Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aktualisasi Pengolahan Air Asam Tambang di PT Caritas Energi


Indonesia

PT Caritas Energi Indonesia memiliki dua kolam pengendapan lumpur yaitu


KBB dan MBS dalam penelitian ini meneliti pada satu kolam pengendapan lumpur
yaitu kolam pengendapan lumpur MBS. Operasi penambangan batubara di
stockpile Tanjung Rambai saat ini menggunakan sistem terbuka maka pada saat
curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air dan banjir di lantai stockpile.
Air yang masuk di area stockpile dialirkan menggunakan sistem paritan dan
langsung masuk ke dalam kolam pengendapan lumpur. Pada kolam pengendapan
lumpur MBS memiliki tiga kompartemen untuk menampung air dengan dimensi
Kolam Pengendapan Lumpur berbeda sebesar 15 m × 6 m × 4 m (Lampiran A).

Gambar 4.1 Kondisi Stockpile Tanjung Rambai


Kolam pengendapan lumpur berfungsi sebagai tempat mengendapkan
lumpur-lumpur, atau material padatan yang bercampur dari air limpasan yang
disebabkan adanya aktivitas penumpukan batubara maupun karena erosi. Di
samping sebagai tempat pengendapan, air di kolam pengendapan lumpur juga akan
dialirkan keluar ke badan sungai, baik itu kandungan materialnya, tingkat
keasamanan, maupun kandungan material lain yang dapat membahayakan
lingkungan.
Teknik aplikasi penggunaan kapur tohor (CaO) pada Kolam Pengendapan
Lumpur MBS dilakukan menggunakan metode aktif dengan cara mencampurkan
bahan kimia berupa kapur tohor untuk menetralisir air asam tambang pada KPL
MBS. Penebaran langsung kapur tohor secara manual di saluran (spill way /
overflow). Sebelumnya terlebih dahulu kadar pH air diukur di ketiga kolam
menggunakan kertas lakmus. Jika ditemukan kadar pH tidak sesuai Baku Mutu
Lingkungan yaitu 6 - 9 maka akan dilakukan pemberian kapur untuk memastikan
air sebelum mengalir ke lingkungan telah sesuai baku mutu yang ditentukan.
Tujuan dilakukan penetralan air asam tambang, yaitu jika air dibuang ke sungai
tidak berdampak terhadap lingkungan dan biota perairan lainnya.

(a) (b)
Gambar 4.2 a.) Proses Pengapuran di KPL MBS, b) Pengendapan

Treatment yang dilakukan saat ini belum ada tolak ukur atau pendosisan yang
tepat. Pemberian kapur tohor hanya berdasarkan perkiraan, sebelum treatment
hanya mengecek tingkat keasaman air. Jika ditemukan kadar pH di bawah standar
baku mutu, maka diperlukan kapur tohor antara 7 sampai 10 karung. Hasil
pengamatan yang dilakukan dilapangan serta berdasarkan penelitian pengapuran,
bahwa secara aktual penggunaan kapur tohor dalam proses pengapuran tidak
menggunakan perhitungan yang tepat, hanya berdasarkan perkiraan. Hal ini tentu
berpengaruh pada keekonomisan penggunaan kapur yang dipakai untuk proses
penetralan air asam. Maka perlu dilakukan perhitungan kebutuhan kapur yang tepat
setiap sebelum dilakukan pengapuran pada KPL.

(a) (b)
Gambar 4.3 Saluran Outlet MBS
Pengolahan air asam tambang di kolam pengendapan lumpur pengolahan air
pemberian kapur tohor di setiap kolam tersebut terkadang belum efektif karena pada
saat proses penetralan tersebut terjadi nya hujan, akibat kolam dan ukuran kolam
yang cukup kecil maka air melimpah dan langsung mengalir ke saluran outlet atau
langusung ke badan sungai, hal tersebut mengakibatkan menimbulkan masalah
terhadap masyarakat setempat dan menganggu biota yang berada di badan sungai.

4.2. Perhitungan Kegunaan jumlah kapur tohor


Jumlah kapur yang akan digunakan, dapat diketahui dari kadar nilai pH pada
inlet, dan juga dari hasil pengujian dosis kapur dilaboratorium. Kondisi dilapangan
pada tanggal 22 mei 2019 dilakukan pengambilan sample air di kolam pertama atau
intlet, setelah diukur menggunakan kertas lakmus diketahui kadar pH dari yang
masuk yaitu 5 (belum memenuhi standar baku mutu).
4.2.1. Perhitungan konsentrasi H2SO4
1. Volume KPL =pxlxt
= 15 m x 6 m x 4 m
= 360 m3
= 360.000 liter

2. Reaksi pelarutan CaO dengan Air


CaO + H2O Ca(OH)2
3. Konsentrasi H2SO4
Ca(OH)2 + H2SO4 CaSO4 + 2H2O
pH H2SO4 - 3,43
[H+]- 10-3,34
v = 360.000 Liter
𝑛
[H+] - 𝑣 𝑖 n = [H+] x V

= 10-3,34 x 360.000 Liter


= 1.3337,5268 mol

Mr Ca(OH)2 = 40 + 32 + 2

= 74 gr/mol – 2 gr/mol (H2)

= 72 gr/mol

n Ca (OH=)2 = n H2SO4
𝑔𝑟
= 1.337,5268 mol
𝑚𝑟

gr = 1.337,5268 mol x 72 gr/mol


gr = 96,3 kg
TSS = 134 mol/mol x 3600.000 liter
= 482.400.000 mg
= 482,4 kg
Jumlah total kapur tohor yang dibutuhkan = 720 kg
Jumlah total kapur untuk penetralan air asam tambang = 720 kg – 482,4 kg
= 2,376 kg
Didapatkan angka kebutuhan kapur tohor untuk proses penetralan ai asam
tambang yaitu 2,376 kg. Kebutuhan kapur dilakukan secara berulang, per dua jam
selama jam kerja (07.00 – 17.00). Pemberian kapur tohor dilakukan di 3 kolam.
Proses pemberian kapur ini dilakukan bahwa kadar pH pada awalnya 5,20 naik
menjadi 7,50 (memenuhi baku mutu).
3.4 Analisis pengolahan Air Asam Tambang
Treatmen pada kolam pemgendapan lumpur MBS biasanya dilakukan setelah
adanya turun hujan. Karena pada kolam pengendapan MBS sumber air nya dari
limpasan air hujan. Jika ditemukan kadar pH tidak sesuai baku mutu maka akan
dilakukan pemberian kapur tohor untuk memastikan air sebelum mengalir ke
badan sungai sudah memenuhi standar baku mutu. Perbandingan treatment yang
dilakukan di kolam pengendapan lumpur MBS belum efektif untuk mencapai
standar baku mutu maka akan dilakukan perhitungan secara teoritis agar efektif
dan ekonomis. Pada bulan Mei dan Juni 2019, hanya melakukan 5 kali treatment.
Hasil upaya pengolahan Air Asam Tambang yang telah dilakukan dapat dilihat
pada( Lampiran F).

Anda mungkin juga menyukai