Anda di halaman 1dari 59

TAHAP PENAMBANGAN DAN DAMPAK LINGKUNGAN

TAMBANG EMAS TRADISIONAL

SEMINAR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan tingkat sarjana Strata-1 pada


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Oleh:
Ade Setiawan Saputra LK. Adan
091.10.1040

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2013

i
HALAMAN PENGESAHAN

TAHAP PENAMBANGAN DAN DAMPAK LINGKUNGAN


TAMBANG EMAS TRADISIONAL

SEMINAR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan tingkat sarjana Strata-1 pada


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Dosen Pembimbing Penyusun

Ir.Dwi Indah Purnamawati, M.Si. Ade Setiawan Saputra LK. Adan


NIK. 91.0659.413 E NIM. 09.110.1040

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Geologi

Dr. Sri Mulyaningsih, ST., M.T.


NIK. 96.0672.516E

ii
PRAKATA

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-NYA, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah seminar ini denga baik dan lancar.
Makalah seminar ini berjudul “Tahap Penambangan dan Dampak
Lingkungan Tambang Emas Tradisional”. Diajukan untuk memenuhi
prasyaratan kurikulum tingkat sarjana Strata-1 pada Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Dekan Fakultas Teknologi Mineral Ir. Dwi Indah Purnamawati, M.Si,
sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya dalam
menyusun seminar ini.
2. Dosen Wali, Ir. H. Siwi Sanjoto, M.T, selaku Dosen Pembahas yang telah
memberi masukan dalam seminar saya.
3. Kedua orang tua saya dan kedua adik saya yang selalu mendoakan,
memberikan semangat dan segala bentuk dukungan untuk menyusun
makalah seminar ini.
4. Rekan-rekan seperjuangan Teknik Geologi angkatan 2009, dan seluruh
anggota HMTG “GAIA” Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah seminar ini masih
jauh dari sempurna, maka dengan segala kekurangan yang ada, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif, dan dapat digunakan sebagai
pengalaman berharga pada masa yang akan datang.

Yogyakarta, Februari 2013

Penulis

iii
INTISARI

Tujuan dari penulisan seminar ini adalah untuk mengetahui tahap


penambangan dan dampak lingkungan yang terjadi yang juga sering dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai mata pencaharian utama mereka dan mengenal alat dan
bahan yang mereka gunakan.
Metode penulisan yang dipakai adalah menggunakan studi pustaka dari
beberapa literatur, website, yang membahas tentang tahap penambangan dan
dampak lingkungan tambang emas tradisional, yang kemudian digabungkan untuk
mendapatkan suatu resume atau kesimpulan.
Penambangan emas tradisional dilakukan dengan 2 metode yaitu
penambangan emas cara tradisional dan penambangan emas semi mekanis, dan
dampak lingkungan yang terjadi akibat tambang seperti itu yaitu: berubahnya
morfologi areal tambang berubah, kebisingan, sedimentasi, kualitas air dan
kesehatan.

Kata kunci:emas, penambangan, dampak lingkungan.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
PRAKATA .......................................................................................................... iii
INTISARI ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
I.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2
I.3. Metode Penulisan............................................................................................ 2
I.4. Batasan Masalah ............................................................................................. 3
BAB II. DASAR TEORI ..................................................................................... 4
II.1. Emas .............................................................................................................. 5
II.2. Endapan Placer ............................................................................................. 6
II.3. Air Raksa (Merkuri) ...................................................................................... 9
II.3.1. Dampak air raksa (merkuri) terhadap lingkungan.............. 13
II.3.2. Dampak air raksa (merkuri) terhadap kesehatan................ 14
II.4. Eksploitasi Tambang ..................................................................................... 18
II.5. Tambang Tradisional ..................................................................................... 21
BAB III. PEMBAHASAN .................................................................................. 22
III.1. Alat dan Bahan Penambangan ..................................................................... 22
III.2. Proses Ekstraksi Emas Metode Amalgamasi ............................................... 27
III.3. Dampak Lingkungan Akibat Tambang Emas Tradisional ........................... 31
III.3.1. Dampak fisik dan kimia..................................................... 32
III.3.2. Keselamatan kerja ............................................................. 40
III.3.3. Kesehatan masyarakat ....................................................... 41
III.3.4. Alih fungsi lahan ............................................................... 41

v
III.4. Dampak Positif (+) Kegiatan Tambang Emas Tradisional .......................... 41
III.4.1. Dampak ekonomi Masyarakat ........................................... 42
III.5. Contoh Dampak Lingkungan Akibat Tambang Emas Tradisional .............. 43
BAB V. KESIMPULAN ..................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Emas (Sumber:http://lpsipa.files.wordpress.com/2010/11/) ............... 6

Gambar 2. Air raksa (Merkuri) (Sumber:http://imageshack.us/photo/my-


images/835/airraksa.jpg/sr=1) ............................................................ 9

Gambar 3. Tambang terbuka (open pit) (Sumber:http://v-


images2.antarafoto. com/gec/1309488901/tambang-newmont-
01.jpg) ................................................................................................ 19

Gambar 4. Tambang dalam


(Undergound mining) (Sumber:http://1.bp.blogspot. com/-
sFiUdFjRFsE/TeSfJ9UPpBI/L8wbjWGu-hI/s1600/) ........................ 20

Gambar 5. Pendulangan emas (Sumber:http://p.twimg.com/:large) ..................... 24

Gambar 6. Penambangan semi mekanis di sungai (Sumber:http://kalteng/.jpg) .. 26


Gambar 7. Alat retort emas (Sumber:http://projects.csg.uwaterloo.ca/issue-
2-october-2006-indonesian.html) ....................................................... 28

Gambar 8. Amalgam emas (Sumber:http://nevada-outback-


gems.com/Reference_pages/amalgam.jpg) ........................................ 30
Gambar 9. Perubahan morfologi (Sumber:http://3.bp.blogspot.com/.JPG) .......... 32

Gambar 10. Sedimentasi sungai (Sumber:http://ut.ac.id/sedimentasi.JPG).......... 34

Gambar 11. Pencemaran sungai (Sumber:http://.solopos/pencemaran1.jpg) ....... 35

Gambar 12. Aktivitas penambangan emas (Sumber:http://.bp.com/emas.jpg) ..... 40

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Baku mutu kebisingan


(Sumber:http://bushido02.wordpress.com/2011/03/01/baku-mutu-
kebisingan/) ............................................................................................. 33

Tabel 2. Daftar persyaratan kualitas air minum menurut pemenkes No.416


Tahun 1990 (Sumber:Purnamawanti, 2012) ........................................... 36

Tabel 3. Daftar persyaratan kualitas air bersih menurut permenkes No 416


Tahun 1990 (Sumber: Purnamawati, 2012) ............................................ 38

viii
BAB I
PENDAHULUAN

Permintaan terhadap emas di masyarakat sangatlah tinggi dan dari

berbagai pihak, karena emas dapat dimanfaatkan sebagai perhiasan seperti kalung,

liontin, cincin, anting, yang dapat memperindah bagi yang menggunakannya.

Emas juga digunakan untuk industri elektronik serta keperluan medis yaitu

kedokteran gigi dan lainnya. Emas sangat penting dalam perekonomian, dan

merupakan salah satu bahan galian ataupun hasil tambang yang harganya mahal.

I.1. Latar Belakang Masalah

Emas merupakan mineral logam yang mempunyai rumus kimia dengan

unsur tunggal Au. Emas mempunyai warna kuning keemasan sampai kuning

terang dengan kilap metalik sampai buram. Kekerasan dari emas adalah 2,5-3

skala Mosh dan cerat berwarna kuning keemasan serta tidak memiliki belahan dan

pecahannya menyebar.

Di Indonesia sendiri banyak ahli geologi yang percaya bahwa bumi

Indonesia mengandung emas yang cukup kaya. Jadi wajar apabila masyarakat

Indonesia berlomba-lomba untuk mencari emas sebanyak-banyaknya dan

menambang lahan yang dianggap mengandung emas yang banyak dengan

menggunakan alat yang modern dan tradisional. Banyaknya lahan yang digunakan

sebagai pencarian emas membuat banyak lahan yang rusak baik itu secara fisik.

Hal ini menjadikan perihatin kita selama ini, karena tidak adanya tanggung jawab

1
2

dari pemerintah setempat dan kesadaran dari masyarakat sekitar tambang

tersebut. Lokasi pada daerah tambang yang sudah tercemar sangatlah berbahaya

bagi orang yang berada di sekitarnya, karena dapat menggangu kesehatan baik itu

dalam jangka waktu yang lama atau singkat.

Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai dampak lingkungan yang

terjadi pada penambangan yang berlebihan, sangatlah merugikan bagi mereka

sendiri dan orang banyak, sehingga memberikan informasi yang cukup sangatlah

penting saat ini semua itu dilakukan agar masyarakat mendapat pengetahuan

tentang dampak lingkungan yang terjadi akibat penambangan yang berlebihan

dengan menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan

lingkungan sekitar.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan makalah seminar ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat kurikulum dari Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi

Mineral di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Tujuan dari penulisan makalah seminar ini adalah untuk mengetahui tahap

penambangan dan dampak lingkungan tambang emas tradisional.

I.3. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipakai adalah menggunakan studi pustaka dari

beberapa literatur, website yang membahas tentang tahap penambangan dan

dampak lingkungan tambang emas tradisional, yang kemudian digabungkan


3

untuk mendapatkan suatu resume atau kesimpulan mengenai tahap penambangan

dan dampak lingkungan tambang emas tradisional.

I.4. Batasan Masalah

Dalam pembatasan masalah, penulis membatasi masalah mengenai tahap

penambangan dan dampak lingkungan tambang emas tradisional.


BAB II
DASAR TEORI

Endapan mineral logam atau yang sering disebut bijih adalah mineral

ataupun batuan yang dapat ditambang untuk diekstrak atau disadap logam yang

kandungannya dengan memberikan keuntungan. Dalam artian sempit, yang

digolongkan dalam bijih adalah logam-logam murni dan mineral yang

mengandung logam saja. Dengan demikian, suatu logam dapat digolongkan

sebagai bijih (ore) apabila mengandung logam yang dapat diusahakan dan

menguntungkan.

Tidak semua mineral yang mengandung logam dapat digolongkan sebagai

bijih, sebab bukan hanya keberadaan atau kandungan logam saja yang

menentukan, tetapi nilai ekonomi logam yang terkandung serta syarat dapat

memberikan keuntungan apabila diusahakan atau ditambang.

Perkembangan teknologi saat ini demikian pesat. Logam yang saat ini

belum dapat dipisahkan dengan mineral, apabila ternyata logam tersebut sangat

penting, orang mencari cara bagaimana memisahkannya. Kreasi dan inovasi

manusia tidak terbatas. Oleh karena itu suatu logam yang saat ini belum dapat

dikatakan sebagai bijih, pada suatu saat kata bijih melekat pada logam tertentu.

Di dalam mineral-mineral bijih, berasosiasi mineral non logam yang tidak

mempunyai nilai. Mineral yang tidak mempunyai nilai tersebut disebut sebagai

gangue.

Bateman ((1960) dalam Sukandarrumidi, 2007) menggolongkan mineral

logam menjadi empat yaitu:

4
5

1. Logam mulia

2. Logam bukan besi

3. Logam besi dan campurannya

4. Logam-logam lainnya

Yang termasuk logam mulia adalah emas, perak dan platina. Pada awalnya

ketiga janis logam tersebut hanya dipergunakan untuk perhiasan saja.

Perkembangan teknologi dan peningkatan nilai ekonomi pemakaian logam mulia

tersebut saat ini menjadi sangat bervariasi. Berkaitan dengan hal tersebut di atas,

tidak mengherankan apabila saat ini banyak orang memburu logam mulia tersebut

demi kepuasan pribadi (Sukandarrumidi, 2007).

II.1. Emas

Mineral bijih emas yang penting adalah emas murni, telluride emas,

elektron dan amalgam. Termasuk senyawa telluride adalah cavalerit (AuTe2),

sylvanit (AuAg)Te2, krennerit (AuAg)Te2, dan petzit (AuAg)2Te. Hampir semua

bijih emas mengandung perak, makin banyak kandungan peraknya kilap semakin

putih. Bijih emas terdapat dalam cebakan-cebakan dengan bermacam-macam tipe

di dalam batuan beku, juga didapatkan pada batuan sedimen dan batuan metamorf

pada seluruh formasi geologi, berikut bentuk emas dapat dilihat pada Gambar 1.
6

Gambar 1.Emas (Sumber:http://lpsipa.files.wordpress.com/2010/11/)

Mineral-mineral gangue yang umum didapatkan bersama dengan bijih

emas adalah mineral kuarsa, tetapi mineral-mineral karbonat-karbonat, turmalin

dan flourit sering pula berasosiasi denga emas. Emas umumnya terikat dalam

sulfida-sulfida logam dan hasil pelapukannya. Sulfida-sulfida yang dimaksud

adalah pirit, kalkopirit, galenit, stibnit, tetrahedrit, sfalerit, arsenopirit dan

molybdenit.

II.2. Endapan Placer

Yang dimaksud placer adalah endapat bahan galian atau batuan yang telah

mengalami proses pelapukan dan transportasi kemudian terendapkan di tempat

yang lebih rendah.

Endapan placer sendiri memiliki 4 media pengangkut yaitu:

1. Air sungai (continental detrital).

2. Air laut (marine)

3. Angin (eolian)

4. Es (glacial)
7

Jenis-jenis endapan placer

a. Placer eluvial

Endapan eluvial terbentuk jika terdapat kemiringan permukaan di sekitar

batuan sumber (source rock). Mineral-mineral ringan yang tidak resisten akan

larut dan terbawa oleh media transport ke daerah lain.

b. Placer sungai atau aluvial

Endapan aluvial merupakan salah satu tipe endapan placer terpenting yang

menghasilkan mineral atau bijih dan tambang-tambang konvensional banyak

memanfaatkan endapan jenis ini. Endapan ini terbentuk setelah bahan

rombakan mengalami transportasi dari bahan batuan sumber oleh air sungai

dan kandungan mineral-mineral yang terbawa mengalami pemilahan (sorting)

berdasarkan berat jenis oleh gaya gravitasi. Pemilahan ini memungkinkan

endapan ini mudah diekstraksi dengan metode-metode yang konvensional.

Namun demikian, pemilahan karena gaya berat juga menyebabkan fraksi

butiran mineral-mineral berat yang didapatkan dalam suatu endapan placer

aluvial memiliki ukuran butir lebih kecil dari pada mineral-mineral ringan

seperti kuarsa dan feldspar. Hal ini disebabkan oleh daya angkut dan daya

endap media transport terhadap mineral ringan yang mempunyai ukuran butir

lebih besar sama dengan daya angkut dan daya endap mineral berat dalam

ukuran yang lebih kecil. Dengan demikian untuk mendapatkan mineral berat

dengan ukuran butir relatif lebih besar, haruslah dicari pada endapan placer

dengan ukuran butir mineral-mineral ringan yang lebih besar.


8

c. Placer pantai

Batuan sumber endapan placer pantai berasal dari batuan atau urat-urat

yang tersingkap di tepi pantai, sungai, atau endapan placer tua yang

mengalami perombakan dan diendapkan di pantai dengan bantuan gelombang

laut dan arus bawah laut. Mineral-mineral yang terpenting dari endapan placer

pantai adalah kasiterit, intan, emas, ikmenit, magnetit, monazit, rutil, xenotim,

zirkon. Contoh endapan ini adalah endapan placer pantai di Nome (Alaska)

intan di Namibia, pasir ilmeni-monzit-rutil di Tranvencore dan Quilon India

dan pasir magnetit di Nort Island Selandia Baru. Endapan placer pantai

terbesar terdapat di pantai timur Australia dengan dimensi panjang 900 km

dan tebal 30-40 m. Endapan tersebut merupakan produksi rutil dan zirgon

yang terpenting di dunia.

d. Placer laut lepas

Endapan placer laut lepas terbentuk di daerah continental shelf yang

berjarak beberapa kilometer dari garis pantai. Tipe placer laut lepas yang

cukup penting terdapat di Selat Karimata (sekitar Pulai Bangka dan Pulau

Belitung, Indonesia) yang berasal dari placer sungai dan placer pantai yang

terbenam oleh permukaan air laut.

e. Placer eolian

Pembentukan endapan placer eolian yang terpenting adalah melalui

perombakan placer pantai oleh angin, seperti endapan pasir besi

titanomagnetit di North Island Selandia Baru (Sudarmono,2007).


9

II.3. Air Raksa (Merkuri)

Air raksa atau hidrargirum (Hg) merupakan satu-satunya logam yang

bersifat cair pada suhu biasa. Sifat air raksa yang perlu kita ketahui adalah warna

putih perak, mudah dioksidasi, tahan terhadap udara, uapnya sangat beracun,

dapat melarutkan semua logam kecuali platina, nikel dan besi, mempunayi berat

jenis 13,6, titik beku -39oC dan titik didih 357oC, tahanan jenis 0,95 ohm mm2/m,

koefisien suhu tahanan 0,00027. Berikut bentuk air raksa dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Air raksa (Merkuri) (Sumber:http://imageshack.us/photo/my-


images/835/airraksa.jpg/sr=1)

Terdapat 7 jenis mineral yang mengadung Hg, tetapi sebagai bahan galian

yang diusahakan hanya satu yaitu cinnabar (HgS) dengan kadar Hg 82,6%.

Asosisasi mineralnya adalah pirit, merkasit, stibnite, realgar, emas, kalsit,

kuarsa, opal, barit dan flourit. Cinnabar juga dijumpai di urat-urat dalam batuan

sedimen antara lain pada serpih, batupasir dan batugamping kadang-kadang

didapatkan pada batusabak. Cinnabar merupakan batuan primer dan sebagai


10

endapan larutan hidrothermal atau juga larutan yang bersifat alkalis. Kadang-

kadang dijumpai pula pada solfatara. Sering pula didapatkan sebagai endapan

pengganti (replacerment). Jenis bahan galian yang terdapat di Indonesia antara

lain:

a. Sumatra Barat

1. Dekat Sibalabu, ditemukan dalam aluvial searah dengan pegunungan

Kapur.

2. Dekat Sungai Tapir dan Gede Talang, ditemukan dalam endapan

aluvial.

3. Dekat Batu Anjang, ditemukan dalam lapisan batupasir.

b. Jambi

1. Sungai Gelugur, ditemukan sebagai matrik dalam konglomerat.

2. Gunung Parang dan sepanjang Sungai dari Gunung Lembu, didapatkan

pada endapan aluvial

3. Caseudi, didapatkan sebagai endapan primer.

c. Jawa Tengah

1. Cilacap (Sungai Donan), ditemukan merupakan butir-butiran cinnabar

dalam pasir pantai.

2. Sungai Tantang Demak, ditemukan dalam endapan sedimen.

d. Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Sorogedug, ditemukan sebagai butir-butir cinnabar dalam pasir.

e. Kalimantan Barat

1. Sungai Sikereh, ditemukan di endapan aluvial dan eluvial.


11

2. Anak Sungau Hansan (75KM dari Limar) ditemukan di endapan

aluvial.

3. Ayer Lumar, terdapat sebagai butir-butir dalam pasir.

4. Di salah satu tambang emas di Lumar, ditemukan sebagai butir-butir

cinnabar sebesar kacang buncis.

5. Sungai Siam, didapatkan pada endapan aluvium dalam bentuk butir

seberat 10,5 gram.

6. Sakul sebelah barat Perigil, ditemukan pada endapan aluvial.

7. Daerah Silius, hulu Sungai Sambas, ditemukan pada endapan aluvial,

butir-butir sebesar kepala peniti.

8. Tambang Ban Pin San, Kampong Meranti, ditemukan dalam tanah

yang lapuk.

9. Gunung Taman, ditemukan dalam batuan hitam.

10. Bukit-bukit Jaboi, ditemukan sejumlah kecil cinnabar bercampur

dengan tanah liat keabuan dengan pirit.

11. Sujuwet (Sungai Unse), ditemukan dalam bentuk butir-butir kecil

cinnabar.

12. Tambang emas Panci (Sungai Kahayan), ditemukan dalam bentuk

butir kecil cinnabar.

13. Tambang emas Kaya (Nanga Darit), ditemukan dalam bentuk butir-

butir kecil cinnabar.

14. Anak Sungai Sikayan (Menga Merau), ditemukan sejumlah cinnabar

seberat 25,5 gram


12

15. Sungai Betung cabang Sungai Boyan, Kapuas Atas, ditemukan dalam

endapan aluvial sebesar kacang tanah seberat 980 gram.

16. Gunung Undan, ditemukan air raksa antimonit.

17. Dekat parit Nyalang di Distrik Sintang, ditemukan butir-butir cinnabar.

f. Kalimantan Selatan

1. Tanah Laut, ditemukan cinnabar dan amalgam di daerah yang

mengandung emas.

2. Martapura, ditemukan platina yang mengandung sedikit amalgam.

Dari uraian di atas terlihat bahwa endapan mineral yang mengandung air

raksa, ditemukan sangat sedikit sehingga tidak ekonomis.

Penghasil utama bijih merkuri adalah daerah Almaden Spanyol dan Idria

Italia. Kedua tempat ini menghasilkan kurang lebih 70% kebutuhan Hg dunia.

Penghasil lainnya adalah New Almaden California Amerika, Hunan dan

Kweichow China, Hulu Sungai Tempati Paramatibo, Ekaterinoslov Rusia,

Gunung Alvala Jogyoslavia.

Air raksa dipergunakan pada alat-alat kontrol dan industri (thermometer,

barometer), obat-obatan fulminat, vermillion, cat industri lakan, photografi,

pengolahan emas dan perak (amalgamasi) katalisator, insecticida, flungicide,

dalam bidang elektronik, merkuri dipergunakan untuk perata arus busur, untuk

lampu uap, untuk penghubung atau sakelar, untuk mengukur sifat-sifat

dielektrikum padat, dan untuk thermometer (Sukandarrumidi, 2007).


13

II.3.1. Dampak air raksa (merkuri) terhadap lingkungan

Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk

menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Endapan Hg

ini disaring menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang

tersaring kemudian diremas-remas dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan

yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke sungai dan dijadikan irigasi untuk

lahan pertanian. Selain itu, komponen merkuri juga banyak tersebar di karang,

tanah, udara, air, dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi

yang kompleks.

Merkuri dapat terakumulasi dilingkungan dan dapat meracuni hewan,

tumbuhan, dan mikroorganisme. Acidic permukaan air dapat mengandung

signifikan jumlah raksa. Bila nilai pH adalah antara lima dan tujuh, maka

konsentrasi raksa di dalam air akan meningkat karena mobilisasi raksa dari dalam

tanah. Setelah raksa telah mencapai permukaan air atau tanah dan bersenyawa

dengan karbon membentuk senyawa Hg organik oleh mikroorganisme (bakteri) di

air dan tanah. Senyawa Hg organik yang paling umum adalah methil merkuri,

suatu zat yang dapat diserap oleh sebagian besar organisme dengan cepat dan

diketahui berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf pusat.

Bila mikroorganisme (bakteri) itu kemudian termakan oleh ikan, ikan

tersebut cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi. Ikan adalah

organisme yang menyerap jumlah besar methil merkuri dari permukaan air setiap

hari. Akibatnya, methil merkuri dapat ikan dan menumpuk di dalam rantai

makanan yang merupakan bagian dari mereka. Efek yang ditimbulkan pada
14

manusia adalah kerusakan ginjal, gangguan perut, intestines kerusakan, kegagalan

reproduksi DNA dan perubahan.

II.3.2. Dampak air raksa (merkuri) terhadap kesehatan

Sulit untuk menduga seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh adanya

logam berat dalam tubuh. Namun, sebagian besar toksisitas yang disebabkan oleh

beberapa jenis logam berat seperti Pb, Cd, dan Hg adalah karena kemampuannya

untuk menutup sisi aktif dari enzim dalam sel. Hg mempunyai bentuk kimiawi

yang berbeda-beda dalam menimbulkan keracunan pada mahluk hidup, sehingga

menimbulkan gejala yang berbeda pula. Toksisitas Hg dalam hal ini dibedakan

menjadi dua bagian, yaitu toksisitas organik dan anorganik.

Pada bentuk anorganik, Hg berikatan dengan satu atom karbon atau lebih,

sedangkan dalam bentuk organik, dengan rantai alkil yang pendek. Senyawa

tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi

jaringan yang sukar ditembus, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut

mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible, baik pada orang dewasa

maupun anak. Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita biasanya

mengalami tremor. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan pengurangan

pendengaran, penglihatan, atau daya ingat. Senyawa merkuri organik yang paling

populer adalah methil merkuri yang berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap

sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil merkuri paling besar pada makhluk

hidup timbul di tahun 1950-an di Teluk Minamata, Jepang yang terkenal dengan

nama Minamata Disease


15

Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui

dengan jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.

2. Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik

dalam daya racun, distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu

retensinya di dalam tubuh.

3. Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam

tubuh, saat komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

4. Pengaruh buruk merkuri di dalam tubuh adalah melalui penghambatan

kerja enzim dan kemampuannya untuk berikatan dengan grup yang

mengandung sulfur di dalam molekul enzim dan dinding sel.

5. Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen,

dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.

Penting untuk diketahui, air raksa sangat beracun bagi manusia. Hanya

sekitar 0,01 mg dalam tubuh manusia dapat menyebabkan kematian.

Kontaminasi dapat melalui inhalasi, proses menelan atau penyerapan

melalui kulit. Dari tiga proses tersebut, inhalasi dari raksa uap adalah yang paling

berbahaya. Jangka pendek terpapar raksa uap dapat menghasilkan lemah, panas

dingin, mual, muntah, diare, dan gejala lain dalam waktu beberapa jam. Jangka

panjang terkena uap raksa menghasilkan getaran, lekas marah, insomnia,


16

kebingungan, keluar air liur berlebihan, ritasi paru-paru, iritasi mata, reaksi

alergi, dari kulit rashes, nyeri dan sakit kepala dan lainnya.

Merkuri memiliki sejumlah efek yang sangat merugikan pada manusia, di

antaranya sebagai berikut :

1. Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan

terganggunya fungsi ginjal dan hati.

2. Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan

dengan kelompok sulfur di dalam protein dan enzim.

3. Merkuri (Hg) organik dari jenis methil merkuri dapat memasuki placenta

dan merusak janin pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat

bawaan, kerusakan DNA dan Chromosom, mengganggu saluran darah ke

otak serta menyebabkan kerusakan otak.

Karena bahaya proses raksa bagi kesehatan dan lingkungan yang serius,

larangan penggunaannya semakin ketat. Pada tahun 1980-an, dengan

meningkatnya pemahaman dan kesadaran akan dampak penggunaan air raksa

yang lebih banyak membahayakan kesehatan dan lingkungan dari pada manfaat,

membuat penggunaannya mulai turun tajam. Pada tahun 1992, yang digunakan

dalam baterai telah menurun menjadi kurang dari 5% dari tingkat pada tahun

1988, dan secara keseluruhan digunakan dalam perangkat listrik dan cahaya bulbs

telah turun 50% pada periode yang sama. Penggunaan raksa produksi cat,

fungisida, dan pestisida telah dilarang di Amerika Serikat, dan penggunaannya

dalam pengerjaan dan proses produksi kaca secara sukarela telah dihentikan.
17

Di seluruh dunia, produksi raksa hanya dibatasi untuk beberapa negara-

negara dengan undang-undang lingkungan hidup yang santai. Di Spanyol, semua

pertambangan merkuri telah dihentikan, dimana Spanyol pernah menjadi

produsen merkuri terbesar di dunia sampai 1989. Di Amerika Serikat, raksa

pertambangan juga telah dihentikan, meskipun dalam jumlah kecil adalah raksa

kembali sebagai bagian dari proses pengilangan emas untuk menghindari

pencemaran lingkungan. Cina, Rusia (dulu dikenal dengan USSR), Meksiko, dan

Indonesia merupakan produsen terbesar raksa pada tahun 1992.

Di Amerika Serikat, Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) telah

melarang penggunaan raksa untuk banyak aplikasi. EPA yang telah menetapkan

tujuan mengurangi tingkat raksa ditemukan di kota menolak IB dari 1,4 juta/thn

(0,64 juta kg/thn) pada tahun 1989 menjadi 0,35 juta lb/yr (0,16 juta kg/thn) pada

tahun 2000. Hal ini akan dicapai oleh penurunan penggunaan raksa dalam

meningkatkan produk dan pengalihan dari raksa dari kota menolak melalui daur

ulang. Mercury masih sebuah komponen penting di banyak produk dan proses,

walaupun penggunaannya diharapkan untuk terus menurun. Untuk itu,

penanganan yang tepat dan daur ulang dari raksa diharapkan signifikan

mengurangi lepaskan ke lingkungan dan dengan demikian mengurangi bahaya

kesehatan.
18

II.4. Eksploitasi Tambang

Tahap eksploitasi atau penambangan merupakan tahap yang paling utama

dari seluruh rangkaian kegiatan pengembangan sumberdaya mineral. Semua

penyelidikan yang dilakukan, sejak mencari mineral sampai ditemukannya

mineral tersebut dan akhirnya bermuara pada kegiatan penambangan. Dalam

tahap penambangan, konsentrasi diletakan pada teknologi penambangan yang

efisien, mineral terambil dengan cara yang baik (good mining practice), tidak

menimbulkan kerusakan lingkungan, secara garis besar penambangan dapat

dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tambang terbuka (open pit) dan tambang dalam

(underground mining). Kedua penambangan ini memberi dampak yang berlainan,

demikian juga dengan teknologi pengembangannya.

1. Tambang terbuka (open pit)

Merupakan metode penambangan yang segala aktivitas penambangan

dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat

kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas. Dampak utama dari

penambangan terbuka adalah borosnya penggunaan lahan. Bekas

penambangan dapat dikatakan berubah sama sekali, baik topografinya

maupun kehidupan yang di atasnya. Dampak lainnya yaitu buangan

(tailing) hasil penggalian dan hasil pengolahan, yang biasa berbentuk zat

padat, cair, ataupun kimia. Berikut penambangan metode tambang terbuka

dapat dilihat pada Gambar 3.


19

Gambar 3. Tambang terbuka (open pit) (Sumber:http://v-


images2.antarafoto.com/gec/1309488901/tambang-newmont-01.jpg)

Keuntungan utama penambangan terbuka adalah teknologinya yang

lebih sederhana dibandingkan dengan penambangan dalam, sedangkan

untuk kekurangan penambangan terbuka yaitu terbatasnya kedalaman

tanah yang dapat terus digali, antara lain masalah kestabilan lereng.

Penambangan seperti ini banyak oleh masyarakat atau perusahaan kecil

karena teknologi yang dipakai sederhana dan tidak terlalu mengeluarkan

biaya yang banyak.

2. Tambang dalam (underground mining)

Merupakan metode penambangan yang segala kegiatan atau

aktivitasnya di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak

langsung berhubungan dengan udara luar. Dampak dari penambangan

jenis ini yaitu banyak terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan runtuhnya

dinding-dinding tambang, yang diakibatkan beban yang terlalu berat

sehingga pondasi yang menopang tidak sanggup menahan beban yang ada.

Dampak lainnya yaitu buangan (tailing) hasil penggalian dan hasil


20

pengolahan, yang biasa berbentuk zat padat, cair, ataupun kimia. Berikut

penambangan metode tambang dalam dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tambang dalam (Undergound mining) (Sumber:http://1.bp.blogspot.


com/-sFiUdFjRFsE/TeSfJ9UPpBI/L8wbjWGu-hI/s1600/)

Keuntungan dari penambangan dalam yaitu topografi dan

kehidupannya tidak terlalu berubah dan lahan yang digunakan tidak terlalu

banyak. Penambangan dalam ini jarang digunakan oleh masyarakat

karena risiko yang diakibatkan terlalu berbahaya bagi keselamatan kerja,

meski jarang tetapi sebagian masyarakat masih ada yang menggunakan

metode tambang dalam ini.

3. Tambang bawah air (underwater mining atau marine mining)

Merupakan metode penambangan yang kegiatan penggaliannya

dilakukan di bawah permukaan air atau mineral berharganya terletak di

bawah permukaan air.


21

II.5. Tambang Tradisional

Tambang tradisional adalah tambang yang seluruh kegiatan

penambangannya dilakukan dengan sederhana atau tradisional, tambang ini

biasanya dimiliki oleh rakyat atau berkelompok dan tidak memiliki ijin dari

Pemerintah atau ilegal. Tambang tradisional ini biasanya dilakukan pada metode

tambang terbuka (open pit). Penggunaan metode ini sangat sederhana, sehingga

metode ini cocok digunakan untuk masyarakat, tetapi dampak lingkungan yang

dihasilkan dari tambang ini sangat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya dan

kesehatan masyarakat sekitarnya.


BAB III
PEMBAHASAN

Dalam melakukan kegiatan penambangan yang perlu kita perhatikan yaitu

penggunaan alat dan bahan. Tanpa alat dan bahan maka mustahil bagi kita

melakukan kegiatan penambangan karena alat dan bahan merupakan hal yang

sangat penting dalam kelancaran dalam melakukan penambangan. Dari berbagai

macam alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penambangan yang

paling sering kita jumpai yaitu penambangan dengan model sederhana dan murah

karena dengan penambangan model ini semua orang dapat melakukannya dan

mendapatkannya. Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam tambang

emas tradisional. Sistem penambangan emas tradisional yang digunakan oleh

penambangan umumnya tambang terbuka.

III.1 Alat dan Bahan Penambangan

Kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat

dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok penambang yaitu:

1. Penambangan emas tradisional

Penambangan yang dilakukan secara tradisional oleh masyrakat

umumnya sudah dilakukan turun temurun baik perorangan maupun

kelompok dengan menggunakan peralatan linggis, angkatan (keranjang kecil

dari bambu yang dianyam) dan dulang, yang dilakukan pada daerah di

sekitar aliran sungai atau kolam-kolam air.

22
23

Tahapan kegiatan penambangan emas secara tradisional adalah

sebagai berikut :

a. Penentuan areal

Dalam hal ini yang akan digunakan untuk melakukan

penambangan biasanya ditentukan oleh pemilik lahan yang merasa

dilahannya memiliki bahan galian yang ekonomis dan potensial bila

ditambang secara tradisional, tetapi tidak semua lahan dimiliki

pemilik lahan ada juga areal yang digunakan di pinggiran sungai

yang bisa digunakan oleh semua orang untuk melakukan

penambangan.

b. Pembersih lahan

Pembersih lahan yang dilakukan biasanya dilakukan untuk lahan

yang berada di sekitar hutan atau pinggiran sungai, hal ini dilakukan

agar lahan yang nantinya akan dijadikan penambangan menjadi

bersih dari tumbuh-tumbuhan dan penggangu lainnya.

c. Penggalian dan pengambilan material pembawa emas

Kegiatan ini dilakukan oleh para penambang menggunakan alat

yang sangat tradisional seperti cangkul, sekop atau alat yang bisa

digunakan untuk mengangkut material pembawa emas.

d. Pencucian

Setelah melakukan penggalian dan pengambilan material pembawa

emas maka akan dilanjutkan dengan pencucian material terlebih

dahulu, pencucian yang dilakukan merupakan pencucian kasar, yaitu


24

untuk terlebih dahulu membuang lumpur-lumpur atau pengotor yang

masih menempel pada material pembawa emas.

e. Pendulangan

Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pencucian material

pembawa emas, alat untuk mendulang berupa piringan yang terbuat

dari kayu yang berbentuk cekung ke dalam. Material yang

mengandung emas lalu didulang dengan cara memutar-memutar

dulangnya, sehingga material ringan seperti tanah dan lumpur bisa

terpisah dan emas bisa diambil dengan mudah. Berikut proses

pendulangan emas dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pendulangan emas (Sumber:http://p.twimg.com/:large)

2. Penambangan emas semi mekanis

Aktivitas penambangan emas dengan cara semi mekanis ini

dilakukan dengan berkelompok dengan menggunakan peralatan mesin

pompa, kasboks, dan dulang.


25

Berikut adalah cara penambangan emas secara semi mekanis yang

sering dilakukan yaitu:

a. Dikerjakan secara berkelompok antara 5 – 8 orang

b. Didukung oleh seperangkat mesin pompa (pompa isap dan semprot)

dan pipa paralon berdiamter 4 – 6 inci.

c. Proses pemisahan menggunakan kasboks yang diberi karpet dan

disusun di sepanjang saluran air yang dibuat dari papan.

d. Biaya operasional penambangan ditanggung oleh pemilik modal

sekaligus pemilik mesin.

e. Sistem bagi hasil tergantung pada kesepakatan pemilik lahan dan para

pekerja.

f. Tahapan penambangan emas semi mekanis adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, meliputi :

1.1. Pengadaan mesin pompa

1.2.Pipa paralon ukuran 4 – 6 inci

1.3.Pembuatan kasboks dan papan

1.4.Karpet

1.5.Lahan

2. Pembersihan lahan dari pepohonan dan semak

3. Penggalian

4. Pengangkutan material melalui media air dengan cara dihisap oleh

pompa air.

5. Pendulangan
26

Berikut penambangan semi mekanis yang dilakukan disungai dapat dilihat

pada Gambar 6.

Gambar 6. Penambangan semi mekanis di sungai (Sumber:http://kalteng/.jpg)

Dalam teknik penambangan terdapat 3 sistem penambangan yang

menimbulkan dampak lingkungan yang sangat khas, yaitu hidraulicking,

dredging, dan strip mining.

1. Hidraulickling

Sistem penambangan yang dilakukan dengan cara menyemprotkan air

terhadap material yang akan ditambang. Pada sistem ini mineral-mineral

berat ditambang seperti emas akan tertinggal di tempatnya, sedangkan

material lempung dan pasir akan terbawa oleh air dan akan diendapkan di

daerah yang rendah seperti di lembah-lembah sungai atau atau daerah

dataran banjir di sepanjang sungai. Dampak yang dapat terjadi pada sistem

penambangan ini adalah endapan-endapan material yang diendapkan oleh

sungai akan menimbun daerah seperti daerah pertanian dan daerah

pemukiman.
27

2. Dredging

Sistem penambangan yang dilakukan denga cara menggunakan mesin

keruk. Umumnya dilakukan di sepanjang sungai atau pantai, untuk

mendapatkan bahan baku pasir dan kerikil sebagai bahan bangunan.

Dampak dari sistem penambangan model ini umumnya adalah terjadinya

kolam-kolam air yang terjadi di sepanjang sungai atau pantai akibat

pengerukan dari mesin keruk. Degradasi lingkungan yang mungkin terjadi

pada sistem penambangan dengan metode ini, adalah terganggunya sistem

hidrologi tanah.

3. Strip mining

Sistem penambangan yang dilakukan dengan cara mengupas lapisan

tanah atau batuan yang menutupi lapisan batuan yang akan ditambang,

seperti lapisan batubara. Dampak dari sistem ini adalah material yang

tidak terpakai hasil pengupasan sebagai limbah padat. Di samping itu,

lahan bekas penambangan mengalami degradasi, karena untuk lapisan

tanah yang subur sudah terkupas dampak lainnya adalah terganggunya

sistem hidrologi tanah (Adjat Sudrajat, 1999).

III.2. Proses Ekstraksi Emas Metode Amalgamasi

Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur

bijih emas dengan merkuri (Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antar emas-

perak dan merkuri yang dikenal dengan amalgam (Au-Hg). Amalgam adalah
28

sebuah kombinasi atau campuran air raksa dengan logam lain (alloy). Merkuri

akan membentuk amalgam dengan semua logam kecuali nikel, besi dan platina.

Penggunaan amalgam pertama kali pada tahun 1828, meskipun

penggunaan secara luas teknik baru ini dicegah, karena sifat air raksa yang

beracun. Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana

dan murah, namun demikian amalgamasi akan efektif pada emas yang terliberasi

sepenuhnya maupun sebagian pada ukuran partikel yang lebih besar dari 200

mesh (0,074 mm) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native

gold). Tiga bentuk utama dari amagam adalah AuHg2, Au2Hg dan Au3Hg.

Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya

dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion

emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort yaitu

wadah yang digunakan untuk memanaskan amalgam, air raksanya akan menguap

dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air tersebut. Sementara Au-Ag

tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam. Berikut alat retort emas dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Alat retort emas (Sumber:http://projects.csg.uwaterloo.ca/issue-2-october-


2006-indonesian.html)
29

Selain sederhana cara pengolahannya dan murah biaya operasionalnya,

pengolahan bijih emas dengan metode amagamasi ini juga mudah dalam

pemasaran produknya karena baik dalam bentuk amalgam, bullion maupun berupa

logam emas sudah bisa dipasarkan dengan harga standar berdasarkan kualitas

produk harga pasar logam emas murni internasional yang berlaku saat ini. Oleh

sebab itu, metode ini menjadi piliha utama bagi penambangan rakyat pada

umumnya.

Tahap amalgamasi secara sederhana sabagai berikut:

1. Sebelum dilakukan, amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi

(memperkecil ukuran mineral atau meremukan) dan konsentrasi gravitasi,

agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas

tersingkap.

2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri (Hg),

dilakukan selama ± 1 jam.

3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam

basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya

didulang untuk pemisahkan merkuri dengan amalgam.

4. Tahap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian

dilakukan pemerasan (squeezing) dengan menggunakan kain parasut untuk

memisahkan merkuri dan amalgam. Merkuri yang diperoleh dapat dipakai

kembali. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgam tergntung pada

seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dan pemerasan


30

manual akan mengandung 60-70% emas, dan amalgam yang disaring

dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80%.

Berikut amalgam emas dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Amalgam emas (Sumber:http://nevada-outback-


gems.com/Reference_pages/amalgam.jpg)

5. Retort yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga

yang tertinggal berupa alloy emas.

Ektrasi amalgamasi yang baik:

1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi penambangan.

2. Dilakukan pada lokasi khusus, baik untuk amalgamasi untuk

meminimalkan penyebab pencemaran bahan berbahaya akibat peresapan

ke dalam tanah, terbawa aliran air permukaan maupun gas yang terbawa

oleh angin.

3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah

seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.


31

4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendapan diusahakan tidak berada

di daerah banjir.

5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.

III.3. Dampak Lingkungan Akibat Tambang Emas Tradisional

Dalam penambangan emas secara tradisional dampak lingkungan yang

diakibatkan sangatlah berbahaya bagi flora dan fauna di sekitarnya, penambangan

seperti ini dalam peraturan perundang-undangan dinamakan penambangan rakyat.

Tidak tertibnya adminitrasi, sering sekali membuat penambangan seperti ini

disebut sebagai penambangan tanpa izin (PETI). Padahal, terdapat peraturan

perundangan yang sebenarnya melindungi kegiatan penambangan rakyat ini,

seperti yang termasuk dalam Undang-Undang No.11 tahun 1967 tentang Pokok-

Pokok Penambangan. Penambangan rakyat yang sah berdasarkan undang-undang

tersebut adalah penambangan yang dilakukan di daerah yang telah ditetapkan

sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Ketetapan ini dilakukan oleh

menteri atas usulan dari gubernur.

Karena menggunakan teknologi yang sederhana, penambangan rakyat

pada umumnya merusak lingkungan. Kerusakan bukan hanya secara fisik, yaitu

dengan merusak dasar sungai, morfologi berubah dan membuang bekas galian dan

meninggalkan lubang galian, tetapi secara kimiawi juga mencemari sungai karena

rakyat mengolah emas dengan menggunakan bahan kimia berbahaya yaitu air

raksa (merkuri). Seberapa jauh pencemaran ini membahayakan masyarakat perlu

diteliti lebih lanjut, sebab dampaknya terhadap kesehatan manusia mungkin baru

dirasakan sesudah beberapa tahun kemudian. Kasus penyakit minamata yang


32

menjangkiti penduduk Jepang bisa dijadikan pelajaran untuk mewaspadai

pencemaran lingkunga akibat pencemaran oleh air raksa.

III.3.1. Dampak fisik dan kimia

1. Perubahan morfologi

Kegiatan penambangan pada umumnya menimbulkan dampak

terhadap perubahan permukaan tanah akibat pembukaan lahan sehingga

lubang-lubang bekas galian digenangi oleh air apabila musim hujan tiba.

Hal ini mengakibatkan terbentuknya tempat perkembangbiakan jentik-

jentik nyamuk atau sarang nyamuk. Berikut bentuk perubahan morfologi

akibat penambangan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Perubahan morfologi (Sumber:http://3.bp.blogspot.com/.JPG)

2. Kebisingan

Gas buangan yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak

mesin dan alat-alat operasi penambangan emas dapat mencemari kualitas

udara. Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara mesin-mesin di areal

penambangan emas masih di bawah ambang batas yang ditetapkan dalam


33

Kepmen KLH No. 48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan.

Berikut adalah Tabel 1 baku mutu kebisingan:

Tabel 1. Baku mutu kebisingan


(Sumber:http://bushido02.wordpress.com/2011/03/01/baku-mutu-kebisingan/)
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Tingkat kebisingan DB
Kegiatan (A)
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus: 70
- Bandar udara *) 60
*)
- Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. tempat ibadah atau sejenisnya 55

Keterangan :
*)
disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
34

3. Sedimentasi

Penambangan emas menyebabkan daerah-daerah yang ditambang

menjadi gundul sehingga lapisan air permukaan dan erosi menjadi besar.

Meningkatnya erosi dan limpahan air permukaan mengakibatkan

sedimentasi juga meningkat. Pada penambangan emas proses penyedotan

atau pembongkaran tanah yang kemudian disemprotkan, menghasilkan

material sedimen dalam volume sangat besar kemudian mengendap di

sepanjang aliran sungai atau danau yang ada di sekitar lokasi

penambangan tersebut.

Pengupasan tanah penutup penyebabkan terbongkarnya serta

teraduknya lapisan tanah dan batuan yang pada akhirnya menyebabkan

kekeruhan air meningkat terbawa oleh air hujan keperairan di sungai

manapun daerah rawa maupun daerah hilir sungai. Berikut sedimentasi

sungai akibat penambangan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sedimentasi sungai (Sumber:http://ut.ac.id/sedimentasi.JPG)


35

4. Kualitas air

Mengingat volume sedimentasi yang begitu besar tadi, dimana anak-

anak sungai yang mengalir ke sungai induk tertutup, bahkan di sungai

induk bisa mengalami pendangkalan yang hebat. Hal ini juga mengalami

diversitas flora dan fauna perairan seperti plankton dan benthos. Akan

tetapi dengan hilangnya plankton dan benthos maka hilang juga makanan

bagi ikan. Penurunan populasi ikan di sungai diakibatkan oleh penurunan

nilai oksigen dengan air sungai sebagai akibat masuknya lumpur kesungai.

Tidak tertutup kemungkinan bahwa lumpur (sedimen) itu membawa

material berupa zat yang dapat meracuni bagi kehidupan mahluk hidup

diperairan. Hal ini mengakibatkan berkurangnya perndapatan petani

keramba ikan yang berada di sepanjang aliran sungai. Berikut perubahan

kualitas air yang terjadi disungai akibat aktivitas masyarakat dapat dilihat

pada Gambar 11.

Gambar 11. Pencemaran sungai (Sumber:http://.solopos/pencemaran1.jpg)


36

Berikut adalah Tabel 2 dan Tabel 3 daftar standar kualitas air minum

dan air bersih menurut Depertemen Kesehatan Republik Indonesia

Tabel 2. Daftar persyaratan kualitas air minum menurut permenkes No.416


Tahun 1990(Sumber: Purnamawanti, 2012)
37

Lanjutan lampiran I:
38

Tabel 3. Daftar persyaratan kualitas air bersih menurut permenkes No 416 Tahun 1990
(Sumber: Purnamawati, 2012)
39

Lanjutan Lampiran II
40

III.3.2. Keselamatan kerja

Penambangan emas tradisional yang dilakukan tergolong dalam

penambangan rakyat yang pada dasarnya tidak mempunyai manajeman yang baik

khususnya mengenai keselamatan kerja. Hal ini sering menimbulkan kecelakaan

bagi pekerja yang disebabkan oleh kelalaian atau kurangnya pengetahuan

penambangan tentang pentingnya safety perlindungan diri bagi pekerja.

Sebenarnya pemerintah sudah menetapkan menejemen keselamatan kerja bagi

para pekerja penambangan tetapi karena kurangnya kesadaran dari masyarakat itu

sendiri membuat mereka mengabaikan peraturan teresebut, ada beberapa alat-alat

yang bisa digunakan untuk menjaga keselamtan kerja penambang tradisional

contohnya:

1. Helm kerja

2. Masker

3. Kacamata standar tambang

Berikut aktivitas penambangan yang tidak mempunyai menejemen

keselamatan kerja yang baik dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Aktivitas penambangan emas (Sumber:http://.bp.com/emas.jpg)


41

III.3.3. Kesehatan masyarakat

Sumber dampak dari kesehatan masyarakat adalah akibat pencemaran air

sungai atau airtanah dari kegiatan pengupasan atau penimbunan tanah penutup

atau penggalian di areal penambangan emas.

Penduduk yang terkena dampak adalah kelompok permukiman yang

berada di daerah aliran sungai dan pinggiran jalan angkut khusunya di daerah

pinggiran sungai masih banyak penduduk yang menggunakan air sebagai sarana

MCK (mandi,cuci,kakus). Gejala yang muncul terhadap kesehatan masyarakat

dari aktivitas penambangan emas berupa diare atau disentri, penyakit kulit dan

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Ketidaknyamanan yang disebabkan

bising yang bersumber dari mesin membuat orang stress.

III.3.4. Alih fungsi lahan

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pencari kerja maka

lahan yang dipergunakan sebagai areal penambangan, kian bertambah atau

meluas. Hal ini berdampak pada lahan yang biasanya digunakan untuk lahan

pertanian menjadi areal tambang.

III.4. Dampak Positif (+) Kegiatan Penambangan Emas Tradisional

Dampak positif yang didapatkan dari kegiatan penambangan emas

tradisional yang sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar, yaitu antara lain pada

dampak ekonomi masyarakat. Di mana dengan adanya penambangan emas

pendapatan masyarakat sekitar bertambah dari sebelum adanya penambangan

emas.
42

III.4.1. Dampak ekonomi masyarakat

Dengan adanya kegiatan penambangan emas maka secara langsung

akan menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Dengan rata-rata pekerja

yang berasal dari daerah setempat dan hanya sebagian yang datang dari

daerah lain. Dampak kegiatan penambangan ini makin memiliki makna

yang berarti, terutama dalam kaitan dengan jumlah tenaga kerja yang

terlibat. Pendapatan pekerja tambangpun bervariasi dan sangan

dipengaruhi oleh hasil yang didapat dalam waktu bekerja, bila hasil yang

didapatkan banyak maka pendapatan juga meningakat dan begitu pula

sebaliknya. Artinya pendapatan perhari pekerja tidak merata, namun rata-

rata penghasilan pekerja di atas standar.

Selain tenaga kerja yang terlibat langsung, ada banyak orang yang

membuka usaha di sektor informal yang melayani pemenuhan kebutuhan

para pekerja langsung. Artinya bahwa aktivitas penambangan emas

mempunyai multiplayer effect yang relatif tidak kecil. Dengan adanya

penambangan emas masyarakat tidak bekerja penambang juga dapat

melaksanakan usaha lain, misalnya: berdagang sembako, alat-alat mesin,

bahkan ada yang berjualan di sekitar areal tambang.


43

III.5. Contoh Dampak Lingkungan Akibat Tambang Emas Tradisional

1. Air raksa (merkuri) mencemari air sungai.

Penambangan emas tanpa izin oleh penambang tradisional di beberapa

daerah aliran sungai di Kalimantan Barat diduga menyebabkan

pencemaran merkuri. Beberapa sungai yang kandungan merkurinya di atas

ambang batas antara lain Sungai Parabi, Mandor, Landak dan beberapa

anak sungai dari Sungai Kapuas. Merkuri mempunyai tingkat bahaya

tergantung bentuk ikatan dan senyawa serta perlakuan manusia terhadap

logam beracun ini. Logam berwarna keperakan dan mengkilap ini

berwujud cair pada suhu kamar dan akan menguap bila dipanaskan

hingga suhu 375oC. Apabila uap merkuri dihirup oleh manusia maka akan

mengakibatkan gangguan pada susunan syarafnya (Anonim 2006-1 dalam

Sukandarrumidi, 2007). Merkuri termasuk logam B-3 yang bersifat iritan,

paparan logam-logam merkuri yang berkelanjutan akan menyebabkan

kematian. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana cara

penambangan yang benar dan aman, akan dilarang jelas tidak mungkin,

karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat.

2. Ladang emas ditinggal dalam kondisi rusak

Setelah 10 tahun habis-habisan mengeksploitasi ladang emas di

Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi para penambang liar mulai

meninggalkan areal tersebut dalam kondisi rusak. Kini daerah tersebut

dirambah para penambang pasir. Akibatnya, kerusakan lingkungan


44

semakin parah. Ladang emas yang merupakan bekas areal kebun karet

tersebut kini sudah tercemar oleh kandungan merkuri.

Kerusakan lingkungan setelah ditinggalkan oleh penambang liar juga

terlihar juga dilokasi penambangan liar emas Desa Kuamang Kuning

Muara Bungo, Kabupaten Bungo. Di daerah tersebut sekarang masih ada

sekitar 10 titik penambangan emas yang masih aktif. Dahulu didapatkan

rata-rata 10 gram emas, malah pernah sampai 20-30 gram emas, tapi

sekarang paling-paling hanya dapat 3-4 gram saja. Di areal penambangan

liar emas di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tabir, Merangin hanya

tinggal 5-7 Dompeng (alat pendulang emas) dan mesin penyaring emas

yang masih beroperasi dalam setahun. Padahal, ratusan dompeng pernah

menjama emas di kawasan tersebut pada tahun 1990-an.

Penambang liar sudah meninggalkan ladang emas mereka

menganggap di situ sudah tidak mengandung emas. Selain itu mereka

menganggap kawasan tersebut sudah habis-habisan dieksplorasi para

penambang liar. Seorang penambang liar di Kuamang mengatakan dirinya

kini beralih jadi penambang pasih karena kandungan emas pada lokasi

tersebut sudah habis dieksploitasi. Sekarang emas tinggal sedikit, jadi saat

ini diambil pasirnya saja. Dalam sehari dapat dikeruk 8 kubik pasir yang

diambil penambang. Di sebuah kawasan yang masih aktif banyak

penambang emas rakyat yang mengambil emas dengan cara mendulang.

Pada tahun 1997, penambang liar baru mulai berdatangan. Mereka

mengeksploitasi emas memakai dompeng. Dengan alat ini emas bisa


45

diperoleh mencapai 6-10 X lipat dibanding dengan mendulang. Namun

kegiatan ini merusak lingkungan karena penyaringan emas menggunkan

air raksa. Limbah pencucian ini mengalir ke salah satu Anak Sungai

Batang Hari yang dimanfaatkan penduduk jambi untuk mandi, mencuci

dan menangkap ikan (Anonim, 2007-1 dalam Sukandarrumidi, 2007).


BAB IV
KESIMPULAN

Tahapan-tahapan penambangan yang dilakukan masyarakat sangatlah

sederhana dan tidak memiliki manajemen keselamatan kerja yang baik. Berikut

adalah metode yang dilakukan dalam penambangan emas secara tradisional, yaitu:

1. Penambangan emas cara tradisional

2. Penambangan emas semi mekanis

Dalam penambangan emas tradisional banyak sekali dampak-dampak

yang akan terjadi baik itu dari dampak lingkungan, maupun ekonomi masyarakat

sekitar tambang, dampak positif (+) dari penambangan seperti ini yaitu

bertambahnya mata pencaharian masyarakat, tingkat perekonomian membaik dan

tingkat pengangguran berkurang. Selain itu dampak negatif (-) dari penambangan

seperti ini yaitu berbubahnya morfologi sekitar tambang, kebisingan pada sekitar

tambang, sedimentasi yang tinggi pada aliran sungai di sekitar tambang, kualitas

yang buruk dan kesehatan masyarakat sekitar tambang yang tidak baik karena

mengkonsumsi air di sekitar tambang yang sudah tercemar merkuri.

46
DAFTAR PUSTAKA

Kantor Menteri KLH, 1990, Kualitas Lingkungan di Indonesia 1990, Kantor


Menteri KLH, Jakarta.

Purnamawati,D.I., 2012, Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas


Teknologi Mineral, IST AKPRIND, Yogyakarta (modul kulia, tidak
diterbitkan).

Sudrajat Adjat, 1999. Teknologi & Manajemen Sumberdaya Mineral, Institut


Teknik Bandung, Bandung.

Sukandarrumidi, 1998. Bahan Galian Industri, Jurusan Teknik Geologi Fakultas


Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sukandarrumidi, 2007. Geologi Mineral Logam, Jurusan Teknik Geologi Fakultas


Teknik, Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sudarmono, Djuki, 2007. Ganesa Bahan Galian, Jurusan Teknik Pertambangan,


Universitas Sriwijaya.

http://buana-poetra-mining.blogpot.com/2011/10/placer-atau-alivium.html,
diakses pada 05 November 2012 jam 19.43 WIB.

http://www.mineraltambang.com/amalgamasi.html, diakses pada 05 November


2012 jam 20.05 WIB.

http://www.mineraltambang.com/dampak-pencemaran-merkuri.html, diakses pada


19 Februari 2013 jam 20.47 WIB
LAMPIRAN
SEMINAR
“TAHAP PENAMBANGAN DAN DAMPAK LINGKUNGAN TAMBANG
EMAS TRADISIONAL PADA ENDAPAN PLACER”

Hari/tanggal : Selasa, 19 Februari 2013


Pembicara : Ade Setiawan Saputra LK. Adan
NIM : 091101040
Jurusan : Teknik Geologi
Fakultas :Teknologi Mineral
Waktu : 10.30 WIB
Dosen Pembimbing : Ir. Dwi Indah Purnamawati, M.Si
Dosen Pembahas : Ir. Siwi Sanjoto, M.T
Mahasiswa Pembahas I : Romi Budiarto (091101048)
Mahasiswa Pembahas II : Ferdinandus Wunda (091101026)
Notulen : Antonius Kollo (091101038)

DISKUSI
Pembahas I (Romi Budiarto)
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud sengan emas terliberasi sepenuhnya atau sebagian?
2. Adakah teknik lain yang lebih efektif dan efisien selain teknik
amalgamasi, karena teknik amalgamasi ini dianggap berbahaya?
3. Pada tambang tradisional, bagaimana manajemen keselamatan kerja yang
baik?

SARAN
1. Sumber pustaka makalah, jurnal, skripsi tidak ada.
2. Hal 21. Koreksi “terdapat 3 sistem penambangan yang menimbulkan
dampak”
JAWABAN
1. Emas terliberasi adalah emas murni dalam bentuk bijih-bijih kecil yang
disatukan atau dipadatkan dengan air raksa dan menghasilkan ukuran yang
lebih besar.
2. Sebenarnya teknik amalgamasi ini merupakan salah satu teknik yang baik
asalkan dilakukan dengan cara yang baik dan benar, tetapi karena ketidak
tahuan masyarakat dengan teknik amalgamasi yang baik dan benar maka
masyarakat hanya bisa menggunakannya dengan asal-asalan. Untuk teknik
teknik selain amalgamasi kemungkinan ada beberapa teknik lagi tetapi
saya (penulis) belum menemukan refrensi mengenai teknik-teknik
amagamasi lainnya.
3. Manajeman keselamatan kerja yang baik untuk tambang tradisional yaitu
dengan menggunakan alat-alat keselamatan kerja yang standar seperti:
• Helm standar
• Sarung tangan
• Kacamata kerja standar
• Masker

Pembahas II (Ferdinandus Wunda)


PERTANYAAN
1. Dari macam-macam endapan placer, jenis mana yang memiliki kandungan
emas yang tinggi?
2. Apakah ada perbedaan dampak positif dan negatif ketika ditambang?
3. Metode yang mana yang berpotensi memberi dampak negatif dan positif
dari penambangan emas tradisional dan penambangan semi mekanis?

SARAN
1. Alangkah baik ditambahkan ciri-ciri fisik emas.
2. Beberapa gambar tidak ada di daftar pustaka.
3. Alinea paragraf harus konsisten.
4. Spasi tidak konsisten.
JAWABAN
1. Kandungan emas yang banyak terdapat pada endapan placer eluvial dan
placer aluvial, karena kedua endapan ini dekat dengan batuan induk dari
batuan induk (source rock) dan terbentuk dari rombakan-rombakan batuan
induknya.
2. Kedua endapan placer ini sebenarnya hampir memiliki dampak positif dan
negatif yang sama dalam penambangan hanya saja yang membedakannya
yaitu tergantung dengan teknik penambangannya.
3. Metode yang memberi dampak negatif dan positif adalah penambangan
semi mekanis, karena penambangan ini menggunakan bantuan mesin
dalam penambangannya yang menyebabkan asap yang ditimbulkan
menyebabkan pencemaran udara dan kebisingan menyebabkan pekerja
mudah stress itulah yang memberi dampak negatifnya tetapi untuk dampak
positifnya yaitu pencarian emas jadi lebih cepat.

Dosen pembahas (Ir. H. Siwi Sanjoto, M.T)


1. Isi seminar bertolak belakang dengan judul seminar seharusnya “tahap
penambangan dan dampak lingkungan tambang emas tradisional”.
2. Ucapan terima kasih pada dosen pembimbing perlu ditambah kata-kata
terima kasih dan kepada ketua jurusan ditiadakan.
3. Penomoran harus ada uraian dari Bab ke anak Bab.
4. Dampak lingkungan dan kesehatan terhadap penggunaan air raksa (Hg)
perlu ditambah.

Anda mungkin juga menyukai