Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan mengucapkan “al-hamdulillahirobbil’alamin”


kami haturkan kehadirat Allah Swt Yang Maha Pengasih dengan izin dan ridha-
Nya makalah yang kami beri judul Peradaban Islam di Wilayah Kultur Arab ini
dapat terselesaikan, untuk memenuhi tugas matakuliah sejarah peradaban islam.
Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kehadirat nabi jungjungan
umat Rasulallah Muhamad Saw, kepada para keluarganya, sahabatnya, tabiin dan
tabiatnya, juga kepada kita selaku umatnya yang insya Allah senantiasa berada
dijalan yang benar.
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Enok Risdayah, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada
tim anggota kelompok tiga yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian
tugas ini
Makalah Peradaban Islam di Wilayah Kultur Arab ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam yang
dibimbing oleh Ibu Enok Risdayah, M.Ag.
Dalam makalah dengan tema peradaban islam di wilayah kultur arab kami
akan membahas tentang kemunculan islam, masa peradaban islam di wilayah kultur
arab dan runtuhnya peradaban islam di wilayah kultur arab.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan
makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu
kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
Penyusun
Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 2

C. TUJUAN ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3

A. Kondisi Objektif Bangsa Arab .................................................................................. 3

B. Masa Kepemimpinan .............................................................................................. 7

BAB III MASA KEMAJUAN ISLAM....................................................................................... 18

A. KHILAFAH RASYIDIN .............................................................................................. 18

B. KHILAFAH BANI UMAYYAH.................................................................................... 19

C. KHILAFAH BANI ABBASIYAH .................................................................................. 19

BAB IV MASA DISINTEGRASI ISLAM .................................................................................. 21

A. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad ....................................... 21

B. Masa Kemunduran Dinasti Abbasiyah dan Faktor Penyebab ............................... 24

KESIMPULAN ..................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSATAKA ........................................................................................................ xxvii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Arab Saudi merupakan sebuah Negara yang wilayahnya didominasi
dengan kondisi alam berupa gurun pasir, menjadikan zaitun dan kurma
sebagai tumbuhan dan unta sebagai hewan yang dapat menyesuaikan
dengan keadaan alam yang jauh dari kata perairan. Dahulu Arab Saudi lebih
dikenal dengan sebutan jazirah arab yang terbagi menjadi dua daerah besar,
yaitu bagian tengah dan pesisir disana tidak ada sungai yang mengalir tetap,
yang ada hanya lembah lembah berair di musim hujan.

Berbica Jazirah Arab tidak bisa lepas dari kota Makkah, kota yang
sangat penting dan terkenal di antara kota kota di negeri arab, baik karena
tradisi nya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang
ramai, menghubungkan Yaman diselatan dan Syria di utara. Dengan adanya
Ka’bah di tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan arab. Dan
disinilah lahirnya sebuah agama yang rahmatan lil’alamin yaitu agama
islam yang dianut oleh sekitar 450 juta orang di dunia yang mewakili hampir
semua ras diberbagai belahan dunia. Al-quran sebagai sumber ajaran islam
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw menjadikan Arab sebagai
sebuah pusat peradaban dunia. Menjadikan bangsa Arab sangat di hormati
oleh bangsa lain, kiblat dan pusat peribadahan bagi semua bangsa sebanyak
lima kali dalam sehari.

Namun sebelum lahirnya agama islam di dunia, Arab memiliki


sejarah kelam suatu tatanan bangsa atau peradaban yang sangat bertolak
belakang dengan norma norma kehidupan. Kehidupan yang bebas dan
bersifat keduniaan sangat kental oada peradaban islam saat itu. Untuk lebih
jelasnya permakalah akan membahas dari mulai kondisi objektif bangsa ara
pra islam dsampai perkembangan peradaban nya.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kondisi Jazirah Arab pra islam.
2. Bagaimana kebudayaan bangsa Arab pra islam.
3. Apa saja peradaban yang dicapai bangsa Arab.

C. TUJUAN
1. Makalah ini dibuat untuk mengetahuai kondisi Jazirah Arab pra islam.
2. Kebudayaan bangsa Arab.
3. Peradaban apa saja yang telah dicapai oleh bangsa arab.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Objektif Bangsa Arab
1. Kondisi geografis bangsa Arab
Bangsa Arab bertempat tinggal dan mendiami simenanjung terbesar
didunia, yaitu Simenanjung Arabia terletak di Asia Barat Daya, luasnya
1.027.000 mil persegi, sebagian besar ditutupi padang pasir dan
merupakan tempat terpanas didunia.tidak terdapat sungai yang dapat
dilayari atauair yang terus menerus mengalir ke laut, yang ada hanya
lembah-lembah yang digenangi air saat musim hujan. Dengan keadaan
alamnya yang gurun (padang pasir),1 penduduknya memiliki
keistimewaan yaitu mereka memiliki nasab murni karena Jazirah arab
tidak pernah dimasuki oleh orang asing.Bahasa mereka pun murni dan
terperihara dari kerusakan bahasa yang disebabkan percampuran bahasa
dengan bangsa bangsa lain.2
Simenanjung Arabia terdiri atas dua bagian yaitu pertama, daerah
pedalaman, nerupakan daerah padang pasir yang kering karena kurang
dituruni hujan dan sedikit penduduk karena daerahnya tandus. kedua
daerah pantai dipinggir laut, dibagian tengah dan selatan, hujan turun
terartur sehingga subur ditanami.3
Berdasarkan letak geografis bangsa Arab ini, mereka yang tinggal di
daerah pedalaman disebut penduduk pengembala (ahl al-badwi) mereka
ini mengembala dari satu tempat ke tempat lain dengan membawa
segala miliknya, berhenti bila menemukan air dan padang rumput untuk
ditinggalkan lagi bila sumber kehidupan mereka habis..pekerjaan utama
mereka memelihara ternak unta,domba dan kuda serta berburu.

1
Syamrudin Nasution, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, h. 9.
2
Ratu suntiah, 2014, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Interes Media, h. 12
3
Nasution,Loc.Cit.

3
Adapun mereka yang tinggal didaerah pantai disebut penduduk
penetap (ahl al-hadhar). Mereka sudah mengetahui pertanian seperti
bercocok tanam, cara mengplah tanah dan kerajinan.4
2. Asal Usul Bangsa Arab
Bangsa Arab berasal dari ras syam’iyah dan terbagi kepada dua suku
yaitu, pertama Arab Al-baidah, yaitu kaum arab yang sudah punah
seperti kaum ‘ad dan tsamud. kedua suku Arab Al-baqiyah yaitu
bangsa Arab yang masihg hidup sampai sekarang terdiri dari keturunan
Qahthan(Qahthaniyun) dan Adnan (Adnaniyun) keturunan ismail bin
ibrahim. Pada mulanya wilyah utara diduduki golongan adnaniyun dan
wilayah selatan diduduki oleh golongan Qahthaniyun akan tetapi lama
kelamaan kedua golongan tersebut membaur karena perpindahan dari
utara ke selatan atau sebaliknya5
3. Kondisi Moral
a. Watak Bangsa Arab

Jazirah Arab yang gersang dan tandus member pengaruh


terhadap bentuk fisik dan karakter mereka.pada bentuk fisik
mereka bertubuh kekar, kuat dan daya tahan tumbuh yang
tangguh, sedangkan dalam karakter memberikan watak khusus
baik watak yang positif maupun watak yang negative.

Watak Positif

1) Keberanian
Keberanian jadi syarat yang mutlak diperlukan
untuk mempertahankan hidup dipadang pasir yang
tandus dan gersang itu, oleh karena itu tidak
mengherankan jika nilai keberanian mendapat nilai
yang paling tinggi dan unsur yang paling esensi

4
Nasution,op.Cit., h. 10.
5
Badri Yatim, 2014, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, h. 10.

4
dalam masyarakat Arab untuk mempertahankan
kehormatan suku.sebab suku yang penakut akan
menjadi mangsa bagi suku yang pemberani.
2) Kedermawan
Kedermawanan adalah bukti
kemulian,semakin dermawan seseorang maka dia
akan dihargai dan dikagumi dengan demikian motif
kedermawanan bukanlah berasal dari hati yang baik
melainkan keingginan kuat untuk dihormati dan
dimuliakan untuk popularitas dan terkenal. 6
Watak Negative
1) Suka Berperang
Hidup di Jazirah Arab yang gersang dan tandus
memerlukan tambahan sumber untuk menunjang
kehidupan disamping itu, binatang ternakpun
memerlukan lading gembalan. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut jalan satu satunya adalah
menyerang perkampung orang lain. Namun karena
desa atau perkampungan lain pun mempunyai
problem yang sama maka jalan satu satunya hanya
dengan berperang siapa yang kuat dialah yang berhak
hidup. Oleh karena itu dalam pandangan orang arab
perang itu mempertahankan hidup.
2) Angkuh
Darah dikalangan masyarakat arab mempunyai
harga yang sangat tinggi. setiap darah yang
tertumpah dari salah satu anggota sukunya menjadi
suatu kewajiban bagi anggota sukulainnya untuk
menuntut balas tanpa mengetahui penyebabnya hal

6
Nasution,Op.Cit., h. 13.

5
ini menandakan keangkuhan kesombongan yang
merasa sukunya yang paling hebat
3) Pemabuk dan Penjudi
Dikalangan masyarakat arab yang kaya
minumam kelas dianggap sebagai barang
mewah.Bahkan melalui minuman kelas mereka
mampu memamerkan harta kekayaan mereka pada
orang banyak.sedangkan bagi orang dengan ekonomi
rendah mabuk mabukan menjadi jalan pelarian untuk
melupak himpitan hidup yang begitu berat.7
4. Kondisi Sosial Budaya
Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam
suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga
membentuk kabilah (clan), beberapa kabilah membentuk sebuah suku
(tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka sangat menekankan
hubungan kesukuan, sehinnga kesetiaan dan solidaritas kelompok
menjadi sumber kekuatan suatu kabilah atau suku.
Perasaan kesukuan sangat kuat yang melindungi keluarga dan warga
suatu suku dari penganiayaan dan tindakan kesewenang-wengan karena
dipdang pasir tidak ada pemerintahan yang resmi. Kabilah atau suku
sebagai ikatan darah (keturunan) atau kekuasaan berkewajiban untuk
melindungi warganya8.
Kaum wanita dianggap sebagai benda mati yang tidak mempunyai
hak apapun termasuk hak untuk dihormati. Seseorang bisa mengawini
wanita berapapun yang mereka suka dan bisa menceraikannya kapanpun
dia suka. Bila seorang ayah diberi tau bahwa yang lahir adalah anak
perempuan, kadang kadang bayi wanita itu dikubur hidup hidup.
Kehidupan yang keras mendorong mereka untuk mempunyai anak laki
laki, walau begitu tidak semua bayi wanita dibunuh.

7
Ibid.,h. 14.
8
Yatim,Op. Cit., h. 11.

6
Perbudakan menjadi hal yang lumrah, memiliki hamba sahaya
menjadi salah satu ciri bangsa Arab. Mereka memperlakukan hamba
sahaya secara tidak manusiawi. Karena mereka memiliki hak penuh atas
hidup dan matinya.9
5. Kondisi Ekonomi
Pada masa pemerintahan kerajaan Saba’ dan Himyar kegiatan
perdagangan orang arab meliputi lautan dan daratan, tetapi setelah
yaman dijajah oleh bangsa Persia, maka kegiatan perdagangan dilautan
dikuasai oleh kaum penjajah sedangkan kegiatan perdagangan didaratan
beralih ke Mekkah. Ada beberapa faktor yang menyebabakan Mekkah
berkembang menjadi kota perdagangan diantaranya, di Mekkah
dibangun Ka’bah setiap tahun jama’ah dari berbagai daerah berdatangan
untuk melakukan haji yang membuat Mekkah semakin masyhur.10

B. Masa Kepemimpinan
Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafah dan ar-rasyidin. Kata
khulafah adalah bentuk jamak, bentuk tunggalnya adalah khalifah yang
berarti pengganti, pemimpin, atau penguasa. Adapun ar-rasyidin adalah
bentuk jamak juga, bentuk tunggalnya adalah ar-rasyid yang berarti orang
yang mendapat petunjuk. Jadi, menurut bahasa khulafaur rasyidin adalah
orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau penguasa
yang selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT. Arti khulafaur rasyidin
secara istilah adalah pemimpin-pemimpin umat dan kepala negara yang
telah mendapat petunjuk dari Allah SWT setelah Rasulullah SAW wafat.
Mereka bertugas melanjutkan misi dan perjuangan Rasulullah SAW yang
sangat mulia, yaitu menjunjung tinggi syariat agama Allah SWT.
Sahabat Rasulullah SAW yang mendapat gelar khulafaur rasyidin
ada empat orang. Mereka adalah Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

9
Nasution,Op.Cit., h .26.
10
Ibid., h. 23.

7
Keempat orang tersebut adalah sahabat yang selalu mendampingi
beliau dalam memperjuangkan agama, baik dlam keadaan senang ataupun
susah. Mereka dapat menghayati serta mengamalkan ajaran islam yang
disampaikan oleh Rasulullah. Khulafaur rasyidin memegang kendali
pemerintahan Islam selama 30 tahun. Pada masa khulafaur rasyidin, Islam
semakin berkembang dan meluas sampai ke seluruh wilayah Arab dan
sekitarnya.
a) Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq
Abu Bakar memiliki nama lengkap Abdullah bin
Utsman bin Amir bin Umar bin Ka’ab bin Tiim bin Mairah
at-Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan oleh Rasulullah
karena ia orang yang paling cepat masuk islam, sedang gelar
As-Shiddiq yang berarti “amat membenarkan” adalah gelar
yang diberikan kepadanya karena ia amat segera
membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam
peristiwa, terutama peristiwa Isra’ Mi’raj, yaitu ketika
banyak orang yang sulit atau bahkan tidak percaya akan
kejadian Isra’ Mi’raj, justru Abu Bakar lah yang tidak
meragukan kebenaran peristiwa itu.11
Abu Bakar dilahirkan pada tahun kedua atau ketiga
dari tahun gajah, ini berarti Abu Bakar lebih muda dua atau
tiga tahun dari Nabi Muhammad. Ayahnya bernama Usman
dan ibunya bernama Ummu Khair Salma binti Sakar. Kedua
orang tua Abu Bakar merupakan keturunan Bani Talim, dan
merupakan salah satu keluarga yang mempunyai status
sosial yang cukup tinggi di kalangan suku Quraisy.

11
Imam fu’adi, 2011, Sejarah Peradaban islam, Yogyakarta: Teras, h.19

8
Sebelum Rasulullah meninggal dunia, konon
Rasulullah tidak berwasiat siapa yang akan menjadi
penggantinya. Hal ini kemudian terjadi kesibukan tersendiri
bagi umat islam untuk mencari pengganti yang tepat setelah
Rasulullah. Sehingga sebelum terpilihnya Abu Bakar
sebagai khalifah, sempat terjadi kontrovesi di kalangan umat
dalam menentukan siapa yang pantas memimpin mereka.
Akhirnya setelah melewati proses perdebatan yang
panjang terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah. Di samping
karena kemampuan dan senioritasnya, kepentingan bersama
dan stabilitas politiklah yang turut melatarbelakangi
terpilihnya tokoh Abu Bakar sebagai khalifah. Selain itu,
faktor yang mendukung terpilihnya Abu Bakar sebagai
khalifah adalah dia merupakan orang yang menggantikan
Rasulullah sebagai imam shalat ketika Rasulullah sedang
sakit, dia juga orang yang menemani Rasulullah saat hijrah,
dan dia adalah sahabat senior yang awal memeluk islam.
Terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah
menunjukkan kesadaran yang baik bagi umat islam pada
waktu itu. Ini juga menunjukkan bahwa mereka bertekad
untuk bersatu dan melanjutkan tugas Muhammad. Maka
sejak itu, Abu Bakar disebut sebagai khalifat al-rasulillah,
yang berarti pengganti Rasulullah. Yang membedakannya
dengan Rasul adalah kalau Rasulullah memiliki wewenang
sebagai pemimpin agama dan negara, namun kalau Abu
Bakar hanya memiliki wewewnang sebagai pemimpin
negara karena dia bukan seorang nabi.12

12
Ibid., h. 23

9
Selama menjadi kepala negara, Abu Bakar telah
melakukan beberapa kebijakan yang dinilai cukup penting.
Di bidang keagamaan, kebijakan yang telah dilakukan oleh
Abu Bakar adalah mengumpulkan Al-Quran, yang semula
merupakan usulan dari Umar bin Khattab. Kebijakan lainnya
adalah melakukan upaya penyadaran terhadap kalangan
yang mengingkari kewajiban zakat, murtad, dan mengaku
dirinya nabi. Abu Bakar melakukan penyadaran secara
persuasif, tetapi ketika upaya ini mengalami kegagalan, dia
tidak segan-segan untuk memerangi mereka. Menurut Abu
Bakar, ketiga perbuatan tersebut merupakan penyelewengan
yang nyata dari ajaran Nabi Muhammad terutama setelah
beliau wafat.
Selain di bidang keagamaan, kebijakan yang
dilakukan oleh Abu Bakar juga dalam bidang non-agama.
Misalnya dalam bidang perekonomian, Abu Bakar membuat
semacam lembaga keuangan. Pembentukan lembaga ini
merupakan salah satu pencapaian yang paling penting dari
khalifah Abu Bakar.
Dapat dikatakan bahwa pengaturan keuangan di
zaman Abu Bakar sudah mulai tertata rapi, cukup beraslasan
kalau Abu Bakar memberikan perhatian lebih untuk
membina dan bahkan memerangi mereka yang enggan
membayar zakat, karena salah satu sumber keuangan dalam
lembaga itu adalah dari pengumpulan zakat.
Khalifah Abu Bakar meninggal dunia pada hari
senin, 23 Agustus 624 M setelah lebih kurang selama 15 hari
terbaring di tempat tidur. Ia berusia 63 tahun dan
kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari.13

13
Samsul Munir Amin. 2010, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Hamzah, h. 98

10
b) Kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
Umar berasal dari suku Bani’adi, salah satu cabang
suku Quraisy. Ibunya bernama Hantamah merupakan putri
Hasyim bin Mughiroh dari klan bani Makhzum. Bani
Makhzum adalah cabang lain dari suku Quraisy dan sekutu
dari bani Umayyah di zaman jahiliyyah14.Umar adalah putra
Khattab bin Nufail bin Abd al- ‘Uzza bin Ghalib al-adawi al-
Quraisyi. Nasab umar bertemu dengan nasab Nabi
Muhammad s.a.w pada Ka’ab.
Sewaktu masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar
secara diam-diam melakukan tinjauan pendapat terhadap
tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat mengenai
pribadi yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau
jatuh pada umar ibnu al-Khattab, akan tetapibeliau ingin
mendengarkan pendapat tokoh-tokoh yang lain.
Ketika Umar terpilih menjadi Khalifah, irama
peperangan semakin meningkat, kaum muslimin berperang
di dua medan, yaitu Syiria dan Irak. Pada tahun 635 M dua
kota tersebut jatuh ketangan islam. Dengan memakai suriah
sebagai basis, ekspansi diteruskan ke mesir dibawah
pimpinan sa’ad ibnu Abi waqas. Sementara itu tentara
Byzantium di Heliopoles dikalahkan dan alexandren
kemudian menyerah ditahun 641 M. Dengan adanya
gelombang ekspansi dibawah khalifah Umar ibnu Khattab
telah meliputi selain semenanjung arabiah, juga Palestina,
Suriah, Irak, Persia, dan Mesir.15

14
Ja’fariyah Rasul. 2010, Sejarah Para Pemimpin Islam: dari Abu Bakar sampai Usman, Jakarta:
Al-Huda, h. 74
15
Fatah syukur, 2009, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, h. 52-53

11
Karena adanya perluasan yang pesat maka langkah
yang di ambil selanjutnya adalah bagaimana untuk bisa
mengatur administrasi negara dengan mencontohkan
administrasi yang sudah berkembang di Persia. Yakni
dengan mengatur sebuah wilayah propinsi dan mendirikan
berbagai Departemen yang di anggap sangat penting untuk
kemajuan pemerintahannya.
Disamping itu, Umar pun telah mulai mengatur dan
menertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Untuk
menjaga keamanan dan ketertiban, umar membentuk
jawatan kepolisian.
Umar pun membentuk jawatan pekerjaan umum,
mendirikan Bayt al- Mal, dan menciptakan mata uang
sendiri16 . Selain itu, khalifah Umar bin Khattab mempunyai
pendapat sendiri untuk penetapan dimulainya kalender
Islam, yaitu saat Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah,
sebab dari hijrah itulah umat Islam mengawali
kemenangannya (sebagai titik balik kemenangan umat
Islam). Kholifah Umar bin Khathab menetapkan permulaan
tahun Islam adalah pada saat Nabi Muhammad SAW. hijrah
disebut periode Mekkah, sedangkan periode dakwah setelah
beliau hijrah dikenal sebagai periode Medinah, kalender
tersebut dikenal sebagai kalender hijriah.
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H /
634-644 M). Masa jabatannya berahir dengan kematian. Dia
dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu
Luk’lu’ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak
menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menujuk
enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk

16
Jaih Mubarok, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, h. 49

12
memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam
orang tersebut adalah Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad
ibn Abi Waqas, dan Abdurrahman ibn Auf.17
c) Kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan
Utsman ibn Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn
‘Abdi Syams ibn Abdi Manaf ibn Qushayi adalah nama
lengakap khalifah Utsman bin Affan. Beliau dilahirkan pada
tahun 573 M di Taif, daerah yang paling subur dikawasan
Hijaz. ibunya bernama Urwah, putri Ummu Hakim Al-
Baidha putri Abdul Mutttalib, sedangkan ayahnya bernama
Affan, dia adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku
Quraisy-Umayyah. Nasab Utsman bin Affan melalui garis
ibunya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad s.a.w pada
Abdi Manaf ibn Qushayi. Kalau Utsman bersambung
melalui Umayyah ibn Abdi Syams ibn Abdi Manaf,
sedangkan Rasulullah melalui Abdul Muttalib ibn Hasyim
ibn Abdi manaf.18
Seperti halnya Umar bin Khattab, Utsman bin Affan
diangkat menjadi khalifah melaului proses pemilihan.
Bedanya Umar dipilih oleh penunjukan langsung dari
Khalifah Abu Bakar sedangkan Utsman diangkat atas
penunjukan tidak langsung yaitu melaui badan yang
dibentuk oleh Umar sepanjang hidupnya.
Masa pemerintahan Ustman bin Affan adalah yang
terpanjang dari semua khalifah di zaman Khulafa’ur
Rasyidin yaitu 12 tahun. Zaman pemerintahan Utsman
dibagi menjadi dua periode yaitu enam tahun pertama
merupakan masa kejayaan pemerintahannya dan enam tahun

17
Yatim, 2003, h.38
18
Ahmad Safii Maarif dan M. Amin, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, h. 89

13
terakhir merupakan masa yang buruk. Pada masa awal
pemerintahannya, Utsman melanjutkan suksesnya para
pendahulunya terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan
Islam.
Daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai Islam
seperti Mesir dan Irak terus dilindungi dan dikembangkan
dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer. Selain itu
ia berhasil membentuk armada laut dengan kapalnya kokoh
dan menghalau serangan-serangan di Laut Tengah yang di
rancang oleh tentara bizantium denagn kemenangan perdana
dilaut dalam sejarah Islam.
Prestasi terpenting bagi khalifah bagi khalifah
Utsman ialah menulis kembali al-Qu’an yang telah ditulis
pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu di simpan oleh
Khafsoh binti Umar. Dalam penulisan al-Qur’an tersebut,
khalifah Utsaman memberikan arahan atau petunjuk-
petunjuk dalam penulisan.
Dalam penulisan al-Qur’an, harus mengambil
pedoman kepada bacaan mereka yang hafal al-Qu’an.Kalau
ada pertikaian antara mereka tentang bacaan tersebut, maka
harus dituliskan menurut dialek mereka sebagaimana al-
Qur’an diturunkan menurut dialek mereka.19
Setelah berhasil membuat salinanya, Zaid Ibn Tsabit
mengembalikan naskah yang disalinnya kepada Hafsah.
Khalifah Utsman memerintahkan kepada Zaid ibn Tsabit
agar membuat sejumlah salinan Mushaf dan dikirim ke
Mekkah, Madinah, Basrah, Kufah, dan Syiria dan salah
satunya disimpan oleh Utsman ibn Affan yang kemudian
disebut Mushaf AL-Imam. Sedangkan mushaf lain selain

19
Syukur, 2009, h. 54-55

14
mushaf yang telah disusun oleh panitiayang dipimpin oleh
Zaid ibn Tsabit, diprintahkan untuk dibakar.20
Satu dekade pertama kepemimpinan Ustman adalah
masa yang dipenuhi dengan prestasi penting dan
kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, terkecuali pada
dua tahun terakhir yang berbanding terbalik dengan
sebelumnya kondisi serba sulit akibat merebaknya fitnah dan
kedengkian musuh-musuh Islam yang diarahkan padanya
sehingga beliau syahid dengan amat tragis pada jum’at sore
18 Dzulhijjah 35 H ditangan pemberontak Islam.
d) Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthalib, ia
adalah sepupu Nabi Muhammad s.a.w Ali di angkat sebagai
khalifah dalam situasi politik yang kurang mendukung.
Peristiwa pembunuhan terhadap khalifah Utsman ibn Affan
mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang
waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika
Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah
tidak mempunyai pilihan lain selain Ali ibn Abi Thalib
sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi
Zubair ibn Awwam dan Talhah ibn Ubaidillah memaksa
beliau, sehinngga akhirnya Ali menerima bai’at mereka.
Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di bai’at secara
massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara
yang berbeda-beda.
Sebagai khalifah ke-4 yang memerintah selama 6
tahun. Masa pemerintahannya mewarsi kekacauan yang
terjadi saat masa pemerintahan sebelumya, Utsman bin
Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat

20
Mubarok, 2004, h 81

15
muslim terjadi saat masa pemerintahannya, perang jamal.
20.000 pasukan pimpinan Ali melawan pimpinan Zubair ibn
Awwam, Talhah ibn Ubaidillah, dan Ummumul Mu’min
Aisyah binti Abu Bakar. Perang tersebut dimenangkan oleh
pihak Ali.21
Langkah awal yang diakukan khalifah Ali adalah
memecat kepala-kepala wilayah (amir) yang di angkat oleh
Utsman dan menetapkan penggantinya mungkin karena
tuntutan dari pihak Mesir yang di pimpin oleh Muhammad
Ibnu Abi Bakar dan mengambil kembali tanah-tanah yang di
bagikan Utsman kepada keluarga-keluarganya dengan cara
yang di pandang salah oleh Ali. Ali mengangkat Utsman ibn
Hanif sebagai Amir Bashrah menggantikan Ibnu Amir: Qais
dikirim ke Mesir untuk menjadi Amir menggantikan
Abdullah Ibn Abi syarh; dan Muawiyah Ibnu Abi S ofyan
menolak untuk di ganti. Oleh karena itu Ali mengalami
kesulitan dalam menghadapi Muawiyah.22
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan
Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur
di Damaskus, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair,
Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju
Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya
bertemu dengan pasukan Muawiyah di Shiffin. Pertempuran
terjadi disini yang dikenal dengan nama perang Shiffin.
Perang ini di akhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim
ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan
timbulnya golongan ketiga, al-khawarij, orang-orang yang

21
Syukur, Op.Cit., h. 57
22
Mubarok, Op.Cit., h. 85

16
keluar dari barisan Ali. Akibatnya di ujung masa
pemerintahan Ali ibn Abi Thalib umat Islam terpecah
menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syi’ah
(pengikut Ali), dan Al-Khawarij (orang-orang yang keluar
dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali.
Munculnya kelompok Al-Khawarij menyebabkan
tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah
semakin kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H, Ali terbunuh
oleh salah seorang anggota Khawarij.23
Hasan sebagai anak tertua Ali mengambil alih
kedudukan ayahnya sebagai khalifah kurang lebih selama 5
bulan. Tentaranya dikalahkan oleh pasukan Syiria, dan para
pendukungnya di Irak meninggalkannya sehingga dengan
demikian tidak dapat lebih lama lagi mempertahankan
kekuasaannya, kemudian turun tahta.
Syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian
perdamaian menjadikan Muawiyah penguasa absolut dalam
wilayah kerajaan Arab. Pada bulan Rabiuts Tsani tahun 4 H
(661 M) Muawiyah memasuki kota Kuffah yang oleh Ali
dipilih sebagai pusat kekuasaannya. Supah kesetiaan
diucapkan kepadanya dihadapan dua putra Ali, yaitu Hasan
dan Husain. Rakyat berkerumun di sekelilingnya sehingga
pada tahun 4 H disebut sebagai Amul Jama’ah, atau tahun
jama’ah. 24

23
Yatim, 2003, h. 40

24
Munir Amin. 2010, h. 113

17
BAB III
MASA KEMAJUAN ISLAM
Kemajuaan pemikiran Islam sangatlah erat kaitannya dengan
perkembangan peradaban dan kebudayaan yang ada pada zaman Khulafair
Rasyidin, Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Khususnya, masa kemajuan Islam
di Arab yang kita kenal dengan masa keemasan yaitu puncaknya terjadi pada masa
Dinasti Abbasiyah yang menjadikan Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan
kegemilangan.. Dan pastinya ada beberapa langkah dalam menata pemerintahannya
yang mana bisa menjadi puncak masa kejayaan dan islam bisa tersebar diberbagai
wilayah.

A. KHILAFAH RASYIDIN
Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar,
sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Setelah
menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar
mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan
dapat menguasai Al-Hijrah ditahun 634M.25
Islamnya Umar Ibn Khattab membawa pengaruh yang besar bagi
perjuangan Nabi Muhammad dan perkembangan agama
Islam.26Perkembangan peradaban Islam pada masanya yaitu :
pembukuan Al-Qur’an, ilmu qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu,
ilmu fiqih, dan ilmu arsitektur.27
Keberhasilan yang diraih masa Umar Ibn Khattab yaitu :Penataan
Administrasi Pemerintahan, Melakukan Ijtihad ,Perluasan Wilayah
(ekspansi).28

25
Yatim, 2014, h. 36.
26
Suntiah, 2014, h. 63.
27
Nasution, 2013, h. 76-81.
28
Suntiah, Op.Cit., h 64-68

18
Sebelum wafat, Umar Ibn Khattab membentuk tim formatur.Pada
akhir musyawarahnya, dewan formatur mengangkat Usman Ibn Affan
menjadi khalifah yang ketiga. Usman menduduki jabatan selama 12
tahun. Selama kepemimpinannya, keberhasilannya yaitu :
1. Ekspansi wilayah
2. Pengkodifikasian Al-Qur’an
3. Otonomi Daerah29

B. KHILAFAH BANI UMAYYAH


Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali
dilanjutkan kembali dengan dinasti ini. Di zaman Muawiyah, Tunisia
ditaklukkan. Selain itu terdapat wilayah yang behasil ditaklukan seperti
bagian Timur, Afrika Utara, Aljazair, Marokko, Kordoba, sevilla, India,
sampai Maltan dan masih banyak lagi. Pada masa pemerintahan Walid
adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban.30
Selain eksapansi, pada masa ini juga berhasa dalam pembangunan
diberbagai bidang. Seperti berdirinya lembaga pendidikan islam, dinas
pos, mencetatk mata uang, panti, jalan raya, pabrik, gedung
pemerintahan dan masjid megah. 31
Dan juga perkembangan Administrasi pemerintahan Islam seperti
organisasi politik, TU negara, keuagan/ekonomi, ketentaraan,
kehakiman. Dan ada juga perkembangan kebudayaan islam seperti
pembukuan ilmu, pembidangan ilmu, arsitektur sipil dan arsitektur
masjid.32

C. KHILAFAH BANI ABBASIYAH


Kejayaan Dinasti ini berada pada delapan khalifah. Pada masa al-
Mahdi, perkeonomian mulai meningkat dari hasil pertanian,
pertambangan, dan tempat transit perdagangan Timur dan Barat. Di

29
Suntiah, Op.Cit., h 65-68
30
Yatim, 2014, h. 43.
31
Ibid., hlm. 44-45.
32
Suntiah, 2011, h 86-89

19
zaman Harun al-Rasyid, hidup mewah sudah memasuki masyarakat.
Rumah sakit dan farmasi mulai didiri dan dibangun. Al-Ma’mun
meningkatkan perhatian pada ilmu pengetahuan dengan mendirikan
Baitul Hikmah dan sekolah dan menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. al- Mutashim memberi peluang besar orang turki masuk
dalam pemerintahan dan dimulai sebagai tentara pengawal.33
Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran islam terjadi
masa ini dan dimulai dari sejak awal kebangkitan islam. Perkembangan
lembaga pendidikan mencerminkan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Di samping itu terjadinya asmilasi antara bangsa Arab
dengan bangsa lain serta adanya gerakan terjemahan merupakan
pengaruh kemajuan.34
Banyak ilmu-ilmu yang dikembangkan pada masa dinasti
Abbasiyah seperti ilmu Hadits, ilmu tafsir, ilmu fikih, ilmu tasawuf,
ilmu kalam atau teologi, ilmu tarikh atau sejarah, dan ilmu sastra. Selain
itu dalam bidang sains adanya kemajuan dalam bidang kedokteran, ilmu
kimia, astronomi, matematika, optik, fisika, geografi serta botani.35
Demikianlah pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring
dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan sehingga Islam mencapai
masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan.36

33
Ibid., h. 103-104
34
Yatim, 2014, h. 54-55
35
Suntiah, Op.Cit., h. 104-111
36
Yatim, Op.Cit., hlm, 59

20
BAB IV
MASA DISINTEGRASI ISLAM
Dalam periode pertama, sebenarnya banyak tantangan dan gangguan yang
di hadapai dinasti Abbasiyah. Beberapa gerakan politik yang merongrong
pemerintah dan mengganggu stabilitas muncul dimana-mana, baik gerakan
dikalangan intern Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Namun, semuanya dapat
diatasi dengan baik.Keberhasilan penguasa Abbasiyah mengatasi gejolak dalam
negeri makin memantapkan posisi dan kedudukan mereka sebagai pemimpin yang
tangguh. Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang
dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa
untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. 37

Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya mulai terjadi pada zaman


Dinasti Umayyah tetapi memuncak pada zaman Dinasti Abbasiyah terutama setelah
khalifah-khalifah menjadi boneka dalam tangan tentara pengawal. Daerah-daerah
yang letaknya jauh dari pusat pemerintahan di Damaskus dan Baghdad melepaskan
diri dari kekuasaan khalifah di pusat dan timbullah dinasti-dinasti kecil.38

. Masuk nya unsur Turki dalam pemerintahan Abbasiyah semakin menambah


persaingan antarav bangsa Al-Mu’tashim dan khalifah sesudahnya, Al Watsiq
mampu mengendalikan mereka., Namun khalifah Al Mutawaqil yang merupakan
awal kemunduran politik Bani Abbas adalah khalifah yang lemah. Pada masa
pemerintahannya orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat.39

A. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad


Disintegrasi dalam bidang politik sebarnya sudah mulai terjadi di
akhir zaman Bani Umayyah. Akan tetapi, berbicara tentang politik islam
dalam lintasan sejarah akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani
Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Kekeuasaan dinasti ini tidak

37
Ibid., hlm, 61
38
Supriyadi Dedi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, h. 33
39
Yatim, 2014, h. 61

21
pernah diakui di spanyol dan seluruh Afrika Utara kecuali Mesir yang
bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakn bersifat nominal. Secara riil
daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi
bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran
upeti.
Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup
puas dengan pengakuan nominal dan provinsi-provinsi tertentu, dengan
pembayaran upeti itu. Alasannya, Pertama, mungkin para khalifah tidak
cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa
Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peraddaban dan kebudayaan
dari pada politik dan ekspansi40
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan
peradaban dan kebudayaan islam dari persoalan politik itu, provinsi-
provinsi tertentu mulai di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa
Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari dua cara.
Pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan
dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di
Spanyol dan Idrisiyah di Maroko.
Kedua, seseorang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah
kedudukannya semakin bertambah kuat seoerti daulat Aghlabiyah di
Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan. Kecuali Bani Umayyah di Spanyol
dan Idrisiyah di Maroko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh
membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah
mampu mengatasi pergolakan yang muncul.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai
terlihat sejak awal abad kesembilan. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu
mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah
mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran khusus nya
tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti di uraikan diatas.

40
Nasution, 2013, h. 214-226

22
Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya
ternyata, menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan kholifah. Apalagi,
pada priode pertama pemerintahan dinasti Abbasyiahsudah muncul
fanatisme kebangsaaan berupa gerakan syu’ubiah ( kebangsaan/anti Arab).
Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan
politikdisamping persoalan-persoalan keagamaan para kholifah tidak sadar
akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu
sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan seperti
dalam kesusastraan dan karya-karya ilmiah mereka tidak bersungguh-
sungguh menghapuskan fanatisme tersebut.41
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa khilafah Abbasyiah, diantaranya adalah:
1. Berbangsa Persia:
 Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M)
 Shafariyah di Fars, (320-560 H/932-1163 M).
 Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
 Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
 Buwaihiyyah, bahkan menguasaai Baghdad, (320-447
H/932-1055 M).
2. Berbangsa Turki:
 Mesir Thuluniyah, (254-292 H/837-903 M)
 Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M)
 Ghaznawiyah diAfghanistan, (351-585 H/878-930 M)
3. Dinasti seljuk dan cabang-cabang nya:
 Seljuk besar dan seljuk kecil
 Seljuk kirman di Kirman
 Seljuk Syiria atau Syam di Syiria
 Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan

41
Aminah Siti, 2009, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, h. 114

23
 Seljuk Rum atau Asia Kecil di Asia Kecil

4. Berbangsa Kurdi:
 Al-Barzuqoni, (348-406 H/959-1015 M)
 Abu Ali, (380-489 H/990-1250 M)
 Ayubiyah, (564-648 H/1167-1250 M)
5. Berbangsa Arab:
 Idrisiyah di Maroko, (172-375 H/788-985 M)
 Aghlabiyyah di Tunisia, (184-289 H/800-900 M)
 Dulafiyah di Kurdistan, (250-285 H/825-898 M)
 Awaliyah di Tabaristan, (250-316 H/864-928 M)
 Hamdaniyyah di Allepo dan Maushil, (317-394 H/929-
1002 M)
 Mazyadiyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M)
 Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1095 M)
 Mirdasiyyah di Allepo, (414-472 H/1023-1079 M)
6. Mengaku dirinya sebagai khilafah:
 Umawiyah di Spanyol
 Fathimiyah di Mesir.42

B. Masa Kemunduran Dinasti Abbasiyah dan Faktor Penyebab


Periode disintegrasi ditandai dengan menurunnya kekuasaan
khalifah di bidang politik karena dilanda perpecahan. Akibat dari itu semua
khilafah Abbasiyah yang lemah meminta bantuan kepada dinasti yang kuat
di daerah untuk membantunya mengatasi tekanan sultan yang telah terlebih
dahulu masuk dalam pemerintahn daulah Abbasiyah .
1. Faktor-faktor :
 Tekanan orang Turki
 Tekanan Bani Buwaihi

42
Yatim, 2014, h. 63-66

24
 Tekanan Turki Saljuk
 Ketidakmampuan para khalifah
 Rasa tidak puas rakyat terhadap pemerintah
 Luasnya wilayah kekuasaan dan lemahnya ekonomi
 Persaingan Sunni Syi’ah
 Serangan Mongol dan kehancuran Baghdad
 Serangan bangsa Mongol
 Kehancuran Khilafah. (Ibrahim,1989:43)43

HASIL PERADABAN

A. PRA ISLAM

Dalam bidang ibadah mereka telah memuja berhala yang mereka


buat sendiri. Dalam hal ekonomi mereka menerapkan pola ekonomi
menghalalkan segala cara, mengurangi timbangan dan takaran, bersumpah
palsu, berdusta, dan praktik ekonomi secara ilegal telah membuatnya dalam
kegiatan ekonomi mereka. Dalam bidang politik, mereka menerapkan pola
kekuatan yang bersifat monopoli yang didasarkan status sosial. Dalam
bidang pendidikan mereka menerapkan pola pendidikan keluarga yang
diarahkan pada pemberian pembiasaan, keterampilan, sifat dan karakter
yang harus dimiliki oleh seseorang dalam kehidupan keluarga.

B. MASA ISLAM

Pada masa Islam, pendidikan sangatlah diutamakan dengan


langsung dicontohkan oleh Rasulullah sendiri, sebagai suri tauladan. Dalam
bidang ekonomi islam melegalkan jual beli dan meng haram kan riba,
dikarenakan riba dapat menghancurkan kehidupan seseorang, dalam

43
Ibrahim Hasan, 1989, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, h. 43

25
praktik perekonomian sendiri tidak menghilangkan tawar menawar. Dalam
bidang politik Islam menjungjung tinggi musyawarah.

KESIMPULAN
Kemajuan pemikiran Islam sangatlah erat kaitannya dengan perkembangan
peradaban dan kebudayaan yang ada. Masa kemajuan kita kenal dengan masa
keemasan yang puncaknya terjadi pada dinasti abbasiyah (650-1000 M).

Beberapa factor yang mendorong kemajuan Islam, yaitu : terjdinya


asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, pluralistic dalam
pemerintahan dan politik, stabilitas pertumbuhan ekonomi dan politik, gerakan
penterjemahan dan berdirinya perpustakaan-perpustakaan yang menjadi pusat
penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan.

Islam bagaikan roda berputar, adakalanya dibawah dan adakalanya diatas,


begitu pula yang terjadi pada perkembangan Islam. Ada kemajuan pasti ada
kemunduran. Tetapi kemajuan ini telah dihancurkan oleh orang Islam sendiri
dengan prilakunya yang tidak mencerminkan sebagai seorang muslim. Seorang
pembaharu islam dari mesir mengatakan “islam mahju'bun li al-muslim” (islam
itu tertutupi oleh orang islam sendiri). Masa kemunduran (1250-1500 M) terkait
dengan bangsa Mongol dan dinasti Ilkhan, serangan Timur lenk dan dinasti
Mamalik di Mesir.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam adalah


adanya factor internal dan eksternal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
merosotnya ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat pada masa
Abbasiyah.

26
DAFTAR PUSATAKA

Aminah Siti. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi.

Badri Yatim. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ibrahim Hasan. 1989. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : Kota Kembang.

Ratu Suntiah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : CV Insan Mandiri

Ratu Suntiah. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Interes Media


Foundation

Supriyadi Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia

Syamruddin Nasution. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Riau : Yayasan Pustaka


Riau

xxvii

Anda mungkin juga menyukai