PENDIDIKAN PANCASILA
KELOMPOK 4:
Dengan mengucapkan syukur kehadirat illahi rabbi, yang telah memberikan cinta dan
hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah dan dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Inti dari Sila ke- 4 Pancasila yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan” dengan sebaik - baiknya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat yang di tugaskan oleh Bapak Bagio
Kadarianto .SH.MH. selaku matakuliah Pendidikan Pancasila.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan yang penulis peroleh dari buku panduan yang
berkaitan dengan Pendidikan Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan Inti dari sila ke- 4 Pancasila.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat tersusun, baik secara materil maupun
moril.
Penulis menyadari dengan penuh kerendahan hati, bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang
budiman, demi kebaikan/kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini ada faedah untuk pembaca budiman umumnya dan penulis khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I: PENDAHULUAN………………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………………
BAB II: PEMBAHASAN………………………………………………………
2.1 implementasi kedaulatan rakyat di indonesia……………………………………
2.2 upaya mengatasi hambatan terhadap pelaksanaan kedauatan rakyat di
Indonesia…………………………………………….
BAB III : SIKAP POSOTIF DAN NEGATIF YANG BERKAITAN DENGAN SILA KE-4
3.1 Sikap-sikap positif hak dan kewajiban sesuai sila ke-4………………………………..
3.2 Pelanggaran hak dan kewajiban yang terdapat pada sila ke-4………………………….
BABIV: PENUTUPAN………………………………………………………………….
4.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Jean Bodin (tokoh ilmu negara), kedaulatan dalam negara ialah kekuasaan tertinggi
dalam negara yang tidak berasal dari kekuasaan lain. Berdasarkan pengertian tersebut maka
kedaulatan memiliki sifat :
a. asli, tidak terbagi bagi, mutlak, dan permanen. Karena kekuasaan yang tertinggi itu tidak
berasal dari pemberian kekuasaan yang lebih tinggi.
b. tidak terbagi-bagi artinya utuh dimiliki oleh pemegang kedaulatan itu tanpa dibagi kepada
pihak lain.
c. Permanen / abadi, artinya kedaulatan itu tetap, tidak berubah berada dalam kekuasaan
pemegang kedaulatan tersebut.
d. Tunggal berarti hanya ada satu kekuasaan tertinggi, sehingga kekuasaan itu tidak dapat
dibagi-bagi. Dengan demikian, kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi.
Dari teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Indonesia termasuk negara yang
menganut teori kedaulatan rakyat dan teori kedaulatan hukum. Hal ini dapat kita lihat dari alinea
“ ….maka disusunlah suatu kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dan dalam penjelasan UUD 1945 tentang sistem pemerintahan negara Poin I dan II yang
berbunyi:
2. Sistem Konstitusional berdasar atas sistem kontitusi (hukum dasar), tidak bersifat
Berkaitan dengan kedaulatan rakyat, dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum amandemen)
menyatakan bahwa:
Permusyawaratan Rakyat”
Dilihat dari rumusan tersebut, maka bentuk pemerintahan negara kita adalah demokrasi
yang berlandaskan kedaulatan rakyat, tetapi tidak mungkin rakyat untuk melaksanakan
Menurut ketentuan tersebut, ini berarti bahwa lembaga MPR tidak lagi sebagai pemegang
kedaulatan rakyat atau pemegang kekuasaan kekuasaan tertinggi, melainkan lembaga tinggi
Pada hakekatnya sila ke 4 ini didasari oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan
Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.Demokrasi pancasila menyerukan pembuatan keputusan
melalui musyawarah mencapai mufakat. Ini adalah demokrasi yang menghidupkan prinsip-
prinsip Pancasila.
Hal ini mengimplikasikan bahwa hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah
kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut keyakinan beragama
masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke atas harkat dan martabat manusia,
serta memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan nasional menuju keadilan sosial.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Hakikat rakyat
adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu
yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat
adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat,
oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
C.Hambatan Terhadap Pelaksanaaan kedaulatan Rakyat di Indonesia
Salah satu fungsi utama Pemilu dalam negara demokratis antara lain adalah untuk
menentukan kepemimpinan nasional secara konstitusional. Kepemimpinan Nasional yang
dimaksud di sini menyangkut juga kepemimpinan kolektif yang direfleksikan dalam diri para
wakil rakyat. Oleh sebab itu dalam bentuk dan jenis sistem pemerintahan apapun, Pemilu
menduduki posisi yang sangat strategis dalam rangka melaksanakan tujuan tersebut. Dekatnya
pengertian antara pemilu dengan demokrasi, terlihat dari sejumlah definisi demokrasi itu
sendiri, Joseph Schumpeter, dalam Sardini (2011: 1) menyatakan bahwa penyelenggaraan
Pemilu yang bebas dan berkala sebagai kriteria utama bagi klasifikasi apakah sebuah sistem
politik di suatu Negara sebagai sebuah Negara demokrasi. Pemilu merupakan salah satu
wujud kedaulatan rakyat dalam proses politik.
Dalam perjalanannya sebagai sebuah Negara yang berdaulat, rakyat Indonesia telah
melaksanakan sepuluh kali Pemilu, yaitu pada tahun 1955 (Orde Lama), 1971, 1977, 1982,
1987, 1992, dan 1997 (Orde Baru), serta tahun 1999, 2004 dan 2009 pada masa pasca
reformasi. Ini belum termasuk Pemilu Presiden Dan Wakil Presiden tahun 2004 dan 2009,
serta Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) yang selama tahun 2010 tercatat sebanyak 222
daerah melaksanakan pemungutan suara dari 244 daerah yang dijadwalkan.
Realitasnya…!?
Secara normatif, penyelenggaraan Pemilu di Indonesia memunyai empat (4) tujuan pokok,
yaitu;
Dalam kaitan penyelenggaraannya, pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis apabila
memenuhi beberapa persyaratan:
1. Pemilu harus bersifat kompetitif, dalam artian peserta Pemilu harus bebas dan otonom.
2.Pemilu yang diselenggarakan secara berkala, dalam artian Pemilu harus diselenggarakan secara
teratur dengan jarak waktu yang jelas.
3.Pemilu harus inklusif, artinya semua kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama
untuk berpartisipasi dalam Pemilu. Tidak ada satu pun kelompok yang diperlakukan secara
diskriminatif dalam proses Pemilu.
Sejak dilaksanakan pertama kali pada tahun 1955 hingga 2009 lalu, penyelenggaraan Pemilu tak
pernah sepi dari kritik. Ada intrik, bermacam pelanggaran, dan beragam problematika
penyelenggaraan Pemilu yang senantiasa mewarnainya. Dalam pelaksanaannya, pelibatan serta
keterlibatan rakyat sebagai pemegang kedaulatan mengalami pasang surut serta dipengaruhi
iklim politik penguasa secara signifikan. Antusiasme rakyat Indonesia untuk mengikuti pemilu
sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat tidaklah datar dan tanpa masalah. Penerapan
prinsip kedaulatan rakyat dalam peraturan perundangan tentang pemilu serta implementasinya di
lapangan sangatlah dinamis, banyak faktor yang memengaruhi sesuai dengan dinamika
perkembangan kehidupan bernegara.
Penyelenggaran Pemilu 2009 juga menarik untuk dicermati. Pada pemilu 2009 tidak hanya
diikutu oleh 38 partai politik yang lolos electoral threshold, tetapi juga oleh partai 6 politik
lokal di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pelaksanaan Pemilu kali ini disoroti sejumlah
pihak akibat dinilai buruknya pengelolaan, serta banyaknya sisi kelemahan, antara lain
kurangnya sosialisasi, dugaan tidak independensinya penyelenggara, buruknya kinerja
penyelenggara yang berakibat semrawutnya pengelolaan Daftar Pemilih Tetap (DPT),
partisipasi aktor-aktor Pemilu, karut-marutnya legislasi yang menjadi payung hukum
pelaksanaannya, hingga tingginya angka mereka yang tidak memilih (Golput).
2.2 Upaya mengatasi hambatan terhadap pelaksanaan kedauatan rakyat di Indonesia
Sebagai salah satu contoh negara kesatuan maka tipe sistem pemerintahan yang digunakan
oleh negara Indonesia salah satunya berciri pemerintahan terpusat dan pendelegasian beberapa
wewenang kepada pemerintah daerah. Kedaulatan tertinggi di Indonesia berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut undang-undang oleh karena itu pemerintah perlu menunjukkan
perilaku-perilaku yang ditampilkan dalam perwujudan kedaulatan rakyat.
Maka dari itu upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam pelaksanaaan kedaulatan rakyat di
Indonesia sebagai berikut
Tugas lembaga negara yang bertindak sebagai lembaga perwakilan di Indonesia seperti
MPR (Majelis Perwakilan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPD (Dewan
Perwakilan Daerah), dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) merupakan penjelmaan
dari rakyat karena lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga penyalur aspirasi rakyat.
Dengan demikian lembaga perwakilan rakyat merupakan sarana yang paling efektif untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebagai pemerintah, diperlukan adanya efektivitas dan
efisiensi dari lembaga perwakilan rakyat tersebut sehingga kedaulatan rakyat benar-benar
dapat tercap
Warga negara merupakan penduduk suatu negara yang mendapat legalitas untuk diakui
secara hukum dari negara tersebut. Sebagai negara hukum, pemerintah Indonesia menjamin
warga negaranya untuk mendapatkan persamaan baik di hadapan hukum maupun
pemerintah. Tidak hanya pemerintah saja, warga negara yang tinggal di suatu negara juga
sangat penting untuk menjunjung hukum yang berlaku. Hal ini sesuai dengan UUD
(Undang-Undang Dasar) 1945 Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi “Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Istilah kesamaan di dalam hukum ini
biasa disebut dengan “equality before the law”. Persamaan warga negara dalam hukum ini
merupakan salah satu contoh perilaku yang ditampilkan dalam perwujudan kedaulatan
rakyat
3. Jaminan Perlindungan HAM
Perlindungan HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan bagian penting dalam pemerintahan
Indonesia, bahkan di dalam konstitusi Indoneisa yakni UUD 45 terdapat pasal-pasal yang
secara khusus membahas HAM ini. Jaminan perlindungan HAM telah diberikan oleh
pemerintah Indonesia melalui berbagai tindakan seperti:
7. Penyelenggaraan Pemilu
Demokrasi yang dijunjung oleh bangsa Indonesia adalah Demokrasi Pancasila yang mana
pelaksanaanya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Pelaksanaan demokratisasi melalui
pemilu ini merupakan salah satu contoh perilaku yang ditampilkan pada perwujudan
kedaulatan rakyat.
1.Mengikuti proses pemilu dengan baik dan selektif dalam memilih pemimpin agar calon
pemimpin bangsa yang kita pilih merupakan kandidat yang memang benar-benar berpotensi
untuk mengatur pemerintahan di Indonesia.
2.Aktif dalam menjaga ketertiban dan kesejahteraan baik di lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun pemerintah.
3.Kristis dan tanggap terhadap kondisi sekitar dan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah
yang dirasa merugikan banyak masyarakat
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam sistem
kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya mereka
adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk
mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang dibuat
oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi dari
kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan bersama atau
masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung
kelangsungan kekuasaan presiden.
BAB III
SIKAP POSOTIF DAN NEGATIF YANG BERKAITAN DENGAN SILA KE-4
3.2 Pelanggaran hak dan kewajiban yang terdapat pada sila ke-4
Setelah bersikap positif yang sesuai nilai Pancasila, masih saja terdapat pelanggaran-
pelanggaran. Sesungguhnya pelaksaanan Pancasia sila ke-4 belum dilaksanakan secara
maksilmal di Indonesia ini. Masih banyak pelanggran-pelanggaran yang terjadi yang
berhubungan dengan sila ke-4, seperti :
a) Demonstrasi atau unjuk rasa yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib,
sesugguhnya demonstrasi adalah hal yang sah dan juga hak kita sebagai warga negara untuk
dapat menyampaikan aspirasi kita. Namun bila itu dilakukan sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan dan tertulis dalam UU no. 9 tahun 1998, dimana sebelum melakukan tindak
demonstrasi kita harus melapor terlebih dahulu kepada pihak yang berwajib dan
memberikan laporan secara detail tentang demonstrasi yang akan dilakukan, sehingga tidak
terjadi kerusuhan.
b) Banyaknya orang yang tidak menerima dan menghargai pendapat orang lain, seperti yang
terjadi pada saat sidang paripurna.
c) Terdapat kecurangan dalam penarikan suara PEMILU, seperti lembar pemilu yang telah
dicontreng, kotak pemilu yang tidak disegel, adanya penyuapan serta pemerasan pada
penentuan suara.
d) Adanya sengketa Lahan, baik lahan sawit atau lahan lainnya yang sekarang ini sudah
menjadi hal yang lumrah dilihat dan didengar, hal itu terjadi akibat dari keputusan sepihak
yang diambil oleh para penjual lahan yang tidak bertanggung jawab, karena mengambil dan
mengakui secara paksa lahan milik orang lain.
Dan masih banyak lagi pelanggaran yang dilakukan baik oleh pemerintahan ataupun oleh warga
negara Indonesia, yang disebabkan kurangnya rasa solidaritas dan persatuan hingga sikap
gotong royong, sehingga sebagian kecil masyarakat terutama yang berada di perkotaan
justru lebih mengutamakan kelompoknya, golongannya bahkan negara lain dibandingkan
kepentingan negaranya sendiri
BAB III
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
Berikut beberapa kesimpulan dari pembahasan kami tentang sila ke-4 diatas :
Dari keseluruhan penjelasan mengenai sila ke-4 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
sila ke-4 yang berbunyi ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan “ memiliki arti.
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya ia
menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan
kepentingan masyarakat. Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama,
maka pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain.
Sila ke-4 ini juga memiliki nilai kerakyatan yang mengandung makna suatu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan. Oleh sebab itu, Setiap masyarakat Indonesia harus
menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua
pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan
penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal
sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus
dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
KESIMPULAN
1. Kedaulatan rakyat membawa konsekuensi, rakyat sebagai pemegang otoritas
tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. UUD 1945 menyatakan,
bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.
2. Dengan ketentuan itu dapat diartikan, bahwa pemilik kedaulatan dalam negara
Indonesia ialah rakyat. Pelaksana kedaulatan negara Indonesia menurut UUD 1945
adalah rakyat dan lem¬baga-lembaga negara yang berfungsi menjalankan tugas-
tugas kenegaraan sebagai representasi kedaulatan rakyat.
3. Pelaksanaan pemerintahan Indone¬sia berdasarkan UUD 1945 tersebut dikenal
dengan sistem pemerintahan Indonesia.
4. Dalam membangun sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan Indonesia antara lain dapat dilakukan dengan mengenal partai-partai
politik, menghargai hasil pemilihan umum, dan menghormati ke¬beradaan lembaga-
lembaga negara
http://syahri93.blogspot.com/2013/07/makna-sila-ke-4-pancasila.html
http://ukhtiyayuk.blogspot.com/2012/09/penjelasan-sila-ke-4.html
http://enjoycofee16.blogspot.com/2012/11/makalah-sila-ke-4-butir-ke-4.html
http://herirookhie.wordpress.com/2012/10/03/makalah-kewarganegaraan-sila-ke-4/
http://hardidbullier.blogspot.com/2011/11/makalah-pendidikan-pancasila-tinjauan.html
https://www.siswapedia.com/pelaksana-kedaulatan-rakyat-di-
indonesia/https://guruppkn.com/perilaku-perwujudan-kedaulatan-rakyat