Stratigrafi
(Stratigraphic Pattern), Lapisan atau Seam Batubara yang Tebal, Lapisan
atau Seam Batubara yang Tipis, Lapisan atau Seam Batubara dengan Sisipan
Sedimen Lain, Batubara yang Berlapis-Lapis atau Terkadang dengan
Batugamping, Bentuk Burried Hill, Bentuk Lapisan (Seam) Bercabang,
Bentuk Fault (Patah), Bentuk Fold (Melipat), Bentuk Horse Back (Punggung
Kuda), Bentuk Pinch.
DAFTAR PUSTAKA
http://downklik.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo_14.html (akses
tanggal 19 september 2017 pukul 20:22 WIB)
https://www.google.com/search?q=gambar+Tahapan+pembentukan+batubara (akses
tanggal 19 september 2017 pukul 20:22 WIB)
19
https://www.slideshare.net/vestersaragih/tugas-batubara-ii-lingkungan-dan-bentuk-
endapan-batubara-kalsifikasi-dan-jenis-batubara-dan-cekungan-dan-formasi-
batubara(akses tanggal 20 september 2017 pukul 17:00 WIB)
http://www.geologinesia.com/2016/01/macam-macam-lingkungan-
pengendapan.html(akses tanggal 21 september 2017 pukul 22:10 WIB)
http://usaha321.net/proses-tektonik-dan-pembentukan-gunung-api.html(akses tanggal
27 september 2017 pukul 15:30 WIB)
http://www.academia.edu/9888591/GENESA_BATUBARA (akses tanggal 28
september 2017 pukul 16:10 WIB)
https://www.scribd.com/document/216788954/Coal-II-Genesa-Batubara(akses
tanggal 28 september 2017 pukul 21:14 WIB)
20